Keberatan Dan
Banding, Sanksi
Perpajakan
Kelompok 6
Keberatan Pajak
Keberatan pajak merupakan upaya hukum yang dapat ditempuh oleh wajib
pajak apabila merasa tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan
kepadanya atau atas pemotongan pajak oleh pihak ketiga.
Adapun beberapa cara yang dapat diakukan oleh wajib pajak dapat melalui tiga
pilihan, yaitu:
1. Penyampaian secara langsung
2. Melalui Pos dengan bukti pengiriman surat; atau
3. Dengan cara lain.
Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan
Satu surat keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak
Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui
dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang
diajukan tersebut dianggap dikabulkan
Permohonan Banding
Pengajuan banding ini terdapat dua 1. Wajib pajak yang mengajukan Surat
macam sengketa yang dapat diajukan Banding dikirim ke pemohon
banding yakni: banding
2. Menerima salinan Surat Uraian
1. Sengketa Formal Banding
2. Sengketa Material 3. Putusan pemeriksaan dalam jangka
waktu 12 bulan sejak Surat Banding
diterima.
Pasal 25 ayat (1) UU KUP: Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan
hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:
Sanksi administrasi berupa denda ini tidak dikenakan pada semua jenis pajak tetapi
hanya pada PPh, PPn, dan PPnBM serta pada PBB. Pajak lain yang tidak termasuk
pada pajak tersebut adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan serta pajak
daerah yang sudah diatur sesuai dengan pasal 7 ayat 1 UU KUP. Sanksi berupa denda
ini telah ditentukan termasuk juga pada jangka waktu perpanjangan penyampaian
surat pemberitahuan.
Pada pasal 13 ayat 3 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sanksi
administrasi berupa kenaikan ini diberikan kepada wajib pajak yang tidak membayar
lunas PPh, PPn, dan PPnBM yang terutang sebagaimana dalam surat ketetapan
pajak kurang bayar yaitu sebesar:
- 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam 1 tahun pajak.
- 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak
atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut, tetapi tidak atau kurang
disetorkan.
- 100% dari PPn dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar.
2. Sanksi Pidana
Angin Prayitno diduga menerima suap agar dapat merekayasa Surat Ketetapan Pajak SKP dari 3 perusahaan
besar, yaitu PT Jhonlin Baratama, PT Bank Pan Indonesia Tbk atau Panin Bank, dan PT Gunung Madu
Plantations.Total nilai suap dari keseluruhan kasus tersebut mencapai Rp160 miliar. Angin Prayitno diduga
menerima suap agar dapat merekayasa Surat Keterangan Pajak (SKP) dari 3 perusahaan besar yaitu PT
jhonlin Baratama, PT Bank Pan Indonesia Tbk atau Panin Bank, dan PT Gunung Madu Plantations. Kemudian
Angin Prayitno mengajukan upaya hukum banding atas vonis sembilan tahun penjara. Dimana Angin
keberatan dengan vonis sembilan tahun penjara dan denda Rp500 juta subsidair tiga bulan kurungan.
Sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20141205145306-12-16097/pengadilan-
pajak-tolak-banding-grup-asian-agri
Pengadilan Pajak menolak permohonan banding Asian Agri Grup terkait sengketa pajak anak
perusahaannya PT Gunung Melayu dengan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan.
Penolakan tersebut membuat perusahaan grup Asian Agri tersebut diwajibkan membayar
pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 204 miliar. Di mana Rp 115,9 miliarnya merupakan
nilai pokok pajaknya dan sanksinya bernilai Rp 88,1 miliar.
Kesimpulan
Sebagai warga Negara yang baik, sudah seharusnya setiap Wajib Pajak atau
masyarakat indonesia dapat menyadari bahwa pentingnya peran pajak bagi
pembangunan Negara Indonesia ini, maka diharapkan Wajib Pajak dapat
meningkatkan kepatuhannya dalam membayar dan melaporkan kewajiban
perpajakannya dengan baik, tepat waktu, dan sesuai dengan Undang-Undang
Perpajakan yang berlaku, karena melalui peningkatan penerimaan pajak,
pembangunan dan kesejahteraan rakyat juga dapat ditingkatkan. Diharapkan
Direktorat Jenderal Pajak dan Pemerintah dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat Indonesia terhadap kewajiban membayar pajak. Serta memperbaiki
sistem perpajakan yang ada di Indonesia yang diharapkan lebih transparan
dan dapat menunjukkan kepada publik bahwa pengelolaan pajak dilakukan
dengan benar dan sesuai dengan keinginan Wajib Pajak, maka Wajib Pajak
cenderung untuk mematuhi aturan perpajakan.