Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MANAJEMEN PAJAK

"Restitusi Pajak"

Disusun Oleh:

Kelompok 3 :

1. Akbar Abd, Gafar 17919001


2. Auliya Shoffi 17919007
3. Fitri Handayani 17919012
4. Baiq Dinda Puspita Ayu 17919019

MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2018/2019

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar

pengaruhnya terhadap peningkatan pembangunan dan kelangsungan jalannya roda

pemerintahan karena jumlahnya relative stabil. Dalam perpajakan terdapat istilah

pajak keluaran yaitu pajak terutang yang wajib dipungut oleh pengusaha kena

pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak dan

pajak masukan yaitu pajak yang seharusnya sudah dibayar oleh pengusaha kena

pajak karena perolehan barang kena pajak atau penerimaan jasa kena pajak.

Apabila pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran maka wajib pajak akan

mengalami lebih bayar dan wajib pajak mempunyai hak untuk melakukan

restitusi, karena selain mempunyai kewajiban untuk memungut pajak dari rakyat,

pemerintah juga memiliki kewajiban untuk merestitusi kelebihan pajak yang telah

dibayar oleh wajib pajak. Pada dasarnya wajib pajak tidak menginginkan

terjadinya restitusi pajak, kecuali jika restitusi tersebut memaang tidak dapat

dihindari. Wajib pajak menginginkan besarnya pajak yang telah dibayar sudah

sesuai dengan yang seharusnya tidak lebih dan tidak kurang.

Seperti yang telah diuraikan diatas kelebihan bayar bisa terjadi pada Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) namun kelebihan pajak sebenarnya dapat terjadi pada

semua jenis pajak baik PPN, PPh, PPnBm dan sebagainya. Kelebihan pajak terjadi

akibat adanya kelebihan pembayaran atau adanya kesalahan dalam pemotongan

atau pemungutan yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang

kami ambil adalah :

1. Apa yang menyebabkan terjadinya kelebihan bayar pajak ?

2. Bagaimana tata cara restitusi pajak atas kelebihan bayar tersebut?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka tujuan yang kami ambil

adalah :

1. Mengetahui apa saja yang menyebabkan terjadinya kelebihan bayar

pajak.

2. Mengetahuai bagaimana tata cara restitusi pajak atas kelebihan bayar

tersebut.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Restitusi Pajak

Istilah restitusi pajak atau pengembalian pajak tercantum dalam pasal 17

Undang-Undang No. 6 Tahun 193 tentang ketentuan umum dan tata cara

perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

Undang No. 2 Tahun 2007 (UU KUP). Restitusi pajak adalah permohonan

pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak

kepada negara. Kelebihan pembayaran pajak tersebut merupakan hak bagi wajib

pajak. UU KUP secara umum menyebutkan restitusi sebagai pengembalian

kelebihan pajak yang artinya negara membayar kembali atau mengembalikan

pajak yang telah di bayar oleh wajib pajak. Pengembalian kelebihan pembayaran

pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar

lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran

pajak yang tidak seharusnya terutang, dengan catatan wajib pajak (WP) tidak

punya hutang pajak lain.

2.1.1 Tata Cara Restitusi Pajak

Sejak berlakunya UU KUP dan peraturan pemerintah No. 74 Tahun 2011

tentang tata cara pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan, untuk

mendapatkan restitusi pajak wajib pajak dapat melalui tiga cara yaitu verifikasi,

pemeriksaan dan penelitian. Atas permohonan Wajib Pajak, kelebihan

pembayaran pajak dikembalikan melalui proses penelitian untuk pengembalian

pendahuluan kelebihan pembayaran pajak, verifikasi untuk pengembalian pajak

4
yang seharusnya tidak terutang, atau pemeriksaann dengan ketentuan bahwa

apabila terjadi wajib pajak mempunyai utang pajak, langsung diperhitungkan

untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut.

Tata cara pengembalian atas restitusi pajak adalah sebagai berikut :

1. Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke Direktur

Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat.

2. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat

Ketetapan Pajak lebih Bayar (SKPLB) dalam hal:

 Untuk PPh, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak yang

terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak

terutang.

 Untuk PPN, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak yang

terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak

terutang. Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut

PPN , maka jumlah pajak yang terutang adalah jumlah pajak Keluaran

setelah dikurangi Pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN tersebut

 Untuk PPnBM, jika Pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak

yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak

seharusnya terutang.

3. SKPLB diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak paling lambat 12 (dua belas)

bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap, kecuali untuk kegiatan

tertentu ditetapkan lain dengan keputusan Direktur Jenderal Pajak.

5
4. Apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan restitusi, Direktur

Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka permohonan dianggap

dikabulkan, dan SKPLB diterbitkan dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan

setelah jangka waktu berakhir

2.1.2 Dasar Hukum

Dengan terbitnya peraturan menteri keuangan No. 39/PMK.03/2018 tentang tata

cara pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak,

mengklasifikasikan persyaratan menjadi 3 subjek pajak melalui prosedur

pemeriksaan sesuai pasal 17B UU KUP sebagai berikut :

1. WP “kriteria tertentu” (Pasal 17 UU KUP) diatur dalam BAB III PMK

39/2018 dengan kriteria :

a. Tepat waktu menyampaikan SPT

1) SPT tahunan (3 tahun pajak terakhir)

2) SPT Masa Januari-November (tahun pajak terakhir)

3) Bila terdapat keterlambatan penyampaian SPT masa :

 Maksimal 3 masa pajak bagi setiap jenis pajak dan tidak

berturut-turut

 Tidk lewat batas waktu penyampaian SPT masa berikutnya

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak, kecuali dengan izin menunda atau

mengangsur :

1) Keadaan pada 31 Desember tahun terakhir

2) Selain utang pajak yang belum melewati batas akhir pelunasan

6
c. Memiliki laporan keuangan yang diaudit dengan pendapat WTP (Wajar

Tanpa Pengecualian) selama 3 tahun berturut-turut :

1) Diaudit oleh akuntan publik atau lembaga pengawas keuangan

pemerintah

2) Laporan keuangan yng dilampirkan dalam SPT tahunan

d. Tidak pernah dipidana di bidang perpajakan dalam 5 tahun terakhir

2. Wajib pajak “persyaratan tertentu” (Pasal 17D UU KUP) diatur dalam BAB

V1 PMK 39/2018 yang meliputi 4 kriteria :

a. WP OP tidak menjalankan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas (nilai LB

di SPT tahun PPh tidak dibahas)

b. WP OP menjalankan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas (nilai LB di

SPT tahunan PPh maksimal 100 juta)

c. WP badan (nilai LB di SPT masa PPh maksimal 1 M)

d. Pengusaha kena pajak (nilai LB di SPT masa PPh maksimal 1 M)

3. PKP berisiko rendah (pasal 9 ayat 4c UU PPN) terdiri dari, perusahaan yang

sahamnya diperdagangkan di bursa efek, BUMN/BUMD, Mitra Utama

Kepabean (MITA), Operator Ekonomi Bersertifikat, pabrikan atau produsen

yang memiliki tempat produksi, PKP dengan nilai LB restitusi sampai dengan

1 M. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh subyek pajak untuk

menjadi PKP berisiko rendah yaitu :

a. Tidak sedang dilakukan bukper/penyidikan

b. Tidak pernah dipidana 5 tahun terakhir

7
c. Khusus utk PKP pabrikan/produsen, menyampaikan SPT masa PPN tepat

waktu selama 12 bulan terakhir

2.2 Penyebab Terjadinya Lebih Bayar Pada PPn

Kelebihan PPn hanya dapat terjadi pada pengusaha kena pajak yang dalam

menghitung besarnya PPn harus dibayar setiap bulannya dengan mekanisme

pengkreditan antara pajak keluaran dengan pajak masukan. Pada dasarnya

kelebihan bayar dapat terjadi apabila besarnya pajak masukan dikreditkan

terhadap pajak keluaran yang lebih besar.

Pajak masukan yang mengakibatkan lebih bayar dan dapat diminta

kembali dengan syarat sebagai berikut :

 Perolehan pajak masukan berkaitan dengan kegiatan usaha atau produk

yang akan diekspor atau dijual

 Tidak diperlakukan sebagai biaya

 Tidak dikreditkan melebihi tiga bulan dari masa diperolehnya pajak

masukan

2.2.1Kelebihan PPn Akibat Ketentuan Perpajakan

Kelebihan PPn dapat terjadi karena adanya berbagai ketentuan perpajakan antara

lain sebagai berikut :

a. Tarif PPn Pada Ekspor 0%

Adanya tarif PPn pada ekspor sebesar 0% akan menyebabkan terjadinya

kelebihan pembayaran PPn pada wajib pajak karena pada saat membeli barang

kena pajak maupun jasa kena pajak yang berkaitan dengan kegiatan usaha atau

8
industri atas produk yang akan diekspor, wajib pajak yang telah dipungut PPn

yang merupakan pajak masukan.

b. Pemungutan PPn Oleh Bendaharawan pemerintah

Wajib pajak yang akan melakukan transaksi dengan bendaharawan

pemerintah baik pusat maupun daerah, besarnya pajak keluaran yang seharusnya

dibayar setiap bulan adalah setelah diperhitungkan dengan pajak masukan, tetapi

oleh bendaharawan pemerintah, pajak keluaran tersebut telah dipungut terlebih

dahulu sehingga apabila wajib pajak mempunyai pajak masukan, maka pajak

masukan tersebut dikreditkan sehingga menjadi lebih bayar.

c. PPn Tidak Dipungut atau Ditanggung Pemerintah

Lebih bayar dapat terjadi karena PPn keluaran tidak dipunggut oleh pihak

penjual atau dapat pula karena ditanggung pemerintah sehingga apabila wajib

pajak mempunyai PPn masukan atau ditanggung pemerintah. PPn masukan tidak

ditanggung pemerintah dan PPn masukan berkaitan dengan kegiatan usaha

apabila dikreditkan terhadap pajak keluaran maka akan terjadi lebih bayar

2.2.2 Kelebihan PPn Akibat Pembelian Lebih Besar dari Penjualan

Adanya fluktuasi penjualan dan pembelian setiap bulan memungkinkan

akan terjadi jumlah penjualan lebih tinggi dari pembeliaan dan masa-masa yang

lain jumlah pembelian lebih tinggi dari pejualan, apabila jumlah pembelian lebih

tinggi dari penjualan maka jumlah pajak masukan pada masa tersebut diprediksi

lebih tinggi dari pajak keluaran yang menyebabkan PPn lebih bayar

9
2.2.3 Kelebihan PPn Akibat Pengaturan Pajak Masukan

Pajak masukan seharusnya dikreditkan kepajak keluaran pada masa yang

sama, namun demikian masih diperkenakan untuk dikreditkan setelah masa tiga

bulan, yang apabila digabung dengan pajak masukan masa yang berkaitan dengan

pajak keluaran maka akan menyebabkan terjadinya lebih bayar

2.2.4 Kelebihan PPn Akibat Pengaturan Pajak Keluaran

Kelebihan PPn yang dipunggut oleh pihak lain juga dapat terjadi karena

penundaan pengakuan dari pajak keluaran oleh pengusaha kena pajak. Pada

dasarnya pengakuan penjualan harus diakui oleh pengusaha kena pajak

berdasarkan system akrual basis menyebabkan penjualan harus diakui walaupun

masih berupa piutang termasuk yang berupa uang muka meskipun barang yang

akan dibeli masih dalam tahap pemesanan. Pada saat terjadi transaksi penjualan

termasuk pesanan barang yang sudah dibayar dengan uang muka pengusaha harus

menerbitkan faktur pajak baik sederhana maupun standard darip[-0 sejak

pembuatan faktur, PKP harus melaporkan sebagai pajak keluaran yang akan

diperhitungkan dengan pajak masukan.

Pengaturan pajak keluaran dari penjualan dapat dilakukan dengan membuat

tanggal mundur dari faktur penjualan atau faktur pajak yang dibuat oleh PKP.

Bagi pembeli yang akan melakukan pembayaran secara tunai, pengunduran

pembuatan faktur sangat merugikan karena pajak keluaran bagi pembeli

merupakan pajak masukan yang akan diperhitungkan sebagai kredit pajak, namun

bagi pembeli kredit penundaan pembuatan faktur ini dimungkinkan karena

walaupun pajak masukan atas barang yang dibeli tersebut dapat dikreditkan tetapi

10
pembayaran belum dilakukan memungkinkan pembeli akan menerima perlakuan

tersebut.

2.3 Kelebihan Pajak Pada PPh

Kelebihan pajak pada PPh dapat terjadi karena adanya kelebihan

pembayaran dana atau pemotongan/pemungutan PPh atau adanya kesalahan

pemotongan atau pemungutan PPh atau adanya ketentuan perpajakan yang

menyebabkan terjadinya lebih bayar. PPh yang dipunggut oleh pihak lain dapat

diperlakukan sebagai kredit pajak pada akhir tahun kecuali PPh tersebut

diperlakukan sebagai PPh final. Kelebihan PPh yang terjadi pada saat pemotongan

maupun pemungutan baik disebabkan oleh adanya kesalahan tarif atau kesalahan

pemotongan maupun pemungutan dapat dirinci per jenis pajak menjadi sebagai

berikut :

a. Kelebihan Pemotongan PPh Pasal 21

Pemotongan PPh pasal 21 dilakukan oleh pemberi kerja kepada karywan

baik yang berstatus sebagai karyawan tetap, tidak tetap, bulanan,

mingguan, harian dan lainnya. Pemotongan PPh pasal 21 dapat dilakuakan

oleh pemberi kerja yang menyebabkan adanya pembayaran yang lebih

besar dari seharusnya, hal ini terjadi karena berbagai kemungkinan antara

lain sebagai berikut ;

1. Kesalahan tarif PPh pasal 21 yang mengakibatkan lebih bayar, tarif

PPh pasal 21 diterapkan menggunakan cara progresif “semakin

besar penghasilan kena pajak akan semakin tinggi pula besaran

tarif PPh terutang”. Apabila pemotongan PPh pasal 21 ini salah,

11
mengunakan tarif yang lebih tinggi dari yang seharusnya maka

kelebihan pemotongan PPh pasal 21 akan terjadi.

Contoh :

CV Mawadah pada tahun 2010 mempunyai penghasilan kena pajak

Rp 45.000.000 seharusnya PPh terutang sebesar ;

5% x Rp 25.000.000 = Rp 1.250.000

10% x Rp 20.000.000 = Rp 2.000.000 +

Jumlah PPh pasal 21 terutang = Rp 3.250.000

Tetapi dipotong dengan perhitungan seperti dibawah ini

10% x Rp 45.000.000 + Rp 4.500.000

Lebih bayar PPh pasal 21 yang dipotong adalah Rp 1.250.000

2. Kesalahan dasar pengenaan PPh pasal 21 yang mengakibatkan

lebih bayar, pemotongam PPh pasal 21 dapat lebih besar dari yang

seharusnya dapat terjadi karena berbagai kemungkinan seperti :

 Adanya kesalahan pada pengakuan penghasilan

 Adanya kesalahan pada pengakuan PTKP

 Adanya kesalahan pada cara perhitungan PPh

b.Kesalahan Tarif PPh pasal 22 Mengakibatkan Lebih Bayar

Pemungutan PPh pasal 22 dapat dilakuakn oleh beberapa pihak sebagai

berikut ;

 Bendaharawan Pemerintah

 Ditjen Bea dan Cukai

 Industri tertentu

12
Perlakuan dan tarif PPh pasal 22 adalah sebagai berikut

Tabel Tarif dan Pelakuan PPh Pasal 22

No Pemungutan Atas Tarif Perlakuan


1 Bendaharawan Pemerintah Pengadaan barang 1,5% Dikreditan
2 Industri/Exportir Barang pertanian 0.5% Dikreditan
3 Bea Cukai Inpor dengan API 2.5% Dikreditan
4 Industri Tembakau Produk tembakau 0.15% Final
5 Industri Semen Produk semen 0.25% Final
6 Industri Kertas Produk kertas 0.2% Dikreditan
7 Industri Baja Produk baja 0.3% Dikreditan
8 Industri Otomotif Produk otomotif 0.45% Dikreditan
Pemungutan PPh pasal 21 dapat menyebabkan adanya pemungutan yang

lebih besar dari seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena berbagai kemungkinan

antara lain :

a. Kesalahan tarif PPh pasal 22 yang mengakibatkan lebih bayar apabila PPh

pasal 22 ini terjadi kesalahan, menggunakan tarif yang lebih tinggi dari

seharusnya maka akan terjadi kelebihan pemungutan PPh pasal 22.

Contoh :

bendaharawan melakukan transaksi pengadaaan barang senilai Rp

5.500.000 dan dipunggut PPh pasal 22 sebesar 2.5% atau sebesar Rp

125.000.

Seharusnya PPh pasal 22 yang dipunggut adalah sebesar :

1.5% x 100/110 x Rp 5.500.000 = Rp 75.000

Sehingga terjadi lebih bayar sebesar Rp 50.000

b. Kesalahan dasar pengenaan PPh pasal 22 yang mengakibatkan lebih bayar,

dimana dasar pemungutan PPh pasal 22 adalah DPP atau harga jual tidak

termasuk PPn apabila pemungutan PPh pasal 22 dalam memungutnya

13
mempergunakan dasar harga jual termasuk PPn maka akan terjadi salah

punggut yang menyebabkan lebih bayar.

Contoh :

Bendaharawan melakukan transaksi pengadaan barang senilai RP

5.500.000 dan dipungut PPh pasal 22 sebesar 1.5% dari harga jual

termasuk PPn sebesar Rp 82.500.

Seharusnya PPh pasal 22 yang dipungut adalah sebesar :

1.5% x 100/110 x Rp 5.500.000 = Rp 75.000

Sehingga terjadi lebih bayar sebesar Rp 7.500.

c. Lebih Bayar Akibat Pemotongan PPh Pasal 23

Pada dasarnya tarif PPh pasal 23 adalah dibawah tarif PPh orang pribadi,

yaitu sebesar 5%, namun demikian masih terdapat tarif pemotongan PPh pasal 23

yang lebih tinggi dibanding tarif minimal PPh orang pribadi 5%. Demikian

dengan pemotongan PPh pasal 23 yang dilakukan oleh perusahaan kontrak karya

yang diatur khusus sesuai perjanjian yang tarifnya dapat melebihi 5% bahkan

sampai 10%. Lebih bayar pemotongan PPh pasal 23 dapat terjadi karena beberapa

sebab yaitu ;

 Kesalahan dasar pemotongan PPh

 Kesalahan tariff

d. Dasar Pemotongan PPh Pasal 23 Lebih Tinggi

Kesalahan pemotongan PPh pasal 23 dapat terjadi karena dasar pemotongan

yang salah yang memungkinkan terjadinya lebih bayar PPh pasal 23

14
Tabel Penghasilan Neto Jasa dan Sewa

No Jenis Kegiatan Tarif PPh Sifat PPh

1 Dividen, bunga, royalty, hadiah penghargaan 15% Dikreditkan

2 Sewa dan penghasilan sehubungan dengan 2% Dikreditkan

penggunaan harta khusus kendaraan

angkutan darat dan sewa dan penghasilan

lain sehubungan dengan penggunaan harta

3 Jasa teknik, jasa manajemen. Jasa konsultan, 2% Dikreditkan

jasa lainnya

4 Jasa pembasmi hama, pembersih katering 1.5% Dikreditkan

Penghasilan neto dari penghasilan jasa, sewa, bunga, royalty maupun

dividen tersebut dihitung setelah PPn kecuali jika terhadap jasa, sewa, bunga,

royalty maupun dividen tersebut tidak terutang PPn maka dihitung dari

penghasilan brutonya.

e. Kelebihan PPh Akibat Penurunan Usaha

Lebih bayar dapat terjadi apabila wajib pajak mengalami penurunan usaha

setelah pertengahan tahun di mana wajib pajak telah melakukan PPh pasal 25

pada tahun bersangkutan sesuai SPT tahun sebelumnya. Lebih bayar akibat

adanya penurunan usaha dapat dihindari apabila pada saat diketahui adanya

penurunan kegiatan usaha dan menurut prediksi akan terjadi sampai akhir tahun

wajib pajak harus segera mengajukan pengurangan angsuran pembayaran PPh

pasal 25. Apabila wajib pajak telah melakukan pengurangan angsuran

pembayaran tanpa mendapatkan persetujuan pengurangan angsuran maka atas

pengurangan angsuran PPh pasal 25 tersebut diterbitkan SPT oleh fiskus dimana

15
pokok STP tersebut dibayar atau tidak dibayar oleh WP akan tetap merupakan

kredit pajak sehingga lebih bayar tetap akan terjadi.

f. Kelebihan Pajak Hasil Keberatan dan banding

Keputusan keberatan maupun banding yang diterbitkan atas pemohon wajib

pajak dapat mengakibatkan terjadinya lebih bayar. Pada saat mengajukan

keberatan atau banding wajib pajak diharuskan melakukan pembayaran sebesar

yang diakui kebenarannya oleh wajib pajak pada saat closing antara pemeriksa

pajak dan wajib pajak sebelum diterbitkannya ketetapan pajak yang menjadi dasar

pengajuan keberatan atau banding. Apabila besarnya pajak yang telah dibayar atas

ketetapan pajak tersebut lebih besar dibanding pajak yang kurang bayar hasil

keputusan keberatan maupun banding maka akan terjadi kelebihan pembayaran

pajak.

Kelebihan pajak yang telah dibayar dapat diperoleh kembali melalui proses

restitusi dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% perbulan sejak saat dibayar

sampai dengan restitusi tersebut diterbitkan. Dengan imbalan bunga 2% cukup

memadai untuk mengganti kerugian wajib pajak atas kerugian dari pembayaran

ketetapan pajak yang seharusnya tidak perlu dibayar. Namun demikian imbalan

bunga sebesar 2% tersebut dapat merugikan wajib pajak jika waktu mengedapnya

cukup lama, walaupun pada tingkat bunga diluar lebih rendah 2%.

2.4 Tindakan Wajib Pajak Berkaitan Kelebihan Pajak

Kembali oleh wajib pajak atau pengusaha kena pajak yang mengalami

kelebihan bayar atau yang mengalami kelebihan pemotongan atau pemungutan

16
pajak. Kelebihan bayar dapat dimintai kembali dengan cara melalui restitusi dan

melalui banding.

2.4.1 Tindakan Wajib Pajak Berkaitan Permohonan Kelebihan Pajak Melalui

Restitusi

Permohonan kelebihan pembayaran pajak melalui restitusi dapat dilakukan

menurut jenisnya yaitu :

1. Tindakan Wajib Pajak Berkaitan Permohonan Kelebihan PPn Melalui

Restitusi

Permohonan kelebihan PPn melalui restitusi dapat dilakukan menggunakan

surat permohonan tersendiri atau dengan surat permohonan yang ada pada SPT.

Walaupun surat permohonan restitusi dibuat tersendiri, tetapi SPT PPn sejak

terjadinya lebih bayar harus tetap dibuat oleh wajib pajak, bahkan sejak wajib

pajak dikukuhkan sebagai PKP, kewajiban laporan SPT masa bulan harus

dilakukan baik dalam kondisi lebih bayar maupun dalam kondisi kurang bayar.

Pada dasarnya kelebihan PPn hanya dapat dimintai kembali apabila wajib pajak

melaporkan SPT PPn sejak terjadinya lebih bayar sampai dengan saat dimintai

restitusi. Bagi wajib pajak yang mempunyai pajak masukan maka harus

dikreditkan dalam SPT masanya tidak melebihi jangka waktu 3 bulan sejak

diperolehnya pajak masukan tersebut, namun apabila pajak masukan diterima oleh

wajib pajak setelah lewat dari 3 bulan maka wajib pajak harus membentulkan SPT

masanya sesuai dengan masa yang diperkenankan agar pajak masukan tersebut

dapat dikreditkan.

17
Apabila wajib pajak telah memutuskan untuk melakukan restitusi PPh maka

wajib pajak harus benar-benar mempersiapkan diri terutama dengan kelengkapan

dan kebenaran data maupun dokumen yang meliputi ;

a. Kebenaran Pajak Masukan

Pajak masukan yang diakui oleh wajib pajak, bagi penjual merupakan pajak

keluaran yang harus dilaporkan pada SPT masa PPn dari penjual, termasuk dalam

rangkaian penelitian kebenaran pajak masukan, pemerikasaan pajak yang akan

dikonfirmasi pada KPP dimana WP penjual tersebut melaporkan SPTnya. Apabila

hasil konfirmasi dinyatakan bahwa pajak masukan tersebut telah diakui sebagai

pajak keluaran oleh penjual maka pajak masukan yang akan direstitusi tersebut

dapat diproses lebih lajut, tetapi apabila berdasarkan hasil konfirmasi dinyatakan

bahwa pajak masukan tidak ada atau tidak cocok, maka pajak masukan tersebit

tidak dapat diproses lebih lanjut.

b. Kebenaran Pajak Keluaran

Pajak keluaran yang diakui oleh wajib pajak harus benar, tidak ada terdapat

penjual yang belum diakui pada SPT masa, karena akan berakibat PPn lebih bayar

menjadi kurang bayar. Apabila PPn lebih bayar menjadi kurang bayar, selain

dikenai sanksi keterlambatan bayar, juga dapat dikenai sanksi karena tidak

seharusnya mengompensasikannya. Faktur pajak yang berkaitan dengan pajak

keluaran juga harus diteliti kebenarannya, karena apabila faktur pajak berkaitan

dengan pajak keluaran dianggap cacat maka kepada wajib pajak dapat dikenakan

sanksi denda yang akan mengurangi jumlah kelebihan PPn.

18
c. Kebenaran Persediaan

Salah satu penyebab lebih bayar PPn adalah karena pembelian lebih besar

dari penjualan yang berarti besarnya persediaan baik berupa bahan baku dan

bahan bantu, maupun barang dalam proses dan barang jadi akan meningkat.

Meningkatnya persediaan dapat dilihat pada pembukuan maupun pada laporan

keuangan wajib pajak. Demikian pula meningkatnya persediaan pada pembukuan

harus sama dengan menigkatnya persediaan secara fisik yang tentu saja akan

menambah besarnya persediaan pada gudang wajib pajak.

2. Tindakan Wajib Pajak Berkaitan Permohonan Kelebihan PPh Melalui

Restitusi

Permohonan restitusi pada PPh dapat terjadi atas PPh yang lebih bayar pada

akhir tahun atau kelebihan pembayaran PPh pada masa tertentu. Permohonan

kelebihan PPh melalui restitusi dapat dilakukan menggunakan surat permohonan

tersendiri atau melalui surat permohonan yang ada pada SPT pada masa PPh saat

terjadinya lebih bayar yang harus dibuat oleh wajib pajak. Bahkan sejak wajib

pajak mendapatkan penghasilan, kewajiban pelaporan SPT tahunan maupun masa

PPh harus dilakukan baik dalam kondisi lebih bayar, nihil maupun dalam kondisi

kurang bayar.

Bagi wajib pajak yang mempunyai kredit pajak PPh harus dikreditkan pada

PPh terutang dalam masa SPT sama, namun demikian apabila kredit pajak PPh

diterima oleh wajib pajak setelah masa SPT tahunan bersangkutan maka wajib

pajak harus membetulkan SPT tahunan pada masa kredit pajak terkait agar kredit

pajak tersebut dapat dikreditkan.

19
Apabila wajib pajak telah mengambil sikap untuk melakukan restitusi PPh,

maka wajib pajak harus benar-benar mempersiapkan diri terutama berkaitan

dengan kelengkapan dan kebenaran data maupun dokumen yang meliputi :

a. Kebenaran Kredit Pajak

Yang dapat direstitusi oleh wajib pajak dapat berupa kelebihan pembayaran

satu jenis pembayaran PPh dapat berupa kelebihan kredit PPh terhadap PPh

terutang pada akhir tahun. Kredit PPh bagi pemotong pajak harus dibayar oleh

pemotong pajak dan harus dilaporkan pada SPT masa PPh masing-masing, seperti

PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh 22 Impor, PPh pasal 23. Termasuk dalam

rangkaian penelitian kebenaran kredit pajak pemeriksa pajak akan melakukan

konfirmasi pada KPP dimana WP PPh tersebut melaporkan SPTnya.

b. Kebenaran Pajak Terutang

Kebenaran pajak terutang akan dihitung lagi oleh pemeriksa berdasarkan

data penghasilan dan biaya yang diakui wajib pajak baik pada pembukuan atau

data pendukungnya. Wajib pajak dalam perhitungan besarnya PPh terutang harus

cermat. Apabila ternyata besarnya PPh terutang akan dikoreksi oleh pemeriksa

pajak maka besarnya kelebihan PPh tersebut akan berkurang bahkan dapat

menjadi kurang bayar.

2.4.2 Tindakan Wajib Pajak Berkaitan Permohonan Kelebihan Pajak Melalui

Keberatan

Dibanding dengan permohonan kelebihan pajak melalui restitusi,

permohonan kelebihan pajak melalui keberatan lebih sederhana. Hanya saja pajak

yang diminta kembali melalui proses keberatan hanyalah yang salah dalam hal

20
pemotongan atau pemungutan, baik kesalahan tarif ataupun kesalahan dasar

pemotonagn atau pemungutan. Tindakan yang diperlukan dari wajib pajak yang

pemotongan atau pemungutan teralalu besar berkaitan dengan transaksi yang

dilakukan dengan segera mengajukan keberatan paling lama 3 bulan sejak

dipotongnya atau dipungutnya pajak dengan mempergunakan surat keberatan.

Dokumen yang perlu disiapkan oleh wajib pajak dalam pengajuan keberatan

ini adalah dokumen yang berkaitan dengan bukti pemotongan atau pemungutan

pajak. Apabila pemotonagn atau pemungutan yang terlalu besar tersebut tidak

bersifat final tidak perlu mengajukan permohonan keberatan karena pada akhir

tahun PPh akan diperhitungkan pada PPh terutang terkecuali wajib pajak

menganggap bahwa apabila kelebihan tersebut diperhitungkan pada akhir tahun

maka akan menjadi lebih bayar.

Contoh Kasus :

PT Argo telah melakukan pembayaran PPh pasal 25 mulai bulan januari – Mei :

Bulan Jumlah
Januari Rp 10.000.000
Februari Rp 10.000.000
Maret Rp 10.000.000
April Rp 15.000.000
Mei Rp 15.000.000
Pada bulan juni perusahaan merasakan penurunan omzet. Setelah

dipelajari maka disimpulkan kemungkinan penurunan omzet akan terjadi sampai

akhir tahun dan diprediksi bahwa penghasilan kena pajak tahun ini akan mencapai

Rp 100.000.000

21
No Bulan Tidak Mengajukan Mengajukan Selisih
Pengurangan Pengurangan
1 Januari 10.000.000 10.000.000 0
2 Februari 10.000.000 10.000.000 0
3 Maret 10.000.000 10.000.000 0
4 April 15.000.000 15.000.000 0
5 Mei 15.000.000 15.000.000 0
6 Juni 15.000.000 8.000.000 7.000.000
7 Juli 15.000.000 8.000.000 7.000.000
8 Agustus 15.000.000 8.000.000 7.000.000
9 September 15.000.000 8.000.000 7.000.000
10 Oktober 15.000.000 8.000.000 7.000.000
11 November 15.000.000 8.000.000 7.000.000
12 Desember 15.000.000 8.000.000 7.000.000
165.000.000 116.000.000 49.000.000
Wajib pajak segera mengajukan permohonan angsuran PPh pasal 25

kepada fiskus dan mulai bulan Juni besarnya PPh pasal 25 hanya menjadi

8.000.000.Bagaimana perbandingan pembayaran PPh 25 antara WP yang

mengajukan pengurangan pembayaran PPh 25 dan yang tidak mengajukan

angsuran PPh 25 ? Realisasi penghasilan kena pajak pada akhir tahun ternyata

sebesar Rp 550.000.000, sehingga besarnya PPh terutang adalah Rp 147.500.000.

dari besarnya PPh terutang sebesar Rp 147.500.000 tersebut, apabila wajib pajak

tidak mengajukan permohonan pengurangan angsuran maka akan terjadi lebih

bayar sebesar Rp 165.000.000 – Rp 147.500.000 atau sebesar Rp 17.500.000.

Karena wajib pajak mengajukan permohonan pengurangan PPh 25 maka posisi

SPT tahunan PPh 25 tahun ini menjadi kurang bayar sebesar Rp 147.500.000 – Rp

116.000.000 atau sebesar Rp 49.000.000. Memang pada akhir tahun pembayaran

PPh pasal 29 akan menjadi lebih besar tetapi bagi wajib pajak akan lebih

menguntungkan menunda pembayaran PPh pasal 29 daripada membayar di depan

PPh pasal 25 bahkan kalaupun harus terjadi lebih bayar.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar

pengaruhnya terhadap peningkatan pembangunan dan kelangsungan jalannya roda

pemerintahan karena jumlahnya relative stabil. Dalam perhitungannya sering kali

dijumpai adanya kelebihan bayar yang terjadi akibat berbagai macam sebab.

Diantaranya, kelebihan akibat ketentuan perpajakan, kelebihan PPn Akibat

pembelian lebih besar dari penjualan, kelebihan pemotongan pajak penghasilan,

dan penurunan usaha.

Pengembalian oleh wajib pajak atau pengusaha kena pajak yang mengalami

kelebihan bayar atau yang mengalami kelebihan pemotongan atau pemungutan

pajak dapat diminta kembali dengan cara melalui restitusi dan melalui banding.

Adapun dalam prosesnya wajib pajak yang mengajukan restitusi maupun banding

akan melalui tiga cara atau tahap, yaitu verifikasi, pemeriksaan, dan penelitian.

23
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Pajak Kementrian Keuangan. 2018. “Restitusi”. Pajak.go.id. 3


Mei 2018.
(http://www.pajak.go.id/content/254-restitusi.diakses tanggal 14 Oktober
2018.)

Muljono,Djoko. 2009. Tax Planning-Menyiasati Pajak dengan Bijak. Cv. Andi


Offset.Yogyakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai