SMA N 1 JOGONALAN
TP 2020/2021
BAB I
KATA PENGANTAR
2. Masa Kanak-kanak
Tidak lama setelah kelahirannya, bayi Muhammad SAW diserahkan kepada
Tsuwaibah, seorang budak perempuan pamannya. Selanjutnya Nabi dipercayakan
kepada Halimah, seorang wanita Badui dari suku Nani Sa'ad. Pada usia 4 tahun,
Nabi dikembalikan oleh Halimah kepada tanggung jawab Ibunya. Kira – kira
berusia 6 tahun, dimana sedang asyik bermain bersama teman - teman Beliau.
Teman teman Nabi gembira saat ayah mereka pulang. Namun Rasulullah pulang
dengan tangisan menemui ibunda beliau seraya berkata, “wahai ibunda mana
ayah?” ibunda Beliau terharu tanpa jawaban yang pasti, sehingga dalam
ketidakmampuan atas jawaban tersebut. Hingga suatu ketika ibunda beliau
mengajak Baginda Nabi pergi kekota tempat ayah beliau dimakamkan.
Sekembalinya dari pencarian makam suami tercinta ibunda Rasul jatuh sakit dan
meninggal dalam perjalanan pulang. Beliau pun menjadi anak yatim piatu dan
diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Namun 2 tahun kemudian kakeknya pun
yang berumur 82 tahun juga meninggal dunia. Maka dalam usia 8 tahun itu,
Nabi ada dibawah tanggung jawab pamannya Abi Thalib.
3. Masa Remaja
Ketika berusia 12 tahun Nabi Muhammad SAW menyertai pamannya, Abu
Thalib dalam berdagang menuju Suriah. Pada usia 30 tahun karena
kecerdasan dan kebijaksanaan beliau, Nabi Muhammad SAW mampu
mendamaikan perrselisihan kecil yang muncul ditengah-tengah suku Quraisy yang
sedang melakukan renovasi Ka'bah. Mereka mempersoalkan siapa yang paling
berhak menempatkan posisi hajar aswat di Ka'bah. Pada masa mudanya beliau
telah menjadi pengusaha sukses. Kemudian pada usia 25 tahun beliau menikah
dengan pemodal besar arab dan janda kaya Mekkah, Khadijah binti Khualid yang
saat itu sudah berusia 40 tahun.
Artinya : Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah mencipta. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu itu maha
melihat. Dia telah mengajar dengan kalam. Dia telah mengajar manusia apa
yang mereka tidak ketahui ( QS 96 : 1-5 )
3. Periode terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian,
yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu
dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an
Surah Asy-Syuara : 214-216.
4. Akhir Kerasulan
Dengan berpindahnya Rasullah dari Mekkah ke Madinah (Yastrib), maka
berakhirlah periode Dakwah di Mekkah. Lebih kurang 13 tahun lamanya.
Setelah tiba dan diterima penduduk Yastrib di Madinah, Nabi Muhammad
SAW diangkat resmi sebagai peminpin kota itu. Dengan terbentuknya Negara
Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu
membuat orang-orang Mekkah dan musuh-musuh Islam lainnya menjadi risau.
Untuk menghadapi gangguan dari musuh, Nabi mengatur siasat dan membentuk
pasukan tentara.
Pada tahun 9 dan 10 hijriah banyak suku dari pelosok Arab mengutus
delegasinya kepada Nabi Muhammad SAW menyatakan ketundukan mereka.
Masuknya orang Mekkah ke dalam agama Islam rupanya mempunyai pengaruh
yang sangat besar pada penduduk padang pasir. Tahun itu disebut dengan tahun
perutusan. Persatuan bangsa Arab telah terwujud, peperangan antara suku yang
berlangsung sebelumnya telah berubah menjadi persaudaraan seagama. Setelah itu
Nabi Muhammad SAW segera kembali ke Madinah. Dua bulan setelah itu, Nabi
menderita sakit demam, tenaganya dengan cepat berkurang. Dan pada hari Senin,
tanggal 12 Rabiul Awal 11 H atau 08 Juni 632 M Nabi Muhammad SAW wafat di
rumah istrinya Aisyah.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi
Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman
bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena
Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang
pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga
keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir
Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena
ternyata Abu Jahal lebih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah
yang kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan
pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah
wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah
disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).