Anda di halaman 1dari 6

sengketa pajak antara wajib pajak Pajak Daerah dengan Ditjen Pajak dapat timbul karena

berbagai ketidaksepahaman. Saat ini, jenis pajak pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal
Pajak meliputi: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Petambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Materai. Disamping jenis
pajak tersebut juga terdapat pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yaitu Pajak Kendaraan
Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan
lain-lain.

Pertanyaan:

1. Berikan penjelasan Anda mengenai penyebab terjadinya sengketa pajak antara wajib pajak
dengan Ditjen pajak, apabila sengketa terjadi pada pajak Pusat.

2. Jelaskan mekanisme pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus terhadap wajib pajak Pajak
Daerah dan bentuk produk hukum hasIl pemeriksaan Pajak.

JAWABAN

1. Sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak
atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya
keputusan yang dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada Pengadilan Pajak
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk Gugatan atas
pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa.

Upaya Hukum yang dapat ditempuh oleh Wajib Pajak adalah sebagai berikut:

Keberatan

Banding

Gugatan

Peninjauan Kembali

Atas keempat upaya hukum tersebut, syarat yang harus dipenuhi Wajib Pajak dalam
pengajuannya adalah sebagai berikut.

A. KEBERATAN diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;

mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-
alasan yang menjadi dasar penghitungan;
1 (satu) keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak, untuk 1 (satu)
pemotongan pajak, atau untuk 1 (satu) pemungutan pajak;

Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang
telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau pembahasan
akhir hasil verifikasi, sebelum Surat Keberatan disampaikan;

diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal: surat ketetapan pajak dikirim;
atau pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga; kecuali Wajib Pajak dapat
menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar
kekuasaan Wajib Pajak;

Surat Keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal Surat Keberatan
ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, Surat Keberatan tersebut harus dilampiri dengan
surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang
KUP; dan

Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36


Undang-Undang KUP.

Pengajuan permohonan keberatan tertentu dapat diajukan secara daring melalui laman
www.pajak.go.id

Ketentuan khusus:

 Dalam hal Surat Keberatan yang disampaikan oleh Wajib Pajak tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau
huruf f, Wajib Pajak dapat melakukan perbaikan atas Surat Keberatan tersebut dan
menyampaikan kembali sebelum jangka waktu 3 (tiga) bulan terlampaui.

 Tanggal penyampaian Surat Keberatan yang telah diperbaiki merupakan tanggal Surat
Keberatan diterima.

 Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak yang masih
harus dibayar yang tidak disetujui dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau
pembahasan akhir hasil verifikasi sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan belum dibayar
pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal
penerbitan Surat Keputusan Keberatan.

B. BANDING Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada


badan peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan.

Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas
paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri
dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut.
Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.

C. GUGATAN diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan


Pajak.

Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap pelaksanaan penagihan Pajak


adalah 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan. Jangka waktu ini tidak
mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar
kekuasaan penggugat. Perpanjangan jangka waktunya adalah 14 (empat belas) hari
terhitung sejak berakhirnya keadaan diluar kekuasaan penggugat.

Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap Keputusan selain Gugatan adalah 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal diterima keputusan yang digugat. Jangka waktu ini tidak
mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar
kekuasaan penggugat. Perpanjangan jangka waktunya adalah 14 (empat belas) hari
terhitung sejak berakhirnya keadaan diluar kekuasaan penggugat.

Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat
Gugatan Gugatan.

Gugatan disertai dengan alasan-alasan yang jelas, mencantumkan tanggal diterima,


pelaksanaan penagihan, atau Keputusan yang digugat dan dilampiri salinan dokumen
yang digugat.

D. Peninjauan Kembali hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kepada Mahkamah Agung
melalui Pengadilan Pajak.

Permohonan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan


putusan Pengadilan Pajak.

Hukum Acara yang berlaku pada pemeriksaan peninjauan kembali adalah hukum acara
pemeriksaan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam UU No. 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung, kecuali yang diatur secara khusus dalam UU Pengadilan
Pajak.

2. Ruang lingkup pemeriksaan pajak di Indonesia hanya dua jenis, yakni pemeriksaan
lapangan dan pemeriksaan kantor. Namun, sebelum membahas ruang lingkup
pemeriksaan pajak lebih jauh, mari pahami terlebih dahulu tentang pemeriksaan pajak itu
sendiri.

Berdasarkan pasal 1 ayat 25 Undang-Undang No. 16 tahun 2009 tentang Ketentuan


Umum dan Tata Cara Perpajakan, pemeriksaan pajak merupakan rangkaian kegiatan
yang melakukan penghimpunan dan pengelolaan data, keterangan, juga bukti yang
dilaksanakan dengan cara-cara yang seobjektif dan seprofesional mungkin berdasarkan
standar pemeriksaan/pengujian terhadap kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
wajib pajak.

Tujuan dari adanya pemeriksaan ini adalah untuk melaksanakan ketentuan perpajakan
yang berlaku di Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan. Bisa dikatakan
kalau pemeriksaan pajak merupakan bagian akhir dari langkah pengendalian proses
perpajakan guna memastikan wajib pajak sudah menyampaikan seluruh kewajiban
perpajakannya, seperti penyerahan SPT dengan benar, jelas, dan lengkap.

Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak

Seperti yang sudah disebutkan di atas, ruang lingkup pemeriksaan pajak di Indonesia
dibedakan menjadi dua, yakni pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor. Mari
simak penjelasan lebih lengkapnya di bawah ini:

Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan lapangan merupakan pemeriksaan yang dilakukan di tempat kegiatan usaha,


tempat tinggal wajib pajak, atau tempat lainnya yang sudah ditentukan oleh Direktur
Jenderal Pajak (Ditjen Pajak). Pemeriksaan lapangan biasanya akan dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 6 bulan, terhitung sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan diberikan atau disampaikan ke wajib pajak bersangkutan sampai tanggal Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Pajak (SPHP) disampaikan ke wajib pajak.

Namun, pemeriksaan lapangan ini bisa diperpanjang 2 bulan, apabila terjadi hal-hal
seperti berikut ini:

 Pemeriksaan lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
lainnya.
 Terdapat konfirmasi atau permintaan data/keterangan kepada pihak ketiga.
 Ruang lingkup pemeriksaan lapangan meliputi seluruh jenis pajak atau berdasarkan pada
pertimbangan kepala unit pelaksanaan pemeriksaan. Sedangkan terkait dengan: Wajib
pajak kontraktor kontrak kerja sama minyak dan gas bumi, wajib pajak dalam satu grup,
atau wajib pajak yang terindikasi melakukan transaksi transfer pricing atau transaksi
khusus lain yang memungkinkan adanya rekayasa transaksi keuangan dapat diperpanjang
untuk jangka waktu paling lamanya 6 bulan dan dapat dilakukan paling banyak 3 kali
sesuai dengan kebutuhan waktu untuk melakukan pengujian.

Pemeriksaan Kantor

Pemeriksaan kantor merupakan pemeriksaan yang dilakukan di kantor Ditjen Pajak.


Tujuan dari pemeriksaan kantor guna menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dilakukan dalam waktu paling lama 4 bulan terhitung sejak tanggal wajib
pajak memenuhi surat panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor sampai dengan
dengan SPHP disampaikan ke wajib pajak.
Waktu dapat diperpanjang paling lama 2 bulan, kecuali untuk pemeriksaan atas
keterangan lain yang berupa data konkret yang dilakukan dengan pemeriksaan kantor
tidak bisa diperpanjang.

Lalu, apa yang menyebabkan perpanjangan jangka waktu pengujian pemeriksaan kantor
dilakukan dalam hal-hal berikut ini:

 Pemeriksaan kantor diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
lainnya.
 Terdapat konfirmasi permintaan data/keterangan kepada pihak ketiga.
 Ruang lingkup pemeriksaan pajak di kantor meliputi seluruh jenis pajak dan/atau
berdasarkan pada pertimbangan kepala unit pelaksana pemeriksaan. Pemeriksaan kantor
ini dilakukan di kantor DJP atau Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
 Dalam hal pemeriksaan, wajib pajak diwajibkan untuk melakukan hal-hal berikut:
o Memenuhi panggilan untuk menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
o Memperlihatkan dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan dokumen lainnya,
termasuk data yang sudah dikelola secara elektronik dan berhubungan dengan
penghasilan, kegiatan usaha, maupun pekerjaan bebas wajib pajak tersebut.
o Memberikan bantuan atau bersikap korporatif guna kelancaran pemeriksaan
pajak.
o Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP.
o Meminjamkan kertas kerja.
o Memberikan keterangan baik secara lisan maupun tulisan jika dibutuhkan oleh
pihak pemeriksa pajak.

Kewajiban Wajib Pajak saat Pemeriksaan Pajak

Dalam hal pemeriksaan pajak, tidak hanya fiskus yang memiliki hak dan kewajiban
dalam prosesnya. Wajib pajak juga memiliki kewajiban-kewajiban yang harus
diperhatikan dan dilakukan saat pemeriksaan pajak. Nah, berikut ini kewajiban wajib
pajak dalam pemeriksaan pajak.

1. Memenuhi panggilan dengan datang menghadiri pemeriksaan pajak sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Biasanya, jadwal dibuat untuk jenis ruang lingkup pemeriksaan
kantor.
2. Mampu memperlihatkan atau meminjamkan buku, catatan, dan dokumen yang akan
menjadi dasar pemeriksaan, serta dokumen-dokumen lain termasuk data yang Anda
kelola secara elektronik yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan
usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak.
3. Untuk pemeriksaan lapangan, wajib pajak memiliki kewajiban memberi kesempatan
untuk mengakses data dengan mengunduh data-data yang dikelola secara elektronik.
4. Memberikan kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki ruang yang dirasa perlu
untuk diperiksa dan memberi bantuan-bantuan lain guna kelancaran pemeriksaan pajak.
5. Memberikan tanggapan secara tertulis atas SPHP.
6. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh akuntan publik khususnya
untuk jenis ruang lingkup pemeriksaan pajak kantor.
7. Berkenan memberikan keterangan lainnya baik secara lisan maupun tulisan yang
diperlukan.

Hak Wajib Pajak saat Pemeriksaan Pajak

Selain kewajiban yang perlu diperhatikan wajib pajak saat pemeriksaan pajak akan
dilakukan atau bahkan berlangsung, wajib pajak juga memiliki hak-hak saat pemeriksaan
pajak. Mari simak hak-hak apa saja yang wajib pajak miliki ketika pemeriksaan pajak.

1. Wajib pajak berhak meminta surat perintah pemeriksaan pajak.


2. Wajib pajak berhak melihat tanda pengenal dari para pemeriksa yang ditugaskan.
3. Mendapatkan penjelasan secara rinci tentang maksud dan tujuan dari pemeriksaan pajak.
4. Jika ada perbedaan dalam hasil pemeriksaan dan SPT, wajib pajak berhak meminta
rincian perbedaan tersebut.
5. Wajib pajak berhak hadir dalam pembahasan akhir hasil dari pemeriksaan pajak dalam
batas waktu yang sudah ditentukan.

Penerbitan Surat Ketetapan Pasca Pemeriksaan Pajak

Setelah rangkaian pemeriksaan pajak dilakukan, maka wajib pajak akan mendapatkan
hasil dari pemeriksaan pajak. Dari hasil pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh Ditjen
Pajak, maka akan diterbitkan surat ketetapan pajak yang isinya atau yang dapat
mengakibatkan adanya pajak terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau bahkan
nihil.

Dari hasil pemeriksaan pajak tersebut, akan muncul jenis-jenis ketetapan yang
dikeluarkan Ditjen Pajak, antara lain:

 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLKB).


 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).
 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).
Selain surat ketetapan di atas, Ditjen Pajak juga dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak
(STP) apabila wajib pajak dikenakan sanksi administrasi baik berupa denda, bunga, dan
kenaikan.

Anda mungkin juga menyukai