Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PERADABAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah IPA/Sejarah Peradaban Islam

Dosen pengampu : Dr. Ida Afidah, Dra., M.Ag.

Disusun oleh :

Shopy Zakia Nadila 10060321131

Rahmalia Putri 10060321133

Risma Epitriyani 10060321134

Nurlaelatul Hadawiyah 10060321142

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho dari
Allah SWT. Karena tanpa rahmat dan ridho-Nya kami tidak dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Peradaban Islam pada Masa Nabi Muhammad SAW.” ini
dengan baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
Ibu Dr. Ida Afidah, Dra., M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah PAI/Sejarah
Peradaban Islam yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang membantu dalam
proses penyusunan makalah ini. Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat
kesalahan yang belum kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari
teman-teman maupun dosen, demi tercapainya makalah yang sempurna.

Bandung, 25 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Islam secara bahasa berasal dari kata “‫ ”سلم‬yang memiliki pengertian selamat
dan damai. Sebagai sebuah agama, islam merupakan jalan bagi seluruh pemeluknya
untuk menemukan kebenaran dalam mengarungi kehidupan didunia ini. Tidak hanya
itu, kita meyakini bahwa islam adalah sebuah peradaban yang di dalamnya memiliki
komponen-komponen sebagaimana sebuah peradaban lain. Berkenaan dengan
persoalan sejarah, kita tahu bahwa sejarah adalah etalase peradaban manusia.
Didalamnya kita akan temukan berbagai peristiwa yang mewarnai, mempengaruhi
hingga “meledakan” perdaban makhluk Allah bernama manusia. Dan seperti yang
sering ditegaskan, bahwa sejarah akan selalu berulang. Setelah Rasulullah SAW.
wafat, kepemimpinan dalam Islam dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar
Ash-Shiddiq, Umar bin Khatab Al-Faruq, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib).
Lalu setelah masa Khulafaur Rasyidin selesai, kekuasaan islam dilanjutkan oleh
Dinasti Umayah selama kurang lebih 90 tahun, dan setelah kekuasaan Bani Umayah
runtuh, kekuasaan islam dilanjutkan oleh Dinasti Abbasiyah.

Selama islam dibawah pimpinan Rasulullah SAW. segala bentuk persoalan


yang terjadi dapat diselesaikan dengan baik dan tuntas. Kehidupan beragama maupun
bernegara berjalan secara damai. Rasulullah SAW. telah berhasil mendirikan pondasi
kehidupan beragama dan bernegara secara toleran, santun dan berkeadaban. Hal ini
dapat dilihat dari peristiwa di Yatsrib awal, yaitu dalam perjanjian dan
penandatanganan Shahifah-Madinah (Madinah-Carta), dimana Ahlul-Kitab (Yahudi
dan Nasrani) mengakui kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. dan bersedia hidup
damai berdampingan dengan masyarakat muslim Madinah dalam kebebasan
beragama. Peristiwa ini merupakan manifestasi ajaran Islam yang ramah dan moderat
yang menjadi landasan beragama dan bernegara saat itu.
Oleh karena itu, dari kenyataan dan latar belakang diatas mendorong penulis
untuk membuat makalah dengan judul “Peradaban Islam pada Masa Nabi
Muhammad SAW”.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana strategi dakwah Rasulullah SAW dalam mengembangkan
masyarakat Mekah?
2. Bagaimana strategi dakwah Rasulullah SAW dalam mengembangkan
masyarakat Madinah?
3. Bagaimana profil Negara Madinah setelah kedatangan Nabi Muhammad
SAW?
4. Bagaimana sejarah perdamaian dan perang dalam Islam?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui strategi dakwah Rasulullah SAW dalam mengembangkan
masyarakat Mekah
2. Untuk mengetahui strategi dakwah Rasulullah SAW dalam mengembangkan
masyarakat Madinah
3. Untuk mengetahui profil Negara Madinah setelah kedatangan Nabi
Muhammad SAW
4. Untuk mengetahui sejarah perdamaian dan perang dalam Islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Strategi Dakwah Rasulullah dalam Mengembangkan Masyarakat Mekah

Rasulullah SAW bedakwah di Mekah selama kurang lebih 12 tahun, dakwah


beliau langsung terfokus mengenai tauhidullah (mengesakan Allah SWT).
Masyarakat mekah pada waktu itu sedang dilanda berbagai krisis, dan yang paling
menonjol adalah krisis ketuhanan. Mereka meninggalkan agama tauhidullah yang
telah diajarkan oleh nenek moyang mereka terdahulu, yakni Nabi Ibrahim as dan
Anak keturunannya. penduduk Mekah suka menyembah berhala (patung patung dari
tanah liat), batu-batu besar dan benda-benda tertentu yang dianggap dapat
menyampaikan hajat nya kepada Allah SWT. Keyakinan masyarakat Mekah yang
mendua itulah yang disebut syirik (menyekutukan Allah) dan Nabi Muhammad
SAW, merasa prihatin maka beliau segera memfokuskan dakwah kepada
pembenahan aspek keimanan, agar kembali kepada Aqidah tauhid, yang mengesakan
Allah SWT. Selain itu, situasi dan kondisi di Mekah, belum memungkinkan bagi
Rasulullah SAW untuk membenahi aspek aspek sosial, ekonomi, politik, budaya, dan
sebagainya, karena jumlah umat Islam pada waktu itu masih terbatas.

1. Dakwah Rasulullah pada periode Mekah dan mengembangkan Islam


Menjelang usia 40 tahun, Rasulullah SAW. sering berkhalwat di Gua Hira untuk
memohon petunjuk kepada Allah SWT. Kegiatan berkhalwat tersebut selalu
dilakukan oleh Rasulullah di gua Hiro selama berhari-hari. Hingga pada suatu
saat, ketika beliau berkhalwat lebih dari satu bulan lamanya, tepat pada tanggal
17 Ramadhan tahun 610 Masehi, datanglah malaikat Jibril kepada Rasulullah di
dalam Gua Hiro tersebut untuk menyampaikan Wahyu pertama berisi perintah
membaca (iqro), yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5 :
Artinya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia

4. Yang mengajar (manusia) dengan pena.

5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Dakwah mengubah masyarakat selalu dimulai dari pribadi yang mulia.


Setelah turun Wahyu tersebut, Rasulullah SAW Merasa kebingungan, apa
yang harus dilakukan sebelum ada perintah yang jelas tentang tugas
tugasnya sebagai rasul Allah. Baru setelah penantian dirasa cukup lama
akhirnya Wahyu kedua mulai diterimanya. yaitu surat Al-muddatssir ayat
1-7 :

Artinya:

1. Wahai orang yang berkemul (berselimut)

2. Bangunlah, lalu berilah peringatan

3. Dan agungkanlah Tuhanmu

4. Dan bersihkanlah pakaianmu

5. Dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji

6. Dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud)


memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.

Setelah turun wahyu tersebut, Rasulullah SAW. Memulai untuk berdakwah


sasaran dakwah Rasulullah SAW. Pada awalnya adalah handai taulan dan
sahabat sahabat yang terdekat yang terpercaya. SAW mengajak mereka
untuk menyembah Allah SWT, tidak menyekutukan-Nya, berbuat baik
kepada sesama manusia, bersatu padu Dan saling membantu.

1. Metode Dakwah Rasulullah SAW


a. Dakwah secara sembunyi-sembunyi

Selama tiga tahun lebih Rasulullah SAW. Menyampaikan dakwah Islam,


memperkenalkan agama Islam kepada masyarakat makah Sarah Sumbu
sembunyi. Rasulullah mengajak mereka untuk tidak menyambah berhala.
Meskipun banyak yang menolak agama Islam, namun Rasulullah tetap
gigih dalam berdakwah. Dakwah secara diam diam ini telah membawa
hasil beberapa orang memeluk agama Islam yang dikenal dengan as-
sabiqunal-awwalun (orang orang pertama kali masuk Islam), antara lain
adalah:

1. Khadijah binti Khuwailid


2. Zaid bin Haritsah
3. Ali bin Abi Thalib
4. Abu Bakar Al-Shiddiq
5. Bilal bin Rabah
6. Ummu Aiman
7. Hamzah bin Abdul Muthalib
8. Abbas bin Abdul Muthalib
9. Abdullah bin Abdul-Asad
10. Ubay bin Ka'ab
b. Dakwah secara terang-terangan

Rasulullah SAW melakukan dakwah secara terang-terangan setelah


menerima Wahyu dari Allah SWT, agar menjalankan dakwah secara
terang-terangan. Perintah tersebut terdapat pada surat Al-Hijr ayat 94.
Setelah mulai berdakwah secara terang-terangan, nabi Muhammad SAW.
Mendapatkan tantangan dari kaum kafir Quraisy namun beliau tidak putus
asa dan belia terus mengajak seluruh lapisan masyarakat agar masuk Islam.

c. Dakwah dengan membaca Al-quran sebagai mukjizat terbesar


Rasulullah SAW

Al-quraan turun dari Lauhul Mahfuzh secara sekaligus ke langit dunia


(Baitul-Izzah),kemudian dari biitul Izzah turun secara berangsung-
angsur kepada nabi Muhammad SAW.dengan perantara malaikat
Jibril,hal ini sesuai dengan Hadist yang ditegaskan oleh sahabat Rasul
Bernama Abdullah bin abbas Artinya:”Al-quran diturunkan sekaligus ke
langit dunia pada lailatul qadar,kemudian setelah itu diturunkan (kepada
Rasul) pada masa 20 tahun.Allah berfirman: “Tidaklah orang-orang kafir
itu dating kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami
datangkan kepadamu suatu yang ganjil,melainkan kami datangkan
kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasnya (QS.Al-
Furqan:33) Dan ia membaca ayat (Dan Al-Quran itu telah kami
turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya bagian
demi bagian) (QS.Al-Isra : 106).”HR.An-Nasai. (As-Sunan Al-
Kubra,VI:421,No hadits 11.372.)

d. Rasulullah SAW Berhijrah dari Mekah ke Madinah


Tujuan hijrah Rasulullah S AW. Dan umat Islam dari makah ke Yastrib
adalah:
1). Menyelamatkan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kau
kafir Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW. meningkatkan
rumahnya di mEkah untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau
sudah di kepung Quraisy dengan maksud untuk membunuhnya.
2). Agar umat Islam memperoleh keamanan dan kebebasan dalam
berdakwah serta beribadah, sehingga dapat meningkatkan usaha
usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk menegakkan dan
meninggalkan agama-Nya (Islam), seperti tertulis dalam QS:An-Nahl
(16) ayat 41-42.

B. Strategi Dakwah Rasulullah dalam Mengembangkan Masyarakat Madinah

Kota Madinah pada awalnya disebut Yatsrib, namun setelah kedatangan


Rasulullah SAW., kota Yatsrib namanya diubah menjadi Madinatun Nabi (kota Nabi)
atau Madinatu al-Munawwarah (kota yang penuh cahaya terang). Faktor penyebab
masyarakat Madinah mudah menerima agama islam :

1. Kesederhanaan pribadi Nabi Muhammad SAW.

2. Sikap sopan santun dalam masyarakat Madinah

3. Rela berkorban untuk orang lain

4. Islam mengajarkan perdamaian dan melarang persaingan tidak sehat (curang)

5. Di dalam islam, kedudukan setiap umat islam sama di hadapan Allah SWT.

6. Nabi Muhammad SAW. Adalah seorang pemaaf, rendah hati dan tidak
pendendam.
1. Ciri-ciri dakwah Rasulullah SAW. Yaitu :

a. Menjaga kesinambungan tarbiyah (proses pengembangan dan bimbingan) dan


tazkiyah bagi sahabat yang telah memeluk agama islam

b. Mendirikan daulat islamiah (sarana dakwah dan lembaga penting)

c. Serius menerapkan hukum syariat untuk seluruh lapisan masyarakat

d. Hidup berdampingan dengan musuh islam yang menyatakan ingin hidup


damai dan bermuamalah dengan mereka dengan aturan yang jelas

e. Hadapi secara tegas pihak yang pilihannya perang serta siapkan kekuatan
kesinambungan untuk menghadapi beberapa kemungkinan

f. Realisasi universalitas dakwah islam dengan merambah ke kawasan dunia

g. Melalui surat, duta, rombongan, menerima utusan yang datang dan seterusnya

2. Strategi dakwah Rasulullah SAW. di Madinah

a. Membangun Masjid

Setibanya di Madinah langkah pertama Rasulullah yaitu membangun masjid.


Masjid pertama yang dibangun Rasulullah SAW. adalah masjid Quba yang didirikan
di Desa Quba sekarang masuk ke dalam wilayah kota Madinah. Masjid ini didirikan
Rasulullah ketika pertama kali tiba menginjakan kakinya di kota Madinah dalam
perjalanan hijrah ke Madinah. Kemudian Rasulullah mendirikan kembali masjid
beberapa kilometer dari Masjid Quba, dimana selanjutnya beliau menetap disini.
Rasulullah mendirikan masjid beserta tempat tinggalnya yang menempel pada
bangunan masjid, dan sekarang dikenal sebagai Masjid Nabawi. Fungsi masjid
tersebut yakni sebagai pusat politik dan pemerintahan, pusat kegiatan pendidikan,
mengajar keagamaan, mengadili berbagai perkara dan pertemuan-pertemuan.

b. Menciptakan Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Kaum


Anshar

Kaum Muhajirin adalah kaum muslimin yang mengikuti Rasulullah SAW.


ketika hijrah ke Madinah. Sedangkan kaum Anshar adalah kaum Madinah yang
menolong Nabi Muhammad SAW. serta kaum Muhajirin ketika hijrah ke Madinah.
Berikut kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang dipersaudarakan oleh Rasulullah :

1) Rasulullah SAW dengan Ali ibn Abi Thalib


2) Hamzah bin Abdul Muthalib dengan Zaid ibn Haritsah
3) Abu Bakar dengan Kharijah ibn Zuhair
4) Umar bin Khattab dengan Itban ibn Malik Al-Khazraj
5) Utsman bin Affan dengan Aus ibn Tsabit
6) Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad ibn Rabi
7) Ja’far bin Abi Muthalib dengan Mu’az ibn Jabal, dll.

c. Membuat Piagam/Konstitusi Madinah (Upaya mengikat hubungan antara


kaum Muslim dan Nonmuslim)

Karena di Madinah terdapat beberapa kelompok kaum maka untuk menjalin


hubungan baik Rasulullah SAW. memprakarsai ditulisnya Undang-Undang yang
dikenal dengan piagam Madinah yang ditulis pada tahun kesatu Hijriah atau 622 M.
Isi piagam Madinah secara ringkas adalah sebagai berikut :

1) Kaum Muslim dan kaum Yahudi hidup secara damai (bebas memeluk agama
masing-masing)
2) Jika salah satu diperangi musuh dari luar, maka mereka wajib membantu
pihak yang diserang

3) Kaum Muslim dan kaum Yahudi wajib saling menolong dan melaksanakan
kewajiban untuk kepentingan bersama

4) Nabi Muhammad adalah pemimpin untuk seluruh penduduk Madinah, jadi


bila terjadi persilisihan di antara kaum Muslim dan kaum Yahudi
penyelesaiannya dikembalikan pada keadilan Nabi Muhammad SAW.
sebagai pemimpin tertinggi di Madinah

d. Menyepakati Berbagai Perjanjian

Keberhasilan Nabi Muhammad SAW. sebagai negarawan yang agung dan


diplomat yang cerdas terlihat dalam menyusun dan mewujudkan berbagai perjanjian
dengan berbagai kelompok, suku dan agama yang ada di Madinah, salah satunya
yaitu perjanjian Hudaibiyah.

Perjanjian Hudaibiyah

Pada tahun 6 Hijriah (628 M) pada saat Nabi Muhammad SAW dengan kaum
Muslim pergi ke Mekah untuk umrah, di tengah perjalanan mereka dihalangi oleh
kaum Quraisy yang akan melakukan peperangan, pasukan tersebut dipimpin oleh
Khalid bin Walid. Setelah diberikan penjelasan oleh Utsman bin Affan, lunaklah hati
mereka. Setelah mereka sampai di sebuah tempat bernama Hudaibiyahmereka
mengadakan perundingan yang disebut dengan perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian ini
dilakukan antara Nabi Muhammad sebagai wakil dari kaum Muslim dan Suhail bin
Amir sebagai utusan dari kaum Quraisy. Penulis perjanjian ini adalah Ali bin Abi
Thalib tempatnya di Hudaibiyah (antara Mekah dan Madinah). Isi perjanjian
Hudaibiyah antara lain :
1) Tahun ini kaum muslimin yang bersama rombongan Rasulullah harus
kembali ke Madinah dan tidak boleh meneruskan maksudnya ke kota
Mekah

2) Tidak boleh melakukan peperangan antar kedua pihak selama 10 tahun

3) Kaum Quraisy yang datang kepada Nabi Muhammad dan tidak seizin
walinya harus dikembalikan dan pengikut Nabi Muhammad yang
datang kepada kaum Quraisy tidak dikembalikan

4) Kaum Quraisy di Mekah harus menjauhkan diri dari kota Mekah


selama kaum muslim berada di kota Mekah untuk melakukan ibadah

5) Pada tahun depan baru diperbolehkan bagi kaum muslim melakukan


ibadah haji dan umrah selama tiga hari serta tidak diperbolehkan
membawa senjata perang selain pedang didalam sarungnya

6) Barang siapa yang hendak membuat perjanjian dengan Nabi


Muhammad diperbolehkan begitu pula kepada kaum Quraisy.

e. Futuh (pembebasan) dan penaklukan Kota Mekah

Setelah dua tahun perjanjian Hudaibiyah, Bani Bakar dibantu kekuatan kafir
Quraisy menyerang Bani Khuzaah dan membantainya dan menjadikan tercorengnya
perjanjian Hudaibiyah. Kemudian Nabi Muhammad SWA. Mengirimkan utusan
kepada pemuka Quraisy dengan membawa perdamaian dan mengajukan usulan.
Usulannya sebagai berikut:

1) Orang Quraisy harus mengganti rugi terhadap para korban dari Bani
Khuzaah
2) Orang Quraisy Mekah harus menghentikan persekutuan mereka
dengan Bani Bakar

3) Orang Quraisy harus harus melakukan pembatalan terhadap


perjanjian Hudaibiyah

Orang Quraisy memilih alternatif yang ke-3 yakni pembatalan


perjanjian Hudaibiyah. Akhirnya Nabi Muhammad SAW. Menyiapkan
pasukan untuk melawan pasukan kafir Quraisy. Pasukan besar umat Islam
tidak bermaksud menggempur orang Quraisy, tetapi untuk memberi
peringatan dan penjelasan kepada kafir Quraisy bahwa umat Islam telah
berkembang pesat dan memiliki kekuatan pasukan yang besar juga sekedar
menakut-nakuti. Kedatangan Nabi Muhammad dan pasukannya membawa
misi perdamaian. Tepat tanggal 1 Januari 630 M kota Mekah dapat dikuasai
oleh umat Islam.

Peristiwa pembebasan Kota Mekah

Proses awal Nabi Muhammad memerintahkan sahabat dan pasukannya


untuk berkemah di depan kota Mekah. Lalu pamannya yang bernama Abbas
bin Abdul Muthalib datang menemui Rasul dan menyatakan keislamannya.
Abu Sufyan pun juga datang dan menyatakan keislamannya. Kemudian
Rasullullah memberikan kepercayaan kepada Abu Sufyan menjadi perantara
terhadap masyarakat Quraisy lainnya. Abu Sufyan menyampaikan pesan
perdamaian kepada masyarakat Quraisy dan langkah-langkah kebijaksanaan
Rasulullah yang telah diterimanya dalam usaha pembebasan Kota Mekah.
Abu Sufyan telah masuk islam, masyarakat Quraisy lainnya mengikuti jejak
langkah Abu Sufyan dan menyatakan diri masuk islam.

Setelah Mekah ditaklukan, Rasulullah SAW. Memaafkan semua


kesalahan kemudian Rasulullah barulah menghancurkan 360 berhala yang
mengelilingi ka’bah dari yang kecil sampai yang paling besar. Setelah itu
Rasulullah memerintahkan Bilal Ibnu Rabbah untuk melakukan adzan di atas
ka’bah. Kemudian umat islam shalat berjamaah bersama Rasulullah.

f. Keteladanan Dakwah Rasulullah pada Periode Madinah

1) Menjunjung tinggi rasa hormat dan saling tolong menolong sesama


manusia

2) Berkewajiban mendakwah mengajak orang lain untuk beribadah,


mendirikan masjid, dan memakmurkannya

3) Hidup bermasyarakat dengan baik

4) Tidak membeda-bedakan ras, suku, atau golongan. Semua dimata


Allah derajatnya sama dan yang membedakan hanyalah amal serta
ketakwaannya

5) Menjadi pemimpin yang adil, dapat melindungi serta mengayomi


masyarakatnya

6) Mengutamakan persatuan dan kesatuan

7) Sabar dan tabah bila menghadapi segala halangan dan rintangan serta
bersyukur bila diberi nikmat ataupun berkah.

C. Profil Negara Madinah


Berbeda dengan periode Mekah, pada periode Madinah, Islam merupakan
kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkaitan dengan kaidah kehidupan masyarakat
banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad Saw. mempunyai kedudukan, bukan saja
sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri
Nabi terkumpul dua kekuasaan, yaitu kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi.
Kedudukannya sebagai rasul secara otomatis merupakan kepala negara. Dalam
rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, beliau meletakkan dasar-dasar
kehidupan bermasyarakat.
Dasar pertama, yaitu pembangunan masjid, selain untuk tempat shalat, masjid
juga sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa
mereka. Selain itu, juga sebagai tempat berunding masalah-masalah yang dihadapi
dan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
Dasar kedua, yaitu Ukhuwah Islamiyyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi
mempersaudarakan antara golongan Muhajirin dengan penduduk Madinah yang
sudah masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin tersebut. Dengan demikian,
diharapkan setiap muslim merasa terikat dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan.
Apa yang dilakukan oleh Rasulullah ini berarti menciptakan suatu bentuk
persaudaraan yang baru yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan
persaudaraan berdasarkan darah.
Dasar ketiga, yaitu hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang
tidak beragama Islam. Di Madinah, di samping orang-orang Arab Islam, juga terdapat
golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama
nenek moyang mereka.
Untuk itu, beliau mengeluarkan sebuah piagam yang menjamin kebebasan
beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu komunitas. Setiap golongan masyarakat
memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama
dijamin dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan
negeri itu dari serangan luar.
Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa Rasulullah Saw. menjadi kepala
pemerintahan memiliki wewenang yang menyangkut peraturan dan tata tertib umum.
Dalam bidang sosial, Rasulullah Saw. juga meletakkan dasar persamaan antara
sesama manusia. Perjanjian ini dalam pandangan ketatanegaraan sering disebut
dengan Konstitusi atau Piagam Madinah.
1. Sistem Pemerintahan Madinah:
a. Mengamalkan pemerintahan demokrasi melalui konsep syura dan
musyawarah.
b. Pemerintahan tertinggi ialah Rasulullah (zaman Nabi Muhammad
s.a.w) dan Khalifah (pada zaman Khulafaur Rasyidin).
c. Badan pemerintahan tertinggi ialah majelis syura (dibakukan secara
resmi pada zaman Umar bin al-Khattab).
d. Sistem perundangan dilaksanakan melalui konstitusi / sahifah
Madinah
2. Bentuk Pemerintahan:
Majlis Syura (Majelis Permusyawaratan)
a. Terdiri atas semua umat Islam dan sahabat Rasulullah.
b. Tidak ada waktu persidangan tetapi mengikut kepentingan Negara dan
situasi politik.
c. Seluruh rakyat bebas mengemukakan pendapat dan pandangannya
untuk kemajuan negara (kecuali bidang agama).
d. Khalifah Umar al Khattab telah menyempurnakan majelis syura ini
dengan mewujudkan dua jenis majelis syura yaitu Majelis Syura
Tertinggi dan mMajelis Syura ‘Am.
3. Sumber Perundangan:
Piagam Madinah
a. Disusun pada satu dan dua Hijrah yang merupakan sumber
perundangan di Madinah.
b. Konstitusi tertulis yang pertama di dunia juga dikenal sebagai
Konstitusi atau Piagam Madinah.
c. Memuat atas 47 pasal.
d. Hukum berdasarkan Al Quran yaitu hudud, qishash, dan takzir.
e. Pada zaman Umar Ibn al-Khattab, jabatan kehakiman dipisahkan dari
jabatan-jabatan lain dan membentuk mahkamah hakiman tertentu
(qadi-qadi khas) yang mengurus berbagai masalah dan peraturan-
peraturan kehakiman.
4. Negara Madinah dan Konstitusi Madinah
Selama kurang lebih 13 tahun di Mekah, Nabi Muhammad dan umat
Islam belum mempunyai kekuatan dan kesatuan politik yang menguasai suatu
wilayah. Umat Islam menjadi suatu komunitas yang bebas dan merdeka
setelah pada tahun 622 M hijrah ke Madinah yang sebelumnya disebut
Yatsrib. Jika di Mekah mereka sebelumnya merupakan umat lemah yang
tertindas, maka di Madinah mereka mempunyai kedudukan yang baik, kuat,
dan dapat berdiri sendiri.
Komunitas Islam itu terdiri dari para pengikut Nabi yang datang dari
Mekah (Kaum Muhajirin) dan penduduk Madinah yang telah memeluk Islam
serta yang telah mengundang Nabi ke Madinah (Kaum Anshar). Di antara
Penduduk Madinah terdapat juga komunitas lain, yaitu orang Yahudi,
Nasrani, dan sisa-sisa orang Arab yang belum masuk Islam. Umat Islam di
Madinah merupakan bagian dari masyarakat yang majemuk.
Tidak lama sesudah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad Saw
membuat suatu piagam politik untuk mengatur kehidupan bersama. Ia
memandang perlu meletakkan aturan pokok tata kehidupan bersama di
Madinah agar terbentuk kesatuan hidup di antara seluruh penduduknya.
Dalam piagam itu dirumuskan prinsip-prinsip dan dasar-dasar tata kehidupan
bermasyarakat, kelompok-kelompok sosial Madinah, jaminan hak, dan
ketetapan kewajiban. Piagam Madinah itu juga mengandung prinsip
kebebasan beragama, hubungan antar kelompok, kewajiban mempertahankan
kesatuan hidup, dan sebagainya. Insiatif dan usaha Nabi Muhammad Saw.
dalam mengorganisir dan mempersatukan pengikutnya dan golongan lain,
menjadi suatu masyarakat yang teratur, berdiri sendiri, dan berdaulat yang
akhirnya menjadi suatu negara di bawah pimpinan Nabi sendiri merupakan
praktek siyasah yakni proses dan tujuan untuk mencapai tujuan.
Masyarakat tersebut dibentuk berdasarkan perjanjian tertulis yang
disebut konstitusi/piagam/syahifah Madinah. Perjanjian itu oleh
kebanyakan penulis dan peneliti sejarah Islam serta para pakar politik Islam
disebut sebagai konstitusi negara Islam pertama. Sebutan konstitusi oleh para
ahli sejarah tersebut menjadikan piagam Madinah menarik untuk dibahas,
karena di antara ketetapan di dalamnya tidak ada yang menyebut tentang
bentuk pemerintahan, struktur kekuasaan, perangkat-perangkat pemerintahan
sebagaimana lazimnya suatu konstitusi.
Dalam piagam tersebut dirumuskan kebebasan beragama, hubungan
antar kelompok, kewajiban mempertahankan kesatuan hidup dengan
membangun tatanan hidup bersama yang mantap dan riil dengan
mengikutsertakan semua golongan sekalipun berbeda ras, keturunan,
golongan dan agama. Menurut Harun Nasution, Piagam Madinah tersebut
mengandung aturan pokok tata kehidupan bersama di Madinah, agar terbentuk
kesatuan hidup di antara seluruh penghuninya. Kesatuan hidup ini dipimpin
oleh Muhammad Saw sendiri. Kesepakatan kontrak sosial inilah yang menjadi
dokumen konstitusi bagi lahirnya negara yang berdaulat. Dengan demikian, di
Madinah Nabi Muhammad bukan hanya mengemban tugas-tugas keagamaan
sebagaimana Rasulullah, melainkan juga sebagai kepala negara.
Sistem pemerintahan Negara Madinah secara keseluruhan dengan
konstitusinya menganut paham desentralisasi. Masalah intern kelompok
diselesaikan oleh kelompok masing-masing, kecuali menyangkut masalah
yang berhubungan dengan kelompok lain. Masalah tersebut ditangani oleh
Rasulullah. Munawir Syazali menyimpulkan prinsip dasar Piagam ini sebagai
berikut:
a. Semua pemeluk Islam, meskipun berasal dari banyak suku, tetapi
merupakan satu komunitas.
b. Hubungan antara anggota komunitas Islam dengan anggota komunitas
yang lain didasarkan atas prinsip-prinsip.
c. Bertetangga baik.
d. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama.
e. Membela mereka yang teraniaya.
f. Saling menasehati.
g. Menghormati kebebasan beragama (Munawir, Sjadzali, 1993).
Melihat keterangan-keterangan dari Munawir Syazali di atas, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa konsep Piagam Madinah, yang dicantumkan
oleh Rasulullah merupakan konsep yang ideal untuk sebuah negara dalam
Islam, dan itu merupakan undang-undang yang pertama ditulis di dunia.
Muhammad Thahir Azhari, mengemukakan konsep Negara dalam Islam
Nomokrasi (negara hukum) bukan teokrasi. Beliau mengemukakan negara
hukum (nomokrasi) Islam memiliki prinsip-prinsip umum sebagai berikut:
a. Prinsip kekuasaan sebagai Amanah.
b. Prinsip keadilan.
c. Prinsip persamaan.
d. Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap HAM.
e. Prinsip peradilan bebas.
f. Prinsip perdamaian.
g. Prinsip kesejahteraan.
h. Prinsip ketaatan rakyat.

Adapun menurut Rasyid Ridha tahapan-tahapan menuju gagasan negara


Islam:
a. Negara Teokrasi yang berdasarkan atas hukum Tuhan bukan atas
kontrak sosial dan bukan pada rasio (akal) sebagaimana yang
dinyatakan kaum Mu'tazilah.
b. Memeriksa semua kesulitan praktis yang menghambat rehabilitasi
kekhalifahan (kesulitan mencari orang yang tepat menjadi khalifah dan
tempat yang tepat menjadi ibukotanya).
Dari dua konsep yang berbeda di atas, agaknya yang paling relevan,
adalah konsep Muhammad Thahir Azhari yang mengemukakan Konsep
Negara dalam Islam Nomokrasi (Negara Hukum) bukan Teokrasi (Negara
Ketuhanan) seperti konsep Rasyid Ridha.
Karena konsep Nomokrasi penekanannya pada hukum (konstitusi)
dalam hal ini tentunya yang kita kehendaki hukum yang tidak bertentangan
dengan syari’at Islam. Jadi di sini sistem yang harus ditegakkan dan kuat.
Sebagaimana dilontarkan. Yusril Ihza Mahendra,
“Saya ingin membangun sistem bernegara yang kuat dan dalam hal
ini Negara bukan tunduk kepada orang melainkan supaya sistem meskipun
antara orang dan sistem mempunyai hubungan timbal balik dan sulit
dipisahkan. Tapi kalau sistem yang kuat dan disepakati untuk dijalankan
maka siapapun yang memimpin tidak ada masalah karena ia tunduk pada
hukum yang berlaku”. (Yusril dan Kawiyan, 2000).
Merujuk ke Piagam Madinah, secara eksplisit tertulis nama beberapa
golongan dan beberapa suku. Nampaknya, Rasulullah sangat mengetahui
tentang keadaan dan politik setiap kelompok tersebut. Nabi Muhammad Saw
dapat menempatkan diri sebagai pemimpin Madinah ditengah-tengah berbagai
suku yang mengamininya sebagai pemimpin masyarakat. Islam ditanamkan
oleh beliau sebagai satu kesatuan Agama dan Politik Rasulullah berhasil
menciptakan suatu bangsa di bawah satu naungan kepemimpinan, suatu
perwujudan dari gagasan besar yang berupa prinsip kehidupan nasional
Arabia, dan beliau mampu menjadikan Islam sebagaimana yang menghasilkan
rekonsiliasi. Ini berarti Rasulullah adalah menjadi pemimpin keagamaan dan
juga pemimpin Pemerintahan (Kepala Negara).
5. Hikmah konstitusi Madinah bagi sistem Negara Modern
Konstitusi Madinah penjunjung tinggi HAM, sekaligus pencetus
konsep HAM pertama di dunia secara yuridis formal. Walaupun menurut
penyelidikan ilmu pengetahuan, sejarah hak-hak asasi manusia barulah
tumbuh dan berkembang pada masa John Locke dan Rowseau (tokoh hukum
alam). Merekalah yang memberi inspirasi kepada revolusi negara-negara
besar untuk mencantumkan di dalam konstitusinya. Untuk pertama kali dan
resmi dipakai dalam Declaration of indifedence (America) tahun 1776, atas
jasa Thomas Jefferson. Kemudian menjadi Konstitusi Negara Amerika.
Kemudian diikuti Prancis tahun 1791, Belgia tahun 1881, dan akhirnya diikuti
PBB melalui Universal Declaration of Human Rights tanggal 10 Desember
1948.
Di Indonesia UUD 1945 baru ada di 4 pasal dari 37 pasal yaitu pasal
27 ayat 1 dan 2. Pasal 28, pasal 29, dan pasal 31. Padahal mereka itu diilhami
oleh Alquran (14 abad yang lalu) dan Piagam Madinah (abad 6 M) Lihat QS.
Al-Hijr 23 dan Qaf: 43 tentang hak hidup, kemerdekaan, dan keamanan
pribadi. Al-baqarah 178 tentang Qishash.
Dengan eksistensi Rasulullah Saw. yang begitu cepat menjadi
pemimpin legal dan diikuti oleh masyarakat, tentu Rasulullah Saw. secara
bertahap menyusun strategi yang dapat menghantarkan kepada adanya satu
kesatuan politik yang mapan pada sebuah negara yang baru berdiri.

D. Damai dan Perang Islam


Dengan terbentuknya negara Madinah, Islam makin bertambah kuat.
Perkembangan Islam yang pesat membuat orang-orang makkah dan musuh-
musuh Islam yang lain menjadi risau. Kerisauan ini semakin mendorong
Orang-orang Quraisy untuk berbuat apa saja. Untuk menghadapi
kemungkinan tersebut Rasulullah SAW mengatur siasat dan membentuk
pasukan tentara. Umat Islam diizinkan berperang dengan dua alasan :
1. Mempertahankan diri dan melindungi hak milik.
2. Menjaga keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dan mempertahankan
keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dari orang-orang yang
menghalangi.
Dalam sejarah Madinah banyak terjadi peperangan sebagai upaya kaum
muslimin mempertahankan diri dari serangan musuh. Di awal pemerintahan
Nabi mengadakan beberapa aksi sebagai upaya untuk melatih kemampuan
calon pasukan mutlak untuk melindungi dan mempertahankan negara. Selain
itu, perjanjian damai dengan berbagai kabilah juga diadakan dengan maksud
memperkuat kedudukan madinah.
Perang merupakan sesuatu yang sangat tidak disukai manusia. Namun di
Al-Qur'an sudah dikatakan bahwasannya dibalik sesuatu yang tidak disukai
terdapat kebaikan yang tidak diketahui manusia. Sebagaimana firman Allah
SWT :

Karena itu peperangan hanya diperbolehkan ketika situasi dalam keadaan


yang sangat terpaksa. Hal ini menunjukkan bahwa Islam sesuai dengan
namanya adalah agama perdamaian, dan berusaha membawa manusia
kedalam kedamaian, dan kesejahteraan dalam rahmatnya. Kedamaian tersebut
tergantung pada kesediaan manusia untuk taat kepada ajaran-ajaran yang
dituangkan dalam agama Islam (Muhammad Iqbal, 2014).
Beberapa peperangan penting yang terjadi di masa Rasulullah SAW
seperti perang Badar, Uhud, Khandaq, dan Khaibar adalah bukti bahwa
perang merupakan keniscayaan yang harus dihadapi oleh muslimin untuk
melakukan perdamaian. Disamping itu, para pejuang Islam selalu berperang
demi menegakkan keadilan, dan melaksanakan perintah Allah SWT bukan
untuk memuaskan nafsu ataupun untuk mendapatkan harta kekayaan atau
budak (Eka Hendry, 2009).

Anda mungkin juga menyukai