Anda di halaman 1dari 22

Historiografi dan Periodisasi Peradaban Islam Sejarah Islam adalah bagian dari ilmu pengetahuan Agama Islam dan

tidak boleh dipandang terpisah dari ilmu pengetahuan agama Islam. Oleh karena itu dalam menulis sejarah Islam harus mempunyai pengetahuan tentang cabang-cabang ilmu pengetahuan agama Islam seperti Al-Quran, As-Sunnah, Fiqih, Tauhid, Tarikh Tasyri. Menurut para sejarawan perkembangan historiogragfi Islam terbagi kedalam empat periode, di antaranya : 1 Periode awal sampai pada abad ke 3 Hijriyah Ciri dari masa ini adalah belum terpecahkannya antara legenda dan tradisi Arab sebelum Islam dengan sejarah Islam yang relatif ilmiah yang muncul pada abad ke dua Hijriyah. Penulisan sejarah abad ini masih dipengaruhi oleh tradisi penulis Persia. Salah satu buku yang terkenal adalah buku yang berjudul Khudai-Nama (Buku Raja-raja). 2 Periode dimulai abad ke 3 sampai abad ke enam Hijriyah Ciri periode ini adalah diakui sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Ciri lainnya ditandai dengan lahirnya sejarawan-sejarawan wilayah/propinsi, seperti Fathu Mishr karya Abdurrahman bin Abdullah bin Abdul Hakam, dan Tarikh Baghdad karya Ibnu Abi Thahir Taifur. 3 Periode abad keenam sampai abad kesepuluh Ciri periode ini adalah digunakannya dua bahasa yakni bahasa Arab dan Persia 4 Periode abad kesepuluh sampai abad ketiga belas Hijriyah Ciri periode ini adalah pdipergunakannya bahasa Turki dalam penulisan sejarah. Hal ini sebagai akibat logis dari tegaknya Dinasti Turki Utsmani dan ekspansi Barat terhadap dunia Islam Periodisasi Sejarah Islam Periodisasi sejarah merupakan ciri bagi ilmu sejarah yang mengkaji peristiwa dalam konteks waktu dan tempat dengan tolok ukur yang bermacam-macam. Menurut Prof. DR. H.N. Shiddiqi, ada beberapa pendapat yaitu : 5 Tolok ukurnya adalah pada sistem politik, hal ini biasanya digunakan pada sejarah konvensional 6 Tolok ukurnya pada persoalan ekonomi (maju-mundurnya ekonomi) dalam sebuah negara. 7 Tolok ukurnya pada tingkat peradaban dan kebudayaan suatu bangsa 8 Tolok ukurnya pada masuk dan berkembangnya suatu agama Menurut Frof. Dr. Harun Nasution periodisasi sejarah Islam terbagi pada 3 periode : 9 Periode Klasik (650-1250 M) Meliputi dua masa kemajuan yaitu masa Rasululloh SAW, Khulafaurrasyidin, Bani Umayyah, dan masa-masa permulaan Dawlah Abbasiyah. 10 Periode Pertengahan (1250-1800 M.) Pada periode ini terjadi dua masa kemunduran dan masa Tiga Kerajaan Besar. Turki Utsmani, Dawlah Shafawiyah, dan Dawlah Mongoliyah di India. Fase Tga Kerajaan Besar mengalami kemajuan pada tahun 1500-1700 M. dan mengalami kemunduran kembali pada 1700-1800 M. 11 Peridoe Modern (1800- sekarang) Pada mperiode ini umat Islam banyak belajar dari dunia Barat dalam rangka mengembalikan balance of power. Dalam era ini Islam mulai bangkit kembali dengan melakukan pembaharuan (tajdid)

Sejarah Arab Masa Nabi Muhammad SAW

MASA NABI
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallammendapat berbagai macam perintah dalam firman Allah,

Artinya : hai orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan, dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah ( Al-Muddatstsiar : 1 - 7 ). Sepintas lalu ini merupakan perintah-perintah yang sederhana dan remeh. Namun pada hakikatnya mempunyai tujuan yang jauh, berpengaruh sangat kuat dan nyata. Ayat-ayat ini sendiri mengandung materi-materi dakwah dan tabligh. Dan semua ayat ini menuntut tauhid yang jelas dari manusia, penyerahan urusan kepada Allah, meninggalkan kesenangan diri sendiri dan keridhaan manusia, untuk dipasrahkan kepada keridhaan Allah. Sungguh ini merupakan perkataan yang besar dan menakutkan, yang membuat beliau melompat dari tempat tidurnya yang nyaman dirumah yang penuh kedamaian, lalu siap terjun ke kancah diantara arus

dan gelombang kehidupan. Setelah beliau bangkit dari tempat tidurnya itu, dimulailah beban yang besar yang harus dilaksanakan beliau. Mulai saat itu, hingga ia wafat, ia tidak pernah istirahat dan diam. Tidak hidup untuk diri sendiri dan keluarga beliau. Beliau bangkit dan senantiasa bangkit untuk berdakwah kepada Allah, memanggul beban yang berat diatas pundaknya, tidak mengeluh dalam melaksanakan beban amanat yang besar di muka bumi ini, memikul beban kehidupan semua manusia, beban akidah, perjuangan dan jihad di berbagai medan. Kita bisa membagi masa dakwah Rasulullah SAW menjadi dua periode, yang satu berbeda secara total dengan yang lainnya, yaitu : 1 2 Periode atau fase Mekkah, berjalan kira-kira selama tiga belas tahun. Periode atau fase Madinah, berjalan selama sepuluh tahun penuh.

A. FASE MEKKAH Setiap periode memiliki tahapan-tahapan sendiri, dengan kekhususannya masing-masing. Yang satu berbeda dengan yang lain. Hal ini tampak jelas setelah meneliti berbagai unsur yang menyertai dakwah itu selama dua periode secara mendetail. Periode Mekkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan dakwah, yaitu : 1 2 3 Tahapan Dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga tahun. Tahapan Dakwah secara terang-teranganditengah penduduk Mekkah, yang dimulai sejak Tahapan Dakwah diluar Mekkahdan penyebarannya, yang dimulai dari tahun kesepuluh dari

tahun keempat dari nubuwah hingga akhir tahun kesepuluh. nubuwah hingga hijrah ke Madinah. 1. Tahap pertama Tiga tahun Dakwah secara sembunyi-sembunyi Mekkah merupakan sentral agama bangsa Arab. Disana ada peribadatan terhadap Kabah dan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh bangsa Arab. Cita-cita untuk memperbaiki keadan mereka tentu bertambah sulit dan berat jika orang yang hendak mengadakan perbaikan jauh dari lingkungan mereka. Hal ini membutuhkan kemauan yang keras yang tidak bisa diguncang musibah dan kesulitan. Maka dalam menghadapi kondisi ini, tindakan yang paling bijaksana adalah memulai dakwah dengan sembunyi-sembunyi, agar penduduk Mekkah tidak kaget karena tibatiba menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka. Pada awal mulanya Rasulullah SAW menampakkan islam kepada orang yang paling dekat dengan beliau. Anggota keluarga dan sahabat-sahabat karib beliau. Beliau menyeru mereka ini kepada islam, juga menyeru kepada siapa pun yang dirasa memiliki kebaikan yang sudah beliau kenal secara baik dan mereka pun mengenal beliau secara baik. Dalam tarikh islam, mereka disebut As-Sabiqunal Awwalun ( yang terdahulu dan yang pertama masuk islam).

Mereka adalah istri beliau, Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid, pembantu beliau, Zaid bin Haritsah, anak paman beliau, Ali bin Abu Thalib, yang saat itu Ali masih anak-anak dan hidup dalam asuhan beliau, dan sahabat karib beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abu Bakar yang dikenal kaumnya sebagai seorang laki-laki yang lemah lembut, pengasih dan ramah, dan memiliki akhlak yang mulia bersemangat membantu Rasul mendakwahkan islam. Berkat seruannya, ada beberapa orang yang masuk islam, yaitu : - Utsman bin Affan - Az-Zubair bin Al-Awwan - Abdurrahman bin Auf - Sad bin Abi Waqqash - Thalhah bin Ubaidillah Mereka ini juga termasuk orang-orang yang lebih dahulu masuk islam, kawanan pertama dan fajar islam. Ada juga kawanan lainnya yang termasuk orang-orang yang pertama masuk islam, yaitu : - Bilal bin Rabbah - Abu Salamah bin Abdul Asad - Amir bin Al-Jarrah - Al- Arqam bin Abil Arqam - Fathimah bin Al-khattab - Khabbab bin Al-Arrat - Dan banyak lagi lainnya Setelah melihat beberapa kejadian disana-sini, ternyata dakwah islam sudah didengar orangorang Quraisy pada tahapan ini, sekalipun dakwah itu masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan. Namun merekan tidak ambil peduli. Selama tiga tahun dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan. Selama jangka waktu ini telah terbentuk sekelompok orang-orang mukmin yang senantiasa menguatkan hubungan persaudaraan dan saling bahu-membahu. Penyampaian dakwah terus dilakukan, hingga turun wahyu yang mengharuskan Rasulullah SAW menampakkan dakwah kepada kaumnya. Menjelaskan kebatilan mereka dan menyerang berhala-berhalasesembahan mereka. 2. Tahap Kedua Dakwah secara Terang-Terangan Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah ialah dengan mengundang kerabat dekat. Beliau mengundang Bani Hasyim dan beberapa orang Bani Al-Muthalib bin Al-Manaf. Beliau menyeru kepada kaumnya kepada Allah dan berserah diri kepada RabbNya. Namun dari sekian banyak yang datang, semua menentang Rasulullah, hanya Abu Thaliblah yang mendukung dan memerintahkan melanjutkan perjuangan Rasul, tetapi Abu Thalib tidak punya pilihan lain untuk meninggalkan agama Bani Abdul AlMuthalib. Setelah Nabi SAW merasa yakin terhadap dukungan dan janji Abu Thalib untuk melindunginya dalam menyampaikan wahyu Allah, maka suatu hari beliau berdiri diatas Shafa, lalu berseru :

Wahai semua orang! maka semua orang berkupul memenuhi seruan beliau, lalu beliau mengajak mereka kepada tauhid dan iman kepada risalah beliau serta iman kepada hari akhirat. Dari yang hadir disitu, Abu Lahab angkat bicara Celakalah engkau untuk selama-lamanya, untuk inikah engkau mengumpulkan kami. Lalu turun ayat Celakalah kedua tangan Abu Lahab Seruan beliau semakin menggema seantero Mekkah, hingga kemudian turn ayat, Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Maka Rasulullah langsung bangkit menyerang berbagai khurafat dan kebohongan syirik. Menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama sekali tidak memiliki nilai. Mekkah berpijar dengan api kemarahan, bergolak dengan keanehan dan pengingkaran, tatkala mereka mendengar suar yang memperlihatkan kesesatan orang-orang musyrik dan para penyembah berhala. Suara itu seakan akan petir yang membelah awan, berkilau, menggelegar dan mengguncang udara yang tadinya tenang. Orang-orang Quraisy bangkit untuk menghadang revolusi yang datang secara tak terduga ini, dan yang dikhawatirkan akan merusak tradisi warisan mereka. Orang-orang Quraisy bingung, karena sepanjang sejarah nenek moyang mereka dan perjalanan kaumnya, mereka tidak pernah mengetahui bandingan yang seperti itu. Setelah menguras pikiran, tidak ada jalan lain lagi bagi mereka menghadapi orang yang jujur dan dapat dipercayai ini (Muhammad SAW) kecuali mendatangi paman beliau, Abu Thalib. Mereka meminta kepadanya agar menghentikan segala apa pun yang diperbuat anak saudaranya. Dengan perkataan yang halus dan lemah lembut, Abu thalib menolak permintaan mereka. Maka mereka pun pulang dengan tangan hampa sehingga Rasulullah bisa melanjutkan dakwah, menampakkan agama Allah dan menyeru kepadaNya. Semenjak penolakan itu, dan orang-orang Quraisy tahu bahwa Muhammad SAW sama sekali tidak menghentikan dakwahnya, maka mereka memeras pikiran dan menyimpulkan untuk membenamkan dakwah ini. Beberapa cara penghadangan mereka terhadap dakwah Rasulullah SAW, yaitu : - Dengan ejekan dan penghinaan, olok-olok dan penertawaan. Hal ini mereka maksudkan untuk melecehkan orang-orang muslim dan menggembosi kekuatan mental mereka. - Menjelek-jelekkan ajaran beliau, membangkitkan keragu-raguan, menyebarkan anggapananggapan yang menyangsikan ajaran-ajaran beliau dan diri beliau. - Melawan Al-Quran dengan dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng itu, agar mereka meninggalkan Al-Quran. - Menyodorkan beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu mereka berusaha untuk mempertemukan islam dan jahiliyah ditengah jalan.

- Berbagai macam tekanan dan penyiksaan terhadap pengikut-pengikut Rasulullah SAW. - Pemboikotan secara menyeluruh terhadap pengikut Muhammad SAW. Dari hari ke hari penyiksaan dan tekanan yang dilancarkan orang-orang Quraisy semakin menjadi-jadi. Hingga Rasulullah menyuruh kaumnya untuk hijrah dan berdakwah keluar Mekkah. 3. Tahap Ketiga Dakwah diluar Mekkah Karena keadaan semakin mendesak, tekanan disana sini terhadap pengikutnya, Rasulullah memerintahkan agar kaumnya hijrah dan mendakwahkan islam ke Habasyah. Rasulullah tahu bahwa raja yang berkuasa adalah seorang raja yang yang adil, tak bakal ada seorang pun yang teraniaya disisinya. Pada bulan Rajab tahun kelima dari nubuwah, sekelompok sahabat hijrah yang pertama kali ke Habasyah, terdiri dari dua belas orang laki-laki dan empat orang wanita, yang dipimpin Utsman bin Affan. Karena siksaan dan penindasan yang ditimpakan orang-orang Quraisy semakin menjadi-jadi, Nabi SAW tidak melihat cara lain kecuali memerintahkan mereka untuk hijrah untuk kedua kalinya. Kali ini hijrah berjumlah delapan puluh tiga orang laki-laki dan delapan belas wanita. Sementara itu, Rasulullah SAW tetap berada di Mekkah untuk terus mendakwahkan Agama Allah buat penduduk Mekkah. Banyak kejadian yang terjadi setelah Rasulullah menetapkan perintah kepada pengikutnya untuk hijrah ke Habasyah. Dari keislamannya Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib, yang membuat islam semakin kuat, hingga keadaan duka hati Rasulullah atas meninggalnya paman beliau Abu Thalib dan Istri beliau Khadijah binti Khuwailid. Pada tahun kesepuluh dari nubuwah, Rasulullah SAW pergi ke Thaif, beliau pergi dengan berjalan kaki. Dengan didampingi pembantunya Zaid bin Haritsah, beliau mengajak penduduk setiap kabilah yang ia lalui kepada islam. Namun tak satu pun yang memenuhinya. Sesampainya di Thaif, beliau menyeru agama Allah kepada pemimpin Bani Tsaqif. Namun semua menolaknya dan mencaci maki beliau sambil melempari batu kearah beliau. Pembantu Nabi SAW, Zaid senantiasa melindungi beliau. Saat musim haji tiba, beliau kembali ke Mekkah dan berdakwah kepada orang-orang yang melaksanakan haji dari segala penduduk diluar Mekkah. Agama Allah mereka bawa ke negerinya. Hingga tersebar luaslah islam di jazirah Arab. Diantaranya yaitu : - Suwaid bin Shamit, Dia adalah seorang penyair yang cerdas dari penduduk Yatsrib yang juga di juluki Al-Kamil oleh kaumnya. - Iyas bin Muadz, Dia seorang pemuda belia dari Yatsrib. - Abu Dzarr Al-Ghifary, Dia termasuk penduduk pinggiran Yatsrib.

- Thufail bin Amr Ad-Dausy, Dia seorang Penyair cerdas dan pemimpin Kabilah Daus - Dhimad Al-Azdy, Dia berasal dari Azd Syanuah dari Yaman. Dalam beberapa waktu, sampailah islam ke penjuru jazirah Arab, hingga ke Madinah, islam di Madinah disambut baik oleh penduduk. Dakwah berhasil di bumi Yatsrib ini. Semua ketentuan Allah membuat islam semakin bercahaya dan bersinar. B. FASE MADINAH Setelah Islam berhasil dan diterima penduduk Madinah melalui peristiwa Baiat aqabah pertama dan kedua. Islam mulai memancangkan tonggak negara ditengah padang pasir yang bergelombang kekufuran dan kebodohan. Ini merupakan hasil paling besar yang diperoleh islam semenjak dakwah dimulai. Rasulullah memerintahkan seluruh pengikutnya Hijrah ke Madinah, tak tersisa seorang mukmin pun berada di Mekkah kecuali Rasulullah SAW, Abu Bakar, Ali bin Abu Thalib, dan beberapa orang yang memang diperintahkan untuk tetap di Mekkah sampai ada perintah dari Allah SWT. Pada suatu ketika Jibril turun kepada beliau membawa wahyu dari Allah, seraya mengabarkan persekongkolan Quraisy yang hendak membunuh Rasulullah dan bahwa Allah telah mengizinkan beliau untuk pergi serta menetapkan waktu hijrah. Singkat cerita, setelah beliau dan rombongan memasuki Madinah, beliau disambut penduduk Madinah dengan gembira dari kalangan Anshar. Sangkin gembiranya kalangan Anshar, mereka berharap agar Rasulullah singgah dirumah-rumah mereka. 1. Sistem Sosial Kemasyarakatan, Politik, Ekonomi Dan Sumber Keuangan Negara a. Rasulullah membangun masyarakat baru Langkah pertama yang dilakukan Rsulullah SAW adalah membangun mesjid. Beliau terjun langsung dalam pembangunan mesjid itu, memindahkan bata dan bebatuan, seraya berkata : Ya Allah, tidak ada kehidupan yang lebih baik kecuali kehidupan akhirat. Maka ampunilah orang-orang Anshar dan Muhajirin. Beliau juga membangun beberapa rumah disisi mesjid, dindingnya dari susunan batu dan bata, atapnya dari daun korma yang disangga beberapa batang pohon. Itu adalah bilik-bilik untuk istri-istri beliau. Setelah semuanya beres, maka beliau pindah dari rumah Abu Ayyub kerumah itu. Mesjid itu bukan hanya merupakan tempat sholat semata, tapi juga merupakan sekolahan bagi orangorang Muslim untuk menerima pengajaran islam dan bimbingan-bimbingannya, sebagai balai pertemuan dan tempat untuk mempersatukan berbagai unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa jahiliyah. Disamping semua itu, mesjid tersebut juga berfungsi sebagai tempat tinggal orang-orang Muhajirin yang miskin, yang datang ke Madinah tanpa memiliki harta, tidak punya kerabat dan masih bujangan atau belum berkeluarga.

Disamping membangun mesjid sebagai tempat untuk mempersatukan umat manusia, Rasulullah SAW juga mengambil tindakan yang sangat monumental dalam sejarah, yaitu usaha mempersatukan antara orang-orang Muhajirin dan Anshar. Beliau mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan Anshar agar saling tolong menolong, saling mewarisi harta jika ada yang meninggal dunia disamping kerabatnya. Maka persaudaraan ini, membuat fanatisme jahiliyah menjadi cair dan tidak ada sesuatu yang dibela kecuali islam. Disamping itu agar perbedaan-perbedaan keturunan, warna kulit dan daerah tidak mendominasi, agar seseorang tidak merasa lebih unggul dan merasa lebih rendah kecuali karena ketakwaan. Rasulullah menjadikan persaudaraan ini sebagai suatu ikatan yang harus benar-benar dilaksanakan. Bukan sekedar isapan jempol dan omong kosong semata. Melainkan harus merupakan tindakan nyata yang mempertautkan darah dan harta. Saling mengasihi dan memberikan pertolongan dalam persaudaraaan ini. Rasulullah mempersaudarakan mereka dengan ketentuan ketentuan agama islam atas keridhaan Allah SWT. Dengan hikmah kepintarannya ini, rasulullah telah berhasil memancangkan sendi-sendi masyarakat yang baru. Beliau juga menganjurkan agar mereka menshadaqahkan hartanya, dan juga menganjurkan mereka agar menahan diri dan tidak suka meminta-minta, kecuali terpaksa, dan menyeru agar senantiasa sabar dan merasa puas. Begitulah cara beliau mengangkat moral dan spirit mereka, membekali mereka dengan nilai-nilai yang tinggi. Sehingga mereka tampil sebagai sosok yang ideal dan manusia yang sempurna. Dengan cara ini Nabi SAW mampu membangun sebuah masyarakat yang baru di Madinah. Suatu masyarakat yang mulia lagi mengagumkan yang dikenal sejarah. b. Perjanjian dengan pihak yahudi Setelah islam sudah terpancang dibumi Madinah, dan islam juga sudah kokoh di negeri itu, maka Rasulullah mengatur hubungan dengan selain golongan muslim. Perhatian beliau saat itu terpusat untuk menciptakan keamanan, kebahagian dan kebaikan bagi semua manusia. Untuk itu beliau menerapkan undang-undang yang luwes dan penuh tenggang rasa, yang tidak pernah terbayangkan dalam kehidupan dunia yang selalu dibayangi fanatisme. Tetangga yang paling dekat dengan orang muslim di Madinah adalah orang-orang Yahudi. Sekalipun memendam kebencian dan permusuhan terhadap orang-orang Muslim, namun mereka tidak berani menampakkannya. Rasulullah menawarkan perjanjian kepada mereka, yang intinya memberikan kebebasan menjalankan agama dan memutar kekayaan, dan tidak boleh saling menyerang atau memusuhi. Ada dua belas butir isi perjanjian itu, Diantaranya adalah : 4 Orang-orang Yahudi adalah satu umat dengan orang-orang Mukmin. Bagi orang Yahudi agama mereka dan bagi orang Mukmin agama mereka.

5 6 7 8

Orang-orang Yahudi dan Mukmin masing masing harus menafkahkan kehidupan mereka. Mereka harus saling bahu-membahu dalam menghadapi musuh yang hendak membatalkan Mereka harus saling menasehati, berbuat baik dan tidak boleh berbuat jahat. Perjanjian ini tidak boleh dilanggar kecuali memang dia orang yang zhalim dan jahat. Dengan disahkannya perjanjian ini, maka Madinah dan sekitarnya seakan-akan merupakan satu

perjanjian ini.

negara yang makmur. Ibukota Madinah dan Presidennya, jika boleh disebut begitu, adalah Rasulullah SAW. Pelaksan pemerintahan dan penguasa mayoritas adalah orang-orang Muslim. Sehingga dengan begitu Madinah benar-benar menjadi ibukota bagi Islam. c. Harta rampasan perang Pada saat kafilah dagang kaum Musyrik Mekkah mengadakan perjalanan dagang dari Syam ke Mekkah. Hal ini diketahui orang-orang muslim. Ini merupakan kesempatan emas bagi pasukan Madinah untuk melancarkan pukulan yang telak terhadap orang-orang Musyrik. Pukulan dalam bidang politik, ekonomi dan militer. Kafilah dagang itu sendiri membawa harta kekayaan penduduk Mekkah, yang jumlahnya sangat melimpah, yaitu sebanyak 1000 ekaor onta, yang membawa harta benda milik mereka, yang nilainya tidak kurang dari 5000 dinar emas. Sementara yang mengawalnya tidak lebih dari empat puluh orang. Harta rampasan perang ini didapat pada saat terjadinya perang Badar yang tak terhindarkan lagi pada saat orang nuslim Madinah hendak merampas harta kafilah dagang ini. Disini kita tak menyinggung bagaimana bisa terjadinya perang Badar, karena akan kita bahas pada topic yang lain. Harta rampasan inilah modal kekayaan orang-orang muslim di Madinah. Harta rampasan ini dibagibagikan kepada penduduk Madinah. Dan pada saat ini pula turun ayat yang mewajibkan puasa dan membayar zakat. Sehingga orang-orang muslim yang miskin di Madinah dapat terbantu karena syariah yang ditetapkan Allah.

Sejarah Peradaban Islam dari Masa Nabi Saw Sampai dengan Khulafaurrasyidin; Upaya Menelaah Dasar-dasar Peletakan Pondasi Peradaban Islam
Islam bukanlah agama iklim, agama ibadah yang konservatif, tetapi merupakan agama kehidupan dengan segala dimensinya. Umat Islam adalah umat yang Allah kehendaki untuk menjadi pengemban risalah agama dan peradaban di dunia (Zaqzuq, 2003: 93). Sedangkan peradadaban Islam merupakan suatu sistem yang dibangun berdasarkan sendi-sendi agama Islam. Peletak dasar pembangunan peradaban Islam adalah Rasulullah Saw. Tata nilai dan akhlak yang dibangun oleh Rasulullah Saw selanjutnya menuju pada pembangunan mental spiritual yang matang.

Sehingga para sahabat yang langsung mendapat pengajaran dari Rasulullah Saw mempunyai pondasi keimanan, akhlak dan etika yang kuat. Selanjutnya muncullah beberapa pendapat para tokoh sejarah tentang periodesasi pemerintahan Islam. Hal itu sebagai bentuk apresisasi pendidikan Rasulullah dalam membangun masyarakat yang madani. A. Hasyim mengatakan ; Periodesasi sejarah kekuasaan Islam dibagi menjadi delapan periode, yakni mulai dari periode permulaan Islam (610-661M) sampai dengan Kebangkitan Islam (1801 sekarang).Sedangkan Harun Nasution (1975: 13-14) dan Nourouzaman (1986:12) membaginya ke dalam tiga periode, yakni Periode Klasik (650-1250M), Periode Pertengahan (1250-1800M) dan Periode Modern (1800-sekarang). Selain itu ada beberapa pakar sejarah yang membagi periodesasi sejarah kekuasaan Islam menurut pandangan mereka masing-masing. Seperti : Badri Yatim, yang membagi dalam delapan periode. Jaih Mubarak, yang menamakan setiap periode adalah peradaban dan membaginya ke dalam enam periode (Supriyadi, 2008: 22-23). Dan Ahmad Usairy membagi ke dalam 12 periode. Kemajemukan pandangan para pakar sejarah tersebut merupakan khasanah keilmuan yang patut kita syukuri. Hal itu akan menambah deretan wacana yang semakin luas dan semakin beragam (Supriyadi, 2008: 21-24). Maka ketika kita berbicara tentang periode kekuasaan Islam (melingkupi perkembangan Islam pada masa Nabi sampai Khulafaurrasyidin), kita akan dapatkan bahwa hal itu berlangsung antara tahun 570661 M. Sebagaimana Al-Usairy berpendapat bahwa periode peradaban Islam pada masa Nabi berlangsung antara tahun 570-632 M., sedangkan pada masa Khulafaurrasyidin berlangsung antara 632661 M. Banyak hal yang akan tercatat dalam kedua periode ini, baik periode Islam pada masa Nabi dan Islam pada masa Khulafaurrasyidin. Masing-masing memiliki ciri khusus yang tentunya semua itu dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan masing-masing. Namun yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa kepemimpinan para khulafaurrasyidin hampir semua mewarisi apa yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Oleh sebab itu perkembangan Islam saat itu masih lekat dengan pemerintahan yang bercorak Islam dengan ciri yang sangat lekat. Dan bisa dikatakan bahwa sendi-sendi Islam dibangun oleh Rasulullah SAW, kemudian sendi-sendi itu diterapkan oleh para sahabat empat setelahnya dalam mengatur pemerintahannya. Keywords : Sejarah dan Peradaban Islam Pada Masa Nabi dan Khulafaurrasyidin B. Perkembangan Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw 1. Sejarah nasab keluarga Nabi Saw Nabi Muhammad Saw lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal th 571 M.Ada sebuah pepatah mengatakan bahwa orang besar lahir dari orang-orang besar. Hal ini seperti apa yang terjadi pada Nabi Saw, karena beliau merupakan orang besar yang dilahirkan ke muka bumi untuk menjadi pemimpin seluruh dunia menuju kebahagiaan hakiki. Nabi Saw lahir dari keluarga Quraisyketurunan Ismailiyyah, salah satu keturunan Nabi Ismail As, putera Ibrahim As. Suku Quraisy adalah suku terbesar di jazirah Arab dan sepanjang sejarahnya selalu memunculkan pemimpin-pemimpin handal penguasa Arab. Salah seorang suku Quraisy yang berhasil menyatukan bangsa Quraisy adalah Qusay, yakni pada abad kelima Masehi (5 M) di Hijaz (Mekah). Abdud Dar merupakan putera dari Qusay yang menjadikan Mekah sebagai pusat pemerintahan kala itu. Setelah Abdud Dar meninggal, kekuasaan dibagi menjadi dua : Pertama; untuk puteranya yang mengurusi bidang militer dan Kedua; untuk putera saudaranya, Abdul Manaf yang bernama Abdus Syam,khusus menangani bidang administrasi dan keuangan. Kekuasaan yang ada pada Abdus Syam ia serahkan kepada saudaranya yang bernama Hasyim,seorang ahli peperangan. Sedangkan putera Abdus Syam yang bernama Umayyahtersingkir oleh supremasi Hasyim. Ia berusaha merebut kekuasaan itu dari Hasyim, tetapi akhirnya ia diasingkan karena membangkang. Hasyim, memiliki putera yang bernama Abdul Muthalib. Karena kedermawanannya ia dipercaya memimpin suku Quraisy sebagai pengganti ayahnya. Namun Harbputera Umayyahtidak mengakui kepemimpinan Abdul Muthalib yang menjadikannya terusir dari kota Mekah seperti ayahnya dahulu. Dari hal itu banyak sejarahwan akhirnya mencatat bahwa perseteruan antara Bani Hasyim dan Bani Umayyah berpangkal dari nenek moyangnya dahulu. Selanjutnya Abdul Muthalib mempunyai putera Abbas, Abu Thalib dan Abdullah (ayah Nabi Saw). Dari

Abbas akhirnya nanti melahirkan pemimpin-pemimpin yang mendirikan Dinasti Bani Abbasiyah pada tahun 750 M. Sementara Abu Thalib menjadi tokoh yang sangat disegani dikalangan suku Quraisy di Jazirah Arab, sebagai puteranya yakni Ali karramallahu wajhah. Sedangkan Abdullah dengan Isterinya Aminah binti Wahhabmelahirkan Muhammad Saw. 2. Peradaban Pada Masa Rasulullah Saw Peradaban pada masa Nabi Saw dilandasi dengan asas-asas yang diciptakan sendiri oleh beliau di bawah bimbingan wahyu (Al-Husairy, 2006: 175). Kemudian Nabi Saw mengupayakan dasar-dasar membangunan peradaban bangsa Arab sebagai berikut. Pertama: Mendirikan masjid, yakni masjid Quba (sebagai masjid pertama yang dibangun dalam sejarah Agama Islam),yang berlokasi dipinggiran kota Madinah. Fungsi pembangunan masjid ini antaralain; Shalat (kewajiban asasi seorang muslim), belajar agama, pengadilan atas perkara-perkara yang terjadi saat itu, pertemuan-pertemuan penting (musyawarah), dakwah, penyusunan administrasi pemerintahan, dan lain sebagainya. Jadi pembangunan masjid itu memiliki multi fungsi, untuk mengembangkan kehidupan spiritual yang kuat dan disisi lain untuk membentuk integrasi sosial. Kedua: Mempersatukan antara Anshor dan Muhajirin. Manfaat persaudaraan kedua golongan itu nantinya adalah ; kaum Anshor dengan senang hati membantu kaum Muhajirin jika membutuhkan baik materiil bahkan isteri-isteri, kaum Anshor bahkan meluangkan waktu hanya sekedar menunjukkan pasarpasar yang bisa digunakan untuk transaksi perdagangan. Lebih dari itu, bahwa upaya mempersaudarakan antara kedua golongan ini sebenarnya Nabi Saw telah menciptakan suatu persatuan yang berlandaskan agama sebagai pengganti persaudaraan yang berdasar kesukuan seperti yang banyak dianut sebelum kedatangan Nabi Saw. Ketiga : Kerjasama antar komponen penduduk madinah (muslim dan non muslim). Dimana dimana saat itu non muslim yang tinggal di Madinah terdiri dari Nasrani dan Yahudi (Banu Nadzir dan Banu Quraidzah). Untuk menjaga keutuhan perdamaian antar komponen Nabi Saw memprakarsai pembentukan Piagam Madinah. Adapun pokok-pokok ketentuan Piagam Madinah antara lain : 1 Seluruh masyarakat yang menandatangi harus bersatu padu di bawah paying perdamaian. 2 Jika salah satu kelompok yang turut menandatangi piagam tersebut diserang, maka kelompok yang lain harus membelanya 3 Tidak boleh pada suatu kelompokpun yang menggalang kerjasama dengan kafi Quraisy atau membantu mereka melakukan perlawanan terhadap msyarakat Madinah. 4 Orang Islam, Nasrani dan Yahudi serta seluruh masyarakat Madinah yang lain bebas memeluk agama dan keyakinan masing-masing dan mereka dijamin kebebasannya dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing. 5 Urusan pribadi atau perseorangan, atau perkara-perkara kecil kelompok non muslim tidak harus melibatkan pihak-pihak lain secara keeluruhan. 6 Setiap bentuk penindasan dilarang 7 Mulai hari ini segala bentuk pertumpahan darah, pembunuhan dan penganiayaan diharamkan diseluruh negeri Madinah. 8 Muhammad Saw menjadi kepala perintahan Madinah dan memgang kekuasaan peradilan yang tinggi (Mufrodi, 1997: 46-46). Keempat:Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi dan social untuk masyarakat baru, antara lain: a) Beliau berusaha menetapkan dan menegakkan hukum-hukum privat seperti hukum keluarga, baru kemudian masalah-masalah publik seperti interaksi sosial. b) Dalam masalah sosia-politik, Nabi Saw membangun dasar-dasar sistem musyawarah. c) Dalam sistem ekonomi, munculnya sistem baru dalam perdagangan yakni sistem dagang non ribawi yang melarang adanya eksploitasi, monopoli dan rentenir. d) Dalam bidang kemasyarakatan dibuatlah dasar-dasar sistem social seperti al ukhuwah (persaudaraan), al musawah (persamaan), at tasamuh (toleransi), al musyawarah (perundingan), dan al muawanah (kerjasama)(Syalabi, 1997: 116-120). 3. Dinamikan setelah pembentukan konstitusi Usaha-usaha awal yang telah dilakukan Nabi Saw di Madinah ternyata melahirkan dinamikan

masyarakat yang luar biasa, baik yang bersifat positifa maupun negatif. Yang positif adalah suatu keadaan dimana masyarakat mencapai taraf hidup yang harmonis dan beradab, sehingga memungkinkan misi Nabi Saw berjalan lancar. Sedangkan yang negatif adalah pelanggaran-pelanggaran atas perjanjian yang pernah dibuat bersama, khususnya hal itu dilakukan oleh oknum-oknum golongan Yahudi sehingga melahirkan peperangan demi peperangan antara kaum Muslimin dengan kaum Musyrikin dan kafirin, antara lain: 9 a. Perang Badar (+ 1H);terjadi antara kaum Muslim Madinah dengan kaum kafir Quraisy di Mekah, atas dasar kecemburuan kaum musyrikin Mekah atas kesuksesan dakwah Nabi di Madinah, dan keinginan mereka untuk balas dendam terhadap penduduk Madinah yang telah menerima Nabi Saw secara terbuka. 9 b. Perang Uhud (+ 3H);antara kaum Muslimin dengan kafir Mekah. Latar belakangnya adalah keinginan balas dendam atas kekalahan mereka di perang badar. Dalam perang ini kaum kafir dipimpin oleh Abu Sufyandengan pasukan tempurnya yang berjumlah 3000 tentara, 700 pasukan tameng dan 200 pasukan kuda. Kaum kafir memenangkan perang ini, dengan 70 tentara muslim gugur, sedangkan kaum kafir hanya 23 yang mati. 10 c. Perang Khandaq (tahun 627 M); dilatarbelakangi oleh ketakutan kaum kafir Mekah akan semakin kuatnya Muslimin di Madinah, sementara suku-suku Badui di Madinah merasa terancam sumber ekonominya karena Nabi Saw telah menghancurkan para penjarah serta perampokan di jalan-jalan, dank arena Yahudi dari Banu Nadzir setelah Perang Uhud diusir dari Madinah lantaran pengkhianatan mereka atas perjanjian yang pernah dibuat serta sikap mereka yang membelot dari pasukan Madinah. Mereka selalu bekerjasama dengan kafir Quraisy Mekah untuk memata-matai kaum muslimin di Madinah. 11 d. Perang Khaibar;biasa disebut dengan peristiwa penaklukan tanah khaibar. Perang ini dilatarbelakangi oleh karena kaum Yahudi yang terusir dari Madinah sering mengganggu kaum Muslimin di Khaibar dengan berbagai macam cara. Mereka sering merampas hewan ternak yang digembalakan diperbatasan Madinah. 12 e. Perang Mutah; terjadi antara pasukan Muslimin dengan pasukan Kristen yang dipimpin oleha Surahbildi Mutah (perbatasan kekuasaan Romawi saat itu). Dalam perang ini Zaid, Jafar dan Abdullah gugur. Akhirnya Nabi memerintahkan Khalid bin Waliduntuk menyerang Surahbil, dan berhasil memenangkan pertempuran tersebut. 13 f. Penaklukkan Mekah (1 Januari 630 M);semula Nabi Saw menawarkan perdamaian kepada kafir Quraisy Mekah namun merekea menolaknya. Maka Nabi Saw mengirimkan 10.000 pasukan yang beliau pimpin sendiri dan akhirnya mampu menguasai kota Mekah tanpa pertumpahan darah, sebab meskipun pasukan Muslimin sangat besar Nabi Saw tetap menawarkan perdamaian. 14 g. Perang Hunain;dilatarbelakangi oleh suku Hawazinyang melepaskan diri dari kota Mekah dan mendirikan pemerintahan sendiri. Namun pemerintahan mereka mengancam kedamaian kaum Muslimin. 15 h. Perang Tabuk;terjadi antara kaum Muslimin Madinah dengan Raja Romawi Heraclius. Latarbelakangnya adalah karena raja Heraclius merasa terancam atas kesuksesan dakwah Nabi Saw di Madinah. Namun Heraclius mengurungkan penyerangan karena merasa takut, sebab jumlah pasukan yang sudah disiapkan Nabi Saw sangatlah besar yakni 40.000 pasukan. Setelah itu akhirnya banyak kelompok-kelompok dari berbagai wilayah yang menawarkan perdamaian dan masuk Islam pada Nabi Saw. 4. Berakhirnya kepemimpinan Nabi Saw Nabi Saw wafat di usia 63 tahun, tepatnya pada tanggal 18 Juni 632 M. Penutupan kepemimpinan Nabi yakni dengan berangkatnya Nabi Saw untuk melakukan haji Wada pada tahun kesepuluh hijriyyah. C. Perkembangan Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin KHULAFAURRASYIDIN 1. Pengertian Khulafaurrasyidin Kata khulafaurrasyidin itu berasal dari bahasa arab yang terdiri dari kata khulafa dan rasyidin, khulafa itu menunjukkan banyak khalifah, bila satu di sebut khalifah, yang mempunyai arti pemimpin dalam arti

orang yanng mengganti kedudukan rasullah SAW sesudah wafat melindungi agama dan siasat (politik) keduniaan agar setiap orang menepati apa yang telah ditentukan oleh batas-batanya dalam melaksanakan hukum-hukum syariat agama islam. Adapun kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana. Jadi khulafaurrasyidin mempunyai arti pemimpim yang bijaksana sesudah nabi muhammad wafat. Para khulafaurrasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan bijaksana. Mereka tiu terdiri dari para sahabat nabi muhammad SAW yang berkualitas tinggi dan baik adapun sifat-sifat yang dimiliki khulafaurrasyidin sebagai berikut: a. Arif dan bijaksana b. Berilmu yang luas dan mendalam c. Berani bertindak d. Berkemauan yang keras e. Berwibawa f. Belas kasihan dan kasih sayang g. Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum islam. Para sahabat yang disebut khulafaurrasyidin terdiri dari empat orang khalifah yaitu: 1 . Abubakar Shidik khalifah yang pertama (11 13 H = 632 634 M) 2 . Umar bin Khattab khalifah yang kedua (13 23 H = 634 644 M) 3 . Usman bin Affan khalifah yang ketiga (23 35 H = 644 656 M) 4 . Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (35 40 H = 656 661 M) 2. Tugas-tugas khulafaurrasyidin Tugas rasulullah SAW. Meliputi dua hal, yaitu tugas kenabian dan tugas kenegaraan. Para khalifah hanya menggantikan rasulullah dalam tugas kenegaraan, yaitu sebagai kepala negara, kepala pemerintahan, dan pemimpin umat. Tugas beliau sebagai nabi dan rasul tidak digantikan oleh siapapun, karena tugas kenabian yang diembannya itu bersifat khusus atas pemilihan langsung oleh Allah SWT.di samping itu, beliau adalah nabi dan rasul terakhir. Tidak ada nabi dan rasul yang diangkat setelah beliau wafat. Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al Ahzab 40.

Artinya: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia rasulullah dan penutup Nabi-nabi, dan adalah allah adalah maha mengetahui segala sesuatu. Masa kekhalifaan kurang lebih selama 30 tahun. Waktu yang sekian lama itu Islam meluas ke daerah syam, Irak, Palestina, Mesir, Sudan dan beberapa daerah di Benua Afrika. Panglima perang pada masa khulafaurrasyidin yang ter kenal diantaranya ialah Khalid bin Walid, Abu Ubaidah, Amr bin Ash, Mutsanna bin Haritsah Saad bin Abu Waqqosh. B. KHALIFAH ABU BAKAR SHIDIK 1. Silsilah dan Kepribadian Abu Bakar Sebelum masuk Islam, Abu Bakar bernama Abdul Kabah. Setelah Abu Bakar masuk Islam namanya diganti oleh Rasulullah menjadi Abdullah. Dan nama Abu Bakar itu pemberian dari kaum muslimin, karena beliau segera masuk Islam. Dan juga mendapat gelar As-Shiddiq (yang membenarkan). Abu Bakar lahir pada tahun 573 M, dua tahun setelah penyerbuan pasukan bergajah untuk menghancurkan Kabah yang dipimpin oleh Abrahah dari Yaman.dengan demikian baliau dua tahun lebih muda dari Nabi SAW. Karena Nabi lahir pada tahun gajah, yaitu 571 M. Abu Bakar putra dari Usman (Abu Quhafah) bin Umar bin Kaab bin Said bin Taimi bin Murrah bin Kaab bin Luayyi bin Ghalib bin Fahrin Attaimi dari Suku Qurais. Perihal perawakan Abu Bakar, menurut riwayat putrinya, Siti Aisyah (Ummul Mukminin) bahwa kulitnya putih, badannya kurus, pipinya tipis, mukanya kurus, matanya cekung, dan keningnya menjorok ke depan. Perihal Akhlaqnya, menurut Ibnu Hisyam beliau terkenal sebagai seorang pemurah, peramah, pndai bergaul dan suka menolong. Abu Bakar juga mempunyai sifat sabar, berani, tegas, dan bijaksana. Karena kesabarannya banyak

sahabat masuk Islam karena ajakannya, seperti: Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdullah bin Masud, dan Arqom bin Abil Arqom. 2. Proses Peralihan Kepemimpinan Berita wafatnya rasulullah menggemparkan umat islam. Sebagian mereka tidak mempercayai berita itu, kere dalam shalat subuh sebelum itu, bekiau hadir di masjid. Berita itu dianggap desas-desus untuk mengacaukan kaum muslimin. Umar bim Khattab sendiri termasuk orang yang tidak mempercayainya. Sesudah mendengar berita itu, Abu Bakar langsung masuk kerumah rasulullah dan menyaksikan rasulullah telah terbujur ditunggui oleh Aisyah, Ali bin Abi Thalib serta beberapa orang kerabat dekat beliau, ucapan Abu Bakar ketika melihat jenazah rasulullah, Alangkah baiknya anda hidup dan alangkah baiknya pula ketika anda wafat, Abu Bakar dibaiat sebagai khalifah pertama pada tahun 11 H atau 632 M, setelah kaum muhajirin dan anshar membaiat, Abu Bakar kemudian berpidato sebagai berikuat: Wahai manusia! Saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantara kalian, maka jika aku menjalankan tugasku denga baik, ikutilah aku. Tetapi jika aku berbuat salah maka luruskanlah, hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan rasulnya.tetapi apabila aku tidak taat kepada Allah dan rasulnya maka kalian tidak perlu menaatiku. 3. Langkah-langkah kebijakan Abu Bakar Sebelum rasulullah wafat, beliau telah menyiapkan sepasukan tentara di bawah pimpinan Usamah bin Zaid. tetapi sebelum tentara Usamah jadi berangkat beliau telah wafat. sebagian sahabat ada yang mengusulkan kepada Abu Bakar agar beliau membatalkan pasukan tentara usamah yang diperintahkan rasulullah itu dan dikirim saja untuk memerangi oramg-orang yang murtad. Oleh karena itu beliau menjawab Demi Allah saya tidak akan menurunakan bendera yang telah dipasang oleh rasulullah. disamping itu sebagian sahabat ada yang mengusulkan agar melepas usamah dari jabatannya itu kepada orang lain yang lebih tua dari padanya. Abu Bakar sangat marah mendengar berita itu lalu berkata saya tidak akan menurunkan dia karena rasulullah SAW sudah mengangkat dia sebagai tentara. Maka berangkatlah tentara itu menyerang benteng musuh serta membawa harta rampasan dan kembali ne Madinah denga kemenangan. Di antara pesan-pesan Abu Bakar kepada para prajurit yang berperang dan benar-benar bijaksana itu: jangan kamu khianat, janganlah kamu durhaka, janganlah kamu aniaya, janganlah membunuh anakanak kecil dan orang tua. jangan ,erusak pohon yang berbuah, membunuh binatang kambing, unta, dan lembu kecuali dimakan dagingnya. Setelah rasulullah wafat, muncullah kesulitan-kesulitan yang dihadapi umat islam dibawah pimpinan Abu Bakar, diantaranya yang terpenting adalah menghadapi orang-orang yang mengaku nabi, menghadapi orang-orang murtad, dan orang-orang yang membangkang tidak mau membayar pajak. 1. Menumpas nabi palsu Ada empat orang yang menamakan dirinya sebagai nabi. padahal islam mengajarkan bahwa Nabi muhammad SAW adalah nabi akhiruzzaman. keempat yang mengaku nabi itu adalah nabi palasu. yaitu Musailamah Al kazab dari bani hanifah di yamamah, Sajah tamimiyah dari bani tamim, Al aswad Al Anshi dari yaman dan tulaihah bin khuwailid dari bani asad di Nejed. Adanya nabi-nabi palsu itu pasti membahayakan kehidupan agama dan negara islam. khalifah Abu Bakar menugaskan pasukan islam untuk menumpas mereka dan pengikut-pengikutnya, penumpasan itu berhasil dengan gemilang dibawah pimpinan panglima Khalid bin Walid. Musailamah dibunuh oleh Washy, Al Aswad dibunuh oleh istrinya sendiri, Tulaihah dan Sajad lari dan menyembunyikan diri. 2. Memberantas kaum murtad Berita wafatnya rasulullah SAW, berakibat menggoyahkan iman bagi orang-orang islam yang masih tipis imannya, banyak orang menyatakan dirinya keluar dari Islam (murtad). tidak mau shalat dan tidak lagi membayar zakat. bahkan ada sementara daerah-daerah memisahkan dari dengan pemerintahan pusat di madinah, sedangkan daerah-daerah yang masih setia adalah Madinah, Mekah dan thaif.Abu Bakar berunding dengan para sahabat yang lain dalam menghadapi para kaum murtad itu. mereka sepakat menyeru agar bertaubat, jika tidak mau sadar, mereka akan dihadapi dengan menggunakan kekerasan. Tetapi usaha lemah lembut dari pemerintahan Islam di Madinah itu mereka abaikan, kaum murtad

didukung oleh kekuatan besar kurang lebih 40.000 orang. muslimin menghadapi mereka dengan pasukan yang besar pula, Abu Bakar mengirim ekspedisi dibawah pimpinan Ikhrimah bin Abu Jahal, Syurahbil bin Hasnah, Amru bin Ash, dan khalid bin Walid. Tindakan tegas kaum muslimiin itu dapat melumpuhkan kekuatan kaum murtad, sehingga mereka kembali mentaati perintah syariat Islam.Abu Bakar berhasil dalam usaha ini, sehingga wilayah Islam utuh kembali. 3. Menghadapi kaum yang ingkar zakat Banyak diantara kaum muslimin yang pemahaman mereka, terhadap hukum Islam belum mendalam dan imannya masih tipis, mereka beanggapan bahwa kewajiban berzakat hanya semata-mata untuk nabi. karena nabi telah wafat, maka bebaslah mereka dari kewajiban untuk berzakat.padahal zakat adalah salah satu rukun Islam yang harus ditegakkan. Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat menghadapi kaum ingkar zakat itu. meskipun keputusan musyawarah itu tidak bulat, Abu Bakar tetap teguh pada pendiriannya bahwa kewajiban zakat harus dilaksanakan. mereka yang membangkang harus diperangi. sebelum pasukan muslimin dikerahkan, Abu Bakar terlebih dahulu mengirimkan surat kepada pembangkang agar kembali ke Islam. namun sebagian besar mereka tetap bersikeras, karena itu pasukan muslimin pun dikerahkan dan dalam waktu yang relatif singkat pasukan Abu Bakar telah berhasil dengan gemilang. Dengan berhasilnya kaum muslimin ini, keadaan negara Arab kembali tenang, dan suasana umat Islam pun kembali damai.seluruh kabilah taat kembali membayar zakat sebagaimana pada masa rasulullah SAW. 4. Mengumpulkan ayat-ayat Al-Quan Akibat peperangan yang sering dialami oleh kaum muslimin, banyak penghafal Al-Quran (huffadz) yang gugur sebagai syuhada dalam pertempuran. Jumlahnya tidak kurang dari 70 orang sahabat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dikalangan umat Islam serta kecemasan dihati Umar bin Khattab akan kehilangan ayat suci Al-Quran itu. Maka dinasehatkan kepada Abu Bakar agar ayat-ayt Quran dikumpulkan. Atas saran-saran dari Umar bin Khattab pada awal 13 H Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Quran menjadi Mushaf. Mengingat dahulu berserakan dalam dada penghafal, bahkan ada yang ditulis di atas batu, pada kain, tulang dan sebagainya. 5. khalifah Abu Bakar wafat Pada saat pertempuran di Ajnadain negeri syam berlangsung, khalifah Abu Bakar menderita sakit. sebelum wafat, beliau telah berwasiat kepada para sahabatnya, bahwa khalifah pengganti setelah dirinya adalah umar bin Khattab. hal ini dilakukan guna menghindari perpecahan diantara kaum muslimin. Beberapa saat setelah Abu Bakar wafat, para sahabat langsung mengadakan musyawarah untuk menentukan khakifah selanjutnya. telah disepakati dengan bulat oleh umat Islam bahwa Umar bin Khattab yang menjabat sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar. piagam penetapan itu ditulis sendiri oleh Abu Bakar sebelum wafat. Setelah pemerintahan 2 tahun 3 bulan 10 hari (11 13 / 632 634 M),khalifah Abu Bakar wafat pada tanggal 21 jumadil Akhir tahun 13 H / 22 Agustus 634 Masehi. C. KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB 1. Silsilah dan Kepribadian Umar bin Khattab Umar bin khattab lahir di Mekkah pada tahun 583 M, dua belas tahun lebih muda dari Rasulullah, ayahnya bernama khattab bin Nufail bin Abd Uzza bin Riah bin Abdullah bin Qurth bin Rizal bin Abd bin Kaab bin Luayyah. Sedangkan ibunya bernama Khattamah binti Hisyam bin Mughiroh Al Makhzumi. Umar juga termasuk kelurga dari keturunan Bani Suku Ady (Bani Ady). Suku yang sangat terpandang dan berkedudukan tinggi dikalangan orang-orang Qurais sebelum Islam. Umar memiliki postur tubuh yang tegap dan kuat, wataknya keras, pemberani dan tidak mengenal gentar, pandai berkelahi, siapapun musuh yang berhadapan dengannya akan bertekuk lutut. Ia memiliki kecerdasan yang luar biasa, mampu memperkirakan hal-hal yang akan terjadi dimasa yang akan datang, tutur bahasanya halus dan bicaranya fasih. Beberapa keunggulan yang dimiliki Umar, membuat kedudukannya semakin dihormati dikalangan masyarakat Arab, sehingga kaum Qurais memberi gelar Singa padang pasir, dan karena kecerdasan

dan kecepatan dalam berfikirnya, ia dijuluki Abu Faiz. Itulah sebabnya pada saat-saat awal penyiaran Islam, Rasulullah SAW bedoa kepada Allah, Allahumma Aizzul Islam bi Umaraini artinya: Ya Allah, kuatkanlah Agama Islam dengan salah satu dari dua Umar yang dimaksud dua Umar oleh Rasulullah SAW adalah Umar bin Khattab dan Amru bin Hisyam (nama asli Abu Jahal) 2. Proses Pemilihan Umar Menjadi khalifah Ketika Abu Bakar merasa dirinya sudah tua dan ajalnya sudah dekat.yang terlintas difikirannya adalah siapa yang akan menggantikannya sebagai khalifah kelak. Abu Bakar minta pendapat kepada para tokoh sahabat seperti Usman bin Affan, Ali bin Abithalib, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Usaid bin Khudur.mereka menyetujui usulan Abu Bakar bahwa Umar bin Khattab akan diangkat sebagai penggantinya. Setelah Abu Bakar wafat, para sahabat membaiat Umar sebagai khalifah. 3. Langkah-langkah Kebijakan Umar bin Khattab Usaha Umar bin Khattab lebih luas di bandingkan dengan usaha Abu Bakar. karena meliputi usaha meneruskan ekspansi dan penyiaran Islam ke Syiria dan Persia yang diteruskan ke Mesir. dalam bidang kenegaraan, khalifah membentuk dewan-dewan pemerintah serta mengatur tatatertib kehidupan masyarakat Islam. Dengan demikian pemerintahan Umar lebih maju diantara keempat zaman khulafaurrasyidin. diantara usaha-usaha Umar gelombang ekspansi Islam ialah melalui peperangan yang sangat sengit seperti: perang cadesia (16 H=636 M)v panglima perang pada waktu itu adalah Saat bin Abi Waqosbeserta pasukannya sebanyak 8.500 orang untuk menghadapi tentara persia sebanyak 30.000 yang dipimpin oleh panglima Rustam. pasukan Islam menang dan pada ahir pertempuran berhasil menangkap putri Kisra Yaz Dajrid. Penaklukan Persiav Perluasan penyiaran Islam ke Persia sudah dimulai oleh Khalid bin Walid pada masa Khalifah Abu Bakar, kemudian dilanjutkan oleh Umar. Tetapi dalam usahanya itu tidak sedikit tantangan yang dihadapinya bahkan sampai menjadi peperangan. Ibu kota Madinah jatuh (18 H=636 M)v Madinah merupakan ibu kota Persia. Setelah kota itu dikepung selama 2 bulan maka jatuhlah ketangan Islam. Raja Kisra Yaz Dajrid III meninggalkan Istana dan melarikan diri ke Nahawan. Di Nahawan. Yaz dajrid III berhasil mengumpulkan tentara sebanyak 150.000 orang, semua kekuatan dipusatkan disana. Oleh karena itu Khalifah Umar mengirim bantuan pasukan kepada Saad bin Abi Waqos. Perang nahawan (21 H=642 M)v Disinilah puncak pertempuran di Persia, perang itu berakhir dengan kemenangan pasukan Islam. Karena dahsyatnya pertempuran itu , dalam sejarah dikenal dengan sebutan Fathul Futuh, artinya pembuka lembar kemenangan. Persia jatuh ketangan Islam (31 H=652 M)v Setelah Nahawan dikuasai, mudahlah pasujkan Islam menaklukkan daerah-daerah lain di Persia. Raja Yaz Dajrid III terus melarikan diri ke timurmenuju perbatasan Persia. Tetapi malang bagi Kisra belum sampai ketempat yang dituju dia mati terbunuh. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan(31 H=652 M). Dengan tewasnya Raja Kisra berarti jatuhlah negeri Persia ketangan kaum Muslimin. Dengan demikian terbuktilah ramalan Rasulullah SAW, dengan kisahnya sebagai berikut: pernah terjadi (tahun 6H) dimana seorang Raja Persia mengoyak-ngoyak surat dariku, sebaliknya kelak negeri Persia akan dikoyak-koyak dan dikuasai kaum Muslimin. 4. Identifikasi Lembaga-lembaga Pemerintah Pada masa khalifah Umar bin Khattab ekspansi Islam meliputi daerah Arabia, syiria, Mesir, dan Persia. Karena wilayah Islam bertambah luas maka Umar berusaha mengadakan penyusunan pemerintah Islam dan peraturan pemerintah yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. 1. susunan kekuasaan Susunan kekuasaan masa khalifah Umar terdiri dari : Kholifah (Amiril Mukminin), berkedudukan di ibu kota Madinah yang mempunyai wewenang kekuasaan.v Wali (Gubernur,), berkedudukan di ibu kota Propensi yang mempunyi kekuasaan atas seluruh wiyalayah

Propensi.v 2. Tugas pokok pejabat Tugas pokok pejabat, mulai dari kholifah, wali beserta bawahannya bertanggung jawab atas maju mundurnya Agama islam dan Negara. Disamping itu mereka juga sebagai imam shalat lima waktu di masjid. 3. membentuk dewan-dewan Negara Guna menertipkan jalannya administrasi pemerintahan, Kholifah Umar membentuk dewan-dewan Negara Dewan perbendaharaan Negarav Bertugas mengatur dan menyimpan uang serta mengatur pemasukan dan pengeluaran uang negara, termasuk juga mencetak mata uang Negara. Dewan tentarav Bertugas mengatur ketertiban tentara, termsuk memberi gaji, seragam/atribut, mengusahakan senjata dan membentuk pasukan penjaga tapal batas wilayah negara. Dewan pembentuk Undang-undangv Bertugas membuat Undang-undang dan peraturan yang mengatur toko-toko, pasar, mengawasi timbangan, takaran, dan mengatur pos informasi dan komonikasi. Dewan kehakimanv Bertukas dan menjaga dan menegakkan keadilan, agar tidak ada orang yang berbuat sewenang-wenang terhadap orang lain. Hakim yang termashur adalah Ali bin Abi Thalib. 5. Mencanangkan Almanak Hijriah khalifah bin Umar bin Khattab menetapkan perhitungan tahun baru, yaitu tahun hijriayah yang dimulai dari hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah (16 Juli 622 M). Saat itulah dimulainya tahun hijriayah yang pertama. Disamping itu, Khalifah Umar menetapkan lambang bulan sabit sebagai lambang negara. Hal ini diilhami oleh bendera pasukan khusus Rasulullah SAW yang menggambarkan bulan sabit. Karya-karya besar Khalifah Umar yang lain adalah mendirikan Baitul Mal, membangun dan merenovasi masjid-masjid, seperti masjid haram (Mekah), masjid Nabwi ( Madinah ), Masjidil Aqsa dan masjid Umar ( Yerussalem ), dan masjid Amru bin ash (Fusthtf-Mesir). Memperluas wilayah-wilayah islam seperti, Romawi (13 H=634 M),Damaskus (14H=635 M), Baitul MakdisSyiriah (18 H=639 M), Mesir 19 H=640 M), Babilon (20 H 641 M), NahawanPersia (21 H=642 M), dan Iskandariah (22 H=643 M). 6. Keberanian Umar Memberantas Kebatilan perang di Syam belum selesai, bahkan perang itu makin berkecamuk, Khalifah Umar bin Khattab segera mengambil langkah-langkah tertentu. kirimakan surat ini kepada Khalid bin Walid ! titah Kholifah pada pembantunya. kalu boleh takhu, apa isinya ? tanya Malik bin zafila salah seorang pembantunya. baiklah, engkau boleh tahu isi surat itu, aku memberitahukan bahwa Kholifah Abu Bakar telah wafat dan aku kini sebagai penggantinya. Kedua, pimpimpina ke syam diambil alih oleh panglima Abu Ubaidah. Sementara itu Khalid bin Walid segera kembali menghadapku tegas umar menegaskan. Mengapa bisa seperti itu ? bukankah Kholid bin Walid seoran panglima yang gagah dan berani ? dialah panglima perang yang sering mendapatkan kemenangan, ia selau patuh pada perintah Khalifah, tanya Malik bin Zafila. memang benar, saya juga mengetahui kegagahan dan keberanian Khalid, wajar ia mendapat pujian dan sanjungan dari pencintanya. Akan tetapi ada suatu hal yang mungkin kalian tidak tahu atau tidak setuju bila kukatakan, sahut Kholifah Umura Mengapa ? ada apa dengannya ? dalam dirinya ada sifat kejam. Aku melihat sendiri tingkah lakunya ketika memerangi kaum murtad yang telah ditawan dan meminta perlindungan kepada kita, ternyata Khalid bin Walid tidak mau mengampuninya aku juga memandang dari segi lain.ingatlah kini Islam masih berkembang. Aku khawatir orang luar memandang Islam ditegakkan dengan perang dan pedang. Mereka tentu akan berbalik membenci Islam. Dan tentu saj orang-orang munafik akan memanfaatkan kelemahan seperti itu, tegas khalifah Umar menjelaskan secara terus terang. Demikianlah keberanian Umar dalam menegakkan kebenaran dan memberantas kebatilan. Itulah sebabnya, Khalifah Umar diberi gelar Al Faruq artinya pembenar, maksudnya orang yang

membedakan dengan tegas antara kebatilan dan kebenaran. 7.Khalifah Umar bin Khattab Wafat Umar bin Khattab adalah profil seorang pemimpin yang suksek dan sahabat rasulullah yang sejati. Kesuksesannya dalam mengibarkan panji-panji Islam mengundang rasa dengki di hati orang yang memusuhinya, salah satunya adalah Abu Luluah.; Abu Luluah berhasil membunuh Khalifah Umar ketika beliau siap-siap memulai shalat subuh. Abu Luluah merasa dendam kepada Umar karena beliau dianggap sebagai penyebab lennyapnya kerajaan persia di muka bumi. Abu Luluah adalah seorang dari bangasa persia. Khalifah Umar pulang kerahmatullah pada tanggal 26 Dzul Hijjah 23 H/3 November 644 M dalam usia 63 tahun. Beliau memegang amanat sebagai khalifah selama 10 tahun 6 bulan (13-23 H=634-644 M). Atas persetujuan Siti Aisyah istri rasulullah Jenazah beliau dimakamkan berjajar dengan makam Rasulullah dan makam Abu Bakar. Demikianlah riwayat seorang khalifah yang bijaksana itu dengan meninggalkan jasa-jasa besar yang wajib kita lanjutkan. D. KHALIFAH USMAN BIN AFFAN 1. Silsilah dan Kepribadian Usman bin Affan Usman bin di lahirkan 5 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Yaitu pada 576 M di kota thoiaf, kota yang palinga subur di antara kota kota lainnya ditanah hijaz. Usman seorang saudagar yang berhsil karena tekun lemah lembut dan pemurah.sejak usia belia dia sudah berniaga ke Negeri syam, daerah jajahan Romawi. Keahliannya berdagang berkat didikan ayahnya sendiri, sehingga menjadi seirang saudagar yang kaya raya. Setelah menginjak dewasa, Usman menjadi saudagar yang kaya, dermawan, berbudi luhur, bersikap jujur, dan teguh hati serta berprasangka halus. Dengan pribadi yang demikian Usman termasuk orang yang mempunyai kedudukan yang terhormat dan mulia di dalam masyarakat Qurais. Sifat mulia Usman meningkat setelah ia memeluk agama Islam. Sewaktu Nabi kekurangan dana dalam perang tabuk (9H=631M) melawan pasukan Byzantium (Romawi timur) Abu Bakar menyerahkan seluruh hartanya (40.000 dirham), Umar bin Khattab menyerahkan separuh hartanya, Asmi bin Abdi menyumbangkan 70 goni kurma, Usman bin Affan menanggung 1/3 dari keseluruhan biaya pasukan besar itu dengan menyerahkan 90 ekor kuda, serta uang tunai 1.000 dinar = 10.000 dirham. 2. Proses Pemilihan Usman Sebagai Khalifah Sebelum khalifah Umar wafat, beliau sempat berwasiat dan menunjuk tim yang terdiri dari 6 orang sahabat terkemuka, sekaligus telah dijamin Nabi masuk surga, sebagai calon ganti kekhalifaannya. Keenam orang tersebut adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Tholib, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam dan Saad bin Abi Waqash. Kepada tim, Umar menganjurkan agar putranya, Abdullah bin Umar ikut sebagai peserta musyawarah dan tidak boleh dipilih menjadi khalifah.awalnya hasil musyawarah yang diketuai oleh Abdurrahman bin Auf menunjukkan bahwa suara pada posisi seimbang, antara Ali dan Usman. Karena Usman lebih tua, Abdurrahman menetapkan Usman bin Affan sebagai khalifah. Ketetapan itu disetujui oleh anggota tim dengan berbagai pertimbangan yang matang. Disamping Usman sebagai salah seorang sahabat yang terdekat dengan Nabi, beliau juga seorang Assabiqunal Awwalun yang terkenal kaya dan dermawan, jiwa dan hartanya dikorbankan demi kejayaan Islam. Usman bin Affan dibaiat sebagai khalifah pada tahun 23 H/644 M. 3. Jasa Usman dalam Pembukuan Mushaf pada masa Usman terjadi perluasan wilayh kekuasaan Islam sampai pada wilayah Afrika. Asia dan Eropa. Kaum muslimin terpencar ke wilayah-wilayah kekuasaan Islam tersebut. Karena mereka berasal dari berbagai bangsa yang berbeda, maka sering terjadi perbedaan dalam membaca Al-Quran, keadaan ini mendorong perlunya satu jenis Al-Quran yang dijadikan pedoman untuk semua kaum muslimin. Untuk maksud tersebut Khalifah Usman akan membukukan dan menggandakan Al-Quran. Lembaranlembaran syst Al-Quran yang telah dikumpulakan pada masa Abu Bakar dan disimpan oleh hafsah, diminta oleh Usman. Ia kemudian membentuk panitia penulisan kembali ayat Al-Quran, yang terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai ketua, dengan anggota: Abdullah bin Zubair, Saad bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits. Tugas panitia ini adalah menyalin kembali lembaran-lembaran buku Al-Quran yang telah telah menjadi buku ini disebut Al-Mushaf. Panitia menggandakan sebanyak 5 buah. Empat diantaranya dikirim ke

Mekkah, Syiria, Basrah, dan Kufah. Sedang satu buah ditinggal di Madinah, yang disebut Mushaf Usmani atau Mushah Al Imami. 4. Usman bin Affan Wafat Khalifah Usman bin Affan banyak mengambil keluarganya, Bani Umayyah untuk menduduki pemerintahan. Pengawasan pada pejabat yang kurang. Khalifah Usman umurnya telah lanjut, sehingga pengaturan pemerintahan hanya dilakukan oleh pembantu-pembantu dekat dan familinya sendiri. Keluhan masyarakat tidak disampaikan kepada Khalifah. Keadaan ini menimbulkan keresahan dan protes dari masyarakat mesir dan kufah. Mereka datang ke Madinah untuk menyampaikan protes mereka. Sebagian masyarakat Madinah juga ikut bergabung dengan mereka , karena kurang mendapat perhatian yang memuaskan, protes itu berubah menjadi pemberontakan. Suasana yang panas ini dimanfaatkan oleh Abdullah bin Saba (munafiq Yahudi) untuk meniupkan fitnah dan mengobarkan permusuhan dikalangan umat Islam. Ahirnya Hamran bin sadan Asy Syaqie menyelinap ke ruang khusus rumah Usman.ia menikamnya dari belakang, ketika Usman sedang berpuasa dan tengah menelaah kandungan isi Al-Quran. Peristiwa itu terjadi pada 18 Dzulhijjah 34 H (656 M). Usman menjadi khalifah selama 12 tahun, dan wafat dalam usia 82 tahun. Sifatnya yang lemah lembut dan berhati sosial telah meninggalkan jasa yang tidak sedikit untuk kepentingan Islam, antara lain: Menyempurnkan pembukuan Al-Quranv Merenovasi bangunan Masjid Nabawi di Madinahv Membentuk angkatan laut atas usul Muawiyah bin Abu Sofyanv Membangun gedung-gedung pengadilan, yang semula masjid-masjidv Menompasm pemberontakan-pemberontakn seperti di Khurasan dan Iskandariyahv v Membagi wilayah Islam menjadi 10 Propinsi yang dipimpin oleh seorang Amir/Wali/Gubernur, meliputi Al Jund-Abdullah bin Rabiah, Basrah-Abu Musa bin Abdullah, Damaskus-Muawiyah bin Abu Sofyan, Emese-Umar bin Saad, Bahrain-Usman bin Abil Ash, shaa-Jala bin Munabbik, Taif-Sufyan bin Abdullah, Mesir-Amr bin Ash, Mekkah-Nafi bin Abdul Maris, dan Kuwait-Mughiroh bin Syabah. Ekspansi Islam, meliputi: Armenia, Tripoli, Thabaristan, Harah, Barkoh, Kabul, Ghanzah dan Turkistan.v E. KHALIFAH ALI BIN ABI THOLIB 1. Silsilah dan Kepribadian Ali bin Abi Tholib Ali bin Abi tholib lahir pada tahun 603 Mdisamping kabah kota Mekkah, lebih muda 32 tahun dari Nabi Muhammad SAW.Ali termasuk keturunan Bani Hasyim. Abu tholib memberi nama Ali dengan Haidarah, mengenang kakeknya yang bernama Asad. Haidarah dan Asad dalam Bahasa Arabartinya singa. Sedang Nabi Muhammad memberi nama ALI yang menakutkan musuh-musuhnya. Pada usia 6 tahun, Ali bin Abi Tholib diasuh oleh Nabi Muhammad sebagaimana Nabi diasuh oleh ayahnya, Abu tholib. Karena mendapat didikan dan asuhan langsung dari Nabi Muhammad SAW, maka Ali tumbuh sebagai anak yang berbudi luhur, cerdik, pemberani, pintar dalam berbicara dan berpengetahuan luas. Gelar-gelar yang disandang oleh Ali antara lain: Babul Ilmu gelar dari Rasulullah yang artinya karena beliau termasuk orang yang banyak meriwayatkan hadistv v Zulfikar karena pedangnya yang bermata,juga disebut Asadullah (singa Allah) dua dan setiap Rasulullah memimpin peperangan Ali selalu ada dibarisan depan dan memperole kemenangan. v Karramallahu Wajhahu gelar dari Rasulullah yang artinya wajahnya dimuliakan oleh Allah, karena sejak kecil beliau dikenal kesalehannya dan kebersihan jiwanya. v Imamul masakin (pemimpin orang-orang miskin), karena beliau selalu belas kasih kepada orang-orang miskin, beliau selalu mendahulukan kepentingan orang-orang fakir, miskin dan yatim. Meskipun ia sendiri sangat membutuhkan. v Ali termasuk salah satu seorang dari tiga tokoh yang didalamnya bercermin kepribadian Rasulullah SAW. Mereka itu adalah Abu Bakar Asshiddiq, Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Tholib. Mereka bertiga laksana mutiara memancarkan cahayanya, itulah sebabnya Ali dijuluki Almurtadha artinya orang yang diridhai Allah dan Rasulnya. 2. Proses Pemilihan Ali sebagai Khalifah Setelah wafatnya Usman bin Affan, keadaan tetap menegangkan. Kelompok-kelompok masih

berkeliaran di Madinah. Para pemuda menghendaki agar Ali segera menggantinya, namun dengan sopan Ali menolak permintaan itu. Ali menganggap bahwa pengangkatan Khalifah adalh masalah yang sangat penting karena itu masalah ini memerluakn dukungan para sahabat yang dahulu berjuang bersama Nabi SAW. Ali menyatakan: Mana pahlawan Badar seperti Zubair bin Awwan, Tholhah bin Ubaidillah dan Saad. Mendengar hal itu kaum muslimin mengajak Zubair, Thalhah dan Saad bersama-sama membaiat Ali bin Abi Tholib sebagai khalifah. Mereka setuju dan terjadilah pembaiatan Ali sebagai khalifah bagi umat Islam. 3. Kebijakan Ali Menyusun kembali Aparatur Kekhalifaan Dalam periode khalifah Abu Bakar dan Umar, kehidupan masyarakat masih dalam taraf kesederhanaan seperti periode Nabi Muhammad SAW. Rakyat masih bersatu padu dan kokoh dibawah ikatan tali persaudaraan Islam. Mereka selalu kompak dalam semangat jihad yang ikhlas demi kelulusan agama Islam. Keadaan ini mulai berubah sejak periode Khalifah Usman bin Affan. Mereka mulai terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi, apalagi saat gubernur yang diangkat Khalifah Usman banyak yang tidak mampu memimpin umat dan tidak disenangi masyarakat. Oleh karena itu Khalifah Ali bin Abi Tholib menanggung beban yang berat dalam memimpin kaum muslimin dengan wilayah kekuasaan yang semakin meluas. Kebijakan-kebijakn Khalifah Ali dalam menanggulangi hal-hal tersebut adalah: 1. Tanah-tanah atu pemberian-pemberian yang dilakukan Khalifah Usman bin Affan kepada famili, sanak kerabatnya dan kepada siapa saja yang tanpa alasan yang benar atu tidak syah, ditarik kembali dan menjadi milik Baitul Mal sebagai kekayaan negara. Hal ini dilakukan Khalifah untuk membersihkan pemerintahan. 2. Wali/Amir atau gubernur-gubernur penguasa wilayah yang diangkat Khalifah Usman diganti dengan orang-orang baru. Kuwait, Abu Musa Al Asyari diganti Ammarah bin Syahab Mesir, Abdullah bin Saad diganti Khais bin Tsabit Basyrah, Abdullah bin Amr diganti Usnab bin Hany Al Anshori Syam (Syiria), Muawwiyah bin Abi Sofyan diganti Shal bin Hanif Hal ini dilakukan Khalifah Ali, karena mereka banyak yang tidak disenangi oleh kaum muslimin, bahkan banyak yang menganggap bahwa mereka itulah yang menyebabkan timbulnya pemberontakanpemberontakan pada masa Khalifah Usman. 3. Sebagai upaya untuk mencerdaskan umat, Khalifah Ali meningkatkan dalm Ilmu pengetahuan, khususnya ilmu yang berkaitan dengan Bahasa Arab agar umat Islam mudah dalam mempelajari AlQuran dan Hadits. 4. Berusaha untuk mengembalikan persatuan dan kesatuan umat Islam. Akan tetapi usahanya ini kurang berhasil, karena api fitnah dikobarkan kaum munafik Yahudi yang tidak menyukai Islam. 5. Mengatur tata pemerintahan untuk mengembalikan kepentingan umat, seperti memberikan kepada kaum muslimin tunjangan yang diambil dari Baitul Mal sebagaimana yang telah dilakukan Abu Bakar dan Umar. 4. Kekecewaan sebagian Masyarakat Terhadap Kegagalan Ali Menangkap Pembunuh Usman Umat Islam pada Khalifah Ali, pecah menjadi beberapa kelompok. ini adalah akibat belum selesainya kasus wafatnya Usman bin Affan. Oleh karena itu, masa pemerintahan Ali diwarnai berbagai kekecewaan yang mengakibatkan pemberontakan-pemberontakan yang ingin menombangkan Khalifah Ali. 1. Perang Jamal Dinamakan perang Jamal, karena dalam perang itu Aisyah mengendarai unta. Perang ini terjadi antara Khalifah Ali dengan Aisyah yang didukung oleh Zubair dan Thalhah. Ketiga sahabat ini menuntut balas atas kematian Khalifah Usman bin Affan.perang ini terjadi pada tahun 36 H dan tidak berlangsung lama. Zubair dan Thalhah tewas, begitu juga unta yang tunggangi Aisyah terbunuh. Sedangkan Aisyah pun dapat ditawan oleh pasukan Khalifah Ali bin Abi Tholib. Sebaiknya Ibunda kembali ke Madinah, usul Khalifah Ali bin Abi Tholib, Baiklah. Akan tetapi aku beramanat agar engkau tetap mencari pembunuh Usman bin Affan dan memenggal kepala penjahat itu,

sahut Aisyah. Saya setuju , Demi Allah, saya akan mencari pembunuh Usman bin Affan, sumpah Khalifah Ali. Akhirnya Aisyah janda Nabi SAW dikembalikan ka Mdinah dengan penuh kehormatan. 2. Perang Siffin Setelah Khalifah Ali menundukkan pasukan berunta di Basrah, beliau bersama pasukannya menuju Kufah. Dari Kufah beliau mengirim Jabir bin Abdullah Al Bajali untuk meminta Muawwiyah mengurungkan niatnya menentang beliau, dan mengajak agar Muawwiyah menyatakan baiahnya terhadap Khalifah Ali bin Abi Tholib. Utusan Ali diterima oleh Muawwiyah. Ia memberi jawaban: 1. Ia tidak akan memberi baiah, sebelum kematian Usman diselesaikan dengan tuntas 2. Kalau Ali mengabaikan pengusutan terhadap pembunuhan Usman, bukan baiah yang dilakukan. Tetapi Muawwiyah akan mengangkat senjata untuk melawan Ali. Dimulailah perang besar di dataran Siffin dengan dahsyatnya antara Ali dengan Muawwiyah. Pertempuran berkecamuk hingga 4 hari lamanya. Dalam pertempuran tersebut tentara Muawwiyah mula-mula menang, tetapi kemudian kalah, dan akhirnya hendak melarikan diri. Tiba-tiba amru mengambil siasat damai dengan memerintahkan kepada seluruh tentaranya mengacungkan Mushaf AlQuran pada pucuk tombaknya serta menyeru Marilah damai dengan hukum Kitabullah. Melihat situasi yang demikian, pasukan Ali pecah menjadi dua golongan satu golongan menerima perdamaian, mengingat pertempuran yang dilakukan sesama muslik, satu golongan yang lain berpendapat perang terus hingga nyata siapa nanti yang menang, dengan dugaan mereka bahwa mengangkat Kitabullah hanyalah semata-mata tipu daya musuh. Khalifah Ali terpaksa mengikuti golongan pertama yang lebih banyak, yaitu menghentikan pertempuran yang sedang berkobar dan menantikan keputusan yang akan dirundingkan tanggal 15 Rajab 37 H. Perundingan tersebut dikenal dengan perdamaian Daumatul Jandal, karena terjadi di daerah Daumatul Jandal. Dalam perundingan itu, pihak Muawwiyah mengangkat Amr bin Ash sebagai kepala utusan, dari pihak Ali mengangkat Abu Musa Al Asyari. Tanya jawab diadakan dan akhirnya setuju untuk mempersiapkan jawaban agar Ali dan Muawwiyah diturunkan dari keKhalifaan. Kemudian diserahkan kepada umat untuk memilih Khalifah yang disukainya, demi persatuan dan kesatuan umat Islam. Mula-mula Abu Musa berdiri, kemudian memutuskan mencabut Ali dari keKhalifaan. Setelah itu Amr bin Ash juga berdiri dan memutuskan memecat Ali seperti yang dikatakan Abu Musa dan menetapkan Muawwiyah menjadi Khalifah atas pemilihan umat. 5. Peristiwa Tahkim dan Dampaknya Akibat terjadinya perselisihan pendapat dalam pasukan Ali, maka timbullah golongan Khawarij dan Syiah. Khawarij adalah golonga yang semula pengikut Ali , setelah berhenti perang Siffin mereka tidak puas, dan keluar dari golongan Ali, karena mereka ingin melanjutkan peperangan yang sudah hampir menang, dan mereka tidak setuju dengan perundingan Daumatul Jandal. Mereka berkomentar mengapa harus bertahkim kepada manusia, padahal tidak ada tempat bertahkim kecuali allah. Maksudnya tidak ada hukumselain bersumber kepada Allah. khawrij menganggap Ali telah keluar dari garis Islam. Karena itu orang-orang yang melaksanakan hukum tidak berdasarka Kitab Allah maka ia termasuk orang kafir. Sebaliknya golongan kedua Syiah (golongan yang tetap setia mendukung Ali sebagai Khalifah) memberi tanggapan bahwa tidak menutup kemungkinan kepemimpinan Muawwiyah bertindak salah, karena ia manusia biasa, selain itu golongan Syiah beranggapan bahwa hanya Ali satu-satunya yang berhak menjadi Khalifah. Mengingat perdebatan ini tidak titik temunya dan mengakibatkan perundingan Daumatul Jandal gagal sehingga perdamaian tidak terwujud. 6. Ali bin Abi Tholib Wafat Kaum Khawarij tidak lagi mempercayai kebenaran pemimpin-pemimpin Isalam, dan mereka berpendapat bahwa pangkal kekacauan Islam pada saat itu adalah karena adanya 3 orang imam, yaitu Ali, Muawwiyah dan Amr. Kemudian kaum Khawarij membulatkan tekadnya, tiga orang imam itu harus dibunuh dalam satu saat, bila hal itu tercapai umat Islam akan bersatu kembali. Demikian tekad mereka. Saya membunuh Ali,

kata Abdurrahman bin Muljam, Saya membunuh Muawwiyah, sambut Barak bin Abdullah Attamimi, Dan saya membunuh Amr, demikian kesanggupan Amr bin Bakr Attamimi. Mereka bersumpah akan melaksanakan pembunuhan pada tanggal 17 Ramadhan 40 H/24 Januari 661 M di waktu subuh. Diantara tiga orang Khawarij tiu. Hanya Ibnu Muljam yang berhasil membunuh Ali ketika beliau sedang sholat Subuh di Masjid Kufah tetapi Ibnu Muljam pun tertangkap dan juga dibunuh. Barak menikam Muawwiyah mengenai punggungnya, ketika Muawwiyah sedang sholat Subuh di Masjid Damaskus. Sedang Amr bin Bakr berhasil membunuh wakil imam Amr bin Ash ketika ia sedang sholat Subuhdi Masjid Fusthat Mesir. Amr bin sendiri tidak mengimami sholat, sedang sakit perut di rumah kediamannya sehingga ia selamat. Khalifah Ali wafat dalam usia 58 tahun, kemudian Hasan bin Ali dinobatkan menjadi Khalifah yang berkedudukan di Kufah. A. KESIMPULAN Format peradaban Islam pada masa khulafaurrasyidin tampaknya lebih banyak dilakukan oleh dua khalifah berikutnya yakni Umar bin Khattab serta Usman bin Affan karena keduanya memerintah relatif cukup lama dibandingkan Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib. Sehingga fakta sejarah menunjukkan bahwa zaman Khulafaurrasyidin tersebut termasuk kedalam zaman perkembangan Islam yang cemerlang yang ditandai dengan ekspansi, integrasi, pertumbuhan dan kemajuan yang menunjukkan peradaban tersendiri dengan segala karakteristiknya. DAFTAR PUSTAKA Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban Islam di kawasan dunia Islam. Jakarta: PTv Rajagrafindo Persada, 2004 Morodi, DKK. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT Karya Toha Putra, 1994 Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006 Tim Guru MI. Mengenal Sejarah Kebudayaan Islam. PT Putratama Bintang Timur, 2004 Shiddiqi, Nourouzzaman. Jeram-jeram Peradaban Muslim. Pustaka Pelajar, 1996

Anda mungkin juga menyukai