Anda di halaman 1dari 16

PERADILAN ADMINISTRASI

DI BIDANG PAJAK
Meisha Poetri Perdana, S.H., M.Kn
UNSUR-UNSUR PERADILAN
 Unsur-unsuryang diperlukan supaya dapat dikatakan adanya suatu
peradilan (biasa) adalah :
1. Adanya suatu hukum yang abstrak yang mengikat umum yang
dapat diterapkan pada suatu persoalan;
2. Adanya suatu perselisihan hukum yang konkret;
3. Adanya sekurang-kurangnya dua pihak;
4. Adanya suatu aparatur peradilan yang berwenang memutuskan
perselisihan.
Unsur-unsur lain yang merupakan peradilan
administrasi :
1. Bahwa salah satu pihak yang berselisih harus
administrasi yang menjadi terikat karena
perbuatan salah seorang pejabat dalam batas
wewenangnya;
2. Diberlakukannya “Hukum Publik” atau Hukum
Administrasi terhadap persoalan yang diajukan.
Peradilan
administrasi pajak yaitu peradilan
yang menyelesaikan semua macam dan
semua bentuk perselisihan mengenai pajak-
pajak.
Peradilan Administrasi dibagi menjadi :
1. Peradilan Administrasi Murni;
2. Peradilan Administrasi Tidak Murni.
 Peradilan Administrasi Murni
Suatu peradilan administrasi yang memenuhi syarat-syarat seperti yang diuraikan
di atas yang menyerupai peradilan yang dilakukan oleh pengadilan biasa.
Ciri khas untuk suatu peradilan yang murni ialah adanya suatu hubungan segi
tiga antara para pihak dan badan atau pejabat yang mengadili. Badan atau
pejabat yang mengadilin perkara ini merupakan badan atau pejabat “tertentu”
atau “terpisah”.
Tertentu artinya bahwa badan atau pejabat itu ditentukan oleh undang-undang
atau peraturan lain yang mempunyai tingkatan sama dengan suatu undang-
undang dan diberi wewenang untuk mengadili perselisihan administrasi, seperti
peradilan pajak di tingkat banding yang dilakukan oleh Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak.
Terpisah artinya bahwa badan atau pejabat yang melakukan peradilan itu tidak
merupakan bagian dari salah satu pihak atau tidak termasuk di bawah
pengaruh salah satu pihak sehingga badan atau pejabat yang mengadili
perkara itu berada di atas para pihak.
 Peradilan Administrasi Tidak Murni
Peradilan yang tidak sepenuhnya memenuhi syarat-syarat
peradilan administrasi murni, misal karena tidak nyata
terdapat perselisihan atau karena mengadakan peradilan
termasuk peradilan administrasi administrasi tidak murni
adalah peradilan atau penyelesaian perselisihan pajak
atas “keberatan” yang diajukan Wajib Pajak atas suatu
Surat Ketetapan Pajak yang dikeluarkan oleh Kepala
Inspeksi Pajak berkenaan dengan besarnya jumlah pajak
yang harus dilunasi oleh Wajib Pajak yang bersangkutan.
PEMASUKAN SURAT KEBERATAN
 Surat
Keberatan ditujukan kepada Direktur Jenderal Pajak
untuk satu jenis pajak dan satu tahun pajak.
 Batas waktu pengajuan Surat Keberatan ditentukan
dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya Surat
Ketetapan Pajak atau SKP sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 25 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
dengan maksud supaya Wajib Pajak mempunyai waktu
yang cukup memadai untuk mempersiapkan Surat
Keberatan beserta alasannya.
ISI SURAT KEBERATAN
Syarat minimum isi Surat Keberatan :
a. Pernyataan bahwa Wajib Pajak merasa keberatan
terhadap ketetapan pajak;
b. Jenis pajaknya;
c. Tahun pajaknya;
d. Nomor Pokok Wajib Pajak;
e. Nama dan tanda tangan Wajib Pajak.
KEPUTUSAN ATAS SURAT KEBERATAN
Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas Keberatan
Wajib Pajak dapat berupa :
1. Menerima seluruhnya atau sebagian;
2. Menolak seluruhnya keberatan.
BANDING
 Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 ditegaskan
bahwa yang dimaksud dengan Banding adalah upaya hukum
yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Banding diajukan dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
diterimanya keputusan yang dibanding.
 Banding hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang
dimaksud telah dibayar sebesar 50% (lima puluh persen). (Pasal 31
ayat (4) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002).
GUGATAN
 Jika dalam banding, yang diajukan banding oleh Wajib Pajak adalah besarnya
jumlah utang pajak yang telah ditetapkan oleh fiskus yang mana jumlah itu tidak
disetujui oleh Wajib Pajaknya.
 Sedangkan dalam gugatan, maka yang digugat oleh Wajib Pajak adalah
pelaksanaan undang-undang perpajakan yakni terhadap pelaksanaan penagihan
pajak.
 Jika fiskus atau pejabat pajak melakukan pelanggaran undang-undang di bidang
penagihan pajak, Wajib Pajak dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan
Pajak.
 Jangka waktu untuk mengajukan gugatan terhadap pelaksanaan penagihan pajak
adalah 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan, sedangkan
jangka waktu untuk mengajukan gugatan terhadap putusan selain gugatan
terhadap pelaksanaan penagihan pajak adalah 30 (tiga puluh) hari sejak diterima
keputusan yang digugat. (Pasal 40 ayat (3)).
PERSIAPAN DAN PEMERIKSAAN DI MUKA
SIDANG
1. Persiapan Persidangan
Setiap banding dan gugatan yang masuk ke
Pengadilan Pajak akan diteliti terlebih dahulu oleh
Panitia Pengadilan Pajak.
Penelitian itu menyangkut mengenai identitas para
pihak, alamat mereka masing-masing dan jangka
waktu pengajuan banding atau gugatan.
2. Pemeriksaan di Muka Sidang
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002,
terdapat 2 (dua) macam pemeriksaan :
a. Pemeriksaan dengan acara basa;
b. Pemeriksaan dengan acara cepat.
a. Pemeriksaan dengan acara biasa
Didahului dengan pemeriksaan mengenai kelengkapan dan/atau kejelasan banding
atau gugatan yang bersangkutan. Diteliti kemungkinan adanya keterkaitan
pembanding atau penggugat dengan anggota majelis yang akan menyidangkan
perkara tersebut.
b. Pemeriksaan dengan acara cepat
Tidak diukur dari jumlah anggota majelis yang menyidangkan perkara, karena dapat
dilakukan oleh sebuah majelis atau Hakim Tunggal, melainkan ditentukan oleh jenis
kasusnya yaitu :
1) Sengketa perpajakan tertentu;
2) Gugatan yang tidak diputus dalam jangka waktu 6 (enam) bulan;
3) Tidak dipenuhi salah satu ketentuan dalam Pasal 84 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2002 atau kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dalam
putusan pengadilan pajak;
4) Sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan merupakan wewenang
Pengadilan Pajak.
PUTUSAN PENGADILAN PAJAK
 Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan
mempunyai kekuatan hukum tetap. Putusan Pengadilan Pajak
dapat berupa :
1. menolak;
2. Mengabulkan sebagian atau seluruhnya;
3. Menambah pajak yang harus dibayar;
4. Tidak dapat diterima
5. Membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung;
6. Membatalkan.
PENGAJUAN PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI
ATAS SANKSI ADMINISTRASI PERPAJAKAN
 Berdasarkan Pasal 25 Undang-Undang KUP, tidak menyebutkan atas Surat
Tagihan Pajak (STP), karena STP bukanlah ketetapan atas pokok pajak
melainkan hanya mengenakan sanksi administrasi. Karena atas penerbitan STP
tidak dapat diajukan keberatan, maka upaya yang dapat dilakukan oleh
Wajib Pajak adalah mengajukan Peninjauan Kembali jumlah ketetapan pajak
dan sanksi administrasi yang tercantum dalam STP.
 Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) huruf a Undang-Undang KUP dan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 953/KMK.04/1983 disebutkan bahwa Menteri
Keuangan dapat menerbitkan Keputusan Peninjauan Kembali dengan
mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak dan sanksi administrasi
yang tidak benar. Terhadap keputusan peninjauan kembali tidak dapat
diajukan banding.

Anda mungkin juga menyukai