Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Membuat sebuah karya tulis ilmiah tidaklah mudah. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya kurangnya pengetahuan tentang metode penulisan karya
ilmiah, kurangnya pengalaman terutama dalam praktik penelitian secara benar, serta
minimnya waktu dan dana penelitian. Mungkin tidaklah berlebihan jika dikatakan
bahwa bagi para pemula membuat karya tulis ilmiah masih dirasakan sebagai tugas
yang sukar. Namun, persepsi ini akan menjadi sebaliknya bila kita memmahami dengan
baik prosedurnya.
Pengetahuan yang kita miliki akan sangat bermanfaat bagi orang lain bila
pengetahuan ini dipublikasikan. Namun, bila kita menyimpannya untuk diri sendiri
saja, pengetahuan ini tidak bermanfaat bagi siapa pun karena tak seorang pun yang
tahu. Hal ini akan menjadi lebih buruk lagi bila pengetahuan yang kita miliki itu
sebetulnya tidak benar. Dan lebih celaka lagi karena kita sama sekali tidak mengetahui
adanya kesalahan ini.
Dalam menuangkan pengalaman dan pengamatan seseorang menjadi karya tulis
ilmiah, ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Pertama, sesuatu yang ditulis atau
diuraikan itu tidaklah mungkin dapat dimengerti orang lain apalagi diamalkan apabila
pengalaman dan pengamatan itu tidak dituangkan dalam bentuk karangan dengan
bahasa yang jelas, tegas, dan cermat. Syarat ini penting supaya karangan ilmiah dapat
dibaca dan dipahami tanpa keragu-raguan dan tanpa terjadi salah tafsir. Kedua, berbeda
dengan karya-karya sastra, penulisan karangan ilmiah harus mengikuti kaidah-kaidah
yang lazim berlaku. Itulah sebabnya sistematika penulisan karya ilmiah ini perlu
dipahami dan dikuasai.

1
1. 2 Tujuan
1. Memberikan pengetahuan mengenai metode atau cara penulisan karya ilmiah
yang baik dan benar.
2. Memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa menulis suatu karya ilmiah
tidaklah sulit jika dilakukan berdasarkan metode-metode yang benar.
3. Membuat pembaca agar termotivasi menuangkan ide, gagasan, pengalaman,
dan pengamatannya dalam karya ilmiah.
4. Diharapkan pembaca mampu membuat sebuah karya ilmiah dengan kualitas
cukup baik, sehingga dapat berguna umumnya bagi masyarakat luas, khususnya
bagi dirinya sendiri.
5. Setelah mempelajari metode penelitian ilmiah ini, diharapkan tidak terjadi
kesalahan-kesalahan yang biasanya terjadi dalam penulisan suatu karya ilmiah.
6. Membuat pembaca agar memiliki sikap-sikap ilmiah, diantaranya sikap ingin
tahu, sikap kritis, terbuka, obyektif, menghargai karya orang lain, berani
mempertahankan kebenaran, dan mempunyai pandangan jauh ke depan.

1. 3 Manfaat
1. Pembaca lebih percaya diri untuk membuat sebuah karya ilmiahnya sendiri
tanpa menjiplak karya ilmiah orang lain.
2. Pembaca mampu menuangkan ide, gagasan, pengalaman dan pengamatannya
dalam bentuk karya ilmiah sehingga dapat berguna bagi masyarakat.
3. Pembaca lebih menghargai suatu karya orang lain.
4. Pembaca menjadi memiliki sikap kritis, terbuka, dan obyektif dalam
menghadapi serta memecahkan masalah.

2
1. 4 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode ilmiah?
2. Apa tujuan mempelajari metode penulisan ilmiah?
3. Apa saja yang termasuk sikap-sikap ilmiah itu?
4. Bagaimana sistematika penulisan ilmiah?
5. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan penulisan ilmiah?

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Langkah-Langkah Penyusunan Karya Ilmiah


Maxine Hairston (1986: 6) menyebutkan bahwa tulisan yang baik itu harus bersifat
signifikan, jernih, ekonomis, bersifat membangun, dan gramatik (good writing is
significant, clear, unifiel, economical, developed, and grammatical). Tentu ini syarat
umum dalam sebuah tulisan, mengingat tulisan itu harus dibaca orang. Tulisan memang
harus berkaitan (signifikan) dengan suatu permasalahan yang menarik. Kalau tidak,
tulisan tersebut tidak akan dibaca. Tulisan juga harus jernis, tidak tendensius, karena
unsur subjektif tidak terlalu disenangi para pembaca. Tulisan juga harus ekonomis agar
pembaca tidak jenuh saat membaca. Tulisan pun harus bertatabahasa karena itu
mencerminkan logika bahasa yang dipakai penulis.
Untuk mendapatkan tulisan yang baik, diperlukan strategi dan langkah-langkah
penulisan karya ilmiah secara sistematis. David Nunan (1991) dalam Syihabuddin
(2006) merinci tahapan dalam menulis, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan dan
tahap revisi atau perbaikan tulisan. Kegiatan-kegiatan ini untuk menunjukkan bahwa
menulis membutuhkan proses yang berkesinambungan. Pada tahap prapenulisan, kita
harus menyiapkan beberapa hal yang mendukung terciptanya tulisan, pada tahap
penulisan penulis berfokus pada hasil berupa draf tulisan, dan pada saat pascapenulisan
fokus penulis diarahkan pada perbaikan tulisan.
McCrimmon (1984:10) menjelaskan bahwa proses menulis terdiri atas tiga tahap,
yakni perencanaan, membuat draf, dan merevisi. Perencaan berkait erat dengan
bagaimana kita memulai menulis. Demikian pula, bagaimana kita menggunakan
memori untuk kepentingan menulis. Membuat draf artinya membuat garis besar
tulisan. Merevisi artinya meneliti kembali tulisan agar tidak mengandung kesalahan
yang membuat tulisan itu tidak baik.

4
Dalam hal gagasan, DePorter (1999:181) menyebutkan bahwa pengelompokkan
(clustering) adalah salah satu cara memilah gagasan-gagasan dan menuangkannya ke
atas kertas secepatnya, tanpa pertimbangan. Hal ini dilakukan dengan beberapa tahap:
1. Melihat gagasan dan membuat kaitan antara gagasan.
2. Mengembangkan gagasan yang telah dikemukakan.
3. Menelusuri jalan pikiran yang ditempuh otak agar mencapai suatu konsep.
4. Bekerja secara alamiah dengan gagasan-gagasan tanpa penyuntingan atau
pertimbangan.
5. Memvisualisasikan hal-hal khusus dan mengingatnya kembali dengan mudah.
6. Mengalami desakan kuat untuk menulis.
Dalam rangka menghindari hambatan-hambatan yang dialami saat menulis,
DePorter (1999:187) memberikan kiat-kiat, yakni:
1. Pilihlah suatu topik
2. Gunakan timer untuk jangka waktu tertentu.
3. Mulailah menulis secara kontinu walaupun apa yang Anda tulis adalah―Aku
tak tahu apa yang harus kutulis.
4. Saat timer berjalan, hindari:
1) Pengumpulan gagasan
2) Pangaturan kalimat
3) Pemeriksaan tata bahasa
4) Pengulangan kembali
5) Mencoret atau menghapus sesuatu
6) Teruskan hingga waktu habis dan itulah saatnya berhenti.

5
Proses menulis tidak selalu mengikuti panduan di atas, adakalanya seseorang
memiliki cara atau strategi tertentu. Hal ini dapat dibenarkan sepanjang tujuannya sama
menghasilkan tulisan yang baik. Banyak penulis yang tidak mau terikat oleh panduan-
panduan yang dianggapnya membelenggu. Sebagai sebuah proses kreatif menulis
memang tidak selalu dapat diatur dan diurutkan berdasarkan hal-hal di atas, namun
juga terdapat spontanitas dan improvisasi yang memiliki posisi penting dalam kreatif
menulis. Namun demikian, setiap gagasan atau ide tidak selalu mudah diingat oleh
penulis. Oleh karena itu penulis dengan gaya yang dimilikinya tetap harus mencatat
ide-ide itu supaya tidak lupa. Cara yang paling mudah dilakukan adalah dengan
membuat rancangan tulisan atau membuat peta pikiran dari calon tulisan yang hendak
kita buat. Mungkin rancangan dan peta pikiran tersebut tidak harus formal dan lengkap,
hal ini sekadar membantu agar gagasan tidak menguap dan siap dirangkai pada saat
menulis.

2.2. Perbaikan Karya Ilmiah


Langkah berikutnya melakukan perbaikan tulisan setelah draf tulisan selesai. Pada
saat menulis, hendaknya jangan melakukan perbaikan terlebih dahulu agar gagasan
atau materi yang hendak disajikan dapat tertuang secara baik. Proses perbaikan terjadi
ketika draf tulisan sudah diselesaikan.
Hal-hal yang hendaknya diperhatikan pada saat perbaikan tulisan adalah faktor
kebahasaan dan faktor isi tulisan. Faktor kebahasaan berkait dengan masalah-masalah
kebahasaan, seperti ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf. Faktor kebahasaan merupakan
tampilan fisik karya tersebut. Sementara editing isi dilakukan berdasarkan kebutuhan
materi yang mesti disajikan dalam tulisan tersebut.

6
2.3. Publikasi Karya Ilmiah
Publikasi penting dilakukan agar karya ilmiah dapat dibaca banyak orang.
Mempublikasikan tulisan berarti kita mengibarkan bendera keilmuan kita. Di samping
kemampuan yang sudah kita miliki, hal penting dalam publikasi tulisan adalah
keberanian kita untuk mengirimkannya kepada media yang relevan dan kesiapan kita
untuk dikritik orang lain.
Menulis untuk media massa berarti menulis untuk kepentingan publik. Oleh karena
itu, tulisan yang dibuat harus disesuaikan dengan kebutuhan publik. Media massa
(koran, majalah, jurnal) merupakan alat yang efektif untuk menyebabkan pikiran dan
gagasan seorang penulis. Persoalannya, bagaimakah tulisan yang cocok untuk media
massa tersebut.
1. Tulisan harus aktual
Media selalu menyajikan informasi aktual yang terjadi setiap saat. Informasi
aktual tersebut menjadi syarat bagi keberlangsungan sebuah media. Oleh karena
masyarakat hanya menghendaki informasi aktual yang disajikan sebuah media.
Informasi terkini bukan hanya disajikan dalam ruang berita, tetapi juga dalam
ruang opini. Seorang penulis opini, mau tidak mau, harus mengikuti
perkembangan informasi agar dia bisa menulis sesuatu yang aktual. Aktualitas
berita biasanya menjadi penilaian utama seorang editor media untuk menentukan
apakah sebuah tulisan layak dimuat atau tidak.
2. Tulisan harus menarik
Di samping aktual, tulisan tersebut harus menarik. Hal ini berarti sebuah tulisan
harus disajikan dengan gaya yang mempersona dan mengambil tema-tema yang
menarik perhatian pembaca. Menarik secara penyajian berkonsekuensi pada gaya
penulisan seseorang. Kita sering membaca tulisan yang datar-datar saja, tidak
komunikatif, dan kurang mengundang ―kepenasaranan pembaca. Secara tema,
menarik berarti mengundang perhatian karena tema tersebut dibutuhkan oleh para
pembaca.

7
3. Tulisan harus padat isi
Karena kolom media sangat terbatas, sementara media harus memuat banyak
hal, dengan demikian bahasa yang disajikan media harus padat isinya. Tulisan di
media harus langsung menyentuh persolan yang dibahas atau diulas. Penulis tidak
boleh berpanjang-panjang bercerita. Tulisan yang berfokus menjadi syarat sebuah
tulisan untuk layak dimuat disebuah media. Oleh karena itu, media biasanya
membatasi jumlah halaman atau bait kata untuk sebuah tulisan
4. Tulisan harus bermanfaat
Tulisan yang aktual, menarik, dan disajikan padat isi belumlah cukup syarat
untuk dimuat. Tulisan juga harus bermanfaat bagi pembaca. Penerbit koran dan
majalah adalah para pekerja professional yang menggantungkan hidupnya dari
penerbitan. Mereka hanya memuat tulisan-tulisan yang ―laku dijual kepada
konsumennya. Tulisan dimaksud adalah yang mengandung manfaat bagi pembaca.
Oleh karena itu, tulisan artikel, kolom, opini, esai dll. merupakan tulisan-tulisan
yang tersaji di media dan harus ditulis dengan penuh kebermanfaatan bagi
pembaca.
Ketentuan di atas tidak seluruhnya berlaku untuk karya tulis ilmiah, mengingat
banyak karya tulis ilmiah yang tidak mengandung unsur aktualitas, namun
bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu media yang berbeda menghendaki jenis
dan karakteristik tulisan yang berbeda. Namun secara prinsip tulisan yang
bermanfaat dan bernilai apabila tulisan tersebut dipublikasikan kepada khalayak.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Metode Ilmiah


Kata ilmiah dalam berbagai kesempatan seringkali dipandang sebagai sesuatu
yang rumit, terbatas, milik pihak tertentu dan tentu saja sulit dilakukan. Metode dalam
karya ilmiah juga sering dipahami sebagai metode suatu karya yang hanya dapat
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang sudah memiliki kadar keilmuan tertentu pula.
Metode ilmiah sendiri diartikan sebagai proses berpikir untuk memecahkan masalah
secara sistematis, empiris, dan terkontrol.
Sistematis, berarti metode ilmiah dilakukan secara bertahap, tidak zig-zag. Proses
berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga
terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai
langkah-langkah dan berurutan.
Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. Maksudnya adalah
bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya harus tersedia
datanya yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia
data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila
sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah
bentuk metode ilmiah.
Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara
terkontrol. Maksudnya, dalam berpikir secara ilmiah dilakukan secara sadar dan
terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya dapat
dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya
dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan
terkontrol.

9
Namun, terlepas dari semua kerumitan yang diciptakan, sebetulnya metode
penulisan karya ilmiah merupakan kegiatan yang sama dengan metode penulisan
pada umumnya. Kegiatan menulis pada dasarnya kegiatan menyampaikan atau
menyajikan gagasan atau pikiran, informasi, kehendak, kepentingan dan berbagai
pesan kepada pihak lain dalam bahasa tulis. Kegiatan menulis karya ilmiah tentu
dipahami sebagai kegiatan menyampaikan pengetahuan dan temuan baru dalam
suatu bidang ilmu dalam bahasa tulis. Karya ilmiah juga biasanya menggunakan
media ilmiah, seperti jurnal ilmiah atau forum ilmiah.

3.2. Tujuan
Karya ilmiah sejatinya merupakan karya tulis ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan
benar. Karakteristik keilmiahan sebuah karya terdapat pada isi, penyajian, dan
bahasa yang digunakan. Isi karya ilmiah tentu bersifat keilmuan, yakni rasional,
objektif, tidak memihak, dan berbicara apa adanya. Isi sebuah karya ilmiah harus
fokus dan bersifat spesifik pada sebuah bidang keilmuan secara mendalam.
Kedalaman karya tentu sangat disesuaikan dengan kemampuan sang ilmuwan.
Bahasa yang digunakan juga harus bersifat baku, disesuaikan dengan sistem ejaan
yang berlaku di Indonesia. Bahasa ilmiah tidak menggunakan bahasa pergaulan,
tetapi harus menggunakan bahasa ilmu pengetahuan, mengandung hal-hal yang
teknis sesuai dengan bidang keilmuannya. Hal-hal tersebut di atas sangat berkaitan
erat dengan bagaimana pemahaman seseorang mengenai metode penulisan karya
ilmiah.
Itulah mengapa metode ilmiah penting untuk dipelajari. Dengan demikian,
tujuan mempelajari metode ilmiah ini ialah untuk :
1. Meningkatkan keterampilan, baik dalam menulis, menyusun, mengambil
kesimpulan maupun dalam menerapkan prinsip-prinsip yang ada
2. Mengorganisasikan fakta

10
3. Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-
pertimbangan logis
4. Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah,
pengumpulan data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diakhiri
dengan penarikan kesimpulan.
5. Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga
merupakapengetahuan yang dapat diandalkan.

3.3. Sikap Ilmiah


Sejauh ini dikenal tujuh hal yang menyangkut sikap ilmiah ilmuwan yang sering
kali dilupakan dan diabaikan oleh sebagian penulis karya ilmiah, termasuk mereka
yang sudah mencapai strata pendidikan lebih tinggi, bahkan yang tertinggi sekalipun.
3.3.1. Sikap Ingin Tahu
Seserorang yang bersikap ilmiah selalu bertanya-tanya tentang berbagai hal
yang dihadapinya. Ia selalu tertarik tidak saja kepada hal-hal yang lama, tetapi
terutama pada hal-hal yang baru. Walaupun hal-hal lama telah dibahas oleh para
ahli sebelumnya, mungkin saja untuk pengembangannya masih dibutuhkan
pemikiran lebih lanjut. Sebaliknya, hal-hal baru perlu ditelaah sehingga bila perlu
dibuat suatu kesimpulan baru.
3.3.2. Sikap Kritis
Orang yang bersikap kritis tidak puas dengan jawaban tunggal. Ia akan selalu
berusaha mencari hal-hal yang ada di balik suatu gejala, bahkan yang
melatarbelakangi fakta yang dihadapinya. Sikap ingin tahu ini merupakan motivasi
kuat dan positif untuk belajar. Rasa ingin tahu semacam ini menyebabkan
seseorang mencari informasi sebanyak mungkin, sebelum ia menetapkan pendapat
yang akan dikemukakannya. Ia selalu berhati-hati sebelum melakukan suatu
tindakan.

11
3.3.3. Sikap Terbuka
Artinya, selalu bersedia mendengar keterangan dana argumentasi orang lain,
walapun berbeda dengan pendirian. Orang dengan sikap seperti ini tidak menutup
mata terhadap adanya kemungkinan pendapat lain. Itulah sebabanya ia tidak
emosional dalam menghadapi kritik, sangkalan bahkan celaan terhadap pendapat
yang dikemukakannya.
3.3.4. Sikap Obyektif
Seseorang yang mempunyai sikap obyektif akan mampu mengesampingkan
sikap prasangka pribadi (apriori) ataupun kecenderungan yang tidak beralasan
terhadap orang lain. Jadi ia berpikir positif. Dengan demikian ia mampu
menyatakan sesuatu apa adanya, serta dapat melihat sesuatu secara nyata dan
aktual. Orang yang bersikap obyeltif tidak dikuasai oleh pikiran atau perasaaannya
sendiri maupun prasangka tetrhadap orang lain.
3.3.5. Menghargai Karya Orang Lain
Berjiwa besar untuk menghargai karya orang lain, tanpa merasa dirinya
kecil, merupakan sikap ilmiah yang sangat penting. Kecongkakan biasanya
menyebabkan orang tak mampu bersikap obyektif. Kalau ia membuat karya
ilmiah, biasanya tulisannnya bernada sombong, memerintah ataupun menggurui.
Seorang yang berjiwa ilmiah pantang mengakui karya orang lain sebagai karya
orisinil yang berasal dari dirinya. Ia rela dan dengan senang hati akan mengakui
dan menyampaikan ucapan terima kasih saat gagasan atau karya orang lain yang
ia kutip atau bantuan dalam bentuk apapun yang telah diterimanya.
3.3.6. Berani Mempertahankan Kebenaran
Sikap ilmiah membuat orang berani mengatakan kebenaran dan bila perlu
sekaligus mempertahankannya. Kebenaran yang dibelanya ini mungkin berupa
tulisan atau hasil penelitiannya sendiri, mungkin pula hasil penemuan karya orang
lain. Dengan demikian memiliki keberanian mengemukakan kebenaran, cara
berpikir dan sikapnya dalam melakukan penulisan menjadi konsisten.

12
3.3.7. Berpandangan Jauh ke Depan
Orang yang punya pandangan jauh ke depan selalu tanggap terhadap
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena sikap ini,
ia selalu haus untuk membaca dan mengetahui lebih banyak. Akhirnya, ia akan
menganggap bahwa membaca dan menulis sebagai suatu kebutuhan, serta menulis
karya ilmiah sebagai suatu kebutuhan profesional.

3.4. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah


3.4.1. Bagian pengantar
Bagian pengantar ini berisi :
1) Halaman judul
2) Lembar pengesahan
3) Kata pengantar
4) Daftar isi
5) Daftar table
6) Daftar gambar
7) Daftar lampiran
8) Abstrak
3.4.2. Isi Karya Tulis ilmiah
1) Pendahuluan
Pendahuluan memuat latar belakang penelitian secara ringkas dan padat,
dan tujuan. Dukungan teori tidak perlu dimasukkan pada bagian ini, tetapi
penelitian sejenis yang sudah dilakukan dapat dinyatakan. Bagian pendahuluan
biasanya menjelaskan latarbelakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi dan
hipotesis.
2) Kajian Teoretis
Kajian teoritis ini menjelaskan dasar-dasar teori yang mendukung
penelitian guna memperoleh hasil yang ilmiah, tidak menyimpang, dan sesuai

13
fakta yang ada. Pada bagian ini disebutkan satu atau lebih teori menurut para ahli.
Dengan demikian kajian teoretis bukan berdasarkan hasil karangan penulis, tetapi
berdasarkan teori yang berlaku.
3) Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan prosedur dan teknik penelitian. Metode
penelitian biasanya memuat tempat dan waktu penelitian, teknik pengambilan
sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. Antara satu penelitian
dengan penelitian yang lain, prosedur dan tekniknya akan berbeda. Kalau tidak
berbeda, berarti penelitian itu hanya mengulang penelitian yang sudah ada
sebelumnya. Tapi bukan berarti harus berbeda semuanya. Untuk penelitian sosial
misalnya, populasi penelitian mungkin saja sama, tapi teknik samplingnya
berbeda, teknik pengumpulan datanya berbeda, analisis datanya berbeda, dan
lain.lain.
Mohon diuraikan dengan jelas, bukan hanya mengkopi dari penelitian lain.
Kalau mau disertakan penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam kategori
penelitian yang mana, mohon diperhatikan dengan baik, jangan asal mengkopi.
Bagian ini bisa dibagi menjadi beberapa sub bab, tetapi tidak perlu mencantumkan
penomorannya.
4) Pembahasan dan Hasil Penelitian
Bagian ini memuat data (dalam bentuk ringkas), analisis data dan
interpretasi terhadap hasil. Pembahasan dilakukan dengan mengkaitkan studi
empiris atau teori untuk interpretasi. Jika dilihat dari proporsi tulisan, bagian ini
harusnya mengambil proporsi terbanyak, bisa mencapai 50% atau lebih. Bagian
ini bisa dibagi menjadi beberapa sub bab, tetapi tidak perlu mencantumkan
penomorannya.
5) Kesimpulan, Implikasi, dan saran
Bagian ini memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan dan saran dapat
dibuat dalam sub bagian yang terpisah. Kesimpulan menjawab tujuan, bukan
mengulang teori, berarti menyatakan hasil penelitian secara ringkas (tapi bukan

14
ringkasan pembahasan). Saran merupakan penelitian lanjutan yang dirasa masih
diperlukan untuk penyempurnaan hasil penelitian supaya berdaya guna. Penelitian
tentuny tidak selalu berdaya guna bagi masyarakat dalam satu kali penelitian, tapi
merupakan rangkaian penelitian yang berkelanjutan.

3.5. Bagian Pelengkap


a. Daftar pustaka
Bagian ini hanya memuat referensi yang benar-benar dirujuk; dengan demikian,
referensi yang dimasukkan pada bagian ini akan ditemukan tertulis pada bagian-bagian
sebelumnya. Sistematika penulisannya adalah:
1) Menurut abjad.
2) Tidak perlu dikelompokkan berdasarkan buku, jurnal, koran, ataupun
berdasarkan tipe publikasi lainnya.
3) Sistematika penulisan untuk buku: nama penulis (kata terakhir lebih dahulu,
lalu nama pertama dan seterusnya). Tahun publikasi. Judul buku. Penerbit, kota.
4) Sistematika penulisan untuk jurnal: nama penulis (kata terakhir lebih dahulu,
lalu nama pertama dan seterusnya). Tahun publikasi. “Judul tulisan.” Nama
jurnal. Volume, nomor. Penerbit, kota.
5) Sistematika penulisan untuk skripsi/tesis/disertasi: nama penulis (kata terakhir
lebih dahulu, lalu nama pertama dan seterusnya). Tahun lulus. Judul
skripsi/tesis/disertasi. Penerbit, kota.
6) Sistematika penulisan untuk artikel dari internet: nama penulis (kata terakhir
lebih dahulu, lalu nama pertama dan seterusnya). Tanggal, bulan, dan tahun
download. Judul tulisan. Alamat situs.
7) Sistematika penulian untuk artikel dalam koran/majalah: nama penulis (kata
terakhir lebih dahulu, lalu nama pertama dan seterusnya). Tanggal, bulan dan
tahun publikasi. “Judul tulisan.” Nama koran. Penerbit, Kota.

15
3.6. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penulisan Ilmiah
Penelitian ilmiah adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan
metode ilmiah. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah :
1. Mencari, merumuskan, dan mengidentifikasi masalah
Untuk memulai suatu penelitian empiris dalam rangka menulis karya ilmiah,
sebaiknya dimulai dengan mencari atau menemukan “issue” penelitian atau
pertanyaan yang relevan dengan bidang studi atau disarankan dengan memilih atau
menentukan judul penelitiannya. Pertanyaan penelitian harus sederhana agar
researchable.
Langkah selanjutnya adalh membuat judul untuk model yang telah dirumuskan.
Dalam merumuskan judul hendaknya judul tersebut harus sudah dapat memberikan
gambaran kepada para pembaca tentang apa yang dibahas di dalamnya.
2. Menyusun kerangka pemikiran (logical construct)
Pada dasarnya, kerangka berpikir adalah mengalirkan jalan pikiran menurut
kerangka logis atau kerangka teoritis yang relevan untuk menjawab penyebab
terjadinya maslah. Keberhasilan dalam merumuskan kerangka berpikir tercermin oleh
teridentifikasinya hubungan variabel yang diteliti dan adanya argumentasi teoritis
mengenai hubungan antarvariabel yang diteliti.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap masalah penelitian. Dugaan
sementara tersebut diperoleh melalui kerangka berpikir yang didasarkan pada kajian
secara analisis dan konklusif. Rumusan hipotesis yang jelas dapat membantu
mengerahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah.
4. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan
sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang
peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data
berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran

16
penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima
atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
5. Menguji hipotesis secara empirik
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementara dari
suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan
sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis,
peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau
menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti
harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf
signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derajat kepercayaan
terhadap hasil suatu penelitian. Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi
berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
6. Menarik kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah
kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan
masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam
bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis
data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup
penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang
dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan
masalah yang diajukannya.

17
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Dari materi yang sudah dipaparkan diatas, kami dapat menyimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Metode ilmiah diartikan sebagai proses berpikir untuk memecahkan masalah
secara sistematis, empiris, dan terkontrol
2. Sangat penting mempelajari metode ilmiah
3. Untuk menulis karya ilmiah ada perlunya kita mempelajari sikap ilmiah
4. Karya ilmiah memiliki beberapa sistematika dalam penulisannya, antara lain :
bagian pengantar, isi karya tulis, dan bagian pelengkap
5. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan
metode ilmiah yang terdiri dari beberapa langkah dalam penulisannya

4.2. Saran
Untuk melakukan penulisan karya ilmiah yang bersifat sistematis harus didasarkan
dengan metode ilmiah, memperhatikan tujuh hal yang menyangkut sikap ilmiah
ilmuwan yang sering kali dilupakan, memperhatikan sistematika yang sudah yang
sudah ada, dan memperhatikan langkah-langkah agar penulisan karya ilmiah
mendapatkan hasil yang maksimal.

18

Anda mungkin juga menyukai