Anda di halaman 1dari 13

HIJRAH KE YASTRIB

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Sirah Nabawiyah Quraniyah
Dosen Pengampu :
Dr. Abad Badruzzaman,Lc.,M.Ag

DISUSUN OLEH :
Kelompok 11

1. UlfaNahdiatunNisa (12301193079)
2. NiaLutfiana ‘Afifah (12301193080)
3. M. RibhulAdhim (12301193081)

JURUSAN ILMU ALQURAN DAN TAFSIR 1-B


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERITULUNGAGUNG
NOVEMBER2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb.,
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Pesona Budaya Indonesia di Mancanegara. Makalah ini kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari beberapa pihak sehingga
dapat memperlancar makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada pihak yang telah berkontrubusi dalam pembuatan makalah ini :
1. Dr. Maftukhin, M.Ag Selaku Rektor IAIN Tulungagung
2. Dr. Abad Badruzzaman,Lc.,M.Ag Selaku Dosen pengampu mata kuliah
Sirah Nabawiyah Quraniyah
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan, baik dari segi susunan kalimat dan tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
dapat memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah yang disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membaca.
Wassalamualaikum wr.wb.,

Tulungagung, 5 November2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................i


KATA PENGANTAR .........................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………...1

BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................. 2


A. Baiah Aqabah Pertama ......................................................................... 2
B. Baiah Aqabah Kedua ............................................................................ 4
C. Proses Hijrah ke Yastrib...................................................................... 6
BAB III : PENUTUP .......................................................................................... 9
A. Kesimpulan .......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah
Dalam kehidupan, manusia mengenal sebuah sejarah. Sirah Nabawiyah adalah
sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw. Mempelajari Sirah Nabawiyah akan
menghadirkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad saw dan para sahabat. Dan rasa cinta
itu akan melahirkan sikap pengorbanan.

Hijrah ke Yatsrib adalah bagian dari sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw,
maka dari itu, kita perlu mempelajari untuk mendapatkan faedah yang kita dapatkan
setelah mengkajinya.

B. RumusanMasalah
1. Apa isi dari baiah aqabah pertama?
2. Apa isi dari baiah aqabah kedua?
3. Bagaimana peristiwa nabi Muhammad ketika hijrah ke Madinah?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui isi dan sebab diadakan baiah aqabah pertama.


2. Untuk mengetahui isi dan peristiwa baiah aqabah kedua.
3. Untuk mengetahui proses hijrah nabi Muhammad ke Madinah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. BaiahAqabahPertama
Disebutkan dalam sejarah bahwa ada 6 orang dari penduduk Yatsrib yang
masuk islam pada musim haji tahun kesebelas dan berjanji kepada Rasulullah
untuk menyampaikan risalah di tengah kaumnya. Kemudian ada 12 orang lagi
datang ke Makkah pada musim haji berikutnya. Mereka bertemu Rasulullah
di Aqabah di Mina. Lima orangnya sudah berhubungan dengan Rasulullah,
sisanya antara lain :
1. Mu’adz bin Al-Harits bin Afra’ dari Bani An Najjar dari Khazraj
2. Dzakwan bin Abdul-Qais dari Bani Zuraiq dari Khazraj
3. Ubadah bin Asshamit dari Bani Ghanm dari Khazraj
4. Yazin bin Tsa’labah dari sekutu Bani Ghanm dari Khazraj
5. Al-Abbas bin Ubadah bin Nadlah dari Bani Salim dari Khazraj
6. Abul Haritsam bin At Taihan dari Bani Salim dari Khazraj
7. Uwaim bin Sa’idah dari Bani Amr bin Auf dari Aus
Isi baiat Aqabah pertama antara lain :

Tidak menyekutukan sesuatupun dengan Allah

a. Tidak mencuri
b. Tidak berzina
c. Tidak membunuh anak-anak sendiri
d. Tidak berbuat dusta yang diada-adakan oleh tangan/kaki
e. Tidak mendurhakai dalam urusan yang baik
Barangsiapa menepatinya maka pahala ada pada Allah. Barangsiapa
mengambil sesuatu yang demikian lalu di siksa di dunia maka itu merupakan
ampunan dosa bagi orang tersebut dan barangsiapa mengambil sesuatu dari
yang demikian maka Allah akan menutupinya, maka urusannya terserah pada
Allah.
Saat baiat tersebut sudah terlaksana secara sempurna dan musim haji usai
maka Rasulullah mengirim duta ke Yatsrib untuk mengajarkan syariat-syariat
islam dan pengetahuan agama kepada orang muslim disana serta menyebarkan

2
agama islam di kalangan kaum musyrik. Duta tersebut adalah Mush’ab bin
Umair Al-Abdari.
Sesampainya di Yatsrib, Mush’ab menginap di rumah As’ad bin Zurarah
dan keduanya pun mulai menyebarkan islam dengan tujuan pertama ke
perkampungan Bani Abdul-Asyhal dan Bani Zhafar. Mereka disambut baik
oleh kaum itu di sebuah perkebunan. Mendengar hal itu, pimpinan kaum
Asyhal yang masih musyrik yang bernama Sa’d bin Mu’adz dan Usaid bin
Hadhair tidak menyukai hal tersebut karena mereka berfikiran bahwa Mush’ab
dan As’ad akan membodohkan orang-orang yang lemah di perkampungan itu.
Akhirnya Sa’d mengutus Usaid untuk mendatangi Mush’ab dan As’ad untuk
mencegah itu terjadi.
Akhirnya Usaid pun datang dan mengutarakan hal yang ingin di
sampaikannya. Karena sifat santun dari Mush’ab, Usaid yang mulanya ingin
menolak ajaran islam, jadi ikut duduk mendengarkan penjelasan Mush’ab
tentang islam dan mendengar ayat-ayat Al-qur’an yang di sampaikan Mush’ab.
Usaid pun akhirnya meyakini ajaran islam dan dirinya berniat mengajak
Sa’d bin Mu’adz ikut serta juga. Dan akhirnya, Sa’d pun datang di
perkumpulan Mush’ab dan As’ad. Disana ia juga mengutarakan ketidaksukaan
terhadap ajaran yang di bawa oleh Mush’ab. Namun sekali lagi karena
kesantunan Mush’ab akhirnya Sa’d pun meyakini ajaran agama islam dan saat
itu pula ia menyerukan kepada kaumnya untuk ikut meyakini islam juga,
hingga satu perkampungan pimpinan Sa’d pun masuk islam semua.
Mush’ab terus berada di rumah As’ad dan terus menyerukan agama islam
hingga semua perkampungan-perkampungan Anshar sudah berislam, kecuali
perkampungan Bani Umayah bin Zaid, Khathmah, dan Wa’il yang di antara
mereka ada Qais bin Al-Aslat, seorang penyair yang ditaati kaumnya yang
sangat menghalang-halangi kaumnya untuk masuk islam. Hingga akhirnya
sebelum musim haji tahun ke-13 setelah nubuwah, Mush’ab pun kembali ke
Makkah menyampaikan keberhasilannya dan keadaan penduduk Yatsrib yang
siap menerima dan memberi perlindungan untuk para muhajirin.

3
B. BaiahAqabahKeDua
Pada musim haji tahun ke-13 dari nubuwah, tepatnya pada bulan Juni
622M, lebih dari 70 muslimin penduduk Yatsrib ke Makkah untuk
melaksanakan manasik haji. Setibanya di Makkah, mereka menjalin hubungan
secara sembunyi-sembunyi dengan Rasulullah, yang akhirnya menghasilkan
kesepakatan antara kedua belah pihak untuk berkumpul di sebuah bukit di
Aqabah pada pertengahan hari Tasyrik atau tatkala melempar jumrah pertama
setelah dari Mina. Agar pertemuan iniberjalan lancar, maka harus di lakukan
secara sembunyi-sembunyi pada malam hari yang gelap. Setelah sepertiga
malam, mereka berjalan dengan langkah hati-hati menuju bukit Aqabah.
Jumlah mereka saat itu ada 73 orang laki-laki dan 2 perempuan, yaitu Nusaibah
binti Ka’b dan Asma binti Amr atau Ummu Mani’ dari Bani Salamah.
Mereka berkumpul hingga Rasulullah datang beserta paman beliau, Al-
Abbas bin Abdul Muththalib. Sekalipun saat itu dia belum masuk islam, tetapi
dia ingin menyertai beliau dan beliau pun percaya kepadanya.
Setelah semua dirasa cukup, maka Al-Abbas bin Abdul Muththalib
membuka dialog dan menjelaskan kepada mereka yang hadir di situ tentang
beratnya tanggung jawab yang mereka pikul, sebagai kelanjutan dan
konsekuensi atas disahkannya jalinan agama dan militer. Kemudian Ka’b
berkata kepada Rasulullah “wahai Rasulullah, putuskanlah apa yang engkau
sukai bagi diri engkau dan Rabb engkau”. Kata-kata ini menunjukkan
semangat, hasrat yang menggelora, keberanian, iman, dan ketulusan dalam
mengemban tanggung jawab serta menanggung apa pun akibatnya di kemudian
hari.
Al-Imam Ahmad meriwayatkan masalah ini secara rinci dari Jabir, dia
berkata “kami berkata “wahai Rasulullah, untuk hal apa kami berbaiat kepada
engkau ?”, dan Rasulullah pun menyampaikan isi dari baiat Aqabah kedua
tersebut :
1. Untuk mendengar dan taat tatkala bersemangat dan malas
2. Untuk menafkahkan harta tatkala sulit dan mudah
3. Untuk menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar

4
4. Untuk berjuang karena Allah dan tidak merisaukan celaan orang
yang suka mencela
5. Hendaklah kalian menolong jika aku datang kepada kalian,
melindungiku sebagaimana kalian melindungi diri, istri dan anak-
anak kalian, dan bagi kalian adalah surga.
Dan dimulailah proses baiat dengan cara berjabat tangan. Setelah proses
baiat usai,Rasulullah meminta penunjukan 12 orang agar menjadi pemuka bagi
kaumnya masing-masing. Mereka inilah yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan isi dari baiat tersebut. Seketika itu pula mereka menunjuk 12
orang pemuka yang 9 orang dari Khazraj dan sisanya dari Aus. Mereka adalah :
1. As’ad bin Zurarah bin Ads
2. Sa’d bin Ar-Rabi’ bin Amr
3. Abdullah bin Rahawah bin Tsa’labah
4. Rafi’ bin Malik bin Al-Ajlan
5. Al-Barra’ bin Ma’ruf bin Shahr
6. Abdullah bin Amr bin Haram
7. Ubadah bin Ash-Shamit bin Qais
8. Sa’d bin Ubadah bin Dulaim
9. Al-Mundzir bin Amr bin Khunais
10. Usaid bin Hudhair bin Sammak
11. Sa’d bin Khaitsamah bin Al-Harits
12. Rifa’ah bin Abdul-Mundzir bin Subair
Tiga orang terakhir dari Aus. Setelah jelas penunjukan mereka,
Rasulullah menyumpah mereka secara khusus sebagai para pemimpin yang
mempunyai tanggung jawab tersendiri.
Baiat ini berjalan lancar, dengan mencerminkan rasa cinta, loyalitas,
tolong menolong sesama orang-orang mukmin, kepercayaan, keberanian dan
keteguhan.

5
C. Proses Hijrah
Setelah Bai’atul Aqabah kedua dan semakin banyaknya penduduk Madinah yang
menerima agama islam, Rasulullah bersama para sahabatnya mulai merencanakan untuk
hijrah ke Madinah, namun beliau tidak mengambil keputusan sebelum memperoleh
kepastian yang jelas melalui wahyu yang membawa perintah ilahi. Pada saat beliau
memikirkan rencana untuk berhijrah dan menantikan perintah Allah, turunlah wahyu
yang memerintahkan beliau supaya meninggalkan kota Makkah menuju Yathrib atau
Madinah.
1. Faktor penyebab hijrah ke Madinah
Selain perintah Allah adapun sebab terjadinya hijrah Rasulullah antara lain:
a) Karena adanya siksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy. Begitu
Rasulullah SAW melakukan dakwah secara terbuka, berbagai ancaman
mulai diarahkan kepada beliau Rasulullah SAW dan orang-orang beriman
yang mengikutinya. Oleh karena itu, Rasulullah SAW senantiasa berpikir
untuk mencari perlindungan di luar Makkah. Sehingga terjadilah hijrah
kaum muslimin ke Habsyah, Thaif, dan kemudian ke Madinah.
b) Adanya kekuatan yang akan membantu dan melindungi dakwah, sehingga
memungkinkan Rasulullah SAW berdakwah dengan leluasa. Hal ini
sebagaimana tertuang dalam nash Bai’atul-‘Aqabah kedua. Yaitu kaum
Anshâr berjanji akan melindungi Rasulullah SAW sebagaimana
melindungi anak dan istri mereka.
c) Para pembesar kaum Quraisy dan sebagian besar masyarakat Makkah
menganggap Rasulullah SAW sebagai pendusta, sehingga mereka tidak
mempercayainya. Dengan kondisi seperti ini, maka beliau n ingin
mendakwahkan kepada masyarakat lainnya yang mau menerimanya.
2. Perjalanan Rasulullah ke Madinah
Padaa tanggal 27 Ṣafar tahun keempat belas kenabian, bertepatan dengan 12
September 622 M di tengah kegelapan malam, Nabi keluar dari rumah sahabatnya, Abu
Bakar bersama-sama bukan dari pintu depan, tetapi dari celah dalam rumah itu menuju ke
jalan belakang. Ini dilakukan demi kehati-hatian. Di samping itu beliau berjalan kaki

6
menuju Gua Tsur. Perjalanan itu beliau tempuh dengan mengambil jalur selatan Makkah
yang biasa digunakan menuju Yaman, bukan jalur utara yang biasa ditempuh para
perjalan ke Madinah. Jalan menuju gua sangat sempit, terjal dan penuh bebatuan.
Sebelum menjauh dari perbatasan Makkah, Rasulullah SAW berhenti sejenak
menyampaikan rasa cinta beliau yang sangat mendalam kepada tumpah darahnya dengan
berucap kepada kota Makkah sambil memandang dari kejauhan kota itu,

ِ ‫ﺿﺎﻟﻠﱠ ِﮭ َﻮأ َ َﺣﺒﱡﺎﻷ ْ ْر‬


ُ‫ﺿﺈِﻟَﯨﺎﻟﻠﱠ ِﮭ َﻮﻟَ ْﻮﻻَأ َﻧﱠﺄَھﻠَ ِﻜﺄ َ ْﺧ ُﺮ ُﺟ ْﻮ ِﻧﯿ ِْﻤ ْﻨ ِﻜ َﻤﺎﺧ ََﺮﺟْ ﺖ‬ ِ ‫أَﻧﱠ ِﻜ َﺨﯿ ُْﺮأ َ ْر‬

“Sesungguhnya engkau wahai kota Makkah adalah sebaik-baik bumi Allah dan negeri
yang paling dicintai oleh Allah. Seandainya pendudukmu tidak mengusir aku niscaya
aku tidak akan meninggalkanmu.” (HR. al-Tirmidzi dan al-Nasa’i)1

Setibanya di gua Tsur, Abu Bakar masuk terlebih dahulu ke dalam gua untuk
memeriksa apakah di dalamnya tidak terdapat binatang buas berbisa dan berbahaya apa
tidak. Setelah memastikan di dalam gua aman, Abu Bakar mempersilahkan Rasulullah
untuk masuk ke dalam gua bersama dengannya. Rasulullah bersama dengan Abu Bakar
tinggal di gua Tsur selama tiga hari tiga malam. Mereka terus berusaha mencari di mana
keberadaan Rasulullah dan Abu Bakar, hingga sampai di gua Tsur. Mereka mencari-cari
dan memeriksa lubang pintu gua, tetapi tidak ada tanda yang menunjukkan
kemungkinan adanya seseorang masuk ke dalamnya. Pintu gua penuh dengan sarang
laba-laba yang semuanya dalam keadaan utuh tidak ada satupun yang rusak karena
sentuhan. Terdapat pula dua ekor burung yang sedang mengerami telur di dalam
sarangnya. Mereka yakin tidak mungkin ada orang yang masuk ke dalam gua yang
gelap itu.

Akhirnya pada tanggal 8 Rabiul Awwal bertepatan dengan 23 September 622 M


rombongan Rasulullah SAW tiba di Quba.2 Beliau disambut hangat oleh penduduk
Quba dan singgah di rumah Kalthum bin Hadm selama beberapa hari. Selama di Quba
Rasulullah membangun masjid yang dalam sejarah islam terkenal dengan nama “Masjid

1
Muslim, Nasution. 1999. TapakSejarahSeputarMakkah-Madinah. Jakarta: GemaInsani, hal. 15
2
Arahbarat masjid Nabawi.

7
Quba” masjid yang pembangunannya diabadikan dalam al-Qur’an yang artinya
:“Sesungguh-nya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari
pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. di dalamnya masjid itu ada orang-
orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bersih.” (Qs. At-Taubah [9]: 108)

Setelah beberapa hari tinggal di Quba, Rasulullah melanjutkan perjalanan ke


Madinah dan tiba di kota itu pada tanggal 12 Rabiul Awwal demikian keterangan al-
Mas’udy. Beliau disambut dengan sangat hangat dan meriah oleh kaum Anșar.
Masyarakat, termasuk perempuan-perempuan mengelu-elukan beliau dengan kalimat
dan syair-syair pujian yang mengharukan.

Sesudah tiga hari barulah Ali bin Abi Ṭalib menyusul setelah tugasnya
mengembalikan amanat orang-orang yang dititipkan kepada Rasululllah ketika beliau ke
Makkah. Menyusul juga keluarga dan isteri Rasulullah SAW Saudah binti Zam’ah
bersama Fathimah dan Ummu Kultsum, Usamah bin Zaid dan Ummu Aiman3

3
SyaikhShafiyyurahman al-Mubarakfuri, SirahNabi, (Bandung: Mizania, 2013), hal. 151-152.
RingkasandariBuku al-Rahiiq al-Makhtum yang diterjemahkanolehpenerbitMizania.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
DiutusnyaMus’ab binUmairuntukmenyebarkansyariat-syariat Islam
keYatsribolehNabipadabeberapamasyarakat yang belummengenal Islam. Mus’ab yang
sudahditerimadenganbaikolehmasyarakatmulanyatidakditerimaolehpimpinansukuterseb
ut, namunkarenasantunnyapenyampaiansyariat yang dilkukanolehMus’ab,
akhirnyakepalasuku yang mulanyamenentang Islam secarasukarelamasuk Islam.

9
DAFTAR PUSTAKA
SyaikhShafiyyurahman al-Mubarakfuri, 2013.SirahNabi, Bandung: Mizania.

Muslim, Nasution. 1999. TapakSejarahSeputarMakkah-Madinah. Jakarta: GemaInsani.

10

Anda mungkin juga menyukai