Anda di halaman 1dari 20

PENGADILAN PAJAK

DI

OLEH:

Resky Revina 1901110171

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH

FAKULTAS HUKUM

BANDA ACEH

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur selalu terucap kepada Allah SWT yang sampai saat ini telah
memberikan nikmat sehat, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah
tanpa terkendala masalah berarti. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada kedua
orang tua, dosen, teman kuliah yang turut membantu. Keterbatasan waktu menjadi
salah satu hal yang menjadi kesulitan dalam pembuatan makalah ini. Namun
berkat dukungan dari mereka, akhirnya yang diperjuangkan bisa selesai tepat
waktu. Sebagai mahasiswa, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu penulis secara pribadi memohon maaf
atas kesalahan yang mungkin ada pada isi makalah.

Penulis harap isi makalah yang berjudul “Kesusastraan” bisa bermanfaat


bagi pembaca. Mohon untuk memaklumi jika terdapat penjelasan yang sulit untuk
dimengerti. Untuk itu penulis mengharapkan kritik maupun saran, sehingga
penulis bisa memperbaikinya dikemudian hari. Terimakasih atas ketertarikan
Anda untuk segan membaca makalah yang penulis buat.

Banda Aceh, November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. DASAR HUKUM.......................................................................................1
B. PENGADILAN PAJAK.............................................................................
C. GUGATAN PAJAK...................................................................................
D. JANGKA WAKTU UNTUK MENGAJUKAN GUGATAN....................
E. BANDING..................................................................................................
F. PUTUSAN BANDING SETELAH SELESAIANYA LELANG...............
G. PENINJAUAN KEMBALI........................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

Sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan


antara Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang
sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan  Banding  atau
Gugatan  kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan, termasuk Gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-
undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

A. DASAR HUKUM
a. Pasal 1 angka 5 UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak

b. Pasal 31 ayat [3] UU 14/2002 jo. Pasal 23 ayat [2] , Pasal 27 ayat [1]
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan

c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2013 tentang Tata Cara


Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan

B. PENGADILAN PAJAK
Pengertian

Pengadilan Pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan


kehakiman bagi Wajib Pajak atau penanggung Pajak yang mencari keadilan
terhadap Sengketa Pajak.

Pengadilan Pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002


adalah kelanjutan dari Badan Penyelesaian Sengketa Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Undang Nomor 17 tahun 1997.
Kedudukan

a. Pengadilan pajak berkedudukan di ibukota Negara.

b. Sidang Pengadilan Pajak dilakukan di tempat kedudukannya

c. Apabila dipandang perlu dapat dilakukan di tempat lain yang ditetapkan


oleh Ketua.

Kekuasaan Pengadilan Pajak

a. Pengadilan Pajak merupakan Pengadilan tingkat pertama dan terakhir


dalam memeriksa dan memutus Sengketa Pajak oleh karenanya putusan
Pengadilan Pajak tidak dapat diajukan Gugatan ke Peradilan Umum,
Peradilan Tata Usaha Negara atau Badan Peradilan lain, kecuali putusan
berupa “tidak dapat diterima” yang menyangkut kewenangan/kompetensi

b. Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan


memutus Sengketa Pajak

c. Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus


sengketa atas keputusan keberatan kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

d. Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa


atas pelaksanaan penagihan Pajak atas Keputusan pembetulan atau,
Keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 dan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.

e. Pengadilan Pajak mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan


hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa dalam sidang-sidang
Pengadilan Pajak.
f. Pengadilan Pajak dapat memanggil atau meminta data atau keterangan
yang berkaitan dengan Sengketa Pajak dari pihak ketiga sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Susunan Pengadilan Pajak

a. Pengadilan Pajak terdiri dari Pimpinan, Hakim Anggota, Sekretaris dan


Panitera

b. Pimpinan Pengadilan Pajak terdiri seorang Ketua dan paling banyak


5(lima) orang Wakil Ketua

C. GUGATAN PAJAK
Definisi Gugatan
Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No.14 Tahun 2002 Tentang
Pengadilan Pajak definisi gugatan adalah sebagai berikut :
“Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau
penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap
keputusan yang dapat diajukan Gugatan berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku”

 Ruang Lingkup Pengajuan Gugatan


Sebagai dasar hukum pengajuan gugatan adalah Pasal 23 ayat (2) UU No.
28 Tahun 2007 Tentang KUP yang berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 23 ayat (2) Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap:

a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau


Pengumuman Lelang;

b. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;

c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan,


selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26; atau

d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang


dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang
telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak.”

Dari ketentuan pasal 23 ayat (2) tersebut langsung dapat kita ketahui bahwa
lingkup masalah perpajakan yang dapat diajukan gugatan adalah lebih luas/banyak
bila dibandingkan dengan pengajuan banding. Banding hanya mengakomodir
permasalahan dari Surat Keputusan Keberatan, sedangkan gugatan dapat meliputi
gugatan terhadap berbagai keputusan dibidang penagihan pajak, berbagai
keputusan dibidang keberatan pajak, pengurangan pajak, pembatalan pajak serta
keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan.

Khusus untuk pengajuan gugatan atas penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan
penerbitan Surat Ketetapan Keberatan terdapat Peraturan Pemerintah yang
mengatur lebih detail yaitu Pasal 36 ayat (2) huruf  g dan huruf h Peraturan
Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Dan
Kewajiban Perpajakan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah
Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
selengkapnya sebagai berikut :

”Pasal 36 ayat (2)”

a. Pengajuan gugatan terhadap penerbitan surat ketetapan pajak berdasarkan


pemeriksaan yang dimulai setelah tanggal 31 Desember 2007 yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;atau

b. Pengajuan gugatan terhadap penerbitan Surat Keputusan Keberatan yang


dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang
telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
untuk pengajuan keberatan yang diterima setelah tanggal 31 Desember
2007,

berlaku ketentuan berdasarkan Undang-Undang


Berdasarkan ketentuan Pasal 36 ayat (2) ini SKP berdasarkan hasil
pemeriksaan yang tidak sesuai prosedur yang dapat digugat adalah atas SKP hasil
pemeriksaan yang dimulai setelah tanggal 31 Desember 2007 tanpa
memperhatikan tahun pajak yang diperiksa, artinya bila pemeriksaan telah dimulai
1 Januari 2008 (dimulainya pemeriksaan sederhana lapangan adalah terhitung
sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan diterima oleh Wajib Pajak) walaupun
tahun pajak yang diperiksa tahun 2007 ke bawah apabila prosedur pemeriksaan
dilanggar maka atas SKP hasil pemeriksaan tersebut dapat diajukan gugatan ke
Pengadilan Pajak. Namun apabila jenis prosedur yang dilanggar dalam
pemeriksaan adalah pemeriksa tidak terlebih dahulu memberikan kesempatan
pada Wajib Pajak untuk melakukan pembahasan akhir-Closing Conference atau
tidak terlebih dahulu mengirimkan SPHP, maka Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan pembatalan berdasarkan kuasa Pasal 36 ayat (1) huruf d UU No. 28
Tahun 2007 Tentang KUP (mengenai hal ini lihat artikel berjudul : Permohonan
Pembatalan SKP Dari Hasil Pemeriksaan Tanpa Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan Atau Pembahasan Akhir berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Huruf d UU
No. 28 Tahun 2007 Tentang KUP).
Sama halnya dengan SKP hasil pemeriksaan, atas Surat Keputusan
Keberatan yang dapat diajukan gugatan ke pengadilan pajak adalah Surat
Keputusan Keberatan yang pengajuan keberatannya diajukan setelah tanggal 31
Desember 2007, dengan demikian atas Surat Keputusan Keberatan yang
pengajuan keberatannya sebelum 31 Desember 2007 hanya dapat diajukan
banding ke pengadilan pajak. 
Ruang lingkup kewenangan Pengadilan Pajak atas pengajuan gugatan
adalah sebagaimana dinyatakan dalam Pasal Pasal 31 ayat (3) UU No.14 Tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak sebagai berikut :
“Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa
atas pelaksanaan penagihan Pajak atau Keputusan pembetulan atau
Keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-
undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 dan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku”.

Perbedaan Antara Pengajuan Gugatan Dengan Pengajuan Banding


Perbedaan antara pengajuan gugatan dengan pengajuan banding yang
prinsipil adalah terletak pada objek yang diperselisihkan yaitu pada proses
banding objek yang disengketakan adalah materi perpajakan, sedangkan pada
proses gugatan objek yang dipermasalahkan adalah prosedur dan ketentuan
formal/tatacara dalam melaksanakan keputusan yang berkaitan dengan
pelaksanaan perpajakan, sebagai contoh penerbitan Surat Keputusan Keberatan
yang dilakukan tanpa terlebih dahulu memberikan Surat Pemberitahuan Untuk
Hadir, pengumuman lelang yang tidak sesuai prosedur, surat ketetapan pajak yang
tidak berdasarkan Nota Penghitungan, pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang
tidak menyampaikan SPT Tahunan sampai batas waktu yang ditentukan yang
dilakukan tanpa terlebih dahulu memberikan surat teguran ke Wajib Pajak, dll.

Persyaratan Formal Pengajuan Permohonan Gugatan


Angka 6 huruf a dan huruf b dari Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor : S-
4042/PJ.07/2007 tanggal 18 September 2007 Tentang Tertib Administrasi Yang
Berkaitan Dengan Penanganan Sidang Banding Dan Gugatan Di Pengadilan
Pajak  menyatakan pemenuhan ketentuan formal surat permohonan banding Wajib
Pajak yaitu mengenai hal-hal sebagai berikut :
a. Surat gugatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
b. Terhadap pelaksanaan penagihan pajak, gugatan diajukan dalam jangka
waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan.
Penentuan jangka waktu tersebut agar benar-benar diperhatikan;
c. Terhadap keputusan selain gugatan terhadap pelaksanaan penagihan
pajak adalah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima keputusan yang
digugat. Penentuan jangka waktu tersebut agar benar-benar
diperhatikan;
d. Surat gugatan harus ditandatangani dan apabila surat gugatan
ditandatangani bukan oleh Wajib Pajak harus dilampiri dengan surat
kuasa khusus sebagaimana diatur dalam Pasal 32 Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1983  sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000.
e. Bahwa yang diajukan gugatan adalah merupakan objek gugatan yang
dapat diajukan gugatan sesuai Pasal 23 ayat (1) Undang-undang Nomor
6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16
Tahun 2000.

D. JANGKA WAKTU UNTUK MENGAJUKAN GUGATAN


Berdasarkan Pasal 40 ayat (3) UU 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
jangka waktu pengajuan gugatan adalah 30 hari sejak tanggal diterima keputusan.

E. BANDING
Proses banding merupakan upaya hukum yang dapat diambil untuk
memutiskan sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak
atau penanggung pajak dengan Direktorat Jendral Pajak sebagai akibat
dikeluarkannya Surat Keputusan Keberatan.

Proses banding di Pengadilan Pajak berfokus kepada pembahasan materi


perpajakan yang disegketakan dan tidak terlalu memperhatikan pemenuhan
prosedur dalam penerbitan Surat Keputusan Keberatan.

Dasar hukum

Undang undang No. 28 Tahun 2007 tentang KUP

a. Pasal 1 angka 6 UU Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 Tentang


Pengadilan Pajak

“definisi banding dalam undang undang tersebut adalah “upaya hukum yang
dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak terhadap suatu
keputusan yang dapat diajukan Banding,berdasarkan peraturan perundang
undangan perpajakan yang berlaku”
b. Lebih jauh Pasal 31 ayat (2) UU Pengadilan Pajak menjelaskan lingkup
sengketa yang dapat diajukan banding yaitu,” Pengadilan Pajak dalam hal
banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan
keberatan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang undangan
yang berlaku”

c. Pasal 27 Undang undang No. 28 Tahun 2007 tentang KUP, mengandung


point penting dalam tindakan banding sebagai berikut :

1. Atas putusan keberatan dapat diajukan banding ke pengadilan pajak

2. Diajukan paling lama 3 bulan sejak Surat Ketetapan Keberatan


diterima dilampiri copy SK tersebut

3. Pajak terutang saat pengajuan banding belum merupakan utang pajak


dan tertangguh sampai dengan 1 bulan sejak putusan banding

4. Apabila banding ditolak atau dikabulkan sebagian , WP dikenai sanksi


100% dari pajak kurang bayar setelah dikurangi sebagian pajak yang
telah dibayar sebelum pengajuan banding.

Ketentuan Formal Pengajuan Banding

Angka 4 huruf a dan huruf b dari Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S –
4042/Pj.07/2007 tanggal 18 September 2007 Tentang Tertib Administrasi Yang
Berkaitan Dengan Penanganan Sidang Banding Dan Gugatan Di Pengadilan Pajak
menyatakan pemenuhan ketentuan formal surat permohonan banding Wajib Pajak
yaitu mengenai hal-hal sebagai berikut :

1.Surat permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa


Indonesia;
2.Dalam surat permohonan banding Wajib Pajak mengemukakan alasan
yang jelas;
3.Surat banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
keputusan diterima.
4.Dilampiri surat keputusan yang diajukan banding;
5.Terhadap 1 (satu) keputusan diajukan 1 (satu) surat banding;
6.Dalam hal banding diajukan terhadap besarnya jumlah pajak yang
terutang, banding hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang
dimaksud telah dibayar sebesar 50% (lima puluh persen);
7.Apabila surat permohonan banding ditandatangani bukan oleh Wajib
Pajak harus dilampiri dengan surat kuasa khusus sebagaimana diatur
dalam Pasal 32 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang- undang Nomor 16 Tahun 2000.
8.Materi yang diajukan banding juga merupakan materi yang diajukan
keberatan.

F. PUTUSAN BANDING SETELAH SELESAINYA LELANG


Banding Padasaat Keluar Surat Pengumuman Pelelangan
Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dapat mengajukan gugatan kepada PP
terhadap :
Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau
Pengumuman Lelang;

Jangka Waktu Pengajuan Gugatan,

diajukan paling lambat 14 hari sejak pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan atau Pengumuman Lelang;

Apabila setelah pelaksanaan lelang wajib pajak memperoleh keputusan


kebveratan atau putusan banding yang mengakibatkan utang pajak menjadi kurang
atau nihil sehingga menimbulkan kelebihan pembayaran pajak maka wajib pajak
tidak dapat meminta atau tidak berhak menuntyut pengembalian barang yang telah
dilelang, kelebihan pembayaran pajak tersebut dikembalikan dalam bentuk uang.

Putusan Banding
Putusan Banding adalah surat terbanding kepada Pengadilan Pajak yang
berisi jawaban atas alasan banding yang diajukan oleh pemohon banding.Putusan
Banding merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap, serta
bukan Keputusan Tata Usaha Negara Dalam sejarah banding, jika dibuatkan
prosentase Putusan Banding, maka sebagian besar Putusan Banding berpihak ke
Wajib Pajak.
Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian
atau seluruhnya maka kelebihan pembayaran dikembalikan dengan ditambah
imbalan bunga sebesar 2% sebulan, untuk selama-lamanya 24 bulan.

G. PENINJAUAN KEMBALI
Peninjauan Kembali
Apabila pihak yang bersangkutan tidak/belum puas dengan putusan
Pengadilan Pajak, maka pihak yang bersengketa dapat mengajukan Peninjauan
Kembali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak.
a. Permohonan peninjauan kembali (PK) hanya dapat diajukan 1 (satu) kali
kepada Mahkamah Agung (MA) melalui Pengadilan Pajak.
b. Permohonan peninjauan kembali (PK) tidak menangguhkan atau
menghentikan pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak.
c. Permohonan peninjauan kembali (PK) dapat dicabut sebelum diputus, dan
dalam hal sudah dicabut permohonan peninjauan kembali tersebut tidak
dapat diajukan lagi.

Alasan-alasan mengajukan peninjauan kembali (PK)


a. Apabila putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau
tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau
didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan
palsu;
b. Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan,
yang apabila diketahui pada tahap persidangan di pengadilan Pajak akan
menghasilkan putusan yang berbeda;
c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak, dituntut atau lebih dari pada
yang dituntut, kecuali yang diputus berupa mengabulkan sebagian atau
seluruhnya atau menambah Pajak yang harus dibayar;
d. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebabnya; atau
e. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

Jangka Waktu Peninjauan Kembali (PK)


a. Pengajuan peninjauan kembali (PK) berdasarkan alasan-alasan
sebagaimana dimaksud huruf a, dilakukan dalam jangka waktu paling
lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau tipu
muslihat atau sejak putusan Hakim pengadilan pidana memperoleh
kekuatan hukum tetap.
b. Pengajuan peninjauan kembali (PK) berdasarkan alasan-alasan
sebagaimana dimaksud huruf b, dilakukan dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan terhitung sejak ditemukan surat-surat bukti yang hari dan tanggal
ditemukannya harus dinyatakan dibawah sumpah dan disahkan oleh
pejabat yang berwenang.
c. Pengajuan permohonan peninjauan kembali (PK) berdasarlan alasan huruf
c, d dan e dilakukan dalam jangka waktutu paling lambat 3 (tiga) bulan
sejak putusan dikirim.

Syarat Formal Pengajuan Peninjauan Kembali


a. Diajukan kepada Mahkamah Agung, melalui:
- Pengadilan Pajak
- Pengadilan Tata Usaha Negara,
yaitu dalam hal   di   tempat tinggal atau tempat  kedudukan   permohonan  
peninjauan kembali tidak terdapat   Pengadilan Pajak,   maka permohonan
dapat   diajukan kepada Pengadilan   Tata Usaha Negara   tempat tinggal atau
tempat   kedudukan pemohon.
- Pengadilan Negeri,
yaitu dalam hal di tempat   tinggal atau tempat kedudukan pemohon  
peninjauan   kembali tidak terdapat Pengadilan   Tata   Usaha   Negara,
permohonan dapat diajukan   kepada Pengadilan   Negeri tempat tinggal atau  
tempat kedudukan   pemohon

b. Diajukan secara tertulis oleh Pemohon, Ahli Waris, atau kuasa hukum
yang ditunjuk secara khusus untuk itu dengan menyebutkan alasan-alasan
dan dilampiri bukti-bukti.
    -   Pemohon, yaitu para pihak yang berperkara
    -   Ahli waris, dalam hal para pihak yang berperkara   telah   meninggal dunia
    -  Kuasa hukum,
 Dasar hukum :
- Pasal 68 ayat (1) UU No. 3 Tahun 2009 tentang   Perubahan Kedua
Undang-undang No. 14 Tahun   1985  tentang   Mahkamah Agung jo Pasal
3 Per MA   No.  03 Tahun 2002 tanggal 23 Oktober 2002.
- Pasal 123 Het Herziene Indonesish Reglement (HIR)
- SE MA No. 6 Tahun 1994 tentang Surat Kuasa   Khusus

c. Membayar panjar  biaya perkara  (sebesar Rp2.500.000,00)


Dasar Hukum :
- Pasal 4 ayat (1) Per MA No.  03 Tahun 2002 tanggal   23 Oktober 2002
- Pasal 2 ayat (1) huruf b Per MA No. 02 Tahun 2009   tanggal 12 Agustus
2009 Tentang  Biaya Proses   Penyelesaian Perkara dan Pengelolaannya
Pada   Mahkamah Agung dan Badan Peradilan Yang   Berada di Bawahnya

d. Jangka waktu pengajuan tergantung pada alasan diajukannya PK sesuai


Pasal 91 UU
     Pengadilan Pajak.
Prosedur Peninjauan Kembali Dalam Sengketa Pajak
Berdasarkan pasl 77 ayat 3 UU No. 14 /2002 dinyatakan bahwa pihak-pihak
yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan Pengadilan
Pajak kepada Mahkamah Agung.
Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat diajukan 1 ( satu ) kali
kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak.(Pasal  92   UU No. 14
/2002) : 
a. Pengajuan  permohonan  Peninjauan  Kembali berdasarkan   alasan- alasan
suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah
perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh
hakim pidana dinyatakan palsu, maka dalam jangka waktu paling lambat 3
( tiga ) bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan  atau tipu muslihat 
atau sejak putusan  Hakim Pengadilan Pidana  memperoleh kekuatan
hukum tetap.
b. Pengajuan  permohonan   Peninjauan  Kembali berdasarkan  alasan-alasan
terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang
apabila diketahui pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan
menghasilkan putusan yang berbeda, maka dalam jangka waktu paling
lambat 3 ( tiga ) bulan terhitung sejak  ditemukan surat-surat bukti yang
hari dan tanggal  ditemukannya harus  dinyatakan di bawah sumpah dan
disahkan oleh pejabat yang berwenang.
c. Pengajuan permohonan Peninjauan   Kembali berdasarkan alasan-alasan
dikabulkannya suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang
dituntut kecuali yang diputus berdasarkan pasal 80 ayat (1) berupa :
mengabulkan sebagian atau seluruhnya dan menambahkan pajak yang
harus dibayar.

Terdapat dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-


sebabnya dan terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Maka tenggang waktu
pengajuan Penjauan Kembali-nya dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3
(tiga ) bulan sejak putusan dikirim.(Pasal   93)   :
a. Mahkamah Agung memeriksa dan memutus permohonan Peninjauan
Kembali   dengan ketentuan  :
- Dalam jangka waktu  6 ( enam ) bulan sejak  permohonan peninauan
kembali  diterima oleh  Mahkamah Agung telah mengambil putusan 
melalui pemeriksaan acara biasa
- Dalam jangka waktu  6 ( enam ) bulan sejak  permohonan Peninjauan
Kembali  diterima oleh  Mahkamah Agung telah mengambil putusan,
dalam hal  Pengadilan Pajak mengambil putusan  memelalui acara cepat ;
b. Putusan atas permohonan  Peninjauan Kembali  sebagaimana  dimaksud
dalam  ayat  (1)  harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum ;

Sebagai pedoman dalam prosedur penerimaan permohonan Peninjauan


Kembali di Mahkamah Agung dapat berpedoman pada buku kerja Mahkamah
Agung dengan penyesuaian-penyesuaian sesuai UU No. 14/2002. 
Tentang prosedur penerimaan Peninjauan Kembali oleh Mahkamah Agung
Republik Indonesia telah diberikan petunjuk pelaksanaannya sebagaimana
disebutkan dalam buku  Pedoman Pelaksanaan  Tugas dan Administrasi 
Pengadilan Buku II sebagai berikut  :
a. Dalam waktu 180 hari sejak putusan berkekuatan hukum tepat atau sejak
ditemukan adanya bukti–bukti baru, Panitera menerima permohonan
Peninjauan Kembali yang diajukan para pihak ;
b. Permohonan Peninjauan Kembali yang dapat diterima, apabila panjar yang
ditentukan  dalam SKUM  di meja telah dibayar lunas ;
c. Apabila biaya Peninjauan Kembali telah dibayar lunas, maka Panitera
PTUN wajib membuat akta Peninjauan Kembali ;
d. Selambat-lambatnya dalam waktu 14 ( empat belas ) hari Panitera wajib
memberitahukan tentang permohonan Peninjauan Kembali kepada pihak 
lawannya dengan  memberikan atau mengirimkan salinan permohonan
Peninjauan Kembali beserta alasan-alasan kepada pihak lawan ;
e. Jawaban dan tanggapan atas alasan Peninjauan Kembali   selambat-
lambatnya  30 ( tiga puluh ) hari  sejak alasan Peninjauan Kembali tersebut
diterima, harus sudah diterima di Kepaniteraan untuk disampaikan kepada
pihak lawan ;
f. Jawaban atau tanggapan atas Peninjauan Kembali yang diterima di
Kepaniteraan  PTUN harus dibubuhi  hari dan tanggal penerimaan yang
dinyatakan di atas surat jawaban tersebut ;
g. Dalam waktu 30 ( tiga puluh ) hari setelah menerima jawaban tersebut
berkas Peninjauan Kembali berupa berkas A dan B  dikirim ke Mahkamah
Agung ;
h. Dalam menentukan panjar beaya Peninjauan Kembali diperhitungkan  :
- Menetapkan beaya peninjauan kembali yang ditentukan  Mahkamah Agung
;
- Biaya pengiriman uang melalui bank ;
1. Ongkos kirim berkas ;
2. Beaya pemberitahuan berupa  :
 Pemberitahuan pernyataan PENINJAUAN KEMBALI dan
alasan PENINJAUAN KEMBALI ;
 Pemberitahuan atas jawaban PENINJAUAN KEMBALI ;
 Pemberitahuan penyampaian salinan putusan kepada
pemohon PENINJAUAN KEMBALI ;
 Pemberitahuan  bunyi putusan PENINJAUAN KEMBALI 
kepada termohon PENINJAUAN KEMBALI
i. Foto copy relas pemberitahuan bunyi putusan Mahkamah Agung agar
supaya  dikirim ke Mahkamah Agung

Hal-hal lain yang perlu diketahui


a. Putusan atas permohonan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud
harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
b. Hukum acara berlaku pada pemeriksaan PK adalah hukum acara
Peninjauan Kembali sebagaimana dimaksud dalam UU No. 14/1985
tentang Mahkamah Agung, kecuali yang diatur secara khusus dalam UU
No. 14/2002 tentang Pengadilan Pajak.
c. Dasar Hukum : Pasal 89-93 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak


Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2013 tentang Tata Cara


Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan

Anda mungkin juga menyukai