Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEJARAH DAKWAH RASULULLAH
PERIODE MEKKAH

NAMA : EVA DWI


DAMAYANTI
NO : 12
KELAS : X MIPA 1

SMA N 1 JOGONALAN
TP 2020/2021
BAB I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita bisa menikmati indahnya
alam ciptaan-Nya. Sholawat beserta salam senantiasa ter curahkan
kepada teladan kita yaitu, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang
sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Alhamdulillah, karena atas izin Allah SWT saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam. Makalah ini berisikan
mengenai “Sejarah Dakwah Rasulullah Periode Mekkah” yang
meliputi sejarah hidup, Kerasulan Nabi Muhammad SAW, dan juga
reaksi masyarakat Mekkah dan kaum Quraisy.
Saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih
terdapat banyak kesalahan, mulai dari kesalahan kata maupun
penulisan. Maka dari itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan saya agar dapat
menginspirasi serta memenuhi harapan berbagai pihak. Aamiin.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Klaten, 24 November 2020

Eva Dwi Damayanti .


BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah hidup Rasulullah


1. Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW dilahirkan di Mekkah pada hari Senin, tanggal
12 Rabiul awal, pada permulaan tahun dari peristiwa Gajah. Yang lebih dikenal
dengan tahun gajah.
Nabi Muhammad adalah anggota keluarga Bani Hasyim, suatu kabilah yang
kurang berkuasa dalam Suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah.
Nabi Muhammad SAW lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin.
Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Mutholib seorang kepala suku Quraisy
yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah.
Nabi Muhammad SAW nabi dilahirkan dalam keadaan yatim karena ayahnya
meninggal dunia setelah menikahi Aminah.
 Al Quran dengan tegas menyatakan bahwa kelahiran Nabi Muhammad
SAW telah diramalkan oleh semua nabi terdahulu melalui perjanjian yang telah
dibuat dengan umat mereka masing - masing bahwa mereka harus menerima atas
kerasulan Muhammad SAW nanti, seperti yang dijelaskan dalam Q.S. Ali-Imran
ayat 81.

2. Masa Kanak-kanak
Tidak lama setelah kelahirannya, bayi Muhammad SAW diserahkan kepada
Tsuwaibah, seorang budak perempuan pamannya. Selanjutnya Nabi dipercayakan
kepada Halimah, seorang wanita Badui dari suku Nani Sa'ad. Pada usia 4 tahun,
Nabi dikembalikan oleh Halimah kepada tanggung jawab Ibunya. Kira – kira
berusia 6 tahun, dimana sedang asyik bermain bersama teman - teman Beliau.
Teman teman Nabi gembira saat ayah mereka pulang. Namun Rasulullah pulang
dengan tangisan menemui ibunda beliau seraya berkata, “wahai ibunda mana
ayah?” ibunda Beliau terharu tanpa jawaban yang pasti, sehingga dalam
ketidakmampuan atas jawaban tersebut. Hingga suatu ketika ibunda beliau
mengajak Baginda Nabi pergi kekota tempat ayah beliau dimakamkan.
Sekembalinya dari pencarian makam suami tercinta ibunda Rasul jatuh sakit dan
meninggal dalam perjalanan pulang. Beliau pun menjadi anak yatim piatu dan
diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Namun 2 tahun kemudian kakeknya pun
yang berumur 82 tahun juga meninggal dunia. Maka dalam usia 8 tahun itu,
Nabi ada dibawah tanggung jawab pamannya Abi Thalib.
3. Masa Remaja
Ketika berusia 12 tahun Nabi Muhammad SAW menyertai pamannya, Abu
Thalib dalam berdagang menuju Suriah. Pada usia 30 tahun karena
kecerdasan dan kebijaksanaan beliau, Nabi Muhammad SAW mampu
mendamaikan perrselisihan kecil yang muncul ditengah-tengah suku Quraisy yang
sedang melakukan renovasi Ka'bah. Mereka mempersoalkan siapa yang paling
berhak menempatkan posisi hajar aswat di Ka'bah. Pada masa mudanya beliau
telah menjadi pengusaha sukses. Kemudian pada usia 25 tahun beliau menikah
dengan pemodal besar arab dan janda kaya Mekkah, Khadijah binti Khualid yang
saat itu sudah berusia 40 tahun.

B. Kerasulan Muhammad SAW


1. Pengangkatan Muhammad SAW sebagai Rasul
Menjelang usianya yang ke 40, Nabi Muhammad SAW sudah terbiasa
memisahkan diri dari kegalauan masyarakat, dan beliau berkhalwat ke gua Hira,
yang terletak beberapa kilometer di utara kota mekah. Disana Rasul SAW
bertafakur. Pada tanggal 17 Ramadhan sekitar tahun 611 Masehi, Malaikat Jibril
datang menyampaikan Wahyu Allah yang pertama yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5 :

Artinya : Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah mencipta. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu itu maha
melihat. Dia telah mengajar dengan kalam. Dia telah mengajar manusia apa
yang mereka tidak ketahui ( QS 96 : 1-5 )

Dengan turunnya Wahyu pertama, berarti Nabi Muhammad SAW telah


dipilih oleh Allah sebagai Rasul, namun Rasul belum diperintahkan untuk
menyeru manusia kepada Agama Islam. Setelah Wahyu pertama itu turun, Jibril
tidak muncul lagi untuk beberapa lama sementara Nabi Muhammad SAW
menantikannya dan selalu datang ke Gua Hira’. Dalam proses penantian, Jibril
kemudian baru turun Wahyu yang kedua membawa perintah kepada Rasulullah
SAW yaitu Q.S. Al Muddatsir ayat 1-7 :
Artinya : Hai orang yang berselimut bangun, dan beri ingatlah. Hendaklah
engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkan perbuatan
dosa dan janganlah engkau memberi ( dengan maksud ) memperoleh ( balasan )
yang lebih banyak dan untuk ( untuk memenuhi perintah ) Tuhanmu
bersabarlah. ( Al- Muddatsir 1-7 )

Dengan turunnya ayat ini maka dimulailah dakwah Rasulullah dalam


menyampaikan risalah Islam. Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada
di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610-622 M), secara berangsur-
angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726
ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah
dinamakan Surah Makkiyyah.
Menurut Syaikh Syafiyur-Rahman Al-Mubarakfuri, (dalam sirah
nabawiyah) bahwa dakwah Rasullullah pada periode Mekkah dibagi dalam dua
peride yaitu dakwah secara sembunyi- sembunyi dan dakwah secara terang-
terangan.

2. Periode sembunyi-sembunyi (3-4 tahun)


Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru
untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya
sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah
memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah Khadijah binti
Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu
Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid
bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat
dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada
waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata
beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah,
Abdul Amar dari Bani Zuhrah, Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris, Utsman
bin Affan, Zubair bin Awam, Sa’ad bin Abu Waqqas, dan Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-
sembunyi, yang namanya sudah disebutkan diatas disebut Assabiqunal Awwalun
(pemeluk Islam generasi awal).

3. Periode terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian,
yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu
dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an
Surah Asy-Syuara : 214-216.

Artinya : 214. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,


215. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu
orang-orang yang beriman. 216. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah:
"Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan".

          Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain


sebaga berikut:
1.        Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri
jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum
menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang
sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib,
Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
2.        Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama
yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit
Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah terdapat
kalangan kaum kafir Quraisy yang menyatakan diri masuk Islam, yaitu Hamzah
bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin
Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin
Khattab (581-644 M).
          Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk
di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang
masuk Islam antara lain:
1. Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
2. Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
3. Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah).
Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan
Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang,
dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu
Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang
ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul
Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib
bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu,
mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah
ke Yatsrib.

4. Akhir Kerasulan
Dengan berpindahnya Rasullah dari Mekkah ke Madinah (Yastrib), maka
berakhirlah periode Dakwah di Mekkah. Lebih kurang 13 tahun lamanya.
Setelah tiba dan diterima penduduk Yastrib di Madinah, Nabi Muhammad
SAW diangkat resmi sebagai peminpin kota itu. Dengan terbentuknya Negara
Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu
membuat orang-orang Mekkah dan musuh-musuh Islam lainnya menjadi risau.
Untuk menghadapi gangguan dari musuh, Nabi mengatur siasat dan membentuk
pasukan tentara.
Pada tahun 9 dan 10 hijriah banyak suku dari pelosok Arab mengutus
delegasinya kepada Nabi Muhammad SAW menyatakan ketundukan mereka.
Masuknya orang Mekkah ke dalam agama Islam rupanya mempunyai pengaruh
yang sangat besar pada penduduk padang pasir. Tahun itu disebut dengan tahun
perutusan. Persatuan bangsa Arab telah terwujud, peperangan antara suku yang
berlangsung sebelumnya telah berubah menjadi persaudaraan seagama. Setelah itu
Nabi Muhammad SAW segera kembali ke Madinah. Dua bulan setelah itu, Nabi
menderita sakit demam, tenaganya dengan cepat berkurang. Dan pada hari Senin,
tanggal 12 Rabiul Awal 11 H atau 08 Juni 632 M Nabi Muhammad SAW wafat di
rumah istrinya Aisyah.

C. Reaksi Masyarakat Mekkah terhadap Dakwah


Rasulullah SAW
Reaksi masyarakat Mekkah terhadap dakwah Rasulullah SAW bermacam-
macam, ada yang menerima, menolak, menentang, bahkan memusuhi terhadap
ajaran yang di bawa Rasulullah Ada juga yang berpura-pura menerima ajaran
Rasulullah SAW.

D. Reaksi Kaum Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah


SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah
menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW,
yakni:
 Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan
dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka
mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka
juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah
SAW (Islam) melarangnya.
 Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya
kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat,
karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
 Kaum kafir Quraisy menolak ajaran Islam karena mereka merasa berat
meninggalkan agama dan tradisi hidup bermasyarakat warisan leluhur
mereka.
 Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan
dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.

Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi
Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman
bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena
Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang
pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga
keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir
Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena
ternyata Abu Jahal lebih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah
yang kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan
pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah
wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah
disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).

Anda mungkin juga menyukai