Anda di halaman 1dari 17

Perencanaan Pajak Atas Penyusutan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Perencanaan Pajak
Secara garis besar pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning) menurut Mohammad

Zain dalam bukunya Manajemen Perpajakan (2005:43) menyebutkan bahwa: Perencanaan


Pajak (Tax Planning) adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau sekelompok
wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun
pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Adapun pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning) menurut Nur Hidayat dalam
artikel Tax Planning Bukan Untuk Hindari Pajak (2005:1) menyebutkan bahwa: Perencanaan
Pajak (Tax Planning) adalah upaya menekan jumlah kewajiban pajak dengan cara legal.
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pajak adalah upaya
untuk mengatur pembayaran pajak atau meminimalkan kewajiban pajak dengan tidak melanggar
peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar pajak yang dibayar tidak lebih dari jumlah
yang seharusnya.
Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses merekayasa
usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi
masih dalam bingkai peraturan perpajakan.

Suatu perencanaan pajak yang tepat akan menghasilkan beban pajak minimal yang
merupakan hasil dari perbuatan penghematan pajak atau penghindaran pajak, bukan karena
penyelundupan pajak yang tidak berdasarkan pada peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.1.2 Pengertian Penyusutan


Pengertian penyusutan atau depresiasi menurut Zaki Baridwan, (2004:305) depresiasi
adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan
menjadi biaya stai periode akuntansi.
Menurut PSAK No. 17 (2004.17.1) Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva
yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk
periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Sedangkan yang dimaksud dengan penyusutan menurut Akuntansi Perpajakan terapan
adalah sebagai berikut : Proses alokasi sebagian harga perolehan aktiva menjadi biaya
(costallocation), sehingga biaya tersebut mengurangi laba usaha (Prabowo, Yusdianto,
Op.cit, Hal 22)
Dimana, aktiva yang dapat disusutkan adalah aktiva yang:
a.
b.
c.

Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode


Memiliki suatu manfaat yang terbatas
Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa,
untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi.
Penting bagi kita untuk memperhatikan akuntansi penyusutan terhadap akuntansi tetap,
karena penyusutan merupakan pengalokasian biaya. Karena kesalahan dalam pengalokasian
biaya akan mempengaruhi perhitungan laba rugi.

2.1.3 Kebijakan Pajak untuk Penyusutan

Kebijakan pajak untuk bagian penyusutan harus mempertimbangkan 3 (tiga) hal, yaitu:
(Erly Suandy, Perencanaan Pajak, Edisi 3, Salemba empat, Jakarta, 2006, Hal 30)
a.

Keadilan pajak (tax equity)


Untuk keadilan pajak perlu diperhatikan jenis kegiatan dari wajib pajak, apakah termasuk
perusahaan manufaktur atau perusahaan jasa. Dan juga harus memperhatikan struktur modalnya,
apakah termasuk padat modal (capital intensive) atau padat karya (labour intensive). Dengan
adanya penyusutan, maka perusahaan manufaktur dan jenis usaha yang padat modal (capital
intensive) akan lebih diuntungkan dibandingkan perusahaan jasa ataupun jenis usaha padat karya
(labor intensive).

b.

Kebijakan ekonomi (economy policy)


Dengan adanya penyusutan membawa akibat pada peningkatan investasi (capital growth). Jika
penyusutan besar maka laba setelah pajak juga besar, pengembalian atas investasi (return on
investment-ROI) besar, sehingga pada akhirnya menyebabkam arus kas menjadi tinggi.
Menurut ketentuan perpajakan, perhitungan penyusutan dimulia pada tahun perolehan. Secara
ekonomis dapat diatur dengan peraturan tertentu secara selektif, untuk mendorong atau
menghambat suatu peningkatan modal. Penyusutan secara selektif dapat dibedakan menjadi:

1)
2)
3)
4)

Penyusutan untuk barang baru atau barang bekas


Penyusutan berdasarkan jenis industry tertentu
Penyusutan berdasarkan jenis asset
Penyusutan berdasarkan lokasi (terpencil)
c. Administrasi (administration)
Secara administrasi penyusutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sederhana dan kompleks.
Pemilihan jenis penyusutan, baik yang sederhana ataupun yang komplek, tergantung pada
beberapa hal, seperti besarnya biaya administrasi, sumberdaya manusia, dan kepatuhan dari
Wajib Pajak.

2.1.4. Karakteristik Dari Aset yang Dapat Disusutkan


Karakteristik dari asset yang dapat disusutkan adalah:

a.

Digunakan dalam kegiatan usaha


Aset yang boleh disusutkan adalah asset yang dipakai dalam usaha atau menjalankan usaha. Aset
ini dapat dibedakan menjadi asset bisnis, asset campuran, dan asset pribadi.
Untuk asset bisnis dapat disustkan semuanya, sedangkan untuk aset campuran boleh disusutkan

sebagian sesuai dengan yang digunakan dalam kegiatan usaha.


b. Nilainya menurun secara bertahap
Nilai asset yang dapat disusutkan harus menurun secara bertahap, baik karena semakin buruk
fisiknya atau karena faktor kualitas.
Kalau nilainya tidak menurun secara bertahap makan tidak dapat disusutkan tetapi langsung
dibiayakan, sedangkan untuk aset yang tidak dapat disusutkan adalah tanah, asset pendanaan,
barang dagangan dan persediaan.
c. Aset berwujud dan asset tidak berwujud
Aset berwujud maupun asset tidak berwujud yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode

d.
1)
2)
a)
b)
e.
f.
1)

yang disusutkan.
Untuk asset yang tidak berwujud penyusutannya disebut dengan amortisasi.
Piihak yang berhak melakukan penyusutan
Pihak yang berhak melakukan pemyusutan adalah:
Pihak yang menggunakan asset tersebut untuk kegiatan usaha
Pemilik, dapat dibagi menjadi:
Legal owner
Beneficial owner
Saat dilakukan penyusutan
Secara umum dapat dilakukan adalah saat digunakan, tetapi adakalanya pada tahun perolehan.
Dasar untuk melakukan penyusutan
Pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
Harga perolehan (historical cost)
Termasuk didalamnya adalah harga, ongkos dan pajak. Pajak yang dapat dikreditkan, seperti
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dapat dikreditkan dengan pajak keluaran yang tidak

termasuk dalam harga perolehan.


2) Harga pergantian (replacement cost)
Pada prinsipnya harga perhgantian tidak diperkenankan, Karen untuk kepentingan pencatatan
menggunakan harga perolehan.
3) Revaluasi (revaluation)
Suatu asset yang telah direvaluasi biasanya disusutkan berdasarkan nilai revaluasinya.

2.1.5. Penyusutan yang Dipercepat

Penyusutan dapat dipercepat untuk dapat meningkatkan arus kas. Karena penyusutannya
besar, maka pajak yang akan dibayar lebih kecil dan pengembalian atas investasi menjadi tinggi.
Metode yang dapat digunakan adalah:
a.

Dipercepat (accelerated)
Terdapat dua cara utama dalam penyusutan tercepat, yaitu:
1) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)
Metode saldo menurun ganda sering disebut metode penyusutan yang dipercepat (accelerated
depreciation method). Metode ini sering kali digunakan dengan pertimbangan bahwa biaya
pemeliharaan dan perbaikan asset tetap akan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia
aset tetap. Oleh karena itu, berkurangnya jumlah penyusutan pada tahun-tahun berikutnya dalam
metode ini akan diimbangi dengan peningkatan beban pemeliharaan dan perbaikan
Metode saldo menurun ganda menggunakan nilai buku untuk menghitung penyusutan,
penyusutan yang diterapkan pada nilai buku adalah 40% pertahun atau dua kali lipat (dobel) dari
garis lurus yaitu 20% per tahun.
2) Metode jumlah angka tahunan (sum of the year digits method).
Metode penyusutan ini menghasilkan tarif penyusutan yang menurun dengan dasarpenurunan
pecahan dari nilai yang dapat disusutkan yakni harga perolehan dikurang dengannilai sisa dan
setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai bilangan penyebut.
Misalnya jika kita memiliki umur pakai selama 4 tahun, sehingga kita menambahkan 1 + 2 + 3 +
4 = 10. kemudian penyusuta akan menjadi 4/10 tahun pertama, 3/10 tahun kedua, 2/10 tahun
ketiga dan 1/10 tahun keempat. Sehingga jika harga beli 5000 dikurangi nilai sisa 1000, hasil
yang diperoleh 4000. maka untuk tahun pertama 4/10 dari 4000 adalah 1600; tahun kedua 3/10
dari 4000 adalah 1200; tahun ketiga 2/10 dari 4000 adalah 800; tahun ke empat 1/10 dari 4000
adalah 400. (Merlina Hamadi)

b. Memperpendek umur (shorted life)

Dengan umur yang menjadi pendek maka unsur pembagi yang digunakan untuk menentukan
nilai aktiva menjadi lebih kecil, sehingga penyusutan menjadi lebihbesar.
c. Bebas (Arbitrary deduction)

2.1.6. Penyusutan Berdasarkan Peraturan Perpajakan


Sebagaimana telah diatur dalam pasal 9 ayat (2) UU PPh bahwa pengeluaran untuk
mendapatkan manfaat, menagih, dan memelihara penghasilanyang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus, melainkan melalui penyusutan. Hal ini
sesuai dengan kelaziman dunia usaha dan selaras dengan prinsip penandingan antara pengeluaran
dan penerimaan ( matching cost againsts revenue ).
Dalam ketentuan ini pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan mempertahankan
penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, tidak dapat diperkurangkan
sebagai biaya sekaligus pada tahun pengeluarannya. Namun demikian, dalam perhitungan dan
penerapan tariff penyusutan untuk keperluan pajak, perlu diperhatikan dasar hukum penyusutan
fiscal, karena dapat berbeda dengan penyusutan untuk akuntansi.
Mulai tahun 1995 ketentuan fiskal mengharuskan penyusutan harta tetap dilakukan secara
individual per aset, tidak lagi secara gabungan ( berdasarkan golongan ) seperti yang berlaku
sebelumnya kecuali untuk alat-alat kecil yang sama atau sejenis masih boleh menggunakan
penyusutan secara golongan.
Saat Mulainya Penyusutan
Undang-undang Pajak Penghasilan secara khusus dan eksplisit menetapkan saat dimulainya
penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan. Penyusutan fiskal harus dilakukan sebulan
a.

penuh. Pengecualian dari ketentuan ini hanya dapat terjadi karena hal-hal berikut:
Harta / aset yang masih dalam proses pengerjaan
Untuk harta / aset dalam proses pengerjaan , penyusutan dimulai pada tahun selesainya pekerjaan
tersebut. Jadi, walaupun pada umumnya penyusutan atas aset dimulai pada tahun perolehan

tetapi untuk harta /aset yang pengerjaannya memerlukan waktu lebuh dari satu tahun,
perhitungan penyusutan dimulai saat selesaunya harta/ aset yang bersangkutan.
b. Harta / aset dalam usaha sewa guna usaha
Penyusutan terhadap harta dalam sewa guna usaha khususnya sewa guna usaha tanpa hak opsi
dimulai pada bulan harta tersebut disewagunausahakan.
c.

Wajib Pajak yang mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak


Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak, apabila tidak mengikuti prinsip
umum penyusutan. Misalnya penyusutan baru dilakukan pada tahun harta / aset tersebut

menghasilkan.
Pengelompokan Harta berwujud
Dalam sistem penyusutan menurut UU PPh, semua aset tetap berwujud yang memenuhi syarat
penyusutan fiskal harus dikelompokkan terlebih dahulu menjadi dua golongan :
a. Harta berwujud kelompok bukan bangunan
b. Harta berwujud kelompok bangunan
Harta berwujud bukan bangunan dikelompokkan menurut masa manfaatnya sebagai berikut :
Kelompok Bukan Bangunan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4

Masa manfaat
4 Tahun
8 Tahun
16 Tahun
20 Tahun

Harta berwujud bangunan dikelompokkan menurut masa manfaatnya sebagai berikut :


Kelompok Bangunan

Masa manfaat

Bangunan Permanen

20 tahun

Bangunan Tidak Permanen

10 tahun

Metode dan Tarif Penyusutan Fiskal


Mulai tahun 1995 Wajib Pajak diperkenankan untuk memilih metode penyusutan fiskal untuk
aset tetap berwujud bukan bangunan, yaitu metode saldo menurun ganda atau metode garis lurus.
Metode mana yang akan dipakai bergantung pada Wajib Pajak, sepanjang dilaksanakan dengan
taat asas. Satu yang perlu dicatat adalah bahwa metode yang dipilih harus diterapkan terhadap
seluruh kelompok harta.

Maksudnya, Wajib Pajak tidak dapat menggunakan metode saldo menurun terhadap kelompok
yang satu dan menerapkan metode garis lurus terhadap kelompok lainnya.
TARIF PENYUSUTAN UNTUK ASET TETAP BUKAN BANGUNAN
Tarif Penyusutan
Metode Garis
Metode Saldo

Kelompok Bukan
Bangunan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4

Lurus
25,00 %
12,50 %
6,25 %
5,00 %

Menurun
50,00%
25,00%
12,50%
10,00%

TARIF PENYUSUTAN UNTUK ASET TETAP BERUPA BANGUNAN


Kelompok Bangunan

Tarif Penyusutan (Metode

Bangunan Permanen
Bangunan Tidak Permanen

Garis Lurus )
5%
10%

2.1.7. Penyusutan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan


Aset tetap dan akuntansi penyusutan diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
didalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 tentang Aset Tetap dan
Aset Lain-lain , PSAK Nomor 17 tentang Akuntansi Penyusutan.

Metode Penyusutan
Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut
a.
1)
2)
a)
b)
b.
1)
2)
c.
1)
2)
3)

kriteria berikut :
Berdasarkan waktu
Metode Garis Lurus
Metode pembebanan yang menurun :
Metode jumlah angka tahun
Metode saldo menurun/ saldo menurun ganda
Berdasarkan penggunaan
Metode jam jasa
Metode jumlah unit
Berdasarkan kriteria lainnya
Metode berdasarkan jenis dan kelompok
Metode anuitas
Sistem persediaan

Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai suatu kebijakan akuntansi dan
dilaporkan sesuai dengan PSAK Nomor 25 tentang laba atau rugi bersih untuk periode berjalan,
kesalahan mendasar dan perubahan kebijakan akuntansi dan beban penyusutan untuk periode
sekarang dan masa yang akan datang harus disesuaikan.

2.2

Analisis Masalah

2.2.1 Contoh Soal Perencanan Pajak Atas Penyusutan


PT. Abdi membeli asset tetap berupa mesin, dengan harga perolehan Rp 1.000.00.000. Mesin
tersebut dlam asset tetap kelompok 1. Besarnya beban penyusutan dapat dilihat pada Tabel.
Metode Penyusutan
Tahun
Garis Lurus
Saldo Menurun
1
250.000.000
500.000.000
2

250.000.000

250.000.000

250.000.000

125.000.000

250.000.000
1.000.000.000

125.000.000
1.000.000.000

4
Akum. Penyusutan

Dari table 1 dapat dilihat bahwa besarnya beban penyusutan oer tahun berbeda-beda tetapi pada
akhir masa manfaat (tahun ke-4) jumlah akumulasi penyusutan adalah sama. Sehingga dalam
perpajakan perbedaan besarnya beban penyusutan ini dikenal dengan istilah beda waktu/beda
sementara (timing difference/temporary difference). Walaupun berdasarkan nilai nominal pada
akhir masa manfaat bsarnya akumulasi beban penyusutan sama, namun jika ditinjau dari nilai
tunai (present value) jumlahnya akan menjadi berbeda.

Tahun

Metode Penyusutan
Saldo Menurun

Garis lurus
Nominal PV

PV

Nominal PV

Tingkat diskon
PV

(20%)

250.000.000

208.333.333,30

500.000.000

416.666.666,70

0,833333

250.000.000

173.611.111,10

250.000.000

173.611.111,10

0,694444

250.000.000

144.675.925,90

125.000.000

72.337.963,00

0,578703

250.000.000
120.563.271,60
125.000.000
60.281.635,80
0,482253
1.000.000.000
647.183.641,90
1.000.000.000
722.897.376,60
Dalam contoh ini, untuk mengetahui nilai tunai (present value) tingkat diskon yang digunakan
adalah 20%. (Lihat tabel).
Dari table diatas dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat perolehannya sebesar Rp
1.000.000.000,00 dan pada akhir masa manfaat (tahun ke-4) dengan discount factor 20% jumlah
nilai tunai (present value) dari akumulasi beban penyusutan mesin dengan menggunakan metode
garis lurus sebesar Rp 647.183.642 dan menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp
722.897.76,50
Tabel (Perbandingan besar penghematan pajak antara mertode garis lurus dan metode saldo
menurun dengan tingkat diskonto 20%.
Garis lurus (Rp)
Nominal PV
PV
Ket

Saldo Menurun (Rp)


Nominal PV
PV

(Tingkat diskon

(Tingkat diskon

20%)

20%)

1.000.000

1.000.000.000

500.000.000

416.666.666,70

1.000.000

647.183.641,98

1.000.000.000

722.897.376,54

300.000.000

194.115.092,59

300.000.000

216.869.212,96

Penghematan pajak = Rp 216.869.212,96 Rp 194.115.092,59 = Rp 22.714.120,37

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh besarnya penghematan pajak yang dapat dilakukan
jika perusahaan memilih metode saldo menurun dalam menghitung besarnya beban peyusutan.
Tarif pajak yang digunakan adalah tarif pajak tertiggi yaitu 30% karena diasumsikan bahwa

perusahaan telah mencapai laba di atas Rp 100.000.000. Dengan tingkat diskon 20% besar
penghematan pajak adalah Rp 216.869.212,96 Rp 194.115.092,59 = Rp 22.714.120,37.
http://riskymahira.blogspot.co.id/2012/11/perencanaan-pajak-atas-penyusutan.html
LATAR BELAKANG PENYUSUTAN
Pada umumnya, perusahaan dalam kegiatan usahanya melakukan pemotongan pajak yang
disebabkan karena adanya pengeluaran kas. Salah satunya adalah jasa yang digunakan dalam
kegiatan operasional yang harus dibeli terlebih dahulu seperti gedung, mesin dan tanah.
Pengeluaran kas untuk pengeluaran tersebut memberikan manfaat lebih dari satu periode. Untuk
kepentingan pajak, perlakuan terhdap pengeluaran semacam ini dapat menimbulkan masalah
dalam penentuan pajak penghasilan.
PENGERTIAN PENYUSUTAN
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat
yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang diberikan dari aset tersebut
semakin berkurang. Pengurangan nilai aset dibebankan secara bertahap. Kebijakan pajak untuk
penyusutan harus mempertimbangkan tiga hal yaitu keadilan pajak, kebijakan ekonomi dan
administrasi.
KARAKTERISTIK DARI ASET YANG DAPAT DISUSUTKAN
1. Digunakan dalam kegiatan usaha.
2. Nilainya menurun secara bertahap.
3. Aset berwujud dan tidak berwujud yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode.
4. Pihak yang berhak melakukan penyusutan adalah pihak yang menggunakan aset tersebut
dan pemilik.
5. Saat dilakukan penyusutan adalah saat digunakan.
6. Dasar melakukan penyusutan adalah harga perolehan, harga penggantian dan revaluasi.
PENYUSUTAN BERDASARKAN PERATURAN PERPAJAKAN
Saat Mulainya Penyusutan Fiskal
Undang-undang pajak penghasilan secara khusus dan eksplisit menetapkan saat dimulainya
penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan.

Harta/Aset dalam Pengerjaan


Untuk harta/aset tetap dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada tahun selesainya
pekerjaan tersebut.
Harta/Aset dalam Usaha Sewa Guna Usaha
Penyusutan terhadap harta dalam usaha sewa guna usaha khususnya sewa guna usaha tanpa hak
opsi dimulai pada bulan harta tersebut disewagunausahakan.
Persetujuan Dirjen Pajak
Wajib pajak dapat mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak, apabila tidak mengikuti prinsip
umum penyusutan. Misalnya penyusutan baru dilakukan pada tahun harta/aset tersebut
menghasilkan.
Pengelompokan Harta Berwujud
Dua pengelompokan harta berwujud :
1. Harta berwujud kelompok bukan bangunan

Kelompok Bukan Bangunan

Masa Manfaat

Kelompok 1

4 tahun

Kelompok 2

8 tahun

Kelompok 3

16 tahun

Kelompok 4

20 tahun

2. Harta berwujud kelompok berupa bangunan

Kelompok Bangunan

Masa Manfaat

Bangunan permanen

20 tahun

Bangunan tidak permanen

10 tahun

Metode dan Tarif Penyusutan Fiskal


Mulai tahun 1995, wajib pajak diperkenankan untuk memilih metode penyusutan fiskal untuk
aset tetap berwujud bukan bangunan, yaitu metode saldo menurun ganda atau metode garis lurus.
Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Bukan Bangunan

Kelompok Bukan Bangunan

Tarif Penyusutan

Metode Garis Lurus

Metode Saldo Menurun

Kelompok 1

25,00%

50,00%

Kelompok 2

12,50%

25,00%

Kelompok 3

6,25%

12,50%

Kelompok 4

5,00%

10,00%

Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Berupa Bangunan

Kelompok Bangunan

Tarif Penyusutan (Metode Garis Lurus)

Bangunan permanen

5%

Bangunan tidak permanen

10%

PENYUSUTAN BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN


Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat
yang diestimasi. Jumlah yang dapat disusutkan adalah jumlah perolehan suatu aset atau jumlah
lain yang disubtitusikan untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisanya.
Nilai sisa atau nilai residu adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir masa
manfaat suatu aset setelah dikurangu taksiran biaya pelepasan. Jumlah tercatat adalah nilai buku,
yaitu biaya perolehan suatu aset setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan.
Biaya Perolehan
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain
yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan
aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan. Biaya perolehan aset tetap
terdiri atas harga beli termasuk biaya impor dan PPN masukan tidak boleh direstitusikan dan
biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam aset tersebut. Misalnya :
1. Biaya persiapan tenpat
2. Biaya pengiriman awal, biaya simpan dan biaya bongkar muat
3. Biaya pemasangan
4. Biaya professional seperti arsitek dan insinyur
Kriteria Aset yang Dapat Disusutkan
1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.
2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas.
3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang
dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
Masa Manfaat
Masa manfaat adalah :
1. Periode suatu aset diharapkan digunakan oleh perusahaan.
2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset oleh perusahaan.

Metode Penyusutan
1. Berdasarkan Waktu
1. Metode garis lurus
2. Metode pembebanan yang menurun
1)

Metode jumlah angka tahun

2)

Metode saldo menurun/saldo menurun ganda


2. Berdasarkan Penggunaan
1. Metode jam jasa
2. Metode jumlah unit produksi
3. Metode berdasarkan jenis dan kelompok
4. Metode anuitas
5. Sistem persediaan
3. Berdasarkan Kriteria Lainnya

PERENCANAAN PAJAK UNTUK PENYUSUTAN


Contoh Soal Perencanaan Pajak Atas Penyusutan
PT. Abadi membeli aset tetap berupa mesin, dengan harga perolehan Rp 1.000.000.000,00.
Mesin tersebut dalam aset tetap kelompok 1. Besarnya beban penyusutan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Metode Penyusutan
Tahun
Garis Lurus

Saldo Menurun

250.000.000

500.000.000

250.000.000

250.000.000

250.000.000

125.000.000

250.000.000

125.000.000

1.000.000.000

1.000.000.000

Akum. Penyusutan

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa besarnya beban penyusutan per tahun berbeda-beda tetapi pada
akhir masa manfaat (tahun ke-4) jumlah akumulasi penyusutan adalah sama. Sehingga dalam
perpajakan perbedaan besarnya beban penyusutan ini dikenal dengan istilah beda waktu/beda
sementara (timing difference/temporary difference). Walaupun berdasarkan nilai nominal pada
akhir masa manfaat besarnya akumulasi beban penyusutan sama, namun jika ditinjau dari nilai
tunai (present value) jumlahnya akan menjadi berbeda.
Dalam contoh ini, untuk mengetahui nilai tunai (present value) tingkat diskon yang digunakan
adalah 20%. (Lihat tabel).
Metode Penyusutan

Tahun

Garis Lurus

Saldo Menurun

Nominal PV

PV

250.000.000

208.333.333,30

250.000.000

173.611.111,10

250.000.000

144.675.925,90

Nominal PV

500.000.000,00

250.000.000,00

125.000.000,00

125.000.000,00

Tingkat
Diskon
(20%)

PV

416.666.667

173.611.111

72.337.963

0,833333

0,694444

0,578703

250.000.000

120.563.271,60

1.000.000.000

647.183.642

60.281.636

1.000.000.000,00

0,482253

722.897.377

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat perolehannya sebesar Rp
1.000.000.000,00 dan pada akhir masa manfaat (tahun ke-4) dengan discount factor 20% jumlah
nilai tunai (present value) dari akumulasi beban penyusutan mesin dengan menggunakan metode
garis lurus sebesar Rp 647.183.642,00 dan menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp
722.897.76,50
Tabel (Perbandingan besar penghematan pajak antara metode garis lurus dan metode saldo
menurun dengan tingkat diskonto 20%).
Garis Lurus

Saldo Menurun

Keterangan
Nominal PV

PV

Harga Perolehan

1.000.000.000,00

1.000.000.000,00

500.000.000

416.666.666,70

Biaya Penyusutan

1.000.000.000,00

647.183.641,98

1.000.000.000

722.897.376,54

300.000.000,00

194.115.092,59

300.000.000

216.869.212,96

PPh 30%

Nominal PV

PV

Penghematan Pajak = 216.869.212,96 194.155.092,59 = 22.714.120,37


Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh besarnya penghematan pajak yang dapat dilakukan
jika perusahaan memilih metode saldo menurun dalam menghitung besarnya beban peyusutan.
Tarif pajak yang digunakan adalah tarif pajak tertinggi yaitu 30% karena diasumsikan bahwa
perusahaan telah mencapai laba di atas Rp 100.000.000. Dengan tingkat diskon 20% besar
penghematan pajak adalah Rp 216.869.212,96 Rp 194.115.092,59 = Rp 22.714.120,37.

https://khoyunitapublish.wordpress.com/2013/04/12/perencanaan-pajak-melaluipenyusutan/

Anda mungkin juga menyukai