Anda di halaman 1dari 18

Proses

Keberatan Dan
Banding, Sanksi
Perpajakan
Kelompok 6
Keberatan Pajak
Keberatan pajak merupakan upaya hukum yang dapat ditempuh oleh wajib
pajak apabila merasa tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan
kepadanya atau atas pemotongan pajak oleh pihak ketiga.

Adapun tujuan diberikannya upaya hukum keberatan yaitu untuk


melindungi wajib pajak dari Tindakan aparatur pajak yang dianggap
merugikan atau dianggap tidak /kurang adil.
Keputusan keberatan
Atas keberatan yang diajukan wajib pajak ,Direktur Jenderal Pajak dalam
jangka waktu paling lama 12 bulan sejak tanggal surat keberatan
diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.
Apabila jangka waktu yang dimaksud tersebut telah terlampaui dan
fiscus tidak menerbitkan Surat Keputusan Keberatan, keberatan yang
diajukan wajib pajak dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak
wajib menerbitkan Surat Keputusan Keberatan sesuai dengan keberatan
wajib pajak dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sejak jangka waktu
12 bulan tersebut berakhir.

Keputusan keberatan yang diajukan wajib pajak terdapat 4 jenis, yaitu:


1. mengabulkan seluruhnya
2. mengabulkan sebagian
3. menolak
4. menambah jumlah pajak yang masih harus dibayar
Keberatan dapat diajukan berdasarkan ketentuan Pasal 25 UU KUP yang
menjelaskan bahwa upaya hukum keberatan dapat dilakukan oleh wajib pajak
terhadap SKP KB (Surat ketetapan Pajak Kurang Bayar), SKP KBT (Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan), SKP LB (Surat ketetapan Pajak Lebih
Bayar ), SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil) dan pemotongan oleh pihak ke tiga
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Adapun beberapa cara yang dapat diakukan oleh wajib pajak dapat melalui tiga
pilihan, yaitu:
1. Penyampaian secara langsung
2. Melalui Pos dengan bukti pengiriman surat; atau
3. Dengan cara lain.
Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan

Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia

Mengemukakan jumlah pajak disertai


alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan

Satu surat keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak

Wajib pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar

Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan


sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak

Surat keberatan ditandatangani oleh wajib pajak


dan dilampiri dengan surat kuasa khusus
Prosedur penyelesaian keberatan
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak
tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan
yang diajukan

Sebelum surat keputusan diterbitkan, wajib pajak dapat menyampaikan


alasan tambahan atau penjelasan tertulis

Keputusan DJP atas keberatan dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau


sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang masih
harus dibayar

Wajib pajak yang bersangkutan harus dapat membuktikanketidak benaran


ketetapan pajak tersebut

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui
dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang
diajukan tersebut dianggap dikabulkan
Permohonan Banding

Dalam proses pelaksanaan banding


dimulai dari:

Pengajuan banding ini terdapat dua 1. Wajib pajak yang mengajukan Surat
macam sengketa yang dapat diajukan Banding dikirim ke pemohon
banding yakni: banding
2. Menerima salinan Surat Uraian
1. Sengketa Formal Banding
2. Sengketa Material 3. Putusan pemeriksaan dalam jangka
waktu 12 bulan sejak Surat Banding
diterima.
Pasal 25 ayat (1) UU KUP: Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan
hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;


b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil:
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
f. Berdasarkan UU KUP pasal 27 ayat (1) wajib pajak dapat mengajukan
permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak atas
Surat Keputusan Keberatan.
Syarat Pengajuan Banding
1. Permohonan banding harus ditulis dalam Bahasa Indonesia disertai
alasan yang jelas
2. Dalam jangka waktu paling lambat 3 bulan setelah Surat Keputusan
Keberatan diterima dan harus dilampiri dengan salinan Surat
Keputusan tersebut
3. Satu Surat Keputusan Keberatan diajukan untuk satu permohonan
banding dan harus dicantumkan tanggal diterimanya surat keputusan
keberatan.
Pihak Yang Mengajukan Banding
Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli, warisnya, seorang pengurus,
atau kuasa hukumnya. Jika pemohon banding meninggal dunia dalam proses
banding, maka banding dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya, kuasa ahli
warisnya, atau wali jika pemohon pailit. Jika pemohon menggabungkan,
melebur, memisahkan/memecah atau membubarkan dalam proses
pengaduan, permohonan dapat dilanjutkan oleh badan yang bertanggung
jawab atas penggabungan, peleburan, pemisahan/pemekaran atau likuidasi
tersebut.
Sanksi Perpajakan
Berikut sanksi-sanksi dalam perpajakan:
1. Sanksi Administrasi
Adanya sanksi administrasi ini dibuat untuk memaksa para wajib
pajak agar bisa patuh pada ketentuan-ketentuan yang telah dibuat
mengenai pelaksanaan kewajiban pajak. Berikut ini beberapa sanksi
administrasi berupa:

• Sanksi Administrasi Berupa Bunga


Dalam pasal 13 ayat 2 Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan mengatur mengenai sanksi administrasi berupa
bunga yaitu pemberian sanksi kepada jumlah kekurangan pajak
penghasilan, pajak pertambahan nilai, dan pajak penjualan atas
barang mewah yang terutang dalam surat ketetapan pajak kurang
bayar.
• Sanksi Administrasi Berupa Denda

Sanksi administrasi berupa denda ini tidak dikenakan pada semua jenis pajak tetapi
hanya pada PPh, PPn, dan PPnBM serta pada PBB. Pajak lain yang tidak termasuk
pada pajak tersebut adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan serta pajak
daerah yang sudah diatur sesuai dengan pasal 7 ayat 1 UU KUP. Sanksi berupa denda
ini telah ditentukan termasuk juga pada jangka waktu perpanjangan penyampaian
surat pemberitahuan.

Surat pemberitahuan ini ditujukan sebagai berikut:


- Surat pemberitahuan masa PPn sebesar Rp500.000,-
- Surat pemberitahuan masa lainnya sebesar Rp100.000,-
- Surat pemberitahuan tahunan PPh wajib pajak badan sebesar Rp1.000.000,-
- Surat pemberitahuan tahunan PPh wajib pajak orang pribadi sebesar Rp100.000,-
• Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan

Pada pasal 13 ayat 3 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sanksi
administrasi berupa kenaikan ini diberikan kepada wajib pajak yang tidak membayar
lunas PPh, PPn, dan PPnBM yang terutang sebagaimana dalam surat ketetapan
pajak kurang bayar yaitu sebesar:

- 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam 1 tahun pajak.
- 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak
atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut, tetapi tidak atau kurang
disetorkan.
- 100% dari PPn dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar.
2. Sanksi Pidana

Hukum pidana ditetapkan bila ada tindak pelanggaran atau


kejahatan yang sehubungan dengan bidang perpajakan. Dalam
perpajakan tindak pelanggaran disebut dengan kealpaan atau
ketidak sengajaan, kelalaian, ketidak hati-hatian atau karena tidak
peduli atas kewajiban pajak yang dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara.
Pada UU KUP pasal 39 ayat 3 menjelaskan
Bentuk sanksi pada pasal 39 ayat 1 UU
sebagai berikut:
KUP adalah sebagai berikut:
a. Pidana penjara paling singkat 6 bulan
a. Pidana penjara paling singkat 6 bulan
dan paling lama 2 tahun.
dan paling lama 6 tahun.
b. Pidana denda paling sedikit 2 kali dan
b. Pidana denda paling sedikit 2 kali dan
paling banyak 4 kali dari jumlah restitusi
paling banyak 4 kali dari jumlah pajak
yang dimohonkan atau kompensasi dan
terutang atau kurang bayar.
pengkreditan yang dilakukan.
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220301114354-12-765276/angin-prayitno-banding-usai-
divonis-9-tahun-bui-kasus-pajak

Angin Prayitno diduga menerima suap agar dapat merekayasa Surat Ketetapan Pajak SKP dari 3 perusahaan
besar, yaitu PT Jhonlin Baratama, PT Bank Pan Indonesia Tbk atau Panin Bank, dan PT Gunung Madu
Plantations.Total nilai suap dari keseluruhan kasus tersebut mencapai Rp160 miliar. Angin Prayitno diduga
menerima suap agar dapat merekayasa Surat Keterangan Pajak (SKP) dari 3 perusahaan besar yaitu PT
jhonlin Baratama, PT Bank Pan Indonesia Tbk atau Panin Bank, dan PT Gunung Madu Plantations. Kemudian
Angin Prayitno mengajukan upaya hukum banding atas vonis sembilan tahun penjara. Dimana Angin
keberatan dengan vonis sembilan tahun penjara dan denda Rp500 juta subsidair tiga bulan kurungan.
Sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20141205145306-12-16097/pengadilan-
pajak-tolak-banding-grup-asian-agri

Pengadilan Pajak menolak permohonan banding Asian Agri Grup terkait sengketa pajak anak
perusahaannya PT Gunung Melayu dengan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan.
Penolakan tersebut membuat perusahaan grup Asian Agri tersebut diwajibkan membayar
pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 204 miliar. Di mana Rp 115,9 miliarnya merupakan
nilai pokok pajaknya dan sanksinya bernilai Rp 88,1 miliar.
Kesimpulan

Sebagai warga Negara yang baik, sudah seharusnya setiap Wajib Pajak atau
masyarakat indonesia dapat menyadari bahwa pentingnya peran pajak bagi
pembangunan Negara Indonesia ini, maka diharapkan Wajib Pajak dapat
meningkatkan kepatuhannya dalam membayar dan melaporkan kewajiban
perpajakannya dengan baik, tepat waktu, dan sesuai dengan Undang-Undang
Perpajakan yang berlaku, karena melalui peningkatan penerimaan pajak,
pembangunan dan kesejahteraan rakyat juga dapat ditingkatkan. Diharapkan
Direktorat Jenderal Pajak dan Pemerintah dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat Indonesia terhadap kewajiban membayar pajak. Serta memperbaiki
sistem perpajakan yang ada di Indonesia yang diharapkan lebih transparan
dan dapat menunjukkan kepada publik bahwa pengelolaan pajak dilakukan
dengan benar dan sesuai dengan keinginan Wajib Pajak, maka Wajib Pajak
cenderung untuk mematuhi aturan perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai