Anda di halaman 1dari 10

DAKWAH RASULULLAH SAW DI MAKKAH

MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Para Nabi
Dosen Pengampu: Ali Imron, M.Ag.

Disusun oleh Kelompok 7 PAI 4E


Annisa Isti Azarra 2203016172
Faza Ramadhan Alfa Tsani 2203016178
Ahmad Nasrullah Zen 2203016189

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kewajiban dakwah merupakan suatu kewajiban yang telah Allah
perintahkan kepada kita semua sebagai umat Islam untuk menyampaikan risalah
kebenaran Islam. Pada hakikatnya, dakwah bukan hanya kewajiban Nabi ataupun
para Rasul yang mempunyai amanah khusus untuk menyampaikan setiap kebenaran
dan ketauhidan Allah SWT, namun juga menjadi kewajiban setiap umat Islam yang
mempercayai dan meyakini akan kebenaran Islam sebagai Rahmatan lil Alamin.
Sehingga, Islam tidak hanya dipandang dari satu sisi saja melainkan berbagai
tinjauan yang akan mengantarkan kita kepada pemahaman yang menyeluruh.
Sejak Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai Rasul hingga ia melakukan
hijrah ke Madinah, nabi telah berdakwah dan berjuang di kota Mekkah selama tiga
belas tahun untuk membebaskan rohani dan jiwa masyarakat Mekkah dari berbagai
kemusyrikan yang menyesatkan. Nabi Muhammad SAW berusaha membangun,
menanamkan kepercayaan dan nilai-nilai tauhid sebagai dasar kehidupan manusia
yang dapat mengantarkan mereka menuju kebahagiaan hidup duniawi dan
keselamatan hidup ukhrawi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan dakwah Rasulullah SAW di Makkah?
2. Apa saja metode dakwah yang digunakan Rasulullah SAW?
3. Apa saja hambatan dan tantangan dakwah Rasulullah SAW di Makkah?
4. Apa saja hikmah dari dakwah Rasulullah SAW di Makkah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pelaksanaan dakwah Rasulullah SAW di Makkah
2. Untuk mengetahui metode dakwah yang digunakan Rasulullah SAW
3. Untuk mengetahui hambatan dan tantangan dakwah Rasulullah SAW di
Makkah
4. Untuk mengetahui hikmah dari dakwah Rasulullah SAW di Makkah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Dakwah Rasulullah SAW di Makkah


Setelah turun wahyu pertama, Nabi Muhammad selalu pergi ke Gua Hira
untuk menunggu malaikat Jibril. Saat beliau sedang menunggu malaikat Jibril,
turunlah wahyu Q.S. Al-Muddatsir 1-7 yang membawa perintah “Wahai orang
yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan. Dan agungkanlah Tuhanmu,
dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah segala perbuatan keji dan janganlah
engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih
banyak dan karena Tuhanmu bersabarlah.” Dengan turunnya perintah tersebut,
mulailah Rasulullah SAW melakukan dakwah di tengah-tengah ketersesatan
masyarakat Makkah.1 Dalam bidang agama, masyarakat Makkah waktu itu sudah
menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid. Mereka pada umumnya beragama
watsani atau agama penyembah berhala. Selain itu, ada pula sebagian masyarakat
Makkah yang menyembah malaikat dan bintang.
Maka substansi dakwah Rasulullah SAW pada periode Makkah ini
difokuskan pada beberapa hal. Pertama, mengenai ajaran Tauhid (mengesakan
Allah SWT). Rasulullah mengajarkan dan menyeru kepada umat manusia untuk
beribadah hanya kepada Allah SWT. Kedua, Rasulullah ingin memperbaiki akhlak
masyarakat Makkah yang saat itu hidup dalam kebdodohan. Beliau mengajak agar
sikap dan perilaku tidak terpuji yang dilakukan masyarakat Makkah tersebut
ditinggalkan. Ketiga, mengenai kehidupan akhirat. Islam mengajarkan bahwa mati
yang dialami oleh setiap manusia bukanlah akhir kehidupan, tetapi merupakan awal
dan kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kubur dan di alam akhirat.
Dan yang ke empat mengajarkan persaudaraan dan persatuan, karena agama Islam
mengajarkan bahwa sesama orang beriman adalah bersaudara. Mereka pun dituntut
untuk saling mencintai dan menyayangi dibawah naungan ridha ilahi.2

1
Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, Terj. Kathur Suhardi, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2012), hlm. 69-70.
2
Zulyadin dan Fitrah Sugiarto, Sirah Nabawiyah, (Mataram: Sanabil, 2021), hlm. 55-57.

2
B. Metode Dakwah Rasulullah SAW
Dakwah Rasulullah SAW berlangsung selama 13 tahun di Makkah. Adapun
metode dakwah yang digunakan Rasulullah SAW pada periode Makkah yaitu:
1. Dakwah secara sembunyi-sembunyi (rahasia)
Setelah menerima wahyu kedua yang menjelaskan tugas atas dirinya,
mulailah Rasulullah SAW berdakwah secara sembunyi-sembunyi dan
menyerukan pada pihak keluarga dan sahabat yang terdekat. Seorang demi
seorang diberikan pemahaman agar mereka meninggalkan berhala dan hanya
menyembah Allah SWT. Adapun orang-orang yang masuk Islam pada masa
dakwah secara sembunyi-sembunyi disebut assabiqunal awwalun (golongan
orang yang pertama masuk Islam). Mereka adalah Siti Khadijah, Abu Bakar,
Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, dan Ummu Aiman.
Kemudian melalui petunjuk Allah SWT, beliau mengajak Abu Bakar r.a
untuk berdakwah menyampaikan risalah keislaman terhadap orang terdekat.
Beberapa teman dekatnya pun masuk Islam, antara lain: Utsman bin Affan,
Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqas, Thalhah bin
Ubaidillah, dan Arqam bin Abi al-Arqam. Lama-kelamaan orang yang masuk
Islam mulai mengadakan berbagai macam kajian Islami yang bertempat di
rumah salah satu sahabat yakni bernama Arqam bin Abi al-Arqam. Rumah yang
berada di tempat terpencil tepatnya di bukit Shafa, menjadi tempat
berkumpulnya orang-orang pertama yang memeluk Islam.
Mereka semua semangat mendengarkan Rasulullah SAW menyampaikan
ajaran yang mulia. Hingga tercatat ada sekitar 40 orang yang datang ke rumah
Arqam, mulai dari yang tua sampai muda. Dakwah yang dilakukan Rasulullah
SAW secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama 3 tahun.3
2. Dakwah secara terang-terangan (terbuka)
Sampai datanglah wahyu yang berisi perintah Allah SWT kepada
Rasulullah SAW untuk berdakwah secara terang-terangan yang dimulai sejak
tahun ke-4 dari kenabian. Wahyu tersebut berupa Q.S. Asy-Syu’ara ayat 214:

3
Agus Riyadi, Sejarah Dakwah Nabi Muhammad Saw, (Semarang: Fatwa Publishing,
2022), hlm. 81-85.

3
ۙ َ‫ع ِشي َْرتَكَ ْاْلَ ْق َر ِبيْن‬
َ ‫َواَ ْنذ ِْر‬
“Dan berikanlah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.”
Kemudian yang dilakukan Rasulullah pertama, mulai mengundang kaum
kerabat keturunan dari Bani Hasyim untuk menghadiri jamuan makan di
rumahnya, dilakukan selama dua kali untuk menjelaskan bahwa beliau diutus
oleh Allah SWT dan mengajak mereka agar masuk Islam.4 Walau banyak yang
belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim
yang sudah masuk Islam tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu
Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah. Kedua, undangan terbuka
kepada masyarakat Quraisy (yang bertempat tinggal di sekitar Ka’bah) untuk
berkumpul di bukit Shafa. Setelah itu pun Rasulullah dengan berani
meyampaikan kebenaran secara terbuka dan menentang kemusyrikan. Seruan
beliau pun terus bergema ke seluruh penjuru Makkah hingga kemudian turun
Q.S. Al-Hijr ayat 94:
َ‫ع ِن ْال ُم ْش ِر ِكيْن‬ ْ ‫ع ِب َما تُؤْ َم ُر َواَع ِْر‬
َ ‫ض‬ ْ ‫فَا‬
ْ ‫ص َد‬
“Maka, sampaikanlah (Nabi Muhammad) secara terang-terangan segala apa
yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.”
Rasulullah SAW langsung bangkit menyerang berbagai khurafat dan
kebohongan syirik dengan menyebutkan posisi berhala dan hakikatnya yang
sama sekali tidak memiliki nilai. Ketidakberdayaan berhala-berhala itu beliau
gambarkan dengan berbagai contoh perumpamaan, disertai penjelasan-
penjelasan bahwa barang siapa yang menyembah berhala dan menjadikannya
sebagai perantara antara dirinya dan Allah SWT, maka dia akan berada dalam
kesesatan yang nyata. Dengan keyakinan dan bimbingan serta petunjuk Allah
SWT, gerakan dakwah Rasulullah SAW semakin tersebar luas dan pengikutnya
semakin bertambah banyak.5

4
Muhammad Al-Ghazali, Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad, (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2003), hlm.115-116.
5
Abu Umar Basyier, Mutiara Hikmah Sejarah Rasulullah, (Surabaya: Shafa Publika,
2012), hlm. 147-149.

4
C. Hambatan dan Tantangan Dakwah Rasulullah di Makkah
Usaha dakwah Rasulullah SAW di Makkah mengalami berbagai macam
hambatan dan tantangan. Hambatan-hambatan yang dialami Rasulullah SAW saat
berdakwah di Makkah antara lain yaitu:
1. Gangguan dan penindasan kaum musyrikin terhadap kaum Muslimin
Gangguan dan penindasan kaum musyrikin terhadap orang-orang beriman
semakin merajalela. Mereka menyiksa kaum Muslimin tanpa pandang bulu,
memukulinya, menjemurnya di padang pasir yang panas, dan menindihkan batu
besar di atas dada salah seorang kaum Muslimin di bawah terik matahari.
Sampai-sampai, ketika seseorang telah lepas dari siksaan, tidak bisa lagi duduk
karena pedihnya rasa sakit yang dideritanya. Kaum Muslimin yang paling
rentan, seperti budak-budak dan orang-orang miskin, sering kali menjadi sasaran
penyiksaan fisik dan psikologis. Mereka disiksa dan dianiaya oleh kaum
musyrikin dengan harapan agar meninggalkan agama baru mereka.
Suatu ketika lewatlah musuh Allah, Abu Jahal 'Amr bin Hisyam, di hadapan
Sumayyah, saat ia bersama suami dan anaknya sedang disiksa. Abu Jahal
menusuk wanita itu di bagian kemaluannya dengan tombak hingga ia meninggal
dunia. Abu Bakar, apabila lewat di hadapan salah seorang budak yang sedang
disiksa, ia akan segera membeli budak itu dari majikannya, lalu dia
memerdekakannya. Di antara para budak yang pernah beliau beli adalah Bilal
dan ibunya yang bernama Hamamah, Amir bin Fuhairah, Ummu Abas, Zinnirah
an-Nahdiyyah dan anak perempuannya, serta budak wanita Bani 'Adiy yang
pernah disiksa oleh Umar bin Khattab sebelum ia masuk Islam.6
2. Pemboikotan kaum Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Muththalib
Setelah Hamzah, paman Nabi SAW masuk Islam, banyak orang yang mulai
masuk Islam dan Islam pun mulai tersebar luas. Tatkala kaum Quraisy
mengetahui hal itu, mereka merasa semakin terusik. Oleh sebab itu, mereka
berkumpul dan bersepakat dalam menghadapi Bani Hasyim dan Bani
Muththalib, yakni untuk tidak berjual beli dengan mereka, tidak menikahi

6
lmam Adz-Dzahabi, Sirah Nabi: Sejarah Kehidupan Muhammad saw, (Semarang:
Pustaka Nuun, 2019), hlm. 109.

5
seorang pun dari mereka, tidak berbicara dengan mereka, dan tidak berinteraksi
dengan mereka sampai mereka bersedia menyerahkan Rasulullah SAW. Untuk
tujuan itu, mereka menuliskan isi naskah pemboikotan tersebut dan digantung di
atap (dinding) Ka’bah.
Pemboikotan ini menyebabkan penderitaan yang besar bagi kaum Muslimin.
Mereka mengalami kesulitan ekonomi yang parah karena tidak dapat berdagang
atau melakukan pekerjaan yang menghasilkan uang. Mereka juga mengalami
kesulitan mendapatkan makanan, air, dan barang-barang kebutuhan lainnya,
karena isolasi mereka dari masyarakat non-Muslim. Pemboikotan terhadap
kaum Muslimin berlangsung selama tiga tahun penuh, tetapi mereka tetap teguh
dalam keyakinan mereka kepada Allah SWT dan ajaran Islam. Kemudian
pemboikotan tersebut berakhir berkat intervensi beberapa tokoh non-Muslim
yang tidak setuju dengan tindakan tersebut. Perjanjian pemboikotan pun
dibatalkan, namun kesulitan ekonomi dan sosial yang dialami oleh kaum
Muslimin meninggalkan bekas yang mendalam dalam sejarah awal Islam.7
3. Wafatnya Abu Thalib dan Khadijah
Beberapa bulan setelah perjanjian boikot dihapus, Rasulullah SAW kembali
mengalami ujian besar. Kali ini bukan penyiksaan dari pihak lawan, melainkan
berupa wafatnya dua kekasih Rasulullah SAW yaitu Abu Thalib dan Khadijah,
Dua peristiwa terjadi dalam jangka waktu yang tidak terpaut lama sehingga
menorehkan perasaan duka lara di hati Rasulullah. Beliau kehilangan seorang
paman yang telah mengasuh dan melindunginya, serta istri yang setia
mendampingi dalam menempuh suka dan duka, terutama setelah beliau diangkat
menjadi Rasul selama sepuluh tahun terakhir kehidupan mereka.
Masa-masa duka ini dikenal dengan nama ‘Amul Huzni (tahun kesedihan).
Saat itu, seolah-olah semua kegembiraan di hati Rasulullah pudar. Indahnya
kehidupan seolah-olah ikut terkubur bersama jasad dua orang kesayangan itu.
Rasulullah SAW tertunduk di samping pusara Khadijah. Air mata beliau
mengalir tanpa tertahan. Keluarga dan sahabat merasakan betul kesedihan

7
Al-Hafizh Ibnu Katsir, Sirah Nabi Muhammad, (Solo: Pustaka Imam Asy.Syafi'i, 2010),
hlm. 45.

6
Rasulullah. Sekuat tenaga, mereka berusaha menghibur Rasulullah. Inilah saat-
saat ketika para pengikut, yang biasanya dihibur dan dikuatkan hatinya oleh
Rasulullah, berganti menghibur dan menguatkan hati Rasulullah.8
Gangguan dan cobaan diatas merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh
Rasulullah SAW dan kaum Muslimin dalam menyebarkan ajaran Islam dan
mempertahankan keyakinan mereka. Meskipun demikian, cobaan-cobaan tersebut
juga memperkuat kesatuan dan ketabahan kaum Muslimin serta menegaskan
kegigihan mereka dalam mempertahankan kepercayaan agama mereka.
D. Hikmah Dakwah Rasulullah di Makkah
Hikmah yang dapat diperoleh dari sejarah dakwah Rasulullah pada periode
Makkah, antara lain sebagai berikut:
1. Menyadari bahwa melalui kesabaran, keuletan dan memiliki semangat yang
tinggi dalam menegakkan agama Islam pasti akan mendapat pertolongan Allah.
2. Meyakini bahwa semua hidayah datangnya dari Allah SWT dan tugas seorang
rasul hanya sekadar menyampaikan risalah dari Allah SWT.
3. Memahami bahwa Nabi Muhammad SAW sangat bijaksana, pandai
menggunakan kesempatan yang berharga, dan dapat menarik perhatian orang
tanpa menimbulkan kebosanan.
4. Meneladani Nabi Muhammad SAW yang bergelar uswatun hasanah. Artinya,
tingkah laku dan amal perbuatan Rasulullah SAW sehari-hari adalah teladan
yang baik, terutama terhadap ajaran Islam yang didakwahkannya.
5. Melalui dakwah Islam, Rasulullah SAW memberikan pemahaman tentang hak
dan persamaan derajat bagi semua manusia. Setiap orang memiliki kedudukan
yang sama di sisi Allah SWT, hanya ketaqwaanlah yang menjadi ukuran
kemuliaan di hadapan Allah SWT.
6. Setiap perjuangan dakwah membutuhkan pengorbanan, Rasulullah SAW dan
para sahabatnya telah mengorbankan harta benda dan jiwa untuk menegakkan
ajaran Islam.9

8
M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad: Dalam Sorotan Al-Quran dan
Hadis-Hadis Shahih, (Tangerang: Lentera Hati Group, 2018), hlm. 408.
9
Ahmad Taufik dan Iim Halimah, Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas
X, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama, 2019), hlm. 190.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan materi di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan
turunnya wahyu Q.S. Al-Muddatsir 1-7, mulailah Rasulullah SAW melakukan
dakwahnya di tengah-tengah ketersesatan masyarakat Makkah. Dalam bidang
agama, masyarakat Makkah waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama
tauhid. Substansi dakwah Rasulullah SAW difokuskan pada beberapa hal yaitu
mengenai ajaran Tauhid (mengesakan Allah SWT), memperbaiki akhlak
masyarakat Makkah, mengenai kehidupan akhirat, dan mengajarkan persaudaraan
dan persatuan sesama orang beriman. Rasulullah berdakwah selama 13 tahun di
Makkah. Metode dakwah yang digunakan Rasulullah SAW yakni secara sembunyi-
sembunyi selama 3 tahun dan secara terang-terangan selama 10 tahun.
Adapun tantangan dan hambatan dakwah Rasulullah di Makkah yaitu,
gangguan dan penindasan kaum musyrikin terhadap kaum Muslimin, pemboikotan
kaum Quraisy terhadap bani Hasyim dan bani Muththalib, dan wafatnya Abu Thalib
dan Khadijah. Kemudian hikmah yang dapat diperoleh dari sejarah dakwah
Rasulullah pada periode Makkah, diantaranya: menyadari bahwa melalui
kesabaran, keuletan dan memiliki semangat yang tinggi dalam menegakkan agama
Islam pasti akan mendapat pertolongan Allah, memahami bahwa tugas seorang
rasul hanya sekadar menyampaikan risalah dari Allah SWT, memahami bahwa
setiap perjuangan dakwah pasti membutuhkan pengorbanan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzahabi, lmam. 2019. Sirah Nabi: Sejarah Kehidupan Muhammad SAW.


Semarang: Pustaka Nuun.
Al-Ghazali, Muhammad. 2003 Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad.
Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Al-Hafizh Ibnu Katsir. 2010. Sirah Nabi Muhammad. Solo: Pustaka Imam Asy.
Syafi'i.
Al-Mubarakfuri, Shafiyyurrahman. 2012. Sirah Nabawiyah. Terj. Kathur Suhardi.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Basyier, Abu Umar. 2012. Mutiara Hikmah Sejarah Rasulullah. (Surabaya: Shafa
Publika.
Riyadi, Agus. 2022. Sejarah Dakwah Nabi Muhammad Saw. Semarang: Fatwa
Publishing.
Shihab, M. Quraish. 2018. Membaca Sirah Nabi Muhammad: Dalam Sorotan Al-
Quran dan Hadis-Hadis Shahih. Tangerang: Lentera Hati Group.
Taufik, Ahmad dan Iim Halimah. 2019. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti kelas X. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian
Agama.
Zulyadin dan Fitrah Sugiarto. 2021. Sirah Nabawiyah. Mataram: Sanabil.

Anda mungkin juga menyukai