Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah menerima wahyu kedua, Rasulullah menyadari tugas yang
dibebankan pada dirinya. Maka mulailah secara diam-diam mengajak orang
memeluk Islam., mula-mula kepada keluarga kemudian para sahabat
dekat.Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting untuk mewujudkan
masa depan yang lebih baik. Berkaitan dengan itu kita bisa mengetahui kejadian-
kejadian yang terjadi pada masa lalu, terutama bagi umat Islam. Perkembangan
Islam pada masa Nabi Muhammad Saw.. melalui berbagai macam cobaan dan
tantangan yang dihadap untuk menyebarkannya. Islam berkembang dengan pesat
hampir semua lapisan masyarakat dipegang dan dikendalikan oleh Islam.
Perkembangan Islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan
peradaban Islam kearah yang lebih maju.

Pada awal mula Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah SWT. yang
isinya menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat tantangan yang
besar dari berbagai kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu kaum
Quraisy mempunyai sesembahan lain yaitu berhala-berhala yang dibuat oleh
mereka sendiri. Karena keadaan yang demikian itulah, dakwah pertama yang
dilakukan di Mekah dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, terlebih karena
jumlah orang yang masuk Islam sangat sedikit.

Keadaan ini berubah ketika jumlah orang yang memeluk Islam semakin hari
semakin banyak, Allah pun memerintah Nabi untuk melakukan dakwah secara
terang-terangan. Bertambahnya penganut agama baru yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Saw.  membuat kemapanan spiritual yang sudah lama mengakar di
kaum Quraisy menjadi terancam. Karena hal inilah mereka berusaha dengan
semaksimal mungkin mengganggu dan menghentikan dakwah tersebut. Dengan
cara diplomasi dan kekerasan mereka lakukan. Merasa terancan, Allah Swt.

Subarman, Munir. Sejarah peradaban islam klasik. Hal 30-31   1


memerintahkan Nabi Muhammad beserta kaum muslim lainnya untuk berhijrah
ke kota Madinah. Disinilah babak baru kemajuan Islam dimulai. 

B. Rumusan Masalah
a. Dakwah Secara Diam-Diam
b. Dakwah Secara Terang-Terangan
c. Keadaan Islam Di Masa Nabi Muhammad Saw Pada Fase Madinah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dakwah Secara Diam-Diam


Setelah menerima wahyu kedua, Rasulullah menyadari tugas yang
dibebankan pada dirinya. Maka mulailah secara diam-diam mengajak orang
memeluk Islam., mula-mula kepada keluarga kemudian para sahabat dekat.
Seorang demi seorang diajak agar mau meninggalkan agama berhala dan hanya
menyembah kepada Allah Yang Maha Esa. Usaha yang dilakukan itu berhasil.
Orang-orang yang mula-mula beriman adalah:
a)    Istri beliau sendiri, Khadijah
b)   Kalangan pemuda, Ali Ibn Abi Thalib dan Zaid Ibn Harits
c)    Dari kalangan budak, Bilal
d)   Orang tua/tokoh masyarakat, Abu Bakar Al-Shiddiq. (A Syalabi: 1983; 84)

Setelah Abu Bakar masuk islam, banyak orang-orang yang mengikuti


untuk  masuk agama islam, seperti: Utsman Ibn Affan, Zubair Ibn Awwam,
Talhah Ibn Ubaidillah, Fatimah Binti Khaththab, Arqam Ibn Abd. al-Arqam, dan
lain-lain. Mereka itu mendapat bimbingan agama langsung dari Rasulullah
sendiri. Sebagai pusat pembinaan waktu itu di rumah Arqam Ibn Abd. al-Arqam
(Dar al-Arqam). (Ibn Hisyam 1, 1375; 245-262)

B. Dakwah Secara Terang-Terangan


  Setelah Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah yang bersifat rahasia,
terhimpunlah pengikut Nabi sebanyak 30 orang. Dakwah di kala itu di laksanakan
secara diam-daim. Setelah fase itu, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi untuk
berdakwah secara terang-terangan, yaitu dengan turunnya ayat (Q.S Al Hijr15:94)
yang Artinya: “ maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa
yang di
perintahkan (kepada mu) dan berpalinglah dari orang-orang musrik” ( hasby as-
syidiq,dkk 1977:992)

Subarman, munir.  Sejarah peradaban islam klasik. Hal 31


3
Ayat inilah yang memerintahkan pada Rasulullah untuk berdakwah secara terus
terang   dan terbuka. Rencana yang di lakukan, pertama di tunjukan kepada
kerabat sendiri, kemudian seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan dakwah secara
terangan ini menambah jumlah pengikut yang masuk islam. Hal ini tidak di
senangi oleh orang-orang Quraisy apalagi secara tegas Rasullulah mencela ibadah
mereka, dan mencerca berhala yang di puja, serta mengkritisi tradisi mereka yang
sudah membudaya.

Orang–orang sama  sekali tidak bisa membedakan antara kenabian,


kepemimpinan, dan kekuasaan .mereka mengira bahwa agama baru yang di bawa
oleh Nabi Muhammad akan merampas kekuasaan yang ada di tangan mereka.
Karena islam menyamakan antara tuan dan budak, maka mereka tidak menerima
realitas ini. Mereka mengingkari hari kebangkitan dimana kehidupan akan di
kembalikan lagi kepada manusia dan akan di perhitungkan amal yang pernah
mereka lakukan

Mereka selalu melakukan tradisi yang di lakukan oleh para leluhurnya


(taklib). Mereka mengatakan (sebagaimana yang Allah abadikan di dalam Al-
Qur’an), “ cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami
mengerjakannya.” (Al- Maidah : 104)

Orang-orang Quraisy selalu mendukung orang-orang yang mengatakan


bahwa Rasullah adalah seorang yang gila dan penyihir. Mereka akan selalu
menghalangi orang-orang yang di dakwahi Rasullulah. Siksaan kepada orang-
orang mukmin itu semakin keras dan kejam. Maka berkatalah Rasululah kepada
mereka, “pergilah kalian ke negeri Habasyah karena disana ada seorang raja yang
tidak ada seorangpun yang di dzolimi di sisisnya.” Maka, pergilah kaum muslimin
ke Habasyah.

4
Dengan meningkatnya aniaya Quraisy terhadap Nabi hijrahlah beliau ke
Thaif, ke bani Tsaqif dengan pengharapan akan memperoleh pertolongan serta
mendapat tambahan pengikut, akan tetapi kenyataan yang di terima sebaliknya
Nabi di caci maki, di lempari batu oleh anak-anak, sampai badannya berlumur
darah. Hijrah ke Thaif hanya mendapat satu orang hamba sahaya yang masuk
islam, yaitu Addas.

Pengalaman Thaif tidak menyurutkan dakwah Nabi. Pada tahun kesebelas


kerasulan, di waktu musim haji Nabi mengadakan kontak dakwah dengan jema’ah
haji, tertariklah sekelompok orang Aus dan Khazraj, penduduk kota Yatsrib,
untuk masuk islam. Pada tahun XI masuk tujuh orang, pada tahun XII masuk
islam 12 orang, pada tahun berikutnya datang lagi 72 orang penduduk Yatsrib
menyatakan masuk islam dan bersumpah setia akan membela serta melindungi
Nabi. Penduduk Yatsrib yang sudah masuk islam itu, memohon kepada Nabi
untuk pindah ke Yatsrib.

C. Keadaan Islam Di Masa Nabi Muhammad Saw Pada Fase Madinah.


1.      Rasulullah Membangun Masyarakat Baru
Setalah tiba dan diterima penduduk Yastrib ( Madinah ), Nabi resmi
menjadi pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun
dimulai. Berbeda dengan periode Mekkah, periode Madinah, Islam, merupakan
kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat
banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja
sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Dengan kata lain, dalam
diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan duniawi.
Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan sebagai Kepala Negara.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, nabi segera
meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama , pembangunan
Masjid, selain untuk tempat shalat, juga sebagai sarana penting untuk
mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa mereka. Masjid pada
masa Nabi juga berfungsi sebagai pussat pemerintahan. Dasar kedua , Ukhuwah

5
Al-Usairy, ahmad. Sejarah islam. Hal 88-8931
Islamiah , persaudaraan sesama musllim. Nabi mempersaudarakan golongan
Muhajirin dengan Anshor. Ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan
yang baru yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan
berdasarkan darah. Dasar ketiga  , hubungan persahabatan sengan pihak-pihak lain
yang tidak beragama islam.

b. Perjanjian Dengan Pihak Yahudi


Setelah islam sudah terpancang dibumi Madinah, dan islam juga sudah
kokoh di negeri itu, maka Rasulullah mengatur hubungan dengan selain golongan
muslim. Perhatian beliau saat itu terpusat untuk menciptakan keamanan,
kebahagian dan kebaikan bagi semua manusia. Untuk itu beliau menerapkan
undang-undang yang luwes dan penuh tenggang rasa, yang tidak pernah
terbayangkan dalam kehidupan dunia yang selalu dibayangi fanatisme.
Tetangga yang paling dekat dengan orang muslim di Madinah adalah orang-orang
Yahudi. Sekalipun memendam kebencian dan permusuhan terhadap orang-orang
Muslim, namun mereka tidak berani menampakkannya. Rasulullah menawarkan
perjanjian kepada mereka, yang intinya memberikan kebebasan menjalankan
agama dan memutar kekayaan, dan tidak boleh saling menyerang atau memusuhi.
Ada dua belas butir isi perjanjian itu, Diantaranya adalah :
Orang-orang Yahudi adalah satu umat dengan orang-orang Mukmin. Bagi orang
Yahudi agama mereka dan bagi orang Mukmin agama mereka.
Orang-orang Yahudi dan Mukmin masing–masing harus menafkahkan kehidupan
mereka.
Mereka harus saling bahu-membahu dalam menghadapi musuh yang hendak
membatalkan perjanjian ini.
Mereka harus saling menasehati, berbuat baik dan tidak boleh berbuat jahat.
Perjanjian ini tidak boleh dilanggar kecuali memang dia orang yang zhalim dan
jahat.
Dengan disahkannya perjanjian ini, maka Madinah dan sekitarnya seakan-akan
merupakan satu negara yang makmur. Ibukota Madinah dan Presidennya, jika
boleh disebut begitu, adalah Rasulullah SAW. Pelaksana pemerintahan dan

6
Subarman, Munir. Sejarah islam klasik. Hal 33-34
penguasa mayoritas adalah orang-orang Muslim. Sehingga dengan begitu
Madinah benar-benar menjadi ibukota bagi Islam.

c. Harta rampasan perang


Pada saat kafilah dagang kaum Musyrik Mekkah mengadakan perjalanan
dagang dari Syam ke Mekkah. Hal ini diketahui orang-orang muslim. Ini
merupakan kesempatan emas bagi pasukan Madinah untuk melancarkan pukulan
yang telak terhadap orang-orang Musyrik. Pukulan dalam bidang politik, ekonomi
dan militer.
Kafilah dagang itu sendiri membawa harta kekayaan penduduk Mekkah, yang
jumlahnya sangat melimpah, yaitu sebanyak 1000 ekor unta, yang membawa harta
benda milik mereka, yang nilainya tidak kurang dari 5000 dinar emas. Sementara
yang mengawalnya tidak lebih dari empat puluh orang.
Harta rampasan perang ini didapat pada saat terjadinya perang Badar yang tak
terhindarkan lagi pada saat orang nuslim Madinah hendak merampas harta kafilah
dagang ini. Harta rampasan inilah modal kekayaan orang-orang muslim di
Madinah. Harta rampasan ini dibagi-bagikan kepada penduduk Madinah. Dan
pada saat ini pula turun ayat yang mewajibkan puasa dan membayar zakat.
Sehingga orang-orang muslim yang miskin di Madinah dapat terbantu karena
syari’ah yang ditetapkan Allah.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah menerima wahyu kedua, rasulullah menyadari tugas yang dibebankan
pada dirinya. Maka mulailah secara diam-diam mengajak orang memeluk Islam.,
mula-mula kepada keluarga keudian para sahabat dekat. Setelah Nabi Muhammad
SAW melakukan dakwah yang bersifat rahasia, Allah SWT memerintahkan
kepada Nabi untuk berdakwah secara teang-teangan, yaitu dengan turunnya ayat
(Q.S Al Hijr15:94) yang Artinya: “ maka sampaikanlah oleh mu secara terang-
terangan segala apa yang diperintahkan (kepada mu) dan berpalinglah dari orang-
orang musrik”.

Setalah tiba dan diterima penduduk Yastrib ( Madinah ), Nabi resmi menjadi
pemimpin penduduk kota itu. Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis
merupakan sebagai Kepala Negara. Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan
negara baru itu, Nabi segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat.
 

8
DAFTAR PUSTAKA

Subarman, Munir. 2008. Sejarah Peradaban Islam Klasik. Cirebon. Pengger


Prass.
Al-Usairy, Ahmad. 2003. Sejarah Islam. Jakarta. Akbar Media Eka Sarana.
http://fikriyogi.wordpress.com/2011/07/28/masa-nabi-muhammad-saw-pada-
periode-makkah-dan-madinah/
http://spistai.blogspot.com/2009/03/sejarah-arab-masa-nabi-muhammad-saw.html  
            
 

                                       

Anda mungkin juga menyukai