BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Perencanaan Pajak
Secara garis besar pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning) menurut Mohammad
Suatu perencanaan pajak yang tepat akan menghasilkan beban pajak minimal yang
merupakan hasil dari perbuatan penghematan pajak atau penghindaran pajak, bukan karena
penyelundupan pajak yang tidak berdasarkan pada peraturan perundang-undangan perpajakan.
Kebijakan pajak untuk bagian penyusutan harus mempertimbangkan 3 (tiga) hal, yaitu:
(Erly Suandy, Perencanaan Pajak, Edisi 3, Salemba empat, Jakarta, 2006, Hal 30)
a.
b.
1)
2)
3)
4)
a.
d.
1)
2)
a)
b)
e.
f.
1)
yang disusutkan.
Untuk asset yang tidak berwujud penyusutannya disebut dengan amortisasi.
Piihak yang berhak melakukan penyusutan
Pihak yang berhak melakukan pemyusutan adalah:
Pihak yang menggunakan asset tersebut untuk kegiatan usaha
Pemilik, dapat dibagi menjadi:
Legal owner
Beneficial owner
Saat dilakukan penyusutan
Secara umum dapat dilakukan adalah saat digunakan, tetapi adakalanya pada tahun perolehan.
Dasar untuk melakukan penyusutan
Pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
Harga perolehan (historical cost)
Termasuk didalamnya adalah harga, ongkos dan pajak. Pajak yang dapat dikreditkan, seperti
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dapat dikreditkan dengan pajak keluaran yang tidak
Penyusutan dapat dipercepat untuk dapat meningkatkan arus kas. Karena penyusutannya
besar, maka pajak yang akan dibayar lebih kecil dan pengembalian atas investasi menjadi tinggi.
Metode yang dapat digunakan adalah:
a.
Dipercepat (accelerated)
Terdapat dua cara utama dalam penyusutan tercepat, yaitu:
1) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)
Metode saldo menurun ganda sering disebut metode penyusutan yang dipercepat (accelerated
depreciation method). Metode ini sering kali digunakan dengan pertimbangan bahwa biaya
pemeliharaan dan perbaikan asset tetap akan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia
aset tetap. Oleh karena itu, berkurangnya jumlah penyusutan pada tahun-tahun berikutnya dalam
metode ini akan diimbangi dengan peningkatan beban pemeliharaan dan perbaikan
Metode saldo menurun ganda menggunakan nilai buku untuk menghitung penyusutan,
penyusutan yang diterapkan pada nilai buku adalah 40% pertahun atau dua kali lipat (dobel) dari
garis lurus yaitu 20% per tahun.
2) Metode jumlah angka tahunan (sum of the year digits method).
Metode penyusutan ini menghasilkan tarif penyusutan yang menurun dengan dasarpenurunan
pecahan dari nilai yang dapat disusutkan yakni harga perolehan dikurang dengannilai sisa dan
setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai bilangan penyebut.
Misalnya jika kita memiliki umur pakai selama 4 tahun, sehingga kita menambahkan 1 + 2 + 3 +
4 = 10. kemudian penyusuta akan menjadi 4/10 tahun pertama, 3/10 tahun kedua, 2/10 tahun
ketiga dan 1/10 tahun keempat. Sehingga jika harga beli 5000 dikurangi nilai sisa 1000, hasil
yang diperoleh 4000. maka untuk tahun pertama 4/10 dari 4000 adalah 1600; tahun kedua 3/10
dari 4000 adalah 1200; tahun ketiga 2/10 dari 4000 adalah 800; tahun ke empat 1/10 dari 4000
adalah 400. (Merlina Hamadi)
Dengan umur yang menjadi pendek maka unsur pembagi yang digunakan untuk menentukan
nilai aktiva menjadi lebih kecil, sehingga penyusutan menjadi lebihbesar.
c. Bebas (Arbitrary deduction)
penuh. Pengecualian dari ketentuan ini hanya dapat terjadi karena hal-hal berikut:
Harta / aset yang masih dalam proses pengerjaan
Untuk harta / aset dalam proses pengerjaan , penyusutan dimulai pada tahun selesainya pekerjaan
tersebut. Jadi, walaupun pada umumnya penyusutan atas aset dimulai pada tahun perolehan
tetapi untuk harta /aset yang pengerjaannya memerlukan waktu lebuh dari satu tahun,
perhitungan penyusutan dimulai saat selesaunya harta/ aset yang bersangkutan.
b. Harta / aset dalam usaha sewa guna usaha
Penyusutan terhadap harta dalam sewa guna usaha khususnya sewa guna usaha tanpa hak opsi
dimulai pada bulan harta tersebut disewagunausahakan.
c.
menghasilkan.
Pengelompokan Harta berwujud
Dalam sistem penyusutan menurut UU PPh, semua aset tetap berwujud yang memenuhi syarat
penyusutan fiskal harus dikelompokkan terlebih dahulu menjadi dua golongan :
a. Harta berwujud kelompok bukan bangunan
b. Harta berwujud kelompok bangunan
Harta berwujud bukan bangunan dikelompokkan menurut masa manfaatnya sebagai berikut :
Kelompok Bukan Bangunan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Masa manfaat
4 Tahun
8 Tahun
16 Tahun
20 Tahun
Masa manfaat
Bangunan Permanen
20 tahun
10 tahun
Maksudnya, Wajib Pajak tidak dapat menggunakan metode saldo menurun terhadap kelompok
yang satu dan menerapkan metode garis lurus terhadap kelompok lainnya.
TARIF PENYUSUTAN UNTUK ASET TETAP BUKAN BANGUNAN
Tarif Penyusutan
Metode Garis
Metode Saldo
Kelompok Bukan
Bangunan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Lurus
25,00 %
12,50 %
6,25 %
5,00 %
Menurun
50,00%
25,00%
12,50%
10,00%
Bangunan Permanen
Bangunan Tidak Permanen
Garis Lurus )
5%
10%
Metode Penyusutan
Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut
a.
1)
2)
a)
b)
b.
1)
2)
c.
1)
2)
3)
kriteria berikut :
Berdasarkan waktu
Metode Garis Lurus
Metode pembebanan yang menurun :
Metode jumlah angka tahun
Metode saldo menurun/ saldo menurun ganda
Berdasarkan penggunaan
Metode jam jasa
Metode jumlah unit
Berdasarkan kriteria lainnya
Metode berdasarkan jenis dan kelompok
Metode anuitas
Sistem persediaan
Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai suatu kebijakan akuntansi dan
dilaporkan sesuai dengan PSAK Nomor 25 tentang laba atau rugi bersih untuk periode berjalan,
kesalahan mendasar dan perubahan kebijakan akuntansi dan beban penyusutan untuk periode
sekarang dan masa yang akan datang harus disesuaikan.
2.2
Analisis Masalah
250.000.000
250.000.000
250.000.000
125.000.000
250.000.000
1.000.000.000
125.000.000
1.000.000.000
4
Akum. Penyusutan
Dari table 1 dapat dilihat bahwa besarnya beban penyusutan oer tahun berbeda-beda tetapi pada
akhir masa manfaat (tahun ke-4) jumlah akumulasi penyusutan adalah sama. Sehingga dalam
perpajakan perbedaan besarnya beban penyusutan ini dikenal dengan istilah beda waktu/beda
sementara (timing difference/temporary difference). Walaupun berdasarkan nilai nominal pada
akhir masa manfaat bsarnya akumulasi beban penyusutan sama, namun jika ditinjau dari nilai
tunai (present value) jumlahnya akan menjadi berbeda.
Tahun
Metode Penyusutan
Saldo Menurun
Garis lurus
Nominal PV
PV
Nominal PV
Tingkat diskon
PV
(20%)
250.000.000
208.333.333,30
500.000.000
416.666.666,70
0,833333
250.000.000
173.611.111,10
250.000.000
173.611.111,10
0,694444
250.000.000
144.675.925,90
125.000.000
72.337.963,00
0,578703
250.000.000
120.563.271,60
125.000.000
60.281.635,80
0,482253
1.000.000.000
647.183.641,90
1.000.000.000
722.897.376,60
Dalam contoh ini, untuk mengetahui nilai tunai (present value) tingkat diskon yang digunakan
adalah 20%. (Lihat tabel).
Dari table diatas dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat perolehannya sebesar Rp
1.000.000.000,00 dan pada akhir masa manfaat (tahun ke-4) dengan discount factor 20% jumlah
nilai tunai (present value) dari akumulasi beban penyusutan mesin dengan menggunakan metode
garis lurus sebesar Rp 647.183.642 dan menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp
722.897.76,50
Tabel (Perbandingan besar penghematan pajak antara mertode garis lurus dan metode saldo
menurun dengan tingkat diskonto 20%.
Garis lurus (Rp)
Nominal PV
PV
Ket
(Tingkat diskon
(Tingkat diskon
20%)
20%)
1.000.000
1.000.000.000
500.000.000
416.666.666,70
1.000.000
647.183.641,98
1.000.000.000
722.897.376,54
300.000.000
194.115.092,59
300.000.000
216.869.212,96
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh besarnya penghematan pajak yang dapat dilakukan
jika perusahaan memilih metode saldo menurun dalam menghitung besarnya beban peyusutan.
Tarif pajak yang digunakan adalah tarif pajak tertiggi yaitu 30% karena diasumsikan bahwa
perusahaan telah mencapai laba di atas Rp 100.000.000. Dengan tingkat diskon 20% besar
penghematan pajak adalah Rp 216.869.212,96 Rp 194.115.092,59 = Rp 22.714.120,37.
http://riskymahira.blogspot.co.id/2012/11/perencanaan-pajak-atas-penyusutan.html
LATAR BELAKANG PENYUSUTAN
Pada umumnya, perusahaan dalam kegiatan usahanya melakukan pemotongan pajak yang
disebabkan karena adanya pengeluaran kas. Salah satunya adalah jasa yang digunakan dalam
kegiatan operasional yang harus dibeli terlebih dahulu seperti gedung, mesin dan tanah.
Pengeluaran kas untuk pengeluaran tersebut memberikan manfaat lebih dari satu periode. Untuk
kepentingan pajak, perlakuan terhdap pengeluaran semacam ini dapat menimbulkan masalah
dalam penentuan pajak penghasilan.
PENGERTIAN PENYUSUTAN
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat
yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang diberikan dari aset tersebut
semakin berkurang. Pengurangan nilai aset dibebankan secara bertahap. Kebijakan pajak untuk
penyusutan harus mempertimbangkan tiga hal yaitu keadilan pajak, kebijakan ekonomi dan
administrasi.
KARAKTERISTIK DARI ASET YANG DAPAT DISUSUTKAN
1. Digunakan dalam kegiatan usaha.
2. Nilainya menurun secara bertahap.
3. Aset berwujud dan tidak berwujud yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode.
4. Pihak yang berhak melakukan penyusutan adalah pihak yang menggunakan aset tersebut
dan pemilik.
5. Saat dilakukan penyusutan adalah saat digunakan.
6. Dasar melakukan penyusutan adalah harga perolehan, harga penggantian dan revaluasi.
PENYUSUTAN BERDASARKAN PERATURAN PERPAJAKAN
Saat Mulainya Penyusutan Fiskal
Undang-undang pajak penghasilan secara khusus dan eksplisit menetapkan saat dimulainya
penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan.
Masa Manfaat
Kelompok 1
4 tahun
Kelompok 2
8 tahun
Kelompok 3
16 tahun
Kelompok 4
20 tahun
Kelompok Bangunan
Masa Manfaat
Bangunan permanen
20 tahun
10 tahun
Tarif Penyusutan
Kelompok 1
25,00%
50,00%
Kelompok 2
12,50%
25,00%
Kelompok 3
6,25%
12,50%
Kelompok 4
5,00%
10,00%
Kelompok Bangunan
Bangunan permanen
5%
10%
Metode Penyusutan
1. Berdasarkan Waktu
1. Metode garis lurus
2. Metode pembebanan yang menurun
1)
2)
Saldo Menurun
250.000.000
500.000.000
250.000.000
250.000.000
250.000.000
125.000.000
250.000.000
125.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
Akum. Penyusutan
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa besarnya beban penyusutan per tahun berbeda-beda tetapi pada
akhir masa manfaat (tahun ke-4) jumlah akumulasi penyusutan adalah sama. Sehingga dalam
perpajakan perbedaan besarnya beban penyusutan ini dikenal dengan istilah beda waktu/beda
sementara (timing difference/temporary difference). Walaupun berdasarkan nilai nominal pada
akhir masa manfaat besarnya akumulasi beban penyusutan sama, namun jika ditinjau dari nilai
tunai (present value) jumlahnya akan menjadi berbeda.
Dalam contoh ini, untuk mengetahui nilai tunai (present value) tingkat diskon yang digunakan
adalah 20%. (Lihat tabel).
Metode Penyusutan
Tahun
Garis Lurus
Saldo Menurun
Nominal PV
PV
250.000.000
208.333.333,30
250.000.000
173.611.111,10
250.000.000
144.675.925,90
Nominal PV
500.000.000,00
250.000.000,00
125.000.000,00
125.000.000,00
Tingkat
Diskon
(20%)
PV
416.666.667
173.611.111
72.337.963
0,833333
0,694444
0,578703
250.000.000
120.563.271,60
1.000.000.000
647.183.642
60.281.636
1.000.000.000,00
0,482253
722.897.377
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat perolehannya sebesar Rp
1.000.000.000,00 dan pada akhir masa manfaat (tahun ke-4) dengan discount factor 20% jumlah
nilai tunai (present value) dari akumulasi beban penyusutan mesin dengan menggunakan metode
garis lurus sebesar Rp 647.183.642,00 dan menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp
722.897.76,50
Tabel (Perbandingan besar penghematan pajak antara metode garis lurus dan metode saldo
menurun dengan tingkat diskonto 20%).
Garis Lurus
Saldo Menurun
Keterangan
Nominal PV
PV
Harga Perolehan
1.000.000.000,00
1.000.000.000,00
500.000.000
416.666.666,70
Biaya Penyusutan
1.000.000.000,00
647.183.641,98
1.000.000.000
722.897.376,54
300.000.000,00
194.115.092,59
300.000.000
216.869.212,96
PPh 30%
Nominal PV
PV
https://khoyunitapublish.wordpress.com/2013/04/12/perencanaan-pajak-melaluipenyusutan/