"Restitusi Pajak"
Disusun Oleh:
Kelompok 3 :
MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2018/2019
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar
pajak keluaran yaitu pajak terutang yang wajib dipungut oleh pengusaha kena
pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak dan
pajak masukan yaitu pajak yang seharusnya sudah dibayar oleh pengusaha kena
pajak karena perolehan barang kena pajak atau penerimaan jasa kena pajak.
Apabila pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran maka wajib pajak akan
mengalami lebih bayar dan wajib pajak mempunyai hak untuk melakukan
restitusi, karena selain mempunyai kewajiban untuk memungut pajak dari rakyat,
pemerintah juga memiliki kewajiban untuk merestitusi kelebihan pajak yang telah
dibayar oleh wajib pajak. Pada dasarnya wajib pajak tidak menginginkan
terjadinya restitusi pajak, kecuali jika restitusi tersebut memaang tidak dapat
dihindari. Wajib pajak menginginkan besarnya pajak yang telah dibayar sudah
Seperti yang telah diuraikan diatas kelebihan bayar bisa terjadi pada Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) namun kelebihan pajak sebenarnya dapat terjadi pada
semua jenis pajak baik PPN, PPh, PPnBm dan sebagainya. Kelebihan pajak terjadi
2
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka tujuan yang kami ambil
adalah :
pajak.
tersebut.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Undang-Undang No. 6 Tahun 193 tentang ketentuan umum dan tata cara
Undang No. 2 Tahun 2007 (UU KUP). Restitusi pajak adalah permohonan
kepada negara. Kelebihan pembayaran pajak tersebut merupakan hak bagi wajib
pajak yang telah di bayar oleh wajib pajak. Pengembalian kelebihan pembayaran
pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar
lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran
pajak yang tidak seharusnya terutang, dengan catatan wajib pajak (WP) tidak
tentang tata cara pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan, untuk
mendapatkan restitusi pajak wajib pajak dapat melalui tiga cara yaitu verifikasi,
4
yang seharusnya tidak terutang, atau pemeriksaann dengan ketentuan bahwa
Untuk PPh, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak yang
terutang.
Untuk PPN, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak yang
PPN , maka jumlah pajak yang terutang adalah jumlah pajak Keluaran
Untuk PPnBM, jika Pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak
seharusnya terutang.
3. SKPLB diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak paling lambat 12 (dua belas)
bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap, kecuali untuk kegiatan
5
4. Apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan restitusi, Direktur
dikabulkan, dan SKPLB diterbitkan dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan
berturut-turut
mengangsur :
6
c. Memiliki laporan keuangan yang diaudit dengan pendapat WTP (Wajar
pemerintah
2. Wajib pajak “persyaratan tertentu” (Pasal 17D UU KUP) diatur dalam BAB
3. PKP berisiko rendah (pasal 9 ayat 4c UU PPN) terdiri dari, perusahaan yang
yang memiliki tempat produksi, PKP dengan nilai LB restitusi sampai dengan
7
c. Khusus utk PKP pabrikan/produsen, menyampaikan SPT masa PPN tepat
Kelebihan PPn hanya dapat terjadi pada pengusaha kena pajak yang dalam
masukan
Kelebihan PPn dapat terjadi karena adanya berbagai ketentuan perpajakan antara
kelebihan pembayaran PPn pada wajib pajak karena pada saat membeli barang
kena pajak maupun jasa kena pajak yang berkaitan dengan kegiatan usaha atau
8
industri atas produk yang akan diekspor, wajib pajak yang telah dipungut PPn
pemerintah baik pusat maupun daerah, besarnya pajak keluaran yang seharusnya
dibayar setiap bulan adalah setelah diperhitungkan dengan pajak masukan, tetapi
dahulu sehingga apabila wajib pajak mempunyai pajak masukan, maka pajak
Lebih bayar dapat terjadi karena PPn keluaran tidak dipunggut oleh pihak
penjual atau dapat pula karena ditanggung pemerintah sehingga apabila wajib
pajak mempunyai PPn masukan atau ditanggung pemerintah. PPn masukan tidak
apabila dikreditkan terhadap pajak keluaran maka akan terjadi lebih bayar
akan terjadi jumlah penjualan lebih tinggi dari pembeliaan dan masa-masa yang
lain jumlah pembelian lebih tinggi dari pejualan, apabila jumlah pembelian lebih
tinggi dari penjualan maka jumlah pajak masukan pada masa tersebut diprediksi
lebih tinggi dari pajak keluaran yang menyebabkan PPn lebih bayar
9
2.2.3 Kelebihan PPn Akibat Pengaturan Pajak Masukan
sama, namun demikian masih diperkenakan untuk dikreditkan setelah masa tiga
bulan, yang apabila digabung dengan pajak masukan masa yang berkaitan dengan
Kelebihan PPn yang dipunggut oleh pihak lain juga dapat terjadi karena
penundaan pengakuan dari pajak keluaran oleh pengusaha kena pajak. Pada
masih berupa piutang termasuk yang berupa uang muka meskipun barang yang
akan dibeli masih dalam tahap pemesanan. Pada saat terjadi transaksi penjualan
termasuk pesanan barang yang sudah dibayar dengan uang muka pengusaha harus
pembuatan faktur, PKP harus melaporkan sebagai pajak keluaran yang akan
tanggal mundur dari faktur penjualan atau faktur pajak yang dibuat oleh PKP.
merupakan pajak masukan yang akan diperhitungkan sebagai kredit pajak, namun
walaupun pajak masukan atas barang yang dibeli tersebut dapat dikreditkan tetapi
10
pembayaran belum dilakukan memungkinkan pembeli akan menerima perlakuan
tersebut.
menyebabkan terjadinya lebih bayar. PPh yang dipunggut oleh pihak lain dapat
diperlakukan sebagai kredit pajak pada akhir tahun kecuali PPh tersebut
diperlakukan sebagai PPh final. Kelebihan PPh yang terjadi pada saat pemotongan
maupun pemungutan baik disebabkan oleh adanya kesalahan tarif atau kesalahan
pemotongan maupun pemungutan dapat dirinci per jenis pajak menjadi sebagai
berikut :
besar dari seharusnya, hal ini terjadi karena berbagai kemungkinan antara
11
mengunakan tarif yang lebih tinggi dari yang seharusnya maka
Contoh :
5% x Rp 25.000.000 = Rp 1.250.000
lebih bayar, pemotongam PPh pasal 21 dapat lebih besar dari yang
berikut ;
Bendaharawan Pemerintah
Industri tertentu
12
Perlakuan dan tarif PPh pasal 22 adalah sebagai berikut
lebih besar dari seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena berbagai kemungkinan
antara lain :
a. Kesalahan tarif PPh pasal 22 yang mengakibatkan lebih bayar apabila PPh
pasal 22 ini terjadi kesalahan, menggunakan tarif yang lebih tinggi dari
Contoh :
125.000.
dimana dasar pemungutan PPh pasal 22 adalah DPP atau harga jual tidak
13
mempergunakan dasar harga jual termasuk PPn maka akan terjadi salah
Contoh :
5.500.000 dan dipungut PPh pasal 22 sebesar 1.5% dari harga jual
Pada dasarnya tarif PPh pasal 23 adalah dibawah tarif PPh orang pribadi,
yaitu sebesar 5%, namun demikian masih terdapat tarif pemotongan PPh pasal 23
yang lebih tinggi dibanding tarif minimal PPh orang pribadi 5%. Demikian
dengan pemotongan PPh pasal 23 yang dilakukan oleh perusahaan kontrak karya
yang diatur khusus sesuai perjanjian yang tarifnya dapat melebihi 5% bahkan
sampai 10%. Lebih bayar pemotongan PPh pasal 23 dapat terjadi karena beberapa
sebab yaitu ;
Kesalahan tariff
14
Tabel Penghasilan Neto Jasa dan Sewa
jasa lainnya
dividen tersebut dihitung setelah PPn kecuali jika terhadap jasa, sewa, bunga,
royalty maupun dividen tersebut tidak terutang PPn maka dihitung dari
penghasilan brutonya.
Lebih bayar dapat terjadi apabila wajib pajak mengalami penurunan usaha
setelah pertengahan tahun di mana wajib pajak telah melakukan PPh pasal 25
pada tahun bersangkutan sesuai SPT tahun sebelumnya. Lebih bayar akibat
adanya penurunan usaha dapat dihindari apabila pada saat diketahui adanya
penurunan kegiatan usaha dan menurut prediksi akan terjadi sampai akhir tahun
pengurangan angsuran PPh pasal 25 tersebut diterbitkan SPT oleh fiskus dimana
15
pokok STP tersebut dibayar atau tidak dibayar oleh WP akan tetap merupakan
yang diakui kebenarannya oleh wajib pajak pada saat closing antara pemeriksa
pajak dan wajib pajak sebelum diterbitkannya ketetapan pajak yang menjadi dasar
pengajuan keberatan atau banding. Apabila besarnya pajak yang telah dibayar atas
ketetapan pajak tersebut lebih besar dibanding pajak yang kurang bayar hasil
pajak.
Kelebihan pajak yang telah dibayar dapat diperoleh kembali melalui proses
restitusi dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% perbulan sejak saat dibayar
memadai untuk mengganti kerugian wajib pajak atas kerugian dari pembayaran
ketetapan pajak yang seharusnya tidak perlu dibayar. Namun demikian imbalan
bunga sebesar 2% tersebut dapat merugikan wajib pajak jika waktu mengedapnya
cukup lama, walaupun pada tingkat bunga diluar lebih rendah 2%.
Kembali oleh wajib pajak atau pengusaha kena pajak yang mengalami
16
pajak. Kelebihan bayar dapat dimintai kembali dengan cara melalui restitusi dan
melalui banding.
Restitusi
Restitusi
surat permohonan tersendiri atau dengan surat permohonan yang ada pada SPT.
Walaupun surat permohonan restitusi dibuat tersendiri, tetapi SPT PPn sejak
terjadinya lebih bayar harus tetap dibuat oleh wajib pajak, bahkan sejak wajib
pajak dikukuhkan sebagai PKP, kewajiban laporan SPT masa bulan harus
dilakukan baik dalam kondisi lebih bayar maupun dalam kondisi kurang bayar.
Pada dasarnya kelebihan PPn hanya dapat dimintai kembali apabila wajib pajak
melaporkan SPT PPn sejak terjadinya lebih bayar sampai dengan saat dimintai
restitusi. Bagi wajib pajak yang mempunyai pajak masukan maka harus
dikreditkan dalam SPT masanya tidak melebihi jangka waktu 3 bulan sejak
diperolehnya pajak masukan tersebut, namun apabila pajak masukan diterima oleh
wajib pajak setelah lewat dari 3 bulan maka wajib pajak harus membentulkan SPT
masanya sesuai dengan masa yang diperkenankan agar pajak masukan tersebut
dapat dikreditkan.
17
Apabila wajib pajak telah memutuskan untuk melakukan restitusi PPh maka
Pajak masukan yang diakui oleh wajib pajak, bagi penjual merupakan pajak
keluaran yang harus dilaporkan pada SPT masa PPn dari penjual, termasuk dalam
hasil konfirmasi dinyatakan bahwa pajak masukan tersebut telah diakui sebagai
pajak keluaran oleh penjual maka pajak masukan yang akan direstitusi tersebut
dapat diproses lebih lajut, tetapi apabila berdasarkan hasil konfirmasi dinyatakan
bahwa pajak masukan tidak ada atau tidak cocok, maka pajak masukan tersebit
Pajak keluaran yang diakui oleh wajib pajak harus benar, tidak ada terdapat
penjual yang belum diakui pada SPT masa, karena akan berakibat PPn lebih bayar
menjadi kurang bayar. Apabila PPn lebih bayar menjadi kurang bayar, selain
dikenai sanksi keterlambatan bayar, juga dapat dikenai sanksi karena tidak
keluaran juga harus diteliti kebenarannya, karena apabila faktur pajak berkaitan
dengan pajak keluaran dianggap cacat maka kepada wajib pajak dapat dikenakan
18
c. Kebenaran Persediaan
Salah satu penyebab lebih bayar PPn adalah karena pembelian lebih besar
dari penjualan yang berarti besarnya persediaan baik berupa bahan baku dan
bahan bantu, maupun barang dalam proses dan barang jadi akan meningkat.
harus sama dengan menigkatnya persediaan secara fisik yang tentu saja akan
Restitusi
Permohonan restitusi pada PPh dapat terjadi atas PPh yang lebih bayar pada
akhir tahun atau kelebihan pembayaran PPh pada masa tertentu. Permohonan
tersendiri atau melalui surat permohonan yang ada pada SPT pada masa PPh saat
terjadinya lebih bayar yang harus dibuat oleh wajib pajak. Bahkan sejak wajib
PPh harus dilakukan baik dalam kondisi lebih bayar, nihil maupun dalam kondisi
kurang bayar.
Bagi wajib pajak yang mempunyai kredit pajak PPh harus dikreditkan pada
PPh terutang dalam masa SPT sama, namun demikian apabila kredit pajak PPh
diterima oleh wajib pajak setelah masa SPT tahunan bersangkutan maka wajib
pajak harus membetulkan SPT tahunan pada masa kredit pajak terkait agar kredit
19
Apabila wajib pajak telah mengambil sikap untuk melakukan restitusi PPh,
Yang dapat direstitusi oleh wajib pajak dapat berupa kelebihan pembayaran
satu jenis pembayaran PPh dapat berupa kelebihan kredit PPh terhadap PPh
terutang pada akhir tahun. Kredit PPh bagi pemotong pajak harus dibayar oleh
pemotong pajak dan harus dilaporkan pada SPT masa PPh masing-masing, seperti
PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh 22 Impor, PPh pasal 23. Termasuk dalam
data penghasilan dan biaya yang diakui wajib pajak baik pada pembukuan atau
data pendukungnya. Wajib pajak dalam perhitungan besarnya PPh terutang harus
cermat. Apabila ternyata besarnya PPh terutang akan dikoreksi oleh pemeriksa
pajak maka besarnya kelebihan PPh tersebut akan berkurang bahkan dapat
Keberatan
permohonan kelebihan pajak melalui keberatan lebih sederhana. Hanya saja pajak
yang diminta kembali melalui proses keberatan hanyalah yang salah dalam hal
20
pemotongan atau pemungutan, baik kesalahan tarif ataupun kesalahan dasar
pemotonagn atau pemungutan. Tindakan yang diperlukan dari wajib pajak yang
Dokumen yang perlu disiapkan oleh wajib pajak dalam pengajuan keberatan
ini adalah dokumen yang berkaitan dengan bukti pemotongan atau pemungutan
pajak. Apabila pemotonagn atau pemungutan yang terlalu besar tersebut tidak
bersifat final tidak perlu mengajukan permohonan keberatan karena pada akhir
tahun PPh akan diperhitungkan pada PPh terutang terkecuali wajib pajak
Contoh Kasus :
PT Argo telah melakukan pembayaran PPh pasal 25 mulai bulan januari – Mei :
Bulan Jumlah
Januari Rp 10.000.000
Februari Rp 10.000.000
Maret Rp 10.000.000
April Rp 15.000.000
Mei Rp 15.000.000
Pada bulan juni perusahaan merasakan penurunan omzet. Setelah
akhir tahun dan diprediksi bahwa penghasilan kena pajak tahun ini akan mencapai
Rp 100.000.000
21
No Bulan Tidak Mengajukan Mengajukan Selisih
Pengurangan Pengurangan
1 Januari 10.000.000 10.000.000 0
2 Februari 10.000.000 10.000.000 0
3 Maret 10.000.000 10.000.000 0
4 April 15.000.000 15.000.000 0
5 Mei 15.000.000 15.000.000 0
6 Juni 15.000.000 8.000.000 7.000.000
7 Juli 15.000.000 8.000.000 7.000.000
8 Agustus 15.000.000 8.000.000 7.000.000
9 September 15.000.000 8.000.000 7.000.000
10 Oktober 15.000.000 8.000.000 7.000.000
11 November 15.000.000 8.000.000 7.000.000
12 Desember 15.000.000 8.000.000 7.000.000
165.000.000 116.000.000 49.000.000
Wajib pajak segera mengajukan permohonan angsuran PPh pasal 25
kepada fiskus dan mulai bulan Juni besarnya PPh pasal 25 hanya menjadi
angsuran PPh 25 ? Realisasi penghasilan kena pajak pada akhir tahun ternyata
dari besarnya PPh terutang sebesar Rp 147.500.000 tersebut, apabila wajib pajak
SPT tahunan PPh 25 tahun ini menjadi kurang bayar sebesar Rp 147.500.000 – Rp
PPh pasal 29 akan menjadi lebih besar tetapi bagi wajib pajak akan lebih
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar
dijumpai adanya kelebihan bayar yang terjadi akibat berbagai macam sebab.
Pengembalian oleh wajib pajak atau pengusaha kena pajak yang mengalami
pajak dapat diminta kembali dengan cara melalui restitusi dan melalui banding.
Adapun dalam prosesnya wajib pajak yang mengajukan restitusi maupun banding
akan melalui tiga cara atau tahap, yaitu verifikasi, pemeriksaan, dan penelitian.
23
DAFTAR PUSTAKA
24