DI
OLEH:
FAKULTAS HUKUM
BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu terucap kepada Allah SWT yang sampai saat ini telah
memberikan nikmat sehat, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah
tanpa terkendala masalah berarti. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada kedua
orang tua, dosen, teman kuliah yang turut membantu. Keterbatasan waktu menjadi
salah satu hal yang menjadi kesulitan dalam pembuatan makalah ini. Namun
berkat dukungan dari mereka, akhirnya yang diperjuangkan bisa selesai tepat
waktu. Sebagai mahasiswa, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu penulis secara pribadi memohon maaf
atas kesalahan yang mungkin ada pada isi makalah.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. DASAR HUKUM.......................................................................................1
B. PENGADILAN PAJAK.............................................................................
C. GUGATAN PAJAK...................................................................................
D. JANGKA WAKTU UNTUK MENGAJUKAN GUGATAN....................
E. BANDING..................................................................................................
F. PUTUSAN BANDING SETELAH SELESAIANYA LELANG...............
G. PENINJAUAN KEMBALI........................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. DASAR HUKUM
a. Pasal 1 angka 5 UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
b. Pasal 31 ayat [3] UU 14/2002 jo. Pasal 23 ayat [2] , Pasal 27 ayat [1]
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan
B. PENGADILAN PAJAK
Pengertian
C. GUGATAN PAJAK
Definisi Gugatan
Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No.14 Tahun 2002 Tentang
Pengadilan Pajak definisi gugatan adalah sebagai berikut :
“Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau
penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap
keputusan yang dapat diajukan Gugatan berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku”
Dari ketentuan pasal 23 ayat (2) tersebut langsung dapat kita ketahui bahwa
lingkup masalah perpajakan yang dapat diajukan gugatan adalah lebih luas/banyak
bila dibandingkan dengan pengajuan banding. Banding hanya mengakomodir
permasalahan dari Surat Keputusan Keberatan, sedangkan gugatan dapat meliputi
gugatan terhadap berbagai keputusan dibidang penagihan pajak, berbagai
keputusan dibidang keberatan pajak, pengurangan pajak, pembatalan pajak serta
keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan.
Khusus untuk pengajuan gugatan atas penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan
penerbitan Surat Ketetapan Keberatan terdapat Peraturan Pemerintah yang
mengatur lebih detail yaitu Pasal 36 ayat (2) huruf g dan huruf h Peraturan
Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Dan
Kewajiban Perpajakan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah
Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
selengkapnya sebagai berikut :
E. BANDING
Proses banding merupakan upaya hukum yang dapat diambil untuk
memutiskan sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak
atau penanggung pajak dengan Direktorat Jendral Pajak sebagai akibat
dikeluarkannya Surat Keputusan Keberatan.
Dasar hukum
“definisi banding dalam undang undang tersebut adalah “upaya hukum yang
dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak terhadap suatu
keputusan yang dapat diajukan Banding,berdasarkan peraturan perundang
undangan perpajakan yang berlaku”
b. Lebih jauh Pasal 31 ayat (2) UU Pengadilan Pajak menjelaskan lingkup
sengketa yang dapat diajukan banding yaitu,” Pengadilan Pajak dalam hal
banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan
keberatan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang undangan
yang berlaku”
Angka 4 huruf a dan huruf b dari Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S –
4042/Pj.07/2007 tanggal 18 September 2007 Tentang Tertib Administrasi Yang
Berkaitan Dengan Penanganan Sidang Banding Dan Gugatan Di Pengadilan Pajak
menyatakan pemenuhan ketentuan formal surat permohonan banding Wajib Pajak
yaitu mengenai hal-hal sebagai berikut :
diajukan paling lambat 14 hari sejak pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan atau Pengumuman Lelang;
Putusan Banding
Putusan Banding adalah surat terbanding kepada Pengadilan Pajak yang
berisi jawaban atas alasan banding yang diajukan oleh pemohon banding.Putusan
Banding merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap, serta
bukan Keputusan Tata Usaha Negara Dalam sejarah banding, jika dibuatkan
prosentase Putusan Banding, maka sebagian besar Putusan Banding berpihak ke
Wajib Pajak.
Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian
atau seluruhnya maka kelebihan pembayaran dikembalikan dengan ditambah
imbalan bunga sebesar 2% sebulan, untuk selama-lamanya 24 bulan.
G. PENINJAUAN KEMBALI
Peninjauan Kembali
Apabila pihak yang bersangkutan tidak/belum puas dengan putusan
Pengadilan Pajak, maka pihak yang bersengketa dapat mengajukan Peninjauan
Kembali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak.
a. Permohonan peninjauan kembali (PK) hanya dapat diajukan 1 (satu) kali
kepada Mahkamah Agung (MA) melalui Pengadilan Pajak.
b. Permohonan peninjauan kembali (PK) tidak menangguhkan atau
menghentikan pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak.
c. Permohonan peninjauan kembali (PK) dapat dicabut sebelum diputus, dan
dalam hal sudah dicabut permohonan peninjauan kembali tersebut tidak
dapat diajukan lagi.
b. Diajukan secara tertulis oleh Pemohon, Ahli Waris, atau kuasa hukum
yang ditunjuk secara khusus untuk itu dengan menyebutkan alasan-alasan
dan dilampiri bukti-bukti.
- Pemohon, yaitu para pihak yang berperkara
- Ahli waris, dalam hal para pihak yang berperkara telah meninggal dunia
- Kuasa hukum,
Dasar hukum :
- Pasal 68 ayat (1) UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
Undang-undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung jo Pasal
3 Per MA No. 03 Tahun 2002 tanggal 23 Oktober 2002.
- Pasal 123 Het Herziene Indonesish Reglement (HIR)
- SE MA No. 6 Tahun 1994 tentang Surat Kuasa Khusus
DAFTAR PUSTAKA