Anda di halaman 1dari 4

SOAL

WP Badan PT. Kenanga Ungu menyelesaikan kewajiban pajak untuk tahun 2022 dengan
membayar pajak pada 28 April 2022 dan melaporkan pajak pada 30 April 2023. SPT Pajaknya
menyebutkan bahwa:

Penghasilan 200.000.000.000
Beban yang boleh dikurangkan 190.000.000.000
Penghasilan kena pajak 10.000.000.000
Pajak 25%
Pajak 2.500.000.000
Kredit pajak (22 dan 23) _3.700.000.000
PPh 28 (lebih bayar) 1.200.000.000

Atas kelebihan pembayaran pajak tersebut WP memilih meminta restitusi karena tidak memiliki
kewajiban pajak. Perusahaan dalam kegiatan usahanya banyak dipotong pajaknya oleh pihak lain
sehingga hampir selalu dalam posisi lebih bayar.

Untuk PPN perusahaan setiap bulan juga lebih sering lebih bayar pajak karena banyak
melakukan penyerahan pajak kepada wajib pungut. Untuk bulan Mei 2022, PPN Keluaran
sebesar 1 miliar dan PPN masukan sebesar 1.8miliar

Diminta
a. Apakah yang akan dilakukan fiskus atas kelebihan pembayaran pajak baik dalam SPT
tahunan PPh Badan tahun 2022 dan SPT Masa PPN bulan Mei 2022.
Misalkan fiskus melakukan pemeriksaan PPh Badan tahun 2021 dan menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar pada 2 September 2022, dinyatakan bahwa lebih bayar
sebesar Rp 200.000.000. WP masih belum puas dengan SKPLB tersebut dan mengajukan
keberatan pada tanggal 2 Nopember 2022 beserta alasan dan bukti pendukung lengkap.
Surat Keputusan Keberatan dikeluarkan pada taggal 10 Mei 2022 dan menyatakan bahwa
lebih bayar perusahaan total sebesar Rp 600.000.000juta sehingga WP mendapat
tambahan Rp 400 dari nilai dalam SKPLB.
b. Jelaskan kapan WP paling lambat menerima pembayaran pengembalian pajak dari
SKPLB dan SK Keberatan. Jelaskan apakah terdapat kompensasi bunga yang diperoleh
WP dari lebih bayar tersebut?

c. Jelaskan langkah apa yang paling tepat dilakukan WP jika bisnis perusahaan
menyebabkan terjadinya pajak lebih bayar baik untuk PPh dan PPN? Jelaskan
konsekuensi dan manfaat dari tindakan tersebut?

d. Misalnya langkah c dipenuhi dan ditempuh oleh perusahaan dan surat keputusan
diterbitkan, WP menerima restitusi PPN sesuai yang dimohonkan sebesar Rp 800milyar.
Fiskus melakukan pemeriksaan PPN atas masa pajak Mei 2022. Hasil pemeriksanaan
menyatakan bahwa PPN masukan sebesar 1,6miliar dan PPN keluaran sebesar 1,2miliar.
Jelaskan denda dan konsekuensi pajak yang harus ditanggung WP. Bagaimana Surat
Ketetapan berdasarkan pemeriksaan tersebut?
Jawaban :

a) Sesuai Pasal 4 ayat (1) huruf a dan c, Fiskus akan melakukan pemeriksaan apabila
SPT yang dilaporkan Wajib Pajak menyatakan lebih bayar ataupun apabila Wajib
Pajak melakukan restitusi tanpa melakukan permohonan pengembalian
pendahuluan sebagaimana dimaksud pada Pasal 17C dan Pasal 17D UU KUP.
Apabila WP Badan melakukan restitusi tanpa melakukan permohonan
pengembalian pendahulan sebagaimana dimaksud pada Pasal 17C dan Pasal 17D
UU KUP maka Fiskus berhak memeriksa WP Badan dalam jangka waktu sampai
dengan 5 tahun setelah saat terutangnya tahun pajak.
Selanjutnya Menurut PMK 187/PMK.03/2015 tentang tata cara pengembalian atas
kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang pada Pasal 7
dijelaskan bahwa pengembalian pajak dapat dilakukan karena terdapat
pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang sehingga atas hal tersebut
diterbitkan SKPLB. DJP meneliti kebenaran pembayaran pajak berdasarkan bukti
yang diajukan atas permohonan pengembalian pajak kemudian hasilnya
diterbitkan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Dalam hal laporan hasil
penelitian terdapat kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang,
Direktur Jenderal Pajak menerbitkan SKPLB sedangkan jika tidak terdapat
kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang maka Direktur
Jenderal Pajak menyampaikan surat pemberitahuan penolakan kepada pemohon.
Proses pemeriksaan pajak ini atas Kelebihan Pembayaran Pajak, memiliki jangka
waktu pemeriksaan satu tahun sejak SPT Tahunan disampaikan. Apabila SPT
Tahun 2020 disampaikan pada tanggal 30 April 2023, maka proses pemeriksaan
tersebut akan diselesaikan oleh Kantor Pajak paling lambat pada tanggal 29 April
2024.

Restitusi PPN
Dalam hal pengajuan pengembalian kelebihan bayar atau restitusi PPN, PKP bisa
memilih untuk dilakukan proses pengembalian pendahuluan atau proses restitusi
biasa.
Sesuai Pasal 17D UU KUP dan PMK No. 39/PMK.03/2018, salah satu syarat
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran PPN wajib pajak tertentu
adalah:

- WP Badan: Nilai restitusi atau jumlah lebih bayar PPN paling banyak Rp1
miliar
- WP pribadi: Nilai restitusi kelebihan pembayaran pajak paling banyak Rp100
juta

Proses restitusi pajak lebih cepat karena hanya dilakukan penelitian setelah
diterimanya surat permohonan pengajuan restitusi pajak oleh DJP namun di masa
yang akan datang dimungkinkan dilanjutkan dengan pemeriksaan apabila
ditemukan data baru.
Setelah dilakukan penelitian, DJP akan menerbitkan Surat Keputusan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) dan permohonan
pengembalian pendahuluan PPN ini paling lama 1 bulan.
Sedangkan untuk proses restitusi biasa, proses pengembalian dilakukan melalui
pemeriksaan. Jangka waktu pemeriksaan pun paling lama 12 bulan sejak surat
permohonan diterima dalam kondisi lengkap.
b) Merujuk pada Pasal 17B ayat (1) UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan s.t.d.t.d. UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(“UU KUP”), setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak, DJP harus menerbitkan SKPLB paling lama 12
bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap. Lebih lanjut, jangka waktu
pengembalian kelebihan pembayaran pajak diatur melalui Pasal 15 ayat (1) huruf
b Peraturan Menteri Keuangan No. 244/PMK.03/2015 (“PMK-244/2015”) tentang
Tata Cara Perhitungan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.
“Kelebihan pembayaran PPh, PPN, dan/atau PPnBM sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) setelah diperhitungkan dengan Utang Pajak dan/atau pajak
yang akan terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dikembalikan dalam
jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak:

Kemudian, untuk pertanyaan mengenai imbalan bunga atas dikabulkannya


keputusan keberatan, mengacu pada Pasal 27B ayat (1) UU KUP Wajib Pajak
dapat diberikan imbalan bunga selama keputusan keberatan menyebabkan
kelebihan pembayaran pajak.

“Wajib Pajak diberikan imbalan bunga dalam hal pengajuan keberatan,


permohonan banding, atau permohonan peninjauan kembali, dikabulkan sebagian
atau seluruhnya sehingga menyebabkan kelebihan pembayaran pajak.”

(Pasal 27B ayat (1) UU KUP)

Sesuai Pasal 17B ayat (3) UU KUP dijelaskan bahwa, Apabila SKPLB terlambat
diterbitkan, kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen)
per bulan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu 1 (satu) bulan tersebut sampai
dengan saat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
Pada Pasal 17B ayat (4) juga disebutkan bahwa Apabila pemeriksaan bukti
permulaan tindak pidana di
bidang perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) tidak dilanjutkan dengan
penyidikan; dilanjutkan dengan penyidikan, tetapi tidak dilanjutkan dengan
penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan; atau dilanjutkan dengan
penyidikan dan penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan, tetapi diputus
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dan dalam hal kepada Wajib Pajak
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, kepada Wajib Pajak diberikan
imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan, dihitung sejak berakhirnya jangka waktu 12 (dua belas) bulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan saat diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan.

c) Kelebihan pajak terutang tersebut dapat dimintakan kembali dengan dua cara,
yaitu:
- Dengan cara kompensasi di masa pajak berikutnya artinya kelebihan
pembayaran tersebut menjadi kredit masa pajak berikutnya; dan
- Dengan meminta kembali kelebihan pembayaran secara tunai atau yang
dikenal dengan sebutan restitusi.
Adapun upaya yang dapat dilakukan agar permohonan restitusi berhasil yaitu:
1) Pajak Keluaran
a) Melakukan rekonsiliasi antara ledger PPN Keluaran dengan Faktur Pajak
Keluaran.
b) Melakukan equalisasi antara ledger Revenue dengan DPP SPT PPN
keluaran
c) Melakukan pengecekan copy faktur pajak apakah sudah lengkap dan sesuai
dengan SPT PPN keluaran
2) Pajak Masukan
a) Melakukan rekonsiliasi antara ledger PPN masukan dengan faktur pajak
masukan
b) Melakukan review faktur pajak masukan. Faktur pajak masukan harus
sesuai dengan peraturan perpajakan.
3) Melakukan sosialisasi peraturan terbaru kepada pihak dalam kantor pusat
maupun unit bisnis;
4) Mengevaluasi evaluasi kepada para rekanannya yang tidak melakukan
penyetoran dan pelaporan pajak agar tidak lagi terjadi koreksi pada
permohonan berikutnya; dan
5) Memiliki konsultan pajak sehingga dapat merencanakan perpajakan
perusahaan dengan tepat.
Perusahaan yang mengajukan pengembalian pajak karena lebih bayar pembayaran
pajak kemungkinan besar akan menghadapi pemeriksaan pajak sehingga
perusahaan perlu mempersiapkan diri agar siap menghadapi pemeriksaan pajak.
Upaya tersebut dapat membuat perusahaan membuat perencanaan pajak dengan
lebih tepat.

d) Jika pemeriksaan PPN dilakukan atas masa Mei 2022 maka hasil pemeriksaan
berupa SKP paling lama diterbitkan 12 bulan baik SKPKB, SKPN, atau SKPL.
Jika lewat dari 12 bulan maka permohonan PT Kenanga Ungu dianggap
dikabulkan dan harus diterbitkan SKPLB paling lama 1 bulan. Jika terlambat
diterbitkan SKPLB, maka PT Kenanga Ungu diberikan imbalan bunga 2% per
bulan.
Hasil pemeriksaan menyatakan bahwa PPN masukan sebesar 1,6 miliar dan PPN
keluaran sebesar 1,2miliar sehingga terdapat lebih bayar/ akan ditetapkan SKPLB
sebesar 400 juta.
Jika diasumsikan SKPLB terbit tepat setelah 1 bulan setelah 12 bulan selesainya
pemeriksaan atas pengajuan pengembalian kelebihan pembayaran pajak maka
tidak terdapat denda/imbal bunga atas SKPLB tersebut.

Anda mungkin juga menyukai