Ketika usia Rasulullah SAW hampir menginjak usia 40 tahun, tepatnya malam 17
Ramadhan atau 6 Agustus 610 Masehi, dimasa Rasulullah SAW berkhalwat dalam Gua Hira
Malaikat Jibril datang membawa wahyu dan meminta Baginda Rasul untuk membaca sebuah
wahyu dalam surat Al’Alaq ayat 1-5. Inilah wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW, dan tepatnya pada turunnya wahyu ke-2 dalam sebuah surat
Al-Mudatssir 1-7 dikala Rasulullah sedang terlelap melepas lelah, Malaikat Jibril
menyampaikan kepada Nabi Muhammad SAW bahwasanya wahyu tersebut sekaligus
menjadi penobatan beliau sebagai nabi dan Rasul bagi seluruh umat manusia dan mengemban
tugas mendakwahkan ajaran Islam.
Dengan turunnya wahyu tersebut, maka jelaslah misi dakwah yang harus Rasulullah emban
dalam menyampaikan risalahnya. Misi tersebut antara lain mengajak manusia menyembah
Allah SWT. Hal inilah yang menjadi permulaan perintah menyiarkan agama Allah kepada
Seluruh Umat Manusia.
Pada periode ini, tiga tahun pertama dakwah Islam dilakukan secara sembunyi-
sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah Islam dilingkungan keluarga,
mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Sayyidah Khadijah, yang menerima dakwah beliau,
kemudian Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar sahabat beliau, lalu Zaid bin harits, mantan budak
beliau. Disamping itu juga banyak yang masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar, dan
golongan ini sering mendapat julukan sebagai Assabiqunal Awwalun yaitu orang-orang yang
lebih dulu masuk Islam. Mereka yang mealalui perantara sahabat Abu bakar Ash-shidiq
adalah Usman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Waqqash, Abdur Rahman bin ‘Auf,
Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan Al-Arqam bin Abil Arqam yang
rumahnya dijadikan markas untuk berdakwah (rumah Arqam).
Pada persiapan dakwah yang berat maka dakwah pertama beliau mempersiapkan mental dan
moral. Oleh sebab itu beliau mengajak manusia atau umatnya untuk:
* Mengesakan Allah
* Menguatkan barisan
Dalam fase ini Rasulullah berdakwah secara lebih luas dalam kalangan keluarganya
sebagaimana yang termaktub dalam Al-Syuara 214. Sasaran utama dakwah beliau berfokus
pada kalangan Bani Hasyim.
Dakwah secara terbuka ini ditandai dengan turunnya wahyu ayat suci Al-Quran yang
termaktub dalam Qs Al-Hijr ayat 15. Dengan datang atau turunnya perintah itu Nabi mulai
berdakwah secara terang-terangan, mula-mulanya nabi mengundang dan menyeru pada
kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib. Baginda Nabi menyeru kepada mereka semua,
tapi mereka semua menolak kecuali Sayyidina Ali Bin Abi Thalib.
Langkah berikutnya yang ditempuh Nabi adalah mulai menyeru pada masyarakat umum.
Maka Rasulullah naik ke bukit Shafa dan memanggil orang Makkah, beliau bersabda
“Bagaimana bila aku mengatakan pada kalian bahwa dilembah sana ada seekor kuda yang
akan menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayai apa yang saya ucapkan?” mereka
menjawab “ ya , kami percaya karena kami belum pernah mendapatkan engkau berdusta”
maka Rasulullah bersabda “Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku memberi peringatan kepada
kalian tentang siksa yang sangat pedih”. Lalu Rasul mengajak mereka untuk beriman kepada
Allah.
Pada masa dakwah secara terang-terangan inilah Nabi mendapatkan perlakuan yang buruk
dari umatnya. Karena setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha
menghalangi dakwah Rasul. Karena mereka juga melihat semakin bertambahnya jumlah
pengikut Nabi, maka mereka pun semakin keras melancarkan serangan-serangan, baik pada
Nabi ataupun pada para pengikut Nabi.
Berbagai cara dilakukan oleh pemuka-pemuka kaum Quraisy agar Nabi menghentikan
dakwahnya, saat itu mereka tidak berani melukai Nabi karena perlindungan dari pamanya
Abu Thalib yang sangat disegani dikalangan masyarakat saat itu. Para pengikut Nabi yang
juga termasuk kalangan bangsawan terselamatkan dari siksa kaum Quraisy saat itu, dan bagi
mereka yang tidak memiliki perlindungan, harus menahan siksa yang pedih dari kaum
Quraisy saat itu.
Nabi juga mendapatkan jalan buntu dalam dakwahnya. Intinya Nabi dan para pengikutnya
mendapat hambatan serta siksaan baik secara fisik dan mental dari kaum Quraisy saat itu.
Sehingga kemudian Nabi memutuskan untuk menyebarkan dakwahnya di wilayah lain
dengan harapan dakwahnya akan berkembang dengan pesat, alasan lainnya adalah untuk
menghindari serangan dari pemuka-pemuka Quraisy saat itu.
Ketika pengaruh Islam kian meluas dan pengikutnya terus bertambah, orang-orang
kafir Quraisy mulai bangkit dan menentang dakwah Rasulullah. Dengan berbagai cara
mereka terus melakukan gangguan dan menghalang-halangi dakwah yang dilakukan.
Menurut Syalabi ada beberapa faktor yang menyebabkan orang-orang Quraisy menentang
dakwah Nabi, diantaranya adalah:
Persaingan pengaruh dan kekuasaan, orang Quraisy menganggap jika patuh pada
seruan Nabi Muhammad SAW berarti tunduk pada Abdul Muthallib.
Persamaan derajat, Rasulullah mengajarkan persamaan derajat diantara para manusia
dan ini sangat bertentangan dengan tradisi arab jahiliyah yang terbiasa
mengklasifikasikan seseorang berdasar kedudukan dan ststus sosial.
Takut dibangkitkan setelah mati, Gambaran tentang kebangkitan setelah mati
sebagaimana diajarkan Islam. Sangatlah menakutkan bagi orang-orang Quraisy,
sehingga mereka enggan memeluk Islam karena apa yang diperbuat di dunia semua
akan dipertanggungjawabkan.
Taklid kepada Nenek moyang, Orang Quraisy mengnanggap tradisi nenek moyang
merupakan sesuatu yang tidak mungkin ditinggalakan. Sedangkan ajaran yang
disampaikan Rasulullah sangat bertolak belakang dengan tradisi Jahiliyah.
Perniagaan Patung, Larangan memahat dan jual beli patung sangat merugikan mata
pencaharian pengrajin patung, serta penjaga ka’bah kehilangan penghasilan karena
patung dilarang disembah di dalam Ka’bah.
Para Kafir Quraisy Mekkah terus berusaha menghadang dakwah Rasulullah SAW dengan
berbagai cara, mereka senantiasa melakukan aksi teror dikala Nabi Muhammad SAW
memulai dakwahnya. Berikut diantara gangguan Kafir Quraisy terhadap kaum muslimin
selama di Mekkah:
Ejekan, siksaan kepada pemeluk islam, penghinaan serta olok-olok, dan penertawaan,
mereka melemparkan berbagai tuduhan yang lucu dan ejekan semenanya terhadap
Nabi Saw, mereka bahkan menyebut Baginda Nabi sebagai orang gila/sinting.
Mengejek ajaran beliau, membangkitkan keragu-raguan terhadap ajaran nabi dan diri
Nabi SAW, mereka tiada henti melakukannya dan tidak memberi kesempatan kepada
setiap orang yang menelaah dakwah beliau.
Orang-orang kafir Quraisy, menerapkan cara-cara tersebut sedikit demi sedikit untuk
menghentikan dakwah Nabi SAW sejak permulaan tahun keempat dari kenabian, mereka
tidak henti-hentinya mengganggu beliau, menyiksa orang-orang yang masuk Islam, dan
menghadangnya dengan berbagai siasat dan cara.
5. Perjanjian Penting Masa Periode Makkah
Seusai nabi Muhammad SAW menunaikan Isra’ dan Mi’raj, suatu perkembangan besar
terjadi bagi kemajuan islam. Titik kemajuan tersebut datang dari sejumlah penduduk yatsrib
yang berhaji ke Makkah. Mereka terdiri dari dua suku, yaitu suku ‘Aus dan Khazraj, datang
menemui nabi Muhammad dan melakukan perjanjian yang kemudian dikenal dengan
perjanjian Aqobah. Peristiwa perjanjian Aqobah terbagi menjadi 2:
a. Perjanjian Aqobah I
Setelah berselang dua tahuan, yaitu pada tahun ke dua belas, mereka datang lagi menemui
nabi dengan jumlah 12 orang (10 kaum Khazraj dan 2 kaum ‘Aus). Mereka menemui
Nabi pada tempat yang sama, yang mana dalam pertemuan ini mereka telah membuat
suatu perjanjian dengan nabi yang kemudian dikenal dengan Perjanjian Aqobah I
”perjanjian wanita”.
b. Perjanjian Aqobah II
Pada musim haji berikutnya, jamaah haji yang datang dari madinah makin tambah
banyak, yaitu berjumlah 73 orang, diantaranya 2 orang perempuan dari suku ‘Aus.
Mereka kemudian menemui nabi pada tempat yang sama dengan pertemuan-pertemuan
sebelumnya, pertemuan ini kemudian dikenal dengan Perjanjian Aqobah II (perjanjian
peperangan).