6. Pekerjaan Sekarang :
a. Mengajar : ~ Staf pengajar di berbagai Perguruan Tinggi
Negeri dan Swasta di Malang & Surabaya
b. Kerja Profesi : ~ Konsultan Pajak & Internal Auditor di berbagai
perusahaan
~ Project Manager Kantor Akuntan Publik A.
Ghonie Abubakar
~ Pimpinan Pusat Pelatihan Pajak CIPTA
JASATAMA, Malang
~ Managing Partner Kantor Konsultan Pajak
terdaftar Drs. Agus Sambodo & Rekan.
c. Penelitian : ~ “Pengaruh Pemahaman Perpajakan terhadap
tingkat kepatuhan Wajib Pajak Pengusaha
Kecil di Wilayah KANWIL Direktorat Jenderal
Pajak Jawa Bagian Timur III”
d. Pembawa Makalah : ~ Pemateri seminar pajak di PT. Philip Morris
Indonesia
~ Pemateri seminar pajak pada PT. Bentoel
Prima
~ Narasumber Workshop tentang PSAK 46 di
acara seminar & workshop di hotel Kartika
Graha Malang
~ Pemateri/Narasumber seminar Modernisasi
Direktorat Jenderal Pajak kerjasama dengan
DISNAKER kota Surabaya di hotel Satelit
Surabaya
~ Pemateri seminar tentang PPh, PPN dan PBB
di PEMKAB Situbondo-Jatim
~ Pemateri pada berbagai seminar perpajakan
di tingkat regional maupun nasional
e. Tim Konsultan : ~ Tim Konsultan Mitra Produksi Sigaret (MPS)
PT. HM Sampoerna, Tbk.
~ Konsultan Perpajakan pada beberapa
perusahaan di Indonesia
f. Pengabdian pada : ~ Sosialisasi perpajakan bagi Koperasi &
Masyarakat Pengusaha Kecil
~ Assesor LKS SMK se-Malang Raya
~ Tim Uji Kompetensi SMK di Jawa Timur
~ Narasumber/Pemateri Pelatihan Akuntansi &
Pajak di beberapa SMK di Jawa Timur
g. Penulisan Buku Teks : “Kewajiban Perpajakan untuk Wajib Pajak
Badan dan Orang Pribadi”
Penerbit BPFE UGM Yogyakarta
Self Assessment System menuntut wajib pajak untuk memahami dan menerapkan
peraturan pajak. Sistem ini bisa berjalan jika wajib pajak paham dan sadar akan
kewajiban pajaknya.
Dalam rangka memberikan pemahaman kepada masyarakat (guru & siswa SMK)
buku ini diharapkan bisa menambah wawasan tentang pajak yang dihadapi oleh
DU/DI. Pembahasan dimulai dari jenis-jenis pajak yang dihadapi oleh DU/DI, tarif dan
cara perhitungan, penyetoran dan pelaporan, serta pembukuan atau perlakuan
akuntansinya.
Kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya buku ini penulis
meyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Dr. Joko Sutrisno, MM, Direktur Pembinaan SMK DEPDIKNAS.
2. Dr. Rosidi, MM.,Ak, Rektor Universitas Gajayana Malang.
3. Drs. Sugiharto, Tim Penulis Buku dan PNS pada Direktorat Jenderal Pajak.
4. Drs. Acob Achmadi, Ak, Tim Penulis Buku dan Tim Penyuluh PBB DJP.
5. Drs. Anwar Made, M.Si, Tim penulis Buku dan Sekretaris Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Gajayana Malang.
6. Drs. A. Dahlan, MSA.,Ak.,BKP, Konsultan Pajak dan Dosen Universitas Gajayana
Malang.
7. Drs. Ali Irfan, MSA.,Ak.,BKP, Konsultan Pajak dan Dosen Universitas Gajayana
Malang.
8. Drs. Kohar Adi Setya, M.Si, Tim penulis dan Dosen Universitas Gajayana Malang.
9. Semua staf dan karyawan Cipta Jasatama Management & Tax Consultants
Malang.
10. Generasi Penerusku Ima, Raka, Dika, Aji.
Akhirnya semoga buku ini bisa bermanfaat bagi peningkatan kualitas SDM di
Indonesia khususnya para guru dan siswa SMK.
Penulis
i
Pengantar Penulis................................................................................... i
Pengantar Direktur Pembinaan SMK..................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................... iii
Lembar Pengesahan............................................................................... viii
Daftar Istilah/Glosari............................................................................... ix
Sinopsis................................................................................................... xiv
Deskripsi Isi Penulisan........................................................................... xv
Peta Kompetensi.................................................................................... xvi
Bab 1 Pendahuluan...................................................................... 1
Definisi Pajak & Hukum Pajak............................................ 3
Penggolongan Pajak........................................................... 4
Sistem Pemungutan Pajak................................................. 6
Istilah-Istilah Dalam Undang-Undang Perpajakan (UU No.
28 Tahun 2007).................................................................. 7
iii
Bab 3 PPh Pasal 21...................................................................... 117
Pihak yang Ditunjuk Sebagai Pemotong............................. 119
Penghasilan yang Bukan Merupakan Objek Pemotongan.. 120
Penghasilan yang Merupakan Objek Pemotongan............ 120
Hak & Kewajiban Pemotong.............................................. 122
Hak & Kewajiban Penerima Penghasilan yang Dipotong... 123
Cara Penghitungan............................................................ 124
Tarif, Penerapan & Perlakuan Akuntansi........................... 126
Contoh Penghitungan (Lampiran PER 15 Tahun 2006).... 132
iv
PPh Pasal 25 Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
Pengusaha Tertentu.......................................................... 218
Perlakuan Akuntansi......................................................... 218
v
Bab 12 PPh Pasal 4 Ayat (2)....................................................... 342
Jenis PPh Pasal 4 Ayat (2)............................................... 344
Penyerahan Jasa Konstruksi............................................ 344
Hadiah Undian.................................................................. 346
PPh Atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan atau
Bangunan.......................................................................... 347
PPh Atas Bunga Deposito, Tabungan & Sertifikat Bank
Indonesia........................................................................... 348
PPh Atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di
Bursa Efek........................................................................ 350
Perlakuan Akuntansi........................................................ 352
vi
Pendaftaran & Pendataan Objek Pajak............................. 438
Penagihan PBB................................................................. 445
Keberatan & Pengurangan............................................... 447
Cotoh Penghitungan PBB Atas Bumi dan Bangunan 448
Perlakuan Akuntansi......................................................... 449
Penutup
Daftar Pustaka
Lampiran:
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-
536/PJ./2000 Tentang NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN
NETO BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG DAPAT
MENGHITUNG PENGHASILAN NETO DENGAN MENGGUNAKAN
NORMA PENGHITUNGAN
vii
Akuntan Publik. Profesi akuntan yang BPSP (Badan Penyelesaian Sengketa
menjual keahlian kepada Pajak). Suatu Badan yang dibentuk
masyarakat, harus mempunyai ijin oleh pemerintah untuk
praktik dari DepKeu dan tergabung menyelesaikan sengketa antara
dalam organisasi profesi Ikatan wajib pajak dengan fiskus,
Akuntan Indonesia (IAI). sekarang BPSP ini sudah diganti
All Taxes. Keseluruhan pajak yang dengan Pengadilan Pajak.
dihadapi oleh Wajib Pajak. Branch Profit Tax. Pajak yang
API (Angka Pengenal Impor). Suatu dikenakan atas laba perusahaan
sertifikasi yang diberikan kepada cabang.
importir. Importir yang mempunyai Brevet. Sertifikasi yang diberikan oleh
API akan mendapat fasilitas tarif Depkeu/Dirjen Pajak kepada
PPh Pasal 22 yang lebih rendah. seseorang yang telah lulus Ujian
Badan. Salah satu subjek pajak yang Sertifikasi Konsultan Pajak (USKP).
ditetapkan oleh Undang-Undang, Brevet ini menjadi syarat mutlak
dalam praktek sering pula disebut bagi seseorang untuk menjadi
badan usaha, seperti : PT, CV, konsultan pajak.
Firma, Koperasi, kongsi, yayasan, Bulan Takwim. Periode untuk
perkumpulan, BUMN, BUMD, dan pelaporan pajak masa/bulanan.
bentuk persekutuan lainnya. Capital Lease. Klasifikasi leasing yang
Badan Hukum. Badan usaha yang memberikan hak opsi kepada
dimata hukum dianggap mampu lessor di akhir periode leasing.
melakukan perbuatan di bidang CIF (Cost, Insurance and Freight).
hukum (subjek hukum). Badan Disebut juga nilai impor yang terdiri
hukum ini hanya terdiri dari : PT, dari harga barang (cost), Biaya
Koperasi, Yayasan, BUMN/D. aasuransi (Insurance) dan Ongkos
Bank Devisa. Bank yang ditunjuk untuk angkut (Freight) ditambah biaya
menerima setoran pajak dan bea masuk dan pungutan lain yang sah.
masuk yang terkait dengan Closing Conference. Tahapan dalam
ekspor/impor. pemeriksaan pajak dimana Wajib
Bank Persepsi. Bank yang ditunjuk Pajak diberi kesempatan untuk
oleh pemerintah untuk menerima menyanggah atau menyetujui hasil
setoran pajak. pemeriksaan pajak.
Bea Masuk. Bea yang harus dilunasi Deductible Expense. Biaya-biaya wajib
oleh wajib pajak yang memasukkan pajak yang boleh dikurangkan
barang dari luar daerah pabean ke terhadap penghasilan.
dalam daerah pabean (impor). Deemed Profit. Wajib Pajak yang
Bonus. Imbalan yang diberikan kepada dikenakan pajak dengan
pengurus dan karyawan yang menggunakan norma penghitungan
sifatnya insidentil. Umumnya khusus. Contoh : Pelayaran dan
besarnya bonus disesuaikan Penerbangan
dengan perolehan laba Delivery Order (DO). Order pengiriman
perusahaan. yang terkait dengan PPh pasal 22
PERTAMINA. Pihak pembeli baru
ix
bisa menebus delivery order karyawan yang statusnya honorer
apabila PPh pasal 22 PERTAMINA (masa percobaan)
tersebut telah dilunasi. Jasa ekspedisi. Jasa yang bergerak di
bidang pengiriman barang (kurir).
Direktur PPh. Bagian dalam struktur Jasa produksi. Imbalan yang diberikan
organisasi di Direktorat Jenderal kepada pegawai yang sifatnya
Pajak yang khusus membidangi insidentil. Umumnya didasarkan
Pajak Penghasilan. atas produktifitas karyawan.
Direktur PPN. Bagian dalam struktur Joint Operation. Bentuk kerjasama
organisasi di Direktorat Jenderal operasi yang melibatkan dua atau
Pajak yang khusus membidangi lebih wajib pajak dalam
Pajak Pertambahan Nilai. menyelesaikan suatu pekerjaan.
Direktur PTLL. Bagian dalam struktur Kadaluwarsa (lewat waktu). Lewat
organisasi di Direktorat Jenderal waktu dalam hal penyimpanan
Pajak yang khusus membidangi dokumen selama 10 tahun dan
Pajak Tidak Langsung Lainnya. dalam hal penetapan & penagihan
Direktur Teknis. Bagian dalam struktur pajak selama 5 tahun.
organisasi di Direktorat Jenderal Kantor Administrasi. Lembaga yang
Pajak yang khusus membidangi melayani/membantu wajib pajak
pajak secara teknis. dalam rangka menertibkan
Ditjen Bea Cukai. Salah satu direktorat administrasinya.
yang dipimpin oleh Dirjen Bea & Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Cukai yang tugasnya mengelola Bagian dari Ditjen Pajak yang
penerimaan bea & cukai. melayani wajib pajak di daerah.
Dividen. Bagian keuntungan yang Kenikmatan. Imbalan yang diterima
dibayarkan oleh PT untuk oleh karyawan dalam bentuk
pemegang saham. fasilitas.
Dokumen Ekspor. Dokumen-dokumen KEP. Surat Keputusan Ditjen Pajak.
yang harus dilengkapi oleh para KMK. Surat Keputusan Menteri
eksportir yang terkait dengan Keuangan.
ekspor barang ke luar daerah Kode Etik. Aturan tentang kode etik
pabean. yang dibuat oleh Dirjen Pajak yang
Dokumen Impor. Dokumen-dokumen sifatnya mengikat kepada semua
yang harus dilengkapi oleh para pegawai dilingkungan Dirjen Pajak.
importir yang terkait dengan impor Konsultan Pajak. Pihak Independen
barang ke dalam daerah pabean. yang membantu atau menerima
DPP (Dasar Pengenaan Pajak). Nilai kuasa dari wajib pajak untuk
yang akan digunakan untuk menyelesaikan semua
menghitung besarnya pajak permasalahan di bidang pajak.
dengan cara mengalikan dengan Konsultan pajak harus memiliki ijin
tarif pajak yang berlaku. dari Dirjen Pajak.
e-SPT. Surat Pemberitahuan secara KP Bea & Cukai (Kantor Pelayanan
elektronik. Bea & Cukai). Kantornya Dirjen
Expatriate. Wajib pajak orang pribadi Bea & Cukai yang melayani wajib
pendatang dari luar negeri (WNA). pajak di bidang kepabeanan dan
Faktur Pajak. Dokumen formal yang cukai.
terkait dengan pemungutan Pajak KPP Besar (Large Tax Payer Office).
Pertambahan Nilai dan Pajak Kantor Pelayanan Pajak yang
Penjualan atas Barang Mewah. khusus melayani wajib pajak yang
Gaji. Imbalan yang diberikan kepada skala usahanya besar. KPP Besar
pegawai tetap. bertempat di Jakarta.
Gratifikasi. Imbalan yang diberikan KPP Domisili. Kantor Pelayanan Pajak
kepada pegawai yang sifatnya yang dipakai untuk mendaftarkan
insidentil. diri wajib pajak sesuai dengan
Honorarium. Imbalan yang diberikan domisili si wajib pajak.
kepada bukan karyawan atau
x
KPP Lokasi. Kantor Pelayanan Pajak Laba Rugi komersial (Laba Rugi
yang dipakai untuk mendaftarkan Akuntansi). Laporan laba rubi
diri wajib pajak sesuai dengan yang disusun berdarkan kaidah
lokasi usahanya. akuntansi yang berlaku umum.
KPP Madya (Medium Tax Payer Laporan Keungan Konsolidasi.
Office). Kantor Pelayanan Pajak Laporan keuangan hasil
yang khusus menangani wajib penggabungan laporan–laporan
pajak yang skala usahanya dari anak perusahaan atau cabang.
menengah. Di setiap Kanwil DJP Lex Generalis. Bahasa latin yang
minimal ada 1 KPP Madya. artinya hukum umum atau
KPP Pratama (Small Tax Payer peraturan yang sifatnya umum.
Office). Kantor Pelayanan Pajak Lex Specialist. Bahasa latin yang
yang khusus menangani wajib artinya hukum khusus atau
pajak yang tidak masuk ke KPP peraturan yang sifatnya khusus
besar dan KPP Madya. atau peraturan yang mengatur
Kredit Pajak. Pajak yang dibayar dalam tentang bagaimana hukum umum
tahun berjalan melalui pemotongan dilaksanakan.
pihak lain atau dibayar sendiri yang Long Form Report. Laporan keuangan
boleh dikurangkan terhadap utang bentuk panjang yang mencakup
pajak di akhir tahun. laporan keuangan beserta
KIK-EBA. Kriteria Investasi Kolektif penjelasan dan lampirannya serta
Efek Beragun Aset. Semacam analisisnya.
kerjasama operasi dengan agunan Multi Level Marketing (MLM). Pola
aset dengan jangka waktu yang kegiatan marketing yang
ditentukan. melibatkan banyak pihak dengan
Kuasa Wajib Pajak. Wajib pajak bisa sistem berjenjang.
memberikan kuasa untuk mewakili Natura. Imbalan yang diberikan kepada
atau menyelesaikan masalah karyawan dalam bentuk barang.
perpajakannya kepada konsultan Neraca Likuidasi. Neraca yang harus
pajak. dibuat oleh wajib pajak pada saat
KUHAP (kitab Undang-Undang melakukan pembubaran usahanya.
Hukum Pidana). Kitab Undang- Non Deductible Expense. Biaya Wajib
Undang yang dipakai sebagai pajak yang tidak boleh dikurangkan
acuan untuk memutus perkara di dari penghasilan.
bidang pidana pajak. Non Taxable Income. Penghasilan
Kurs KMK. Kurs khusus yang wajib pajak yang bukan merupakan
digunakan untuk menghitung objek pajak.
besarnya pajak atas transaksi yang Nota Retur. Dokumen yang harus
menggunakan valuta asing yang dibuat oleh pihak pembeili pada
ditetapkan dalam KMK. saat mengembalikan barang
Kurs konversi. Kurs yang digunakan kepada penjual.
untuk menetukan besarnya nilai Notaris. Tenaga ahli yang mempunyai
transaksi dalam rupiah dan keahlian khusus di dalam membuat
keuntungan atau kerugian dari akte perjanjian dan pendirian
valuta asing. usaha.
Kurs Tengah BI. Kurs yang digunakan Novum. Bukti baru yang didapat oleh
untuk menetukan besarnya nilai pihak fiskus yang belum terungkap
transaksi dalam rupiah dan pada saat melakukan pemeriksaan.
keuntungan atau kerugian dari Ordinary Credit Methode. Metode
valuta asing yang ditentukan oleh pengkreditan pajak luar negeri.
Bank Indonesia. Objek Pajak. Sesuatu yang akan
Laba Rugi Fiskal. Laporan laba rugi dikenakan pajak (penghasilan).
yang disusun berdasarkan P3B (Perjanjian Penghindaran
ketentuan fiskal dan kaidah Pengenaan Pajak Berganda).
akuntansi yang berlaku umum. Perjanjian yang dibuat oleh
xi
Indonesia dengan negara lain di Real Estate (Pengembang/Developer).
bidang pajak (Tax Treaty) Perusahaan yang bergerak di
Pailit. Keadaan wajib pajak yang sudah bidang properti.
tidak bisa menyelesaikan Reksadana. Wadah yang dipergunakan
kewajibannya. Keputusan pailit untuk menghimpun dana dari
dijatuhkan oleh pengadilan niaga. masyarakat pemodal untuk
Pasar Modal. Tempat transaksi jual beli selanjutnya diinvestasikan dalam
efek (surat berharga). portofolio efek oleh manajer
Pbk (Pemindahbukuan). Langkah investasi.
yang bisa ditempuh wajib pajak Restitusi. Pengembalian kelebihan
apabila ada kesalahan dalam pembayaran pajak.
pengisian SSP. Retribusi. Iuran yang dibayar oleh
Pengampuan. Orang atau badan yang masyarakat kepada pemerintah
dinyatakan tidak cakap melakukan karena pemerintah menyediakan
perbuatan di bidang hukum atau fasilitas tertentu.
orang/badan yang berada di bawah Royalti. Penghasilan yang bersumber
perwalian (Lihat Pasal 1320 BW) dari pemanfaatan suatu hak atas
Pengembalian pendahuluan kekayaan intelektual.
pembayaran kelebihan pajak. RUPS (Rapat Umum Pemegang
Fasilitas yang diberikan kepada Saham). Organ tertinggi dalam PT.
wajib pajak sebagai wajib pajak Semenda. Hubungan keluarga yang
patuh akan diberikan pengembalian timbul akibat pernikahan.
di depan. Sedarah. Hubungan keluarga yang
Penyidik. Pegawai Ditjen Pajak yang timbul karena keturunan.
diberi tugas untuk melakukan Soft Copy. Laporan/data dalam bentuk
penyidikan di bidang tindak pidana elektronik yang harus disediakan
perpajakan. oleh wajib pajak.
Per Country Limitation. Kredit pajak SPPB. Surat Perintah Pengeluaran
luar negeri yang harus dihitung per Barang yang dikeluarkan oleh
negara sumber penghasilan. PERTAMINA/BULOG surat ini
Perjanjian pisah harta. Perjanjian yang setara dengan Faktur Pajak
dilakukan oleh wajib pajak orang Standar.
pribadi suami istri untuk pemisahan SSPCP/BPPCP. Surat Setoran Cukai
hartanya yang berdampak pada Pabean dan Pajak Dalam Rangka
penghitungan paak untuk masing- Impor/Bukti Pemotongan Pajak
masing. Cukai dan Pabean.
Perusahaan Efek. Perusahaan yang Stelsel Kas (Dasar tunai). Pengakuan
berkaitan dengan perdagangan pendapatan dan beban pada saat
surat berharga di pasar modal. terjadinya penerimaan atau
PIB. Pemberitahuan Impor Barang. pengeluaran uang.
PIUD. Pemberitahuan Impor untuk Stelsel Akrual (Dasar waktu).
Dipakai. Pengakuan pendapatan dan beban
Post Audit. Pemeriksaan yang berdasarkan waktu terjadinya
dilakukan oleh pihak fiskus kepada pendapatan dan beban.
wajib pajak patuh yang mendapat Subjek Pajak. siapa yang mempunyai
fasilitas pengembalian kewajiban di bidang pajak, terdiri
pendahuluan pembayaran dari: orang pribadi, warisan yang
kelebihan pajak. belum terbagi, badan, dan Bentuk
PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah). Usaha Tetap.
Pejabat yang mempunyai Sunset Policy. Kebijakan yang
kualifikasi untuk membuat akta ditentukan oleh fiskus sebelum
perpindahan hak atas tanah berlakunya suatu Undang-Undang.
dan/atau bangunan. Tahun Takwim disebut juga tahun
Rapel. Penghasilan yang diterima oleh kalender. Rentang waktu yang
karyawan karena adanya kenaikan digunakan untuk menentukan
gaji yang berlaku surut. penghasilan dan pajak yang
xii
terutang. 1 tahun takwim = 12 Treaty Partner. Negara yang ikut
bulan/masa. menandatangan/meratifikasi
Take Home Pay. Jumlah penerimaan perjanjian pajak antar negara.
bersih yang dibawa pulang oleh Tunjangan. Imbalan yang diberikan
karyawan. kepada karyawan dalam bentuk
Tanda tangan eletronik/digital. Tanda uang dan merupakan objek PPh
tangan dalam dokumen perpajakan 21.
dalam bentuk soft copy. TUP. Tata Usaha Perpajakan. Bagian di
Tanda tangan basah. Tanda tangan Kantor Pelayanan Pajak yang
yang diperbolehkan oleh fiskus melayani penatausahaan.
untuk menandatangani dokumen Upah. Imbalan yang diberikan kepada
pajak dengan menggunakan tinta. karyawan lepas.
Tanggung renteng. Tanggung jawab Wajar tanpa pengecualian. Opini
secara hukum yang melekat akuntan publik yang telah
kepada wajib pajak, pengurus, melakukan pemeriksaan terhadap
karyawan, dan pihak ketiga yang suatu perusahaan.
ikut membantu dan mengetahui Wajib pajak Go Public. Wajib pajak
tindak pidana pajak. yang menjual sahamnya ke
Tantiem. Penghasilan yang diberikan masyarakat melalui Bursa Efek.
kepada pemegang saham diluar Wajib Pajak Non Efektif. Wajib pajak
dividen. Tantiem terutang PPh 21 yang ber-NPWP tetapi dibebaskan
dan non deductible expense bagi dari kewajiban melapor karena
pemberi kerja. usahanya vacum.
Taxable Income. Penghasilan yang
merupakan objek pajak.
xiii
Reformasi perpajakan di Indonesia dimulai pada tahun 1983 dan efektif berlaku 1
Januari 1987. Perubahan mendasar dari reformasi tersebut adalah berubahnya sistem
pemungutan pajak dari Official Assessment System menjadi Self Assessment System.
Ciri mendasar dari Self Assessment System ini adalah Pemerintah (fiscus)
memberikan kepercayaan kepada masyarakat (wajib pajak) untuk : Menghitung
sendiri, Memperhitungkan sendiri, Menyetorkan sendiri, dan Melaporkan sendiri (4M)
kewajiban pajaknya.
Dampak penerapan sistem tersebut Wajib Pajak ditutuntut untuk memahami dan
menerapkan peraturan perpajakan dengan benar dan penuh kejujuran. Pemahaman
tentang peraturan pajak tersebut akan menjadi kunci suksesnya penerapan Self
Assessment System.
Pembahasan buku ini meliputi semua jenis pajak yang dihadapi oleh DU/DI yang
terdiri:
) Kewajiban DU/DI berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan seperti: NPWP, PKP, Pembukuan,
Penyetoran dengan SSP, Pelaporan dengan SPT Masa/SPT Tahunan, dan lain
sebagainya.
) Kewajiban DU/DI memotong Pajak Penghasilan kepada karyawan/pegawainya
(PPh pasal 21). Meliputi: Cara menghitung, menyetor, melapor, dan
membukukan.
) Kewajiban DU/DI memotong/memungut dan menyetor PPh pasal 23, PPh pasal
4 ayat (2), PPh pasal 25, PPhTB, BPHTB, Fiskal Luar Negeri. Meliputi: Cara
menghitung, menyetor, melapor, dan membukukan.
) Kewajiban DU/DI menghitung sendiri PPh di akhir tahun, meliputi: menyajikan
rekonsiliasi fiskal, menghitung dan memperhitungkan kredit pajak, mengisi SPT
Tahunan PPh Badan dan Orang Pribadi (form 1770, 1770S, 1771).
) Kewajiban DU/DI di bidang PPN dan PPnBM. Meliputi: penghitungan, tarif,
dasar pengenaan pajak, penyetoran, pelaporan dengan SPT masa PPN dan
PPnBM (Form. 1107) dan membukukan PPN dan PPnBM.
) Kewajiban DU/DI di bidang pajak lainnya seperti: PBB, Bea Materai, Pajak
Daerah, yang meliputi: Cara penghitungan, penyetoran dan pelaporannya serta
pembukuannya.
Buku ini juga dilengkapi dengan contoh-contoh kasus yang bisa dipakai oleh guru
sebagai latihan untuk siswa dan lampiran peraturan yang terkait dengan kewajiban
DU/DI.
xiv
Dalam menghadapi reformasi perpajakan dan self assessment system wajib
pajak (DU/DI) diharapkan mampu menyelesaikan semua kewajiban & hak-
hanya di bidang pajak secara mandiri. Kondisi saat ini masih banyak DU/DI
yang belum memahami perpajakan. Sehingga DU/DI masih banyak
membutuhkan tenaga-tenaga terampil di bidang pajak yang diharapkan bisa
diiisi oleh lulusan SMK.
Disisi lain peran konsultan pajak terdaftar masih sangat minim, sehingga profesi
konsultan pajak juga berharap akan tersedianya tenaga siap pakai dari lulusan
SMK.
Buku Perpajakan Untuk SMK ini akan membahas tuntas segala aspek
perpajakan yang dihadapi oleh DU/DI. Tujuan pengajaran buku ini adalah agar
para siswa dapat :
a. Memahami semua kewajiban wajib pajak (DU/DI) di bidang administrasi
perpajakan, seperti: Pendaftaran NPWP, PKP, Pembukuan & Pencatatan,
serta kewajiban menyetor & melaporkan pajak.
b. Mengetahui batas waktu (jatuh tempo) penyetoran & pelaporan pajak serta
sanksi-sanksi perpajakan.
c. Memahami semua jenis pajak yang terkait dengan transaksi bisnis.
d. Mengisi formulir penyetoran & pelaporan pajak (SSP & SPT Masa dan
Tahunannya).
e. Menyajikan Laporan Keuangan (L/R) Fiskal di akhir tahun untuk Wajib
pajak badan.
f. Menghitung pajak di akhir tahun dengan menggunakan Norma
Penghitungan, Norma Penghitungan Khusus dan tanpa menggunakan
norma.
g. Membuat perencanaan pajak.
Buku ini juga dilengkapi dengan latihan soal agar bisa dipakai sebagai bahan
latihan untuk siswa.
xv
1. Peta Kompetensi
K1. Bekerja dengan teman, pelanggan dan fiskus
K2. Bekerja dengan alat bantu komputer/software
K3. Memahami transaksi keuangan yang terkait dengan pajak
K4. Memahami peraturan yang mendasari (Objek, Tarif, DPP, Sifat)
K5. Mengisi dokumen pajak (Faktur Pajak, Nota Retur, Bukti Potong)
K6. Mengisi formulir penyetoran dan pelaporan pajak (SSP dan SPT
Masa/Tahunan)
K7. Melakukan proses penjurnalan semua jenis pajak
K8. Menghitung pajak masa dan akhir tahun
Keterangan Skor:
- Skor 4 = jika kompetensi tersebut sangat relevan
- Skor 3 = Jika kompetensi tersebut relevan
- Skor 2 = Jika kompetensi tersebut kurang relevan
- Skor 1 = Jika kompetensi tersebut tidak relevan
xvi
PROG. KEAHLIAN PROG. KEAHLIAN PROG. KEAHLIAN
VERIFIKATOR, PEMBUAT PELAPOR DAN PEMBUKUAN &
DOKUMEN & PENYETOR SPT & SSP PENYAJIAN LAP. KEU.
PENGHITUNGAN PAJAK FISKAL
K5 Mengisi dokumen pajak K6. Mengisi formulir K5 Mengisi dokumen
(Faktur Pajak, Nota Retur, penyetoran dan pajak (Faktur Pajak, Nota
Bukti Potong) pelaporan pajak (SSP Retur, Bukti Potong)
dan SPT
Masa/Tahunan)
K6. Mengisi formulir
penyetoran dan
pelaporan pajak (SSP
dan SPT Masa/Tahunan)
K7. Melakukan proses
penjurnalan semua jenis
pajak
xvii
PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang :
S
O Fiskus Wajib Pajak
F
E
F L
I F
C
I
A
A
L S
S
A E
S
S
S
E S
S M
S E
M
E
N
N T
T
PAJAK DAERAH
) Pajak Propinsi
) Pajak
Kabupaten/Kota
Pajak bisa dipelajari dalam ilmu hukum pajak. Self Assessment System
sudah diterapkan di Indonesia sejak tahun 1984 namun Official Assessment
System dan Witholding System masih tetap dipertahankan.
Perpajakan untuk SMK
3
Perpajakan untuk SMK
2. PENGGOLONGAN PAJAK
Banyak sekali jenis pajak yang kita hadapi, namun secara garis
besar pajak dapat dikelompokkan sbb:
4
Perpajakan untuk SMK
b) Pajak Daerah
o Pajak Propinsi
9 Pajak Kendaraan Bermotor & Kendaraan Diatas Air
(PKB – KAA)
9 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor & Kendaraan
Diatas Air (BBNKB – KAA)
9 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
9 Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan air Permukaan (P3BT & AP)
5
Perpajakan untuk SMK
o Pajak kabupaten/kota
9 Pajak Hotel
9 Pajak Restoran
9 Pajak Hiburan
9 Pajak Reklame
9 Pajak Penerangan Jalan
9 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
(Pajak yang dikenakan atas penggalian bahan seperti:
pasir, batu, koral, dan sejenisnya).
9 Pajak Parkir
6
Perpajakan untuk SMK
c) Witholding System
Sistem ini masih digunakan dalam pemungutan pajak pusat
maupun pajak daerah. Pengertian sistem ini adalah dalam
pemungutan dan penyetoran pajak pemerintah (fiscus)
melibatkan wajib pajak yang lain.
Contoh :
9 Pemerintah Daerah memungut pajak hotel melalui
pengusaha hotel.
9 Pemerintah Pusat memungut PPh 21 melalui pemberi
kerja.
8
Perpajakan untuk SMK
10
Perpajakan untuk SMK
11
Perpajakan untuk SMK
12
KETENTUAN UMUM DAN TATACARA PERPAJAKAN YANG
DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG NO. 16 TAHUN 2000
DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA
PEMERIKSAAN PENYIDIKAN
PAJAK PAJAK
KAS NEGARA
Ketentuan Umum & Tata Cara Perpajakan mengatur tentang Hak &
Kewajiban Wajib Pajak maupun fiskus (UU No. 28 tahun 2007)
Perpajakan untuk SMK
XX.XXX.XXX.X.XXX.XXX
15
Perpajakan untuk SMK
16
Perpajakan untuk SMK
keluarga.
- Tambahan untuk seorang isteri yang Rp 13.200.000
mempunyai penghasilan dari usaha
atau dari pekerjaan yang tidak ada
hubungannya dengan suami atau
anggota keluarga lain.
 TEMPAT PENDAFTARAN
17
Perpajakan untuk SMK
Wajib Pajak Baru adalah wajib pajak yang mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP dan melaporkan usahanya sebagai
pengusaha kena pajak pada saat atau setelah berlakunya
Keputusan Dirjen Pajak ini.
18
Perpajakan untuk SMK
logam dan mesin, kecuali yang selama ini telah terdaftar pada
Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak berkedudukan;
20
Perpajakan untuk SMK
21
Perpajakan untuk SMK
22
Perpajakan untuk SMK
23
Perpajakan untuk SMK
Catatan:
a. Bagi pemohon yang berstatus cabang, orang pribadi
pengusaha tertentu, atau wanita kawin tidak pisah harta,
wajib melampirkan fotokopi Surat Keterangan Terdaftar
Kantor Pusat atau domisili atau suami.
b. Apabila permohonan ditandatangani oleh orang lain,
harus dilengkapi dengan surat kuasa khusus.
c. Dalam formulir dan persyaratannya belum lengkap
dikembalikan kepada Wajib Pajak untuk dilengkapi.
d. Dalam hal Wajib Pajak tersebut berstatus sudah
terdaftar, maka kepadanya tidak diberikan NPWP lagi.
e. Untuk Wajib Pajak berstatus cabang, orang pribadi
pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak pisah harta
diberikan surat Keterangan Terdaftar.
f. Dalam hal Wajib Pajak pernah terdaftar, maka
kepadanya diberikan NPWP yang sama dengan NPWP
semula.
25
Perpajakan untuk SMK
26
Perpajakan untuk SMK
27
Perpajakan untuk SMK
28
Perpajakan untuk SMK
29
Perpajakan untuk SMK
Catatan :
Apabila Wajib Pajak telah resmi terdaftar pada Kantor Pelayanan
Pajak yang baru, berkas dan uraian singkat dikirim dari Kantor
Pelayanan Pajak Lama ke Kantor Pelayanan Pajak baru. Dalam
uraian singkat yang dianggap perlu diketahui KPP baru adalah :
a. Jumlah tunggakan pajak yang masih harus ditagih.
b. Sampai di mana tindakan penagihan.
c. Apakah masih ada permohonan restitusi atau surat
keberatan Wajib Pajak yang belum diselesaiakan.
30
Perpajakan untuk SMK
Catatan :
DJP harus memberi keputusan dalam jangka waktu 3 bulan sejak
permohonan diterima (dengan pemeriksaan). Jika lewat jangka
waktu tersebut keputusan tidak diberikan maka permohonan
dianggap dikabulkan dan surat pencabutan NPPKP harus
diterbitkan dalam waktu selambat-lambatnya satu bulan setelah
jangka waktu tersebut berakhir.
31
Perpajakan untuk SMK
32
Perpajakan untuk SMK
33
Perpajakan untuk SMK
34
Perpajakan untuk SMK
b. Penyampaian SPT
a. Berbentuk badan
b. Memiliki izin usaha jasa ekspedisi atau jasa kurir
c. Mempunyai NPWP dan telah dikukuhkan sebagai PKP
d. Bersedia menandatangani perjanjian dengan Direktorat
Jenderal Pajak.
35
Perpajakan untuk SMK
Untuk SPT Masa PPN juga harus berisi data tambahan tentang :
a. Jumlah penyerahan
b. Jumlah Pajak Keluaran
c. Jumlah pajak yang dapat diperhitungkan
d. Jumlah kekurangan atau kelebihan pajak
e. Tanggal penyetoran
a. Jumlah penyerahan
b. Tarif
c. Jumlah pajak yang terutang
d. Jumlah pajak yang disetor
e. Tanggal penyetoran
38
Perpajakan untuk SMK
Î PELAPORAN SPT
39
Perpajakan untuk SMK
40
Perpajakan untuk SMK
Sanksi Pidana :
42
Perpajakan untuk SMK
43
Perpajakan untuk SMK
44
Perpajakan untuk SMK
4. PPN/PPn BM s.d.a
5. Pajak Penghasilan Pasal Tanggal 10 bulan takwim
21 Masa berikutnya.
46
Perpajakan untuk SMK
47
Perpajakan untuk SMK
Syarat Formal :
50
Perpajakan untuk SMK
51
Perpajakan untuk SMK
53
Perpajakan untuk SMK
54
Perpajakan untuk SMK
55
Perpajakan untuk SMK
56
Perpajakan untuk SMK
57
Perpajakan untuk SMK
Fungsi STP :
- Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut
SPT Wajib Pajak,
- Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau denda.
58
Perpajakan untuk SMK
59
Perpajakan untuk SMK
60
Perpajakan untuk SMK
61
Perpajakan untuk SMK
Contoh :
PT X mempunyai tahun buku sama dengan tahun takwin
memasukkan SPT Tahunan PPh Badan untuk tahun pajak
2001 tepat pada waktunya yang disertai dengan setoran
akhir.
Pada bulan April 2003 dikeluarkan SKPKB yang menunjukkan
kekurangan pajak yang terutang sebesar Rp 2.000.000,- (dua
juta rupiah). Berdasarkan ketentuan di atas maka atas
kekurangan tersebut dikenakan sanksi bunga 2% (dua
persen) per bulan.
Walaupun SKPKB tersebut diterbitkan lebih dari 2 (dua) tahun
sejak berakhirnya tahun pajak, sanksi bunga yang dikenakan
atas kekurangan tersebut hanya untuk masa dua tahun
dengan perhitungan sebagai berikut :
- Kekurangan pajak yang terutang Rp 2.000.000,-
- Bunga 2 tahun
= 2% x 2 x 12 x Rp 2.000.000,- Rp 960.000,-
Masih harus dibayar Rp 2.960.000,-
62
Perpajakan untuk SMK
65
Perpajakan untuk SMK
 PENCATATAN ( KEP-520/PJ./2000 ) :
- Pencatatan wajib dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi
yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang diperbolehkan menghitung Penghasilan Neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (Pasal
14 Undang-Undang Nomor 17 TAHUN 2000 ) dan Wajib Pajak
Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
- Pencatatan dalam suatu tahun pajak meliputi jangka waktu 12
bulan, mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember.
- Pencatatan harus dapat menggambarkan jumlah peredaran
atau penerimaan bruto dan atau jumlah penghasilan bruto,
serta penghasilan yang bukan obyek pajak atau penghasilan
yang dikenakan PPh Final, sehingga dapat dihitung besarnya
pajak yang terutang.
- Bagi wajib pajak yang memiliki lebih dari satu jenis usaha dan
atau tempat usaha, pencatatan harus dapat menggambarkan
jumlah peredaran atau penerimaan bruto dari masing-masing
jenis usaha dan atau tempat usaha yang bersangkutan.
- Bentuk (Format) Pencatatan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
(Lampiran I KEP-520/PJ./2000) adalah sbb :
Peredaran atau Penerimaan Bruto
66
Perpajakan untuk SMK
Penghasilan Lainnya
Tahun : ####
Tanggal Uraian Jumlah Bruto Keterangan
1 2 3 4
Penghasilan Bruto
Tahun : ###
Tanggal Uraian Jumlah Bruto Keterangan
1 2 3 4
Syarat-Syarat :
• Bahasa asing dan mata uang selain Rupiah yang boleh di
pergunakan adalah bahasa Inggris dan mata uang Dollar
Amerika Serikat.
• Mendapat izin dari Menteri Keuangan
68
Perpajakan untuk SMK
70
Perpajakan untuk SMK
8. PENAGIHAN PAJAK
DASAR PENAGIHAN
Dasar yang dipakai dalam melakukan penagihan pajak adalah
Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan
Pembetulan, Surat Ketetapan Keberatan, dan Putusan Banding.
BUNGA PENAGIHAN
Apabila Wajib Pajak Kurang/Tidak membayar tagihan pajak pada
waktunya, mengangsur atau menunda pembayaran, maka
dikenakan bunga sebesar 2 persen sebulan
71
Perpajakan untuk SMK
Contoh :
Bunga :
Dihitung 1 bulan = 1 x 2% x Rp 80.000= Rp 1.600
(Bunga tersebut ditagih dengan STP).
Pengecualian
Hak mendahulu lebih kuat dari segala hak lainnya kecuali
terhadap :
73
Perpajakan untuk SMK
74
Perpajakan untuk SMK
75
Perpajakan untuk SMK
- Menolak
- Menambah jumlah pajak terutang.
• Apabila Wajib Pajak mengajukan keberatan atas ketetapan
pajak yang ditentukan dalam pasal 13 ayat ( 1 ) huruf b dan
huruf d UU Nomor 16 TAHUN 2000, maka Wajib Pajak yang
bersangkutan harus dapat membuktikan ketidakbenaran
ketetapan pajak tersebut.
• Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan Dirjen
Pajak tidak memberikan jawaban,maka keberatan dianggap
diterima.
• Apabila surat keberatan tidak lengkap atau tidak memenuhi
persyaratan maka tidak dianggap sebagai surat keberatan.
76
Perpajakan untuk SMK
 BANDING
77
Perpajakan untuk SMK
 TUJUAN PEMERIKSAAN
1. Jenis Pemeriksaan
2. Prioritas Pemeriksaan
80
Perpajakan untuk SMK
 PENYIDIKAN PAJAK
1. Pengertian
a. Tugas Penyidik
Tugas penyidik adalah mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang
perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya
b Wewenang Penyidik
• menerima, mencari, mengumpulkan, dan
meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih
lengkap dan jelas;
• meneliti, mencari, dan mengumpulkan
keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang
perpajakan;
82
Perpajakan untuk SMK
• menghentikan penyidikan;
3. Kegiatan Penyidikan
83
Perpajakan untuk SMK
84
Perpajakan untuk SMK
85
Perpajakan untuk SMK
5. Penghentian Penyidikan
86
Perpajakan untuk SMK
1. Wajib Pajak
2. Wakil Wajib Pajak
3. Kuasa Wajib Pajak
4. Pegawai Wajib Pajak
5. Mereka yang yang menyuruh melakukan, yang turut
serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang
membantu melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan.
87
Perpajakan untuk SMK
88
Perpajakan untuk SMK
89
Perpajakan untuk SMK
B. TANGGUNG RENTENG
C. RAHASIA JABATAN
91
Perpajakan untuk SMK
92
Perpajakan untuk SMK
Kerahasiaan Perbankan
94
Perpajakan untuk SMK
96
Perpajakan untuk SMK
98
Perpajakan untuk SMK
99
Perpajakan untuk SMK
100
Perpajakan untuk SMK
b. Sanksi Pidana
b.1. Pidana Penjara
b.2 Pidana Kurungan
101
Perpajakan untuk SMK
103
Perpajakan untuk SMK
104
Perpajakan untuk SMK
105
Perpajakan untuk SMK
Hasil Keputusan
- Diterima seluruhnya.
- Diterima sebagian
- Ditolak
106
Perpajakan untuk SMK
3. Sanksi Administrasi
4. Pembayaran Pajak
a. Daluwarsa Penetapan
Daluwarsa penetapan pajak dipersingkat dari 10 (sepuluh) tahun
menjadi 5 (lima) tahun sejak berakhirnya Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
b. Daluwarsa Penagihan
Daluwarsa penagihan pajak dipersingkat dari 10 (sepuluh) tahun
sejak berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun
Pajak, menjadi 5 (lima) tahun sejak penerbitan ketetapan pajak.
110
Perpajakan untuk SMK
9. Hak Mendahulu
10. Gugatan
11. Keberatan
111
Perpajakan untuk SMK
12. Banding
112
Perpajakan untuk SMK
15. Pemeriksaan
113
Perpajakan untuk SMK
114
Perpajakan untuk SMK
115
Perpajakan untuk SMK
116
PPh PASAL 21
(PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS TRANSAKSI
PEMBAYARAN GAJI, HONORARIUM, UPAH
DAN IMBALAN LAINNYA)
UPAH
PPh PASAL 21
(PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS TRANSAKSI
PEMBAYARAN GAJI, HONORARIUM, UPAH
DAN IMBALAN LAINNYA)
119
Perpajakan untuk SMK
) Pegawai Tetap
a. Penghasilan Teratur (gaji/upah dan tunjangan)
i. Dalam mata uang rupiah
ii. Dalam mata uang asing
iii. Terdapat pembayaran dalam bentuk natura
) Pensiunan
120
Perpajakan untuk SMK
) Bukan Pegawai
a. Tenaga ahli
(pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris,
penilai, dan aktuaris).
b. Distributor Multi Level Marketing
c. Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
(Sebagaimana disebut dalam pasal 5 ayat (1) huruf e angka
2 s/d 12 Kep-545/PJ/2000)
i. Pemain musik, pembawa acara, penyayi, pelawak,
bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara,
crew film, foto model, peragawan.peragawati, pemain
drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.
ii. Olahragawan.
iii. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh,
moderator.
iv. Pengarang, peneliti dan penerjemah
v. Pemberi jasa dalam segala bidang, termasuk teknik,
komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial.
vi. Agen Iklan
vii. Pengawas, pengelola proyek, anggota & pemberi jasa
pada suatu kepanitiaan, peserta sidang atau rapat, dan
tenaga lepas lainnnya dalam segala bidang kegiatan.
viii. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan
ix. Peserta lomba
x. Petugas penjaja barang
xi. Petugas dinas luar asuransi
xii. Honorarium yang diterima atau diperoleh anggota Dewan
Komisaris atau Dewan Pengawas yang tidak merangkap
sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama.
xiii. Jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus yang diterima
atau diperoleh mantan pegawai.
121
Perpajakan untuk SMK
122
Perpajakan untuk SMK
123
Perpajakan untuk SMK
Keterangan:
1. Penghasilan Bruto
Penghasilan yang diterima karyawan dalam bentuk uang.
a. Biaya Jabatan.
Biaya ini diartikan sebagai biaya untuk memperoleh,
menagih dan memelihara penghasilan. Besarnya 5% dari
Penghasilan Bruto dengan batasan maksimal:Rp
l08.000,00/bulan atau Rp l.296.000,00 per tahun (biaya
jabatan ini diberlakukan untuk karyawan tetap). Untuk
penerima pensiun bulanan besarnya biaya pensiun
sebesar 5% dari pensiun bruto atau maksimal Rp
36.000,00/bulan atau Rp 432.000,00/tahun.
124
Perpajakan untuk SMK
PTKP
Status Tahunan Bulanan
(dibagi 12 bulan)
WP Rp 13.200.000,00 Rp 1.100.000,00
Kawin (Istri) Rp 1.200.000,00 Rp 100.000,00
Maksimum 3 orang
tanggungan keluarga
sedarah dan semenda
dalam garis keturunan
lurus keatas dan atau
kebawah
K/- Rp 14.400.000,00 Rp 1.200.000,00
K/1 Rp 15.600.000,00 Rp 1.300.000,00
K/2 Rp 16.800.000,00 Rp 1.400.000,00
K/3 Rp 18.000.000,00 Rp 1.500.000,00
Tambahan untuk seorang Rp 13.200.000,00 Rp 1.100.000,00
istri yang penghasilannya
digabung dengan
penghasilan suami
Catatan :
- Berlakunya jumlah tanggungan tersebut berdasarkan kondisi
Wajib Pajak pada awal tahun atau awal bagian tahun pajak.
- Keterangan Tambahan:
Tanggungan keluarga yang boleh masuk sebagai penambah
PTKP adalah:
125
Perpajakan untuk SMK
Penghasilan bruto:
- Gaji Rp. 2.000.000,00
- Tunjangan Transport Rp. 200.000,00
Jumlah Penghasilan bruto Rp. 2.200.000,00
PTKP (K/l) :
WP sendiri Rp. 13.200.000,00
Istri Rp. 1.200.000,00
126
Perpajakan untuk SMK
Potongan:
- PPh 21 Rp. 39.100,00
- Iuran pensiun Rp 10.000,00
Jumlah potongan (Rp. 49.100,00)
Jumlah Take home Pay Rp. 2.150.900,00
127
Perpajakan untuk SMK
128
Perpajakan untuk SMK
) Contoh:
Jawab:
Penghasilan bruto:
- Gaji Rp. 2.000.000,00
- Tunjangan Transport Rp. 200.000,00
- Iuran JKK (0.24% X 2.000.000) Rp. 4.800,00
- Iuran JK (0.3% X 2.000.000) Rp. 6.000,00
- Iuran JPK (6% X Maksimal gaji 1.000.000) Rp. 60.000,00
Jumlah Penghasilan bruto Rp. 2.270.800,00
129
Perpajakan untuk SMK
PTKP (K/l) :
Potongan:
- PPh 21 Rp. 40.637,00
- Iuran pensiun Rp 10.000,00
- Iuran JHT Rp. 40.000,00
Jumlah potongan (Rp. 90.637,00)
130
Perpajakan untuk SMK
Jurnal pada saat penyetoran PPh 21, Iuran Pensiun dan Iuran
Jamsostek di bulan berikutnya:
Catatan:
Beban gaji dan beban iuran Jamsostek tersebut dari sisi fiskal boleh
dikurangkan terhadap penghasilan bruto PT. X (boleh
dibiayakan/deductible expense)
131
Perpajakan untuk SMK
Catatan :
Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari
penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap
tanpa memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.
132
Perpajakan untuk SMK
133
Perpajakan untuk SMK
Contoh Penghitungan:
134
Perpajakan untuk SMK
PTKP (K/3)
- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00
- tambahan WP kawin Rp 1.200.000,00
- tambahan 3 orang anak
(3 x Rp 1.200.000,00) Rp 3.600.000,00
Rp 18.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 52.704.000,00
Catatan:
Cara penghitungan PPh Pasal 21 terutang untuk bagian tahun
pajak bagi
pegawai tetap yang kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada
tahun berjalan (karena meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya atau meninggal dunia) sama dengan contoh tersebut di
atas.
Contoh penghitungan :
135
Perpajakan untuk SMK
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00
- tambahan karena menikah Rp 1.200.000,00
Rp 14.400.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 13.704.000,00
PPh Pasal 21 setahun
5% x Rp 13.704.000,00 = Rp 685.200,00
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 685.200,00 : 12 = Rp 57.100,00
136
Perpajakan untuk SMK
Catatan :
Apabila suami Widha Mayla Sari bekerja, besarnya PTKP Widha
Mayla Sari adalah PTKP untuk diri sendiri sebesar Rp
13.200.000,00.
Contoh penghitungan :
137
Perpajakan untuk SMK
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00
- tambahan karena menikah Rp 1.200.000,00
- tambahan untuk 1 anak Rp 1.200.000,00
Rp 15.600.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 2.640.000,00
PPh Pasal 21
5% x Rp 2.640.000,00 = Rp 132.000,00
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 132.000,00 : 12 = Rp 11.000,00
138
Perpajakan untuk SMK
Gaji Rp 2.000.000,00
Pengurangan :
1. Biaya jabatan
(5% x Rp 2.000.000,00) Rp 100.000,00
2. Iuran Pensiun Rp 75.000,00
Rp 175.000,00
Penghasilan neto sebulan Rp 1.825.000,00
Penghasilan neto setahun :
12 x Rp 1.825.000,00 Rp 21.900.000,00
PTKP
- untuk wajib pajak Rp 13.200.000,00
- tambahan karena menikah Rp 1.200.000,00
Rp 14.400.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 7.500.000,00
139
Perpajakan untuk SMK
Contoh Penghitungan
Agani Putra (tidak kawin) bekerja pada PT Artha Purna Sakti
dengan memperoleh gaji sebesar Rp 2.000.000,00 sebulan.
Dalam tahun yang bersangkutan Agani menerima bonus sebesar
Rp 5.000.000,00. Setiap bulannya Agani membayar iuran
pensiun ke dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan sebesar Rp60.000,00
140
Perpajakan untuk SMK
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 24.000.000,00 Rp 1.200.000,00
2. Iuran pensiun setahun
12 x Rp 60.000,00 Rp 720.000,00
Rp 1.920.000,00
Penghasilan neto setahun Rp 22.080.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 8.880.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp 8.880.000,00 = Rp 444.000,00
141
Perpajakan untuk SMK
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 37.429.000,00 = Rp 1.871.450,00
maksimum diperkenankan Rp 1.296.000,00
2. Iuran pensiun setahun
12 x Rp 50.000,00 Rp 600.000,00
3. Iuran Jaminan Hari Tua
12 x Rp 55.000,00 Rp 660.000,00
Rp 2.556.000,00
Penghasilan neto setahun Rp 34.873.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 21.673.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp 21.673.000,00 = Rp 1.083.650,00
142
Perpajakan untuk SMK
Contoh penghitungan:
Tommy Susanto yang berstatus belum menikah adalah pegawai
pada PT Raywon Izzatta di Jakarta. Sejak 1 Juni 2006
dipindahtugaskan ke kantor cabang di Bandung. Gaji Tommy
sebesar Rp 3.500.000,00 dan pembayaran iuran pensiun yang
dibayar sendiri sebulan sejumlah Rp 100.000,00.
143
Perpajakan untuk SMK
PPh Pasal 21 terutang dan harus dipotong untuk masa Januari s.d.
Mei 2006 adalah:
5/12 x Rp 1.380.400,00 = Rp 575.166,00
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong masa Januari s.d.
Mei 2006 adalah:
5 x Rp 115.033,00 = Rp 575.166,00
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL
144
Perpajakan untuk SMK
Maksimum diperkenankan
7 x Rp 108.000,00 = Rp 756.000,00
2. Iuran pensiun
7 x Rp 100.000,00 = Rp 700.000,00
Rp 1.456.000 ,00
Penghasilan neto di Bandung Rp 23.044.000,00
145
Perpajakan untuk SMK
Contoh :
Freddy Sumaryanto yang berstatus belum menikah adalah pegawai
pada PT Harapan Sejahtera di Yogyakarta - DIY. Sejak 1 Juni 2006
pindah kerja pada PT Artha Delta Realty di Semarang. Gaji Freddy
pada waktu bekerja pada PT Harapan Sejahtera adalah sebesar Rp
3.500.000,00 dan naik menjadi Rp 4.000.000,00 setelah bekerja
pada PT Artha Delta Realty. Pada kedua perusahaan tersebut
Freddy membayar iuran pensiun sebulan sejumlah Rp 100.000,00.
146
Perpajakan untuk SMK
Catatan :
Kelebihan pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp 412.166,00
dikembalikan oleh PT Harapan Sejahtera kepada yang bersangkutan
pada saat pemberian bukti pemotongan PPh Pasal 21.
147
Perpajakan untuk SMK
Pengurangan
1. Biaya Jabatan :
5% x Rp 28.000.000,00 = Rp 1.400.000,00
Maksimum diperkenankan
7 x Rp 108.000,00 = Rp 756.000,00
2. Iuran pensiun
7 x Rp 100.000,00 = Rp 700.000,00
Rp 1.456.000,00
Penghasilan neto 7 bulan di Semarang Rp 26.544.000,00
Pengurangan
1. Biaya Jabatan :
5% x Rp 28.000.000,00 = Rp 1.400.000,00
Maksimum diperkenankan
7 x Rp 108.000,00 = Rp 756.000,00
2. Iuran pensiun
7 x Rp 100.000,00 = Rp 700.000,00
Rp 1.456.000,00
Penghasilan neto 7 bulan Rp 26.544.000,00
Penghasilan neto di PT Harapan Sejahtera
(sesuai dengan Form 1721 A1) Rp 16.460.000,00
Jumlah penghasilan neto setahun Rp 43.004.000,00
148
Perpajakan untuk SMK
PTKP
- untuk WP sendiri Rp. 13.200.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 29.804.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00
- tambahan karena menikah Rp 1.200.000,00
- tambahan untuk 1 orang anak Rp 1.200.000,00
Rp 15.600.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 223.104.000,00
149
Perpajakan untuk SMK
Dalam hal PPh Pasal 21 atas gaji pegawai ditanggung oleh pemberi
kerja, pajak yang ditanggung pemberi kerja tersebut termasuk dalam
pengertian kenikmatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf
b dan bukan merupakan penghasilan pegawai yang bersangkutan.
Contoh penghitungan :
Rizal Budiman adalah seorang pegawai dari PT Sinar Mentari
dengan status menikah dan mempunyai 3 orang anak. Dia menerima
gaji Rp 4.000.000,00 sebulan dan PPh ditanggung oleh pemberi
kerja. Tiap bulan ia membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp
150.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00
- tambahan karena menikah Rp 1.200.000,00
- tambahan untuk 3 orang anak Rp 3.600.000,00
Rp 18.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 26.904.000,00
150
Perpajakan untuk SMK
Contoh penghitungan :
Rianto Sianturi (status kawin dengan 3 orang anak) bekerja pada PT
Kartika Alam Sentosa dengan memperoleh gaji sebesar Rp
2.500.000,00 sebulan. Kepada Rianto Sianturi diberikan tunjangan
pajak sebesar Rp 25.000,00. Iuran pensiun yang dibayar oleh Rianto
adalah sebesar Rp 25.000,00 sebulan.
151
Perpajakan untuk SMK
12 x Rp 2.392.000,00 Rp 28.704.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00
- tambahan karena menikah Rp 1.200.000,00
- tambahan untuk 3 orang anak Rp 3.600.000,00
Rp 18.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 10.704.000,00
Contoh Penghitungan :
Agung Setyawan adalah warga negara RI yang bekerja pada suatu
perwakilan dagang asing yang pengenaan pajaknya menggunakan
norma penghitungan khusus (deemed profit), memperoleh gaji
sebesar Rp 1.500.000,00 sebulan beserta beras 30 kg dan gula 10
kg. Agung Setyawan berstatus menikah dengan 1 orang anak. Nilai
uang dari beras dan gula dihitung berdasarkan harga pasar yaitu :
Harga beras : Rp 4.000,00 per kg.
Harga gula : Rp 5.500,00 per kg.
152
Perpajakan untuk SMK
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% x Rp 1.675.000.00 Rp 83.750,00
Penghasilan neto sebulan Rp 1.591.250,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp 1.591.250,00 Rp 19.095.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00
34
- tambahan karena menikah Rp 1.200.000,00
- tambahan untuk 1 orang anak Rp 1.200.000,00
Rp 15.600.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 3.495.000,00
Contoh:
Rizal Alhanif, berstatus kawin dengan 2 (dua) orang anak yang
masih menjadi tanggungan, bekerja sebagai pegawai tetap pada PT
153
Perpajakan untuk SMK
Pengurangan
1. Biaya jabatan = 5% X Rp 30.000.000,00
=Rp 1.500.000,00,
maksimum diperkenankan6 x Rp 108.000,00 Rp 648.000,00
2. Iuran pensiun: 6 x Rp 250.000,00 Rp 1.500.000,00
Rp 2.148.000,00
Penghasilan Neto selama 6 bulan Rp 27.852.000,00
PTKP:
- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00
- tambahan karena menikah Rp 1.200.000,00
- tambahan untuk 2 orang anak Rp 2.400.000,00
Rp 16.800.000,00
154
Perpajakan untuk SMK
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00
- tambahan karena menikah Rp 1.200.000,00
- tambahan untuk 2 orang anak Rp 2.400.000,00
Rp 16.800.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 28.836.000,00
PPh Pasal 21 terutang adalah :
5% x Rp 25.000.000,00 = Rp 1.250.000,00
10% x Rp 3.836.000,00 = Rp 383.600,00
Rp 1.633.600,00
PPh Pasal 21 terutang di PT Mumtaza Aljazirah
sesuai dengan bukti pemotongan PPh Pasal 21
(Form 1721 A1) Rp 552.600,00
PPh Pasal 21 terutang pada Dana Pensiun Dana
Artha Kelola, selama 6 bulan adalah Rp 1.081.000,00
155
Perpajakan untuk SMK
PPh Pasal 21 atas uang pensiun yang harus dipotong dari pensiun
bulanan adalah :
Rp 1.081.000,00 : 6 = Rp 180.166,00
Pengurangan :
Biaya pensiun 5% x Rp 18.000.000,00 = Rp 900.000,00
Maksimum diperkenankan: 6 x Rp 36.000,00 Rp 216.000,00
Penghasilan neto 6 bulan Rp 17.784.000,00
Penghasilan neto dari PT Mumtaza Aljazirah
sesuai dengan bukti pemotongan PPh Pasal 21
adalah Rp 27.852.000,00
Jumlah penghasilan neto tahun 2006 Rp 45.636.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00
- tambahan karena menikah Rp 1.200.000,00
- tambahan untuk 2 orang anak Rp 2.400.000,00
Rp 16.800.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 28.836.000,00
PPh Pasal 21 terutang adalah :
5% x Rp 25.000.000,00 = Rp 1.250.000,00
10% x Rp 3.836.000,00 = Rp 383.600,00
Rp 1.633.600,00
PPh Pasal 21 terutang di PT Mumtaza Aljazirah
sesuai dengan bukti pemotongan PPh Pasal 21
(Form 1721 A1) Rp 552.600,00
PPh Pasal 21 terutang pada Dana Pensiun Dana
Artha Kelola, selama 6 bulan adalah Rp 1.081.000,00
PPh Pasal 21 telah dipotong: 6 x Rp 180.166,00 Rp 1.081.000,00
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL
Catatan:
Dalam hal waktu pensiun belum dapat diketahui pada waktu
penghitungan PPh Pasal 21 terutang bulanan, maka cara
penghitungan PPh Pasal 21 sama dengan Contoh I.6. Penghitungan
Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai yang Pindah
Kerja Dalam Tahun Berjalan dengan memperhatikan batas maksimal
biaya pensiun sebesar Rp 36.000,00 sebulan.
156
Perpajakan untuk SMK
157
Perpajakan untuk SMK
Catatan :
Cara penghitungan PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan berupa
uang tebusan pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua
yang diterima sekaligus adalah sama dengan contoh di atas.
Contoh penghitungan :
IV.1.1 Seto dengan status belum menikah. pada bulan Januari 2006
bekerja sebagai buruh harian pada PT Hanif Sejahtera. Ia bekerja
selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp 110.000,00.
Misalkan Seto bekerja selama 11 hari, maka pada hari ke-11, setelah
jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp 1.100.000,00, maka
PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi
PTKP yang sebenarnya.
158
Perpajakan untuk SMK
159
Perpajakan untuk SMK
Contoh penghitungan :
Mudjiman adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit TV
pada suatu perusahaan elektronika, dia tidak menikah. Upah yang
dibayar berdasarkan atas jumlah unit/satuan yang diselesaikan yaitu
Rp 25.000,00 per buah TV dan dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu
1 minggu (6 hari kerja) dihasilkan sebanyak 30 buah TV dengan
upah Rp 750.000,00.
Contoh Penghitungan :
IV.3.1. Haris mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah
borongan sebesar Rp 300.000,00, pekerjaan diselesaikan dalam 2
hari.
160
Perpajakan untuk SMK
Penghitungan PPh:
Catatan :
Penghitungan PPh Pasal 21 atas honorarium atau pembayaran lain
yang jumlahnya dihitung atas dasar banyaknya hari yang dipakai
untuk menyelesaikan jasa yang diberikan, misalnya uang saku
harian bagi pemagang sama dengan contoh penghitungan pada
angka 1 di atas.
Contoh penghitungan :
161
Perpajakan untuk SMK
Contoh penghitungan :
Erika Dewi adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai 2
orang anak. Sebagai distributor Perusahaan Multilevel Marketing
Maxim Gold., pada bulan Maret 2006 memperoleh penghasilan
sebesar Rp 26.000.000,00. Suami Erika Dewi bekerja pada PT.
Sianturi Djaya.
162
Perpajakan untuk SMK
163
Perpajakan untuk SMK
164
Perpajakan untuk SMK
Contoh penghitungan :
Contoh penghitungan :
Ir. Iwan Kusuma, M.Arch adalah seorang arsitek, pada bulan Maret
2006 menerima fee sebesar Rp 50.000.000,00 dari PT D’Juz
Construction sebagai imbalan pemberian jasa yang dilakukannya.
Pada bulan Juli 2006 menerima pelunasan sisa fee sebesart Rp
50.000.000,00
165
Perpajakan untuk SMK
Catatan:
Perhitungan PPh Pasal 21 Tenaga Ahli orang pribadi lainnya (yang
memberikan jasa bukan atas nama persekutuan atau Firma) sama
dengan perhitungan di atas.
166
PPH PASAL 22
(PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN DITAHUN BERJALAN MELALUI
PEMUNGUTAN/PEMOTONGAN PIHAK LAIN ATAS TRANSAKSI
TERTENTU)
Industri Kertas
Produk PERTAMINA
Industri Semen
OBJEK
PPh
PASAL 22
Industri Baja
Hasil Pertanian
Industri Otomotif
PPh pasal 22 dikenakan atas penyerahan produk industri semen, rokok, kertas, baja,
otomotif, produk PERTAMINA, pembayaran yang dananya berasal dari APBN/D,
penyerahan hasil produksi pertanian, perkebunan, perhutanan, dan perikanan oleh
pedagang pengumpul serta impor barang.
Perpajakan untuk SMK
PPh PASAL 22
(PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN DITAHUN BERJALAN
MELALUI PEMUNGUTAN/PEMOTONGAN PIHAK LAIN ATAS
TRANSAKSI TERTENTU)
169
Perpajakan untuk SMK
Contoh 1 :
Untuk keperluan pemeliharaan listrik, PT PLN membeli kabel dan
peralatan seharga Rp 70.000.000,- (tidak termasuk PPN) dari CV
Terang.
170
Perpajakan untuk SMK
Catatan:
PT. PLN wajib menyetorkan PPh 22 yang telah dipotong tersebut
ke kas negara dengan SSP atas nama PT. PLN dan memberikan
bukti pemotongan ke CV. Terang
Catatan:
Kewajiban berikutnya PT PLN wajib melaporkan SPT Masa PPh
22.
Catatan :
Uang Muka PPh 22 Rp. 1.050.000 bagi CV. Terang merupakan
cicilan/angsuran PPh di tahun berjalan yang nantinya di akhir
tahun akan mengurangi PPh terutang CV. Terang (PPh terutang
dihitung dari laba akhir tahun dikalikan tarif pasal 17)
Contoh 2:
Pemegang Kas Pemkot Batu membeli peralatan kantor dari PT
Sarana dengan harga Rp 11.000.000,- (termasuk PPN).
Catatan:
Uang Muka PPh 22 merupakan kredit pajak di akhir tahun bagi
PT. Sarana. PPN Keluaran oleh Pemkot Batu sudah disetor
bersamaan dengan pemungutan dan SSP atas nama PT. Sarana.
171
Perpajakan untuk SMK
Kewajiban Pemungut :
> menyetor PPh Ps.22 yang telah dipungut ke Kantor Penerima
Pembayaran
- pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran
bagi pemungut ke-1 :
Ditjen Anggaran, Bendaharawan Pemerintah,
BUMN dan BUMD yang melakukan pembelian
barang dengan dana yang berasal dari APBN
dan APBD
Contoh :
PT. X mempunyai API mengimpor barang dengan nilai sbb:
- Harga barang Rp. 30.000.000,-
- Biaya asuransi Rp. 2.000.000,-
- Biaya angkut Rp. 8.000.000,-
Jumlah CIF (Cost, Investment & Freight) Rp 40.000.000,-
172
Perpajakan untuk SMK
Catatan:
- Uang Muka PPh 22 di akhir tahun akan mengurangi PPh
terutang (sebagai kredit pajak) .
- PPnBM dikapitalisasi (menambah nilai persediaan barang).
- PPN Masukan akan mengurangi PPN Keluaran/PPN yang
dipungut dari konsumen di bulan/masa yang sama.
Tatacara pelunasan :
Kewajiban Pemungut :
¾ memungut PPh Ps.22 Impor dengan memberikan bukti pungutan
PPh Ps.22 Impor (SSPCP/BPPCP)
¾ bagi Ditjen Bea dan Cukai sebagai pemungut, menyetor PPh
Ps.22 Impor yang dipungut selambat-lambatnya pada hari kerja
berikutnya, melalui :
o Bank Devisa yang sekota/sewilayah kerja dengan KP Bea
dan Cukai
173
Perpajakan untuk SMK
Contoh :
Pabrikan Rokok PT WW menjual rokok kepada beberapa
distributornya, salah satunya adalah CV RR dengan Harga Jual
Eceran. Harga bandrol keseluruhannya Rp 60.000.000,-
Sedangkan harga jual kepada CV RR keseluruhan sebesar Rp.
50.000.000,-.
174
Perpajakan untuk SMK
Catatan:
Bagi CV. RR PPh 22 tersebut dicatat sebagai biaya karena
bersifat final, yang artinya kewajiban pajak CV. RR diakhir tahun
nanti dianggap sudah lunas dan SPT Tahunannya dilaporkan
NIHIL.
Kewajiban pemungut :
> memungut PPh Ps.22 pada saat dilakukan penjualan kepada
distributor dan penjualan secara canvassing, memberikan Bukti
Pungutan PPh Ps.22
> menyetor PPh Ps.22 yang dipungut dengan secara kolektif
dengan SSP atas nama pabrikan/pemungut, paling lambat
tanggal 10 bulan takwim berikutnya
> melaporkan pemungutan dan penyetoran PPh Ps.22 ke KPP di
mana pemungut terdaftar dengan menggunakan SPT Masa
PPh Ps.22 paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak
berakhir, disertai lampiran :
Daftar Bukti Pemungutan PPh Ps.22
Bukti Pemungutan PPh Ps.22 lembar ke-2
SSP lembar ke-3
Nota Retur, bila terjadi retur penjualan
b. Baja
Obyek : atas penjualan produksi baja di dalam negeri
Tarif : 0,3 % dari DPP PPN (Kep-01/PJ/1996)
c. Otomotif
Obyek : atas penjualan semua jenis kendaraan bermotor
roda- 2 atau lebih di dalam negeri
Tarif : 0,45 % dari DPP PPN (Kep-32/PJ1995 dan Kep-
65/PJ/1995)
d. Kertas
Obyek : atas penjualan semua jenis kertas di dalam negeri
Tarif : 0,1 % dari DPP PPN
175
Perpajakan untuk SMK
e. Semen
Obyek : atas penjualan semua jenis semen di dalam negeri
Tarif : 0,25 % dari DPP PPN
Contoh :
Pabrikan Semen PT XX menjual produksinya kepada
distributornya, UD. ZZ seharga Rp 200.000.000,- PPh Ps.22 yang
harus dipungut oleh PT XX kepada UD. ZZ.
= 0,25 % X Rp 200.000.000,-
= Rp 500.000,-
Catatan:
PPh 22 dicatat dalam rekening Uang Muka karena tidak final dan
diakhir tahun menjadi kredit pajak bagi UD. ZZ.
Kewajiban Pemungut :
¾ memungut PPh Ps.22 pada saat penjualan hasil produksi
kepada distributornya, dengan memberikan Bukti Pungutan
PPh Ps.22 (oleh badan usaha industri/eksportir tertentu).
¾ menyetor PPh Ps.22 yang dipungut ke Kantor Penerima
Pembayaran dengan menggunakan SSP secara kolektif atas
nama pemungut, paling lambat tanggal 10 bulan takwim
berikutnya
¾ melaporkan pemungutan dan penyetoran PPh Ps.22 ke KPP di
mana pemungut terdaftar dengan menggunakan SPT Masa
PPh Ps.22 paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir
disertai lampiran :
Daftar Bukti Pemungutan PPh Ps.22
Bukti Pemungutan PPh Ps.22 lembar ke-2
SSP lembar ke-3
Nota Retur, bila terjadi retur penjualan
176
Perpajakan untuk SMK
Tarif :
Contoh :
PT GG membeli solar seharga Rp 100.000.000,- dari suatu badan
usaha yang ditunjuk sebagai penyalur BBM.
Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB/Delivery Order)
diterbitkan, setelah PT GG melunasi terlebih dulu PPh Ps.22
= 0,30 % X Rp 100.000.000,-
= Rp 300.000,-
Tatacara pelunasan :
PPh Ps.22 atas penyerahan BBM dilunasi/dipungut pada saat
penerbitan SPPB/DO, dengan SSP atas nama Wajib Pajak sendiri ke
Kantor Penerima Pembayaran sebelum SPPB/DO diterbitkan
(Pemungutan PPh Ps.22 bersifat Final)
177
Perpajakan untuk SMK
Contoh :
PT F adalah industri pengolahan bahan makanan untuk diekspor,
membeli bahan baku dari para pedagang pengumpul :
CV A Rp 10.000.000,00
CV B Rp 20.000.000,00
CV C Rp 30.000.000,00
Kewajiban Pemungut :
• memungut PPh Ps.22 pada saat pembelian bahan-bahan dari
pedagang pengumpul, dengan memberikan Bukti
Pemungutan PPh Ps.22
178
Perpajakan untuk SMK
179
Perpajakan untuk SMK
180
Perpajakan untuk SMK
181
PPh PASAL 23/26
(PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN DI TAHUN BERJALAN MELALUI
PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PIHAK LAIN ATAS PENGHASILAN
YANG BERSUMBER DARI MODAL DAN JASA)
BUNGA BANK/SBI
OBJEK PPh
PASAL 23
DIVIDEN& ROYALTI
IMBALAN JASA
PPh pasal 23 adalah pajak penghasilan yang dibayar oleh Wajib Pajak Dalam
Negeri dan BUT dalam tahun berjalan yang dipotong oleh pihak lain atas
penghasilan dari modal, hadiah dan penghargaan serta imbalan jasa.
Perpajakan untuk SMK
Badan Pemerintah
Subyek Pajak Badan Dalam Negeri
Penyelenggara Kegiatan
Bentuk Usaha Tetap, atau
Perwakilan Perusahaan Luar Negeri Lainnya,
Wajib Pajak Orang Pribadi yang ditunjuk Kepala KPP sebagai
Pemotong PPh Ps.23 :
¤ akuntan, arsitek, dokter, notaries, PPAT (kecuali PPAT Camat),
pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas.
¤ Orang Pribadi yang menjalankan usaha dengan
menyelenggarakan pembukuan atas pembayaran berupa
sewa.
184
Perpajakan untuk SMK
¤ royalti
¤ hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh
Ps.21 dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri atau
Bentuk Usaha Tetap.
185
Perpajakan untuk SMK
186
Perpajakan untuk SMK
187
Perpajakan untuk SMK
seluruhnya
termasuk
pemberian jasa
dan pengadaan
materian/barang
tidak termasuk
PPN.
Contoh 1:
Catatan:
Lihat pengecualian tentang pemotongan PPh 23 di halaman
berikutnya.
Jurnal yang harus dibuat oleh PT. ABC sebagai pemotong PPh
23 adalah sbb:
Dividen Rp. 100.000.000,00
Utang PPh 23 Rp. 12.000.000,00
Kas Rp. 88.000.000,00
188
Perpajakan untuk SMK
Jurnal bagi penerima dividen PPh 23 yang dipotong oleh PT. ABC
akan dicatat sebagai Uang Muka PPh pasal 23 yang diakhir tahun
akan diakui sebagai kredit pajak.
Contoh 2:
PT. Z menyewa kendaraan untuk mangangkut barang dagangan
yang dia beli dari PT. Y dengan nilai sewa sebesar Rp,
10.000.000,00
Contoh 3:
PT. Prima Jaya membayar jasa maklon kepada PT. Maju dengan
harga Rp. 40.000.000,- .
189
Perpajakan untuk SMK
Jurnal yang harus dibuat oleh PT. Prima Jaya (pemotong PPh
23):
Biaya Maklon Rp. 40.000.000,00
Utang PPh 23 Rp. 1.200.000,00
Kas Rp. 38.800.000,00
190
Perpajakan untuk SMK
5. KEWAJIBAN PEMOTONG
¾ Badan Pemerintah
¾ Subjek pajak dalam negeri
¾ Penyelenggara kegiatan
¾ Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya.
191
Perpajakan untuk SMK
Contoh :
Penghasilan Kena Pajak 17.500.000.000,-
PPh terutang :
- 10% X 50.000.000,- = 5.000.000,-
- 15% X 50.000.000,- = 7.500.000,-
- 30% X 17.400.000.000,- = 5.250.000.000,-
Jumlah PPh terutang 5.232.500.000,-
PhKP – PPh terutang 12.267.500.000,-
192
Perpajakan untuk SMK
193
PPh PASAL 24
(KREDIT PAJAK LUAR NEGERI ATAU PPh YANG DIBAYAR
ATAU TERUTANG DI LUAR NEGERI
ATAS PENGHASILAN YANG DIPEROLEH DARI LUAR NEGERI YANG
BISA DIKREDITKAN DI DALAM NEGERI)
PPh Pasal 24 atau disebut juga kredit pajak luar negeri adalah pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan dengan pajak
terutang di dalam negeri di akhir tahun pajak.
Perpajakan untuk SMK
PPh PASAL 24
(KREDIT PAJAK LUAR NEGERI ATAU PPh YANG DIBAYAR
ATAU TERUTANG DI LUAR NEGERI
ATAS PENGHASILAN YANG DIPEROLEH DARI LUAR NEGERI
YANG BISA DIKREDITKAN DI DALAM NEGERI)
¾ Pasal 24 UU PPh
¾ Keputusan Menteri Keuangan nomor 164/KMK.03/2002
196
Perpajakan untuk SMK
Penghasilan LN
b. X Jumlah PPh Terutang
Total Penghasilan (Tarif PPh pasal 17)
197
Perpajakan untuk SMK
198
Perpajakan untuk SMK
CONTOH I :
Jumlah Penghasilan
Neto Luar Negeri 4.000.000.000 1.150.000.000 1.047.812.000
4. Ph Neto DN 4.000.000.000
Jumlah Penghasilan
Neto LN & DN 8.000.000.000
199
Perpajakan untuk SMK
PPh terutang :
10% x 50.000.000 ..................... 5.000.000
15% x 50.000.000 ..................... 7.500.000
30% x 7.900.000.000 ..................... 2.370.000.000
Jumlah PPh terutang ............................................ 2.382.500.000
Jumlah Penghasilan
Neto LN & DN 2.000.000.000
PPh terutang :
10% x 50.000.000 ..................... 5.000.000
15% x 50.000.000 ..................... 7.500.000
30% x 1.900.000.000 ..................... 570.000.000
Jumlah PPh terutang .................................. 582.500.000
200
Perpajakan untuk SMK
Jumlah Penghasilan
Neto LN & DN 800.000.000
PPh terutang :
10% x 50.000.000 ..................... 5.000.000
15% x 50.000.000 ..................... 7.500.000
30% x 700.000.000 ..................... 210.000.000
Jumlah PPh terutang .................................. 222.500.000
201
Perpajakan untuk SMK
Jumlah Penghasilan
Neto Luar Negeri 3.000.000.000 1.000.000.000 889.500.000
Ph Neto DN 2.000.000.000
Jumlah Penghasilan
Neto LN & DN 5.000.000.000
PPh terutang :
10% x 50.000.000 ..................... 5.000.000
15% x 50.000.000 ..................... 7.500.000
30% x 4.900.000.000 ..................... 1.470.000.000
Jumlah PPh terutang .................................. 1.482.500.000
Jumlah Penghasilan
Neto LN & DN 5.000.000.000
202
Perpajakan untuk SMK
PPh terutang :
10% x 50.000.000 ..................... 5.000.000
15% x 50.000.000 ..................... 7.500.000
30% x 4.900.000.000 ..................... 1.470.000.000
Jumlah PPh terutang........................... 1.482.500.000
CONTOH II :
Rugi neto yang berasal dari negara Malaysia tidak boleh digabung
(tidak diakui).
203
Perpajakan untuk SMK
CONTOH III :
204
Perpajakan untuk SMK
CONTOH IV :
205
Perpajakan untuk SMK
6. PPh harus dibayar Rp. 588.333.333,00 6. PPh harus dibayar Rp. 536.250.000,00
7. PPh Pasal 25 Rp. (500.000.000,00) 7. PPh Pasal 25 Rp. (500.000.000,00)
8. FLN Rp (10.000.000,00) 8. FLN Rp (10.000.000,00)
9. PPh Pasal 29 Rp. 23.333.333,00 9. PPh Pasal 29 Rp. 26.250.000,00
CONTOH V :
Bila koreksi fiskal di Luar Negeri yang mengakibatkan pajak di luar negeri
Lebih dibayar
206
Perpajakan untuk SMK
1. Penghasilan luar negeri Rp. 1.000.000.000,00 1. Penghasilan luar negeri Rp. 500.000.000,00
2. Penghasilan dalam negeri Rp. 2.000.000.000,00 2. Penghasilan dalam negeri Rp. 2.000.000.000,00
3. Penghasilan Kena Pajak Rp. 3.000.000.000,00 3. Penghasilan Kena Pajak Rp. 2.500.000.000,00
6. PPh harus dibayar Rp. 588.333.333,00 6. Harus dibayar di Indonesia Rp. 586.000.000,00
7. PPh Pasal 25 Rp. 500.000.000,00 7. PPh Pasal 25 Rp. 500.000.000,00
8. PPh Pasal 29 Rp. 88.333.333,00 8. Kurang bayar Rp. 86.000.000,00
9. PPh Pasal 29 telah dibayar Rp. 88.333.333,00
10.Lebih bayar Rp. 2.333.333,00
PT. ABC dalam tahun 2007 memperoleh penghasilan kena pajak (laba
fiskal) sbb:
Di luar negeri PT. ABC sudah dikenakan pajak sebesar 30% dari Rp.
1.000.000.000,- atau sebesar Rp. 300.000.000,00 Sedangkan di dalam
negeri PT. ABC telah membayar pajak sbb:
207
Perpajakan untuk SMK
- Dibayar sendiri :
- PPh pasal 25 sebesar Rp. 24.000.000,-
208
Perpajakan untuk SMK
Catatan:
*) Kerugian pajak LN sebesar Rp. 7.954.546,- ini adalah merupakan
selisih dari jumlah pajak yang sebenarnya dibayar diluar negeri dikurangi
dengan jumlah pajak LN yang boleh dikreditkan (300.000.000 –
292.045.454). Perlakuan kerugian ini dari sisi komersial (Akuntansi)
boleh diakui sebagai beban namun menurut fiskal tidak boleh diakui
sebagai beban (tidak boleh dikompensasikan ataupun direstitusi).
Catatan :
Laba fiskal dalam contoh tersebut diatas disajikan dari Laba Akuntansi
setelah diadakan Rekonsiliasi Fiskal (Koreksi Fiskal).
Rekonsiliasi Fiskal ini akan dibahas dalam bab selanjutnya.
209
PPh PASAL 25
(ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN YANG
HARUS DIBAYAR SENDIRI OLEH WAJIB PAJAK)
; Cara Penghitungan
; Angsuran Bulanan PPh Pasal 25 Apabila Diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak Atas Tahun Pajak yang Lalu
; Angsuran PPh pasal 25 Bagi Wajib Pajak yang Berhak
Atas Kompensasi Kerugian
; Angsuran PPh pasal 25 Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh
Penghasilan Tidak Teratur
; Angsuran PPh pasal 25 Bagi Wajib Pajak yang Mengalami
Perubahan Keadaan Usaha
; Angsuran PPh pasal 25 Bagi Wajib Pajak yang Menyampaikan
SPT Lewat Batas Waktu
; Angsuran PPh pasal 25 Bagi Wajib Pajak Baru
; Angsuran PPh pasal 25 Bagi Wajib Pajak Bank atau SGU dengan Hak Opsi
; PPh Pasal 25 Bagi BUMN/D
; PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
; Perlakuan Akuntansi
Angsuran PPh Bulanan
yang harus dibayar oleh
Wajib Pajak
KAS
NEGARA
Wajib Pajak
PPh Pasal 25 adalah pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak dalam tahun berjalan. PPh Pasal 25 ini merupakan angsuran PPh yang di
akhir tahun merupakan kredit pajak.
Perpajakan untuk SMK
PPh PASAL 25
(ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN
YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI OLEH WAJIB PAJAK)
Contoh 1:
Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan SPT
Tahunan PPh tahun 2006 50.000.000,00
Dikurangi dengan:
PPh yang dipotong pemberi kerja (PPh Pasal 21) (15.000.000,00)
PPh Pasal 22 (10.000.000,00)
PPh Pasal 23 (2.500.000,00)
Kredit pajak luar negeri (PPh Pasal 24) (7.500.000,00)
Contoh 2:
Apabila PPh pada contoh 1 di atas berkenaan dengan penghasilan untuk
bagian tahun pajak yang meliputi 6 bulan dalam tahun 2006, maka
besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri setiap bulan
dalam tahun 2007 sebesar :
= Rp 15.000.000,00/6 = Rp 2.500.000,00.
212
Perpajakan untuk SMK
Catatan:
Besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum batas waktu
penyampaian SPT Tahunan PPh adalah sama dengan besarnya
angsuran PPh untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.
Contoh 3:
Apabila SPT Tahunan PPh tahun 2006 disampaikan pada bulan Maret
2007, maka besarnya angsuran PPh yang harus dibayar wajib pajak
untuk bulan Januari dan Februari 2007 adalah sama dengan angsuran
bulan Desember 2006, misalnya sebesar Rp 1.000.000,00.
Apabila dalam bulan September 2006 diterbitkan Surat Keputusan
pengurangan angsuran PPh menjadi nihil, sehingga angsuran PPh untuk
bulan Oktober s.d. Desember 2006 menjadi nihil, maka angsuran PPh
untuk bulan Januari dan Februari 2007 juga nihil.
Contoh:
Berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun 2005 yang disampaikan pada
bulan Maret 2006, perhitungan angsuran PPh yang harus dibayar adalah
Rp 1.250.000,00. Dalam bulan Juli 2006 diterbitkan surat ketetapan
pajak yang menghasilkan besaran angsuran PPh setiap bulan menjadi
sebesar Rp 2.000.000,00.
213
Perpajakan untuk SMK
Contoh:
Penghasilan Neto PT X tahun 2004 120.000.000,00
Sisa kerugian tahun sebelumnya yang masih dapat
dikompensasikan
Sisa kerugian yang masih dapat dikompensasikan di (150.000.000,00)
tahun 2005
30.000.000,00
Dengan asumsi dalam tahun 2004 besarnya PPh yang dipotong atau
dipungut pihak lain sebesar Rp 5.000.000,00, maka besarnya angsuran
PPh Pasal 25 PT X tahun 2005 adalah:
= 1/12 x Rp 6.000.000,00
= Rp 500.000,00
Contoh:
Penghasilan teratur wajib pajak A dari usaha dagang dalam tahun 2004
adalah Rp 48.000.000,00 dan penghasilan tidak teratur dari
mengontrakkan rumah selama 3 tahun yang dibayar secara sekaligus di
tahun 2004 adalah Rp 72.000.000,00.
214
Perpajakan untuk SMK
b. Apabila setelah 4 bulan atau lebih dalam suatu tahun pajak wajib
pajak dapat menunjukkan bahwa PPh yang akan terutang untuk
tahun pajak tersebut kurang dari 75% dari PPh yang menjadi dasar
penghitungan PPh Pasal 25, wajib pajak tersebut dapat
mengajukan permohonan pengurangan angsuran PPh Pasal 25
kepada Kepala KPP setempat.
Dengan syarat:
¾ Diajukan secara tertulis
¾ Menyampaikan perhitungan besarnya PPh yang akan terutang
berdasarkan perkiraan penghasilan yang diterima/diperoleh,
dan besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan yang masih
tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan.
untuk tahun pajak tersebut lebih dari 150% dari PPh yang menjadi
dasar penghitungan PPh Pasal 25, maka PPh Pasal 25 untuk
bulan-bulan yang masih tersisa dihitung kembali berdasarkan
perkiraan PPh yang terutang di tahun tersebut.
216
Perpajakan untuk SMK
217
Perpajakan untuk SMK
Karena PPh 25 ini merupakan angsuran yang harus dibayar setiap masa,
maka setiap pembayaran akan dicatat dalam rekening Uang Muka PPh
pasal 25 dan di akhir tahun akan diperhitungkan sebagai kredit pajak.
218
Perpajakan untuk SMK
PPh pasal 25 ini disetor paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya atau
masa pajak berikutnya.
Ilustrasi Jurnal:
219
PPh PASAL 26
(PEMOTONGAN PPh ATAS PENGHASILAN YANG DITERIMAKAN
KEPADA WAJIB PAJAK LUAR NEGERI)
PPh Pasal 26 adalah pajak penghasilan yang harus dipotong oleh subjek pajak dalam
negeri dan BUT atas penghasilan yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri.
PPh Pasal 26 ini bersifat FINAL.
Perpajakan untuk SMK
PPh PASAL 26
(PEMOTONGAN PPh ATAS PENGHASILAN YANG DITERIMAKAN
KEPADA WAJIB PAJAK LUAR NEGERI)
223
Perpajakan untuk SMK
3. Dikenakan PPh pasal 26 sebesar 20% dari laba neto setelah pajak
dari suatu BUT di Indonesia (Branch Profit Tax) atau 20% X
(Penghasilan Kena Pajak – Pajak suatu BUT), kecuali jika
ditanamkan kembali di Indonesia. (Pasal 26 ayat (4) Undang-
Undang PPh, 113/KMK.04/2002)
Contoh :
Penghasilan Kena pajak ……………… 17.500.000.000,-
PPh terutang :
- 10 % X 50.000.000,- = 5.000.000,-
- 15 % X 50.000.000,- = 7.500.000,-
- 30 % X 17.400.000.000,- = 5.250.000.000,-
Jumlah PPh terutang …………………… 5.232.500.000,-
Ph KP – PPh terutang …………………….. 12.267.500.000,-
224
Perpajakan untuk SMK
4. PERLAKUAN AKUNTANSI:
225
PPhTB & BPHTB
Bab ini membahas tentang :
PPhTB adalah pajak penghasilan yang harus dibayar oleh Wajib Pajak yang
mengalihkan hak atas tanah dan/atau bangunan. BPHTB adalah bea perolehan hak
atas tanah dan/atau bangunan yang harus dibayar oleh pihak yang memperoleh
hak. PPhTB dan BPHTB harus dilunasi pada saat terjadinya pengalihan hak di PPAT.
Perpajakan untuk SMK
2. DEFINISI
3. OBJEK PEMOTONGAN
228
Perpajakan untuk SMK
4. TARIF PEMOTONGAN
5. PENGECUALIAN PEMOTONGAN
229
Perpajakan untuk SMK
Dalam transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi atas tanah
dan/atau bangunan, PPh 5% terutang pada saat pelaksanaan opsi
oleh lessee. Sehingga lessor harus menyetor PPh 5% dari nilai
sisa (residual value) yang tercantum dalam perjanjian. PPh
tersebut tidak bersifat final, sehingga merupakan kredit pajak bagi
lessor. Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 1994 jo
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1996 jo Peraturan Pemerintah
Nomor 79 tahun 1999.
230
Perpajakan untuk SMK
1. PENGERTIAN
2. OBYEK PAJAK
1. Yang menjadi Obyek Pajak adalah perolehan hak atas tanah dan
atau bangunan.
2. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan meliputi:
a. Pemindahan hak karena:
1. Jual Beli
2. Tukar Menukar
231
Perpajakan untuk SMK
3. Hibah
4. Hibah Wasiat
5. Waris
6. Pemasukan dalam Perseroan atau Badan hukum lainnya
7. Pemisahan Hak yang mengakibatkan peralihan
8. Penunjukkan Pembeli dalam lelang
9. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan
hukum tetap
10. Penggabungan Usaha
11. Peleburan Usaha
12. Pemekaran Usaha
13. Hadiah
232
Perpajakan untuk SMK
tahun lagi, dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain serta
dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani Hak
Tanggungan.
d. Hak Pakai
Hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah
yang dikuasai langsung oleh Negara atau milik orang lain
yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan
dalam keputusan pemberian hak ini.
f. Hak Pengelolaan
Hak menguasai dari negara yang kewenangan
pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang
haknya.
Obyek Pajak yang tidak dikenakan BPHTB adalah Obyek Pajak yang
diperoleh :
233
Perpajakan untuk SMK
4. SUBYEK PAJAK
Yang disebut dengan Subyek Pajak adalah orang pribadi atau badan
hukum yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan.
Subyek pajak yang dikenakan kewajiban menjadi Wajib Pajak
menurut UU.
Dasar Pengenaan
Dasar Pengenaan Pajak adalah NPOP (Nilai Perolehan Obyek
Pajak)
234
Perpajakan untuk SMK
PBB pada tahun terjadinya perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan, maka dasar pengenaan BPHTB adalah NJOP PBB.
Tarif Pajak
Tarif pajak yang dikenakan atas obyek pajak adalah tarif
tunggal.sebesar 5%.
Atau
235
Perpajakan untuk SMK
CONTOH KASUS
1. Wajib Pajak “A” membeli tanah dan bangunan dengan NPOP
(Harga Transaksi) Rp 70.000.000,00. NJOP PBB berdasarkan
ketetapan Ka.KanWil DJP sebesar Rp75.000.000,00 maka yang
dipakai sebagai dasar pengenaan BPHTB adalah
Rp 75.000.000,00 dan bukan Rp 70.000.000,00.
236
Perpajakan untuk SMK
237
Perpajakan untuk SMK
NPOP Rp 800.000.000,00
NPOP TKP Rp 300.000.000,00
NPOP KP Rp 500.000.000,00
BPHTB yg seharusnya terutang
= 5 % X Rp 500.000.000,00 = Rp 25.000.000,00
BPHTB terutang
= 50 % X Rp 25.000.000,00 = Rp 12.500.000,00
238
Perpajakan untuk SMK
239
Perpajakan untuk SMK
Pembayaran BPHTB
Pembayaran BPHTB merupakan salah satu pelaksanaan sistem
self assessment dalam perpajakan kita, dimana :
7. PENAGIHAN BPHTB
240
Perpajakan untuk SMK
Surat Tagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (STB)
diterbitkan apabila :
1. pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar
2. dari hasil pemeriksaan SSB terdapat kekurangan pembayaran
pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung
3. wajib pajak dikenakan sanksi bunga
4. STB harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
bulan sejak diterima wajib pajak.
241
Perpajakan untuk SMK
= 5% X Rp 80.000.000,00 = Rp 4.000.000,00
NPOP Rp 190.000.000,00
NPOPTKP Rp 60.000.000,00
NPOP kena pajak Rp 130.000.000,00
NPOP Rp 230.000.000,00
NPOP TKP Rp 60.000.000,00
NPOP kena Pajak Rp 170.000.000,00
242
Perpajakan untuk SMK
243
Perpajakan untuk SMK
Pasal 1:
1. Banding adalah sebagaimana yang dimaksud dalam UU No.
Th.2000 tentang KUP.
2. Surat Uraian Banding (SUB) adalah surat DJP kepada BPSP
/ PP yang berisi jawaban atas alasan banding yang diajukan
oleh Pemohon Banding.
3. Pajak adalah PBB dan BPHTB.
Pasal 2
1. Atas permintaan BPSP/PP, DJP membuat SUB atas banding
yang diajukan oleh WP.
2. Dirjen Pajak menyampaikan SUB kepada BPSP/PP dalam
jangka waktu 3bulan sejak tanggal permintaan.
3. Dalam pembuatan SUB, DJP meminta konsep beserta data
pendukungnya kepada KaKanWil DJP atau Ka KP PBB.
4. KaKanWil DJP atau Ka KP PBB menyampaikan konsep
sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 dalam jangka waktu
1bulan sejak tanggal permintaan.
244
Perpajakan untuk SMK
Pasal 3
1. Atas panggilan Ketua Sidang, Dirjen Pajak menghadiri sidang
BPSP untuk memberikan keterangan baik lisan maupun
tertulis.
2. Dirjen Pajak dapat menunjuk Petugas dari KanWil atau KP
PBB untuk menghadiri siding.
3. Petugas DJP yang menghadiri sidang dilengkapi dengan
surat tugas.
Pasal 4
1. Ka KP PBB melaksanakan putusan banding yang diterima
dari BPSP dan membuat buku penjagaannya.
2. KaKanWil DJP memantau pelaksanaan putusan banding dan
membuat laporannya ke Kantor Pusat DJP.
9. PENGURANGAN BPHTB
245
Perpajakan untuk SMK
246
Perpajakan untuk SMK
247
Perpajakan untuk SMK
Imbalan Bunga
Diatur dalam Pasal 22 ayat 3, ayat 4 dan ayat 5 UU BPHTB :
1. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya
SKBLB
2. Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan
setelah lewat waktu 2 (dua) bulan, Dirjen Pajak memberikan
keterlambatan pembayaran dimaksud.
Prosentase Pusat-Daerah
Bagian Daerah yang dibagi dengan perincian sbb:
1. Bagian propinsi yang bersangkutan sebesar 16%, atau 20%
dari 80%.
2. Bagian Kabupaten / Kota yang bersangkutan sebesar 64%,
atau 80% dari 80%.
¾Pemerintah Pusat : 20%
¾Pemerintah Propinsi : 16%
¾Pemerintah Kabupaten / Kota : 64%
248
Perpajakan untuk SMK
Latihan Soal
Penerimaan BPHTB tahun 2004 untuk kota Batu sebesar Rp 1
Milyar. Hitunglah bagian untuk pemerintah pusat dan daerah
(propinsi dan kota)
Bagian Pemerintah Pusat :Rp 200.000.000,00
Bagian Pemerintah Kota Batu :Rp 640.000.000,00
Bagian Pemerintah Propinsi Jatim :Rp 160.000.000,00
249
Perpajakan untuk SMK
Kewajiban Pejabat
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)/Notaris dan Kepala Kantor
Lelang Negara :
1. Hanya dapat menandatangani akta pemindahan hak atas tanah
dan atau bangunan jika wajib pajak menyerahkan bukti
pembayaran BPHTB (SSB).
2. Melaporkan pembuatan akta atau risalah lelang perolehan hak
atas tanah dan bangunan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan
berikutnya.
Apabila PPhTB ini dibayar oleh Wajib Pajak Badan maka sifatnya
menjadi tidak final dan di akhir tahun bisa diperlakukan sebagai kredit
pajak (menambah Uang Muka PPh).
Contoh 1:
PT. ABC pada bulan Juli 2007 menjual sebagian tanahnya kepada PT.
XYZ dengan harga Rp. 500.000.000,00 Harga Perolehan tanah sebesar
Rp. 150.000.000,00 NJOP-nya sebesar Rp. 400.000.000,00. NPOPTKP
adalah Rp. 30.000.000,00 Maka PPhTB yang harus disetor sendiri oleh
PT. ABC pada saat pengalihan hak di PPAT sebesar
250
Perpajakan untuk SMK
Bagi PT. XYZ atas transaksi pembelian tanah dari PT. ABC harus
membayar BPHTB dengan perhitungan sbb:
Catatan:
Menurut fiskal BPHTB tersebut boleh diakui sebagai beban (deductible
expense) atau menambah Harga Perolehan Tanah (dikapitalasi).
BPHTB tersebut harus disetor sendiri oleh PT. XYZ menggunakan Form.
SSB (Surat Setoran Bea).
251
FISKAL LUAR NEGERI
(PAJAK PENGHASILAN YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI OLEH ORANG
PRIBADI YANG AKAN BERTOLAK KE LUAR NEGERI)
Fiskal Luar Negeri adalah pajak yang harus disetor sendiri oleh Wajib Pajak yang
bertolak ke luar negeri dan merupakan kredit pajak di akhir tahun pajak.
Perpajakan untuk SMK
254
Perpajakan untuk SMK
255
Perpajakan untuk SMK
256
Perpajakan untuk SMK
259
Perpajakan untuk SMK
260
Perpajakan untuk SMK
262
Perpajakan untuk SMK
Contoh:
Catatan:
Uang muka tersebut oleh PT. ABC akan dikreditkan (mengurangi PPh
terutang) di akhir tahun.
263
PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN
TERUTANG PADA AKHIR TAHUN PAJAK
& REKONSILIASI FISKAL
Bab ini membahas tentang :
REKONSILIASI FISKAL
(KOREKSI FISKAL)
Penghitungan PPh di akhir tahun didasarkan atas Laba Rugi Akuntansi yang
telah direkonsiliasi menjadi Laba Rugi Fiskal. Pajak terutang akhir tahun
akan dikurangi dengan kredit pajak yang menghasilkan PPh Kurang Bayar
(PPh Pasal 29) atau PPh Lebih Bayar (PPh Pasal 28A).
Perpajakan untuk SMK
266
Perpajakan untuk SMK
Penjelasan:
a. Penghitungan PPh akhir tahun bagi WP Orang Pribadi yang
tanpa menggunakan Norma maupun Pembukuan.
267
Perpajakan untuk SMK
Catatan:
- Prosentase Norma besarnya untuk masing-masing jenis usaha
sudah di atur dalam Keputusan Dirjen Pajak KEP -. 536/PJ:2/2000
tanggal 29 Desember 2000.
- Kredit pajak adalah PPh yang dibayar dalam tahun berjalan baik
yang dipotong pihak lain maupun yang dibayar sendiri.
- Wajib pajak yang memilih mengunakan Norma Penghasilan Neto
tersebut diwajibkan memberitahukan kepada Direktorat Jenderal
pajak melalui KPP dimana ia terdaftar dalam jangka waktu 3 bulan
sebelum berakhirnya tahun pajak.
- Tabel Persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk
WP Orang Pribadi bisa dilihat dalam lampiran buku ini.
Cara menghitung PPh akhir tahun bagi wajib pajak badan wajib
didasarkan atas pembukuan/akuntansi.
Dari cara penghitungan PPh akhir tahun diatas yang perlu dibahas
lebih lanjut adalah bagaimana kita bisa menyusun rekonsiliasi fiskal
sehingga bisa menyajikan Laba Rugi Fiskal.
Contoh 1:
Dividen yang diterima oleh PT, koperasi, BUMN/D menurut
ketentuan akuntansi dividen tersebut harus diakui sebagai
penghasilan (menambah laba akuntansi) tetapi menurut fiskal
apabila memenuhi syarat maka dividen tersebut bukan objek
pajak (tidak menambah laba fiskal) sehinngga pendapatan
dividen tersebut harus dikoreksi fiskal (Koreksi Fiskal negatif).
Contoh 2:
Sisa Cadangan Kerugian Piutang untuk usaha bank menurut
ketentuan akuntansi sisa cadangan tersebut bukan merupakan
penghasilan, tetapi menurut fiskal sisa cadangan kerugian
piutang harus diakui sebagai unsur penghasilan (menambah
laba fiskal) sehingga harus ada koreksi fiskal positif.
270
Perpajakan untuk SMK
Contoh:
Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-184/PJ./2002 tentang
Pengakuan penghasilan atas penghasilan bank berupa bunga
kredit non performing. Ketentuan ini mengatur bahwa penghasilan
bank berupa bunga kredit non performing diakui saat penghasilan
tersebut diterima oleh bank (cash basic), namun akuntansi
mengakui pendapatan bunga tersebut menggunakan dasar waktu
(accrual basic) sehingga disini ada perbedaan pengakuan
penghasilan yang berakibat adanya koreksi fiskal negatif.
c. Laba usaha
Misalnya ;
PT Abadi menjual sebuah aktiva berupa truk dengan harga jual
Rp 80 Juta. Apabila nilai sisa buku fiskal truk tersebut sebesar
Rp 20 Juta, maka keuntungannya adalah Rp 60 Juta (merupakan
obyek Pajak Penghasilan).
Misalnya ;
PT Abadi dalam kasus di atas menjual truknya kepada Amin
(pemegang saham) seharga Rp 40 Juta. Keuntungan PT Abadi
yang merupakan obyek PPh tetap sebesar Rp 60 Juta (harga
pasar wajar - nilai sisa buku fiskal). Bagi Amin pun jumlah
sebesar Rp 40 merupakan obyek pajak penghasilan (nilai pasar
wajar - jumlah yang dibayar).
273
Perpajakan untuk SMK
g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, yaitu terdiri dari :
274
Perpajakan untuk SMK
Misalnya:
- Sebuah bank di luar negeri yang memiliki cabang (Bentuk Usaha
Tetap) di Indonesia, memberikan pinjaman secara langsung tanpa
melalui Bentuk Usaha Tetap kepada perusahaan di Indonesia.
Dalam hal ini, penghasilan sehubungan dengan pemberian
pinjaman oleh kantor pusat tersebut diakui sebagai penghasilan
Bentuk Usaha Tetap.
- Sebuah perusahaan di luar negeri yang memiliki Bentuk Usaha
Tetap di Indonesia menjual produk yang sama dengan yang dijual
oleh BUT secara langsung tanpa melalui BUT-nya kepada pembeli
di Indonesia. Dalam hal ini, penjualan yang dilakukan oleh kantor
pusat tersebut diakui sebagai penjualannya BUT di Indonesia.
277
Perpajakan untuk SMK
Misalnya :
- Zenith Inc. yang berkedudukan di Amerika menutup perjanjian
lisensi dengan PT Polar untuk mempergunakan merek dagang
Zenith Inc. atas hak tersebut, Zenith Inc menerima royalti dari PT
Polar.
- Sehubungan dengan perjanjian tersebut, Zenith Inc memberikan
jasa manajemen kepada PT Polar melalui BUT di Indonesia, dan
dalam rangka pemasaran produk PT Polar yang menggunakan
merek Zenith Inc tersebut.
- Dalam kasus di atas, penggunaan merek dagang oleh PT Polar
memiliki hubungan efektif dengan BUT di Indonesia, sehingga
penghasilan Zenith Inc yang berupa royalti tersebut diperlakukan
sebagai penghasilan BUT.
II. Bangunan :
Permanen 20 Tahun 5%
Tidak 10 Tahun 10%
Permanen
281
Perpajakan untuk SMK
282
Perpajakan untuk SMK
283
Perpajakan untuk SMK
Catatan :
- Apabila ternyata jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari
jumlah taksiran produksi, sehingga masih terdapat sisa pengeluaran
untuk memperoleh hak atau pengeluaran lain (yang belum
diamortisasi), maka sisa pengeluaran yang belum diamortisasi
tersebut dapat dibebankan sekaligus dalam tahun pajak yang
bersangkutan.
- Apabila terjadi pengalihan harta tak berwujud atau hak-hak tersebut di
atas, maka nilai sisa buku fiskalnya dibebankan sebagai biaya,
sedangkan jumlah yang diterima atau diperoleh sebagai
penggantiannya merupakan penghasilan.
- Apabila pengalihan tersebut dalam rangka sumbangan, hibah,
bantuan, dan warisan yang memenuhi syarat dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf a dan b UU Nomor 17 TAHUN 2000, maka nilai sisa buku
fiskalnya tidak dapat diakui sebagai biaya dan bagi penerimanya
bukan penghasilan.
284
Perpajakan untuk SMK
286
Perpajakan untuk SMK
287
Perpajakan untuk SMK
288
Perpajakan untuk SMK
289
Perpajakan untuk SMK
290
Perpajakan untuk SMK
Contoh :
PT A dalam tahun 2000 menderita kerugian fiskal sebesar Rp
1.200.000.000,00. Dalam 5 tahun berikutnya, rugi laba fiskal PT A
adalah sbb :
2001 : laba fiskal Rp 200.000.000,00
2002 : rugi fiskal Rp (300.000.000,00)
2003 : laba fiskal N I H I L
2004 : laba fiskal Rp 100.000.000,00
2005 : laba fiskal Rp 800.000.000,00
292
Perpajakan untuk SMK
293
Perpajakan untuk SMK
Biaya Bunga
Biaya bunga pinjaman bank pada prinsipnya boleh dibiayakan
(deductible expense), namun dalam hal tertentu biaya bunga tidak
seluruhnya bisa dibiayakan. Lebih jelasnya diuraikan sbb:
294
Perpajakan untuk SMK
Misalnya :
Jumlah rata-rata pinjaman dalam 1 tahun = Rp 150.000.000,00
Jumlah rata-rata deposito alam 1 tahun = Rp 40.000.00000
Bunga pinjaman seluruhnya = Rp 30.000.000,00
Selisih kurs krisis moneter tahun 1997 baik yang sudah direalisir
maupun belum dapat dibebankan sekaligus atau diamortisasi selama
5 tahun.
296
Perpajakan untuk SMK
) BANK UMUM
Bank Umum dapat membentuk dana cadangan piutang tak
tertagih
Besarnya dana cadangan piutang tak tertagih untuk kredit yang
digolongkan lancar, dalam perhatian khusus, dan kurang lancar
ditentukan perhitungannya secara bertahap sesuai dengan tabel
sbb :
Periode Laporan
Penggolongan Kredit
297
Perpajakan untuk SMK
298
Perpajakan untuk SMK
Catatan :
- Apabila ternyata jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari
tafsiran produksi, sehingga masih terdapat sisa pengeluaran untuk
memperoleh hak atau pengeluaran lain (yang belum diamortisasi),
maka sisa pengeluaran yang belum diamortisasi tersebut dapat
dibebankan sekaligus dalam tahun pajak yang bersangkutan.
– Apabila terjadi pengalihan harta tak berwujud atau hak-hak tersebut
di atas, maka nilai sisa buku fiskal dibebankan sebagai biaya,
sedangkan jumlah yang diterima atau yang diperoleh sebagai
penggantinya merupakan penghasilan.
– Apabila pengalihan tersebut dalam rangka sumbangan, hibah,
bantuan, dan warisan yang memenuhi syarat dalam pasal 4 ayat (3)
huruf a dan b UU Nomor 17 Tahun 2000, maka nilai sisa buku
fiskalnya tidak dapat diakui sebagai biaya dan bagi penerimanya
bukan penghasilan.
) YAYASAN PENDIDIKAN
Atas surplus anggaran/laba yayasan boleh dikurangi dengan
cadangan pengadaan sarana dan prasarana, misalnya
pembangunan gedung. Namun dalam empat tahun kedepan
harus ada realisasi pembangunannya dan di dalam SPT Tahunan
harus dilampiri dengan perincian biaya pembangunan yang telah
dikeluarkan setiap tahun. Apabila bangunan sudah jadi maka
yayasan tidak boleh mengakui sebagai biaya atas penyusutan
bangunan. Lebih lanjut tata cara pencadangannnya diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan.
300
Perpajakan untuk SMK
Berikut ini Neraca Saldo per 30 Nopember 2007 PT. Baiduri, sebuah
perusahaan dagang yang beralamat di Jl. Hati-Hati No. 7 Malang dengan
NPWP 01-XXX-XXX-X-623-000
Keterangan Debet Kredit
Kas & bank 12.500.950.00 -
Piutang dagang 95.000.000,00 -
Cadangan Kerugian Piutang - -
UM PPh Ps 22 - -
UM PPh Ps 25 10.000.000,00 -
PPN Masukan 4.250.000,00 -
Persediaan barang dagangan 80.250.000,00 -
Tanah 2.000.000,00 -
Gedung 100.000.000,00 -
Ak. Peny. Gedung - 10.000.000,00
Kendaraan 80.000.000,00 -
Ak. Peny. Kendaraan 10.000.000,00
Inventaris kantor 20.000.000,00 -
Ak. Peny. Inventaris kantor - 2.500.000,00
Hutang dagang - 42.500.000,00
Hutang PPh Ps 21 - 380.700,00
Hutang PPh Ps 23 - 600.000,00
Hutang PPh Ps 25 - -
Hutang PPh Ps 4 ay.2 - -
PPN Keluaran - 7.500.000,00
Modal Saham - 132.000.000,00
Deviden - -
Laba ditahan - 54.460.250,00
Penjualan - 765.000.000,00
Pembelian 439.000.000,00 -
Beban gaji 60.390.000,00 -
Beban sewa 110.000.000,00 -
Beban penyusutan - -
Beban kerugian piutang - -
Beban administrasi 6.000.000,00 -
Beban Konsultan - -
Beban sumbangan 5.000.000,00 -
Beban lain-lain 550.000,00 -
Ikhtisar R/L - -
1.024.940.950,00 1.024.940.950,00
301
Perpajakan untuk SMK
Jenis
Nama Karyawan Status Kelamin Gaji Pokok Bonus
Drs. Syafi'i Riadi K/3 Pria 3.000.000 2x gaji pokok
Nurdin Ali K/2 Pria 2.000.000 1x gaji pokok
Kalagondang K/1 Pria 1.500.000 1x gaji pokok
Catatan :
302
Perpajakan untuk SMK
Tahun Tarif
Jenis Aktiva Perolehan Hrg. Perolehan Penyusutan
4. PPh pasal 25 untuk masa Desember diakui sebagai utang pada tgl 31
Desember 2007
Perintah :
E. Isilah SPT Tahunan PPh Badan Form. 1771 untuk PT. Baiduri
303
Perpajakan untuk SMK
JAWABAN:
2 Kas 28,050,000 -
Penjualan - 25,500,000
Kas - 9,000,000
9 Pembelian 20,500,000 -
Kas - 980,700
13 Kas 9,850,000 -
Penjualan - 10,000,000
Kas - 3,250,000
Kas - 1,000,000
29 Dividen 15,000,000 -
Kas - 4,625,000
Kas - 1,000,000
Kas - 7,320,125
Kas - 8,837,550
304,160,700 304,160,700
305
Perpajakan untuk SMK
BONUS:
306
Perpajakan untuk SMK
C. Perhitungan PPh yang Terutang, PPh 28A/29 tahun 2007 dan PPh
25 untuk tahun 2008
REKONSILIASI FISKAL:
Penjualan 800,500,000
HPP:
Persd. Awal 80,250,000
Pembelian 459,500,000
Persd. Akhir (80,000,000)
(459,750,000)
Laba Kotor 340,750,000
Beban Operasi:
Beban Gaji 78,820,000
Beban Sewa 120,000,000
Beban Penyusutan 22,500,000
Beban Kerugian Piutang 1,900,000
Beban Administrasi 6,000,000
Beban Konsultan 5,000,000
Beban Sumbangan 5,000,000
Beban Lain-Lain 550,000
Total B. Operasi (239,770,000)
307
Perpajakan untuk SMK
Koreksi Fiskal:
Penyusutan 2,500,000
Kerugian Piutang 1,900,000
Sumbangan 5,000,000
Lain-Lain 550,000
PPh terutang:
50.000.000 X 10% 5,000,000
50.000.000 X 15% 7,500,000
10.930.000 X 30% 3,279,000
Beban Pajak Kini 15,779,000
UM PPh pasal 22 (150,000)
UM PPh pasal 25 (12,000,000)
PT BAIDURI
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DES 2007
Penjualan 800,500,000
HPP:
Persd. Awal 80,250,000
Pembelian 459,500,000
Persd. Akhir (80,000,000)
(459,750,000)
Laba Kotor 340,750,000
Beban Operasi:
Beban Gaji 78,820,000
Beban Sewa 120,000,000
Beban Penyusutan 22,500,000
Beban Kerugian Piutang 1,900,000
Beban Administrasi 6,000,000
308
Perpajakan untuk SMK
PT BAIDURI
LAPORAN PERUBAHAN LABA DITAHAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DES 2007
PT BAIDURI
NERACA
31 DES 2007
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas & Bank 1,637,575
Piutang Dagang 95,000,000
Cadangan Kerugian Piutang (1,900,000)
Piutang Bersih 93,100,000
UM PPh Pasal 22 150,000
UM PPh Pasal 25 12,000,000
PPN Masukan 2,050,000
Persd. Barang Dagangan 80,000,000
Total Aktiva Lancar 188,937,575
AKTIVA TETAP
Tanah 20,000,000
Gedung 100,000,000
Akum. Penyusutan Gedung (20,000,000)
Nilai Buku Gedung 80,000,000
309
Perpajakan untuk SMK
Kendaraan 80,000,000
Akum. Penyusutan Kendaraan (20,000,000)
Nilai Buku Kendaraan 60,000,000
Inventaris Kantor 20,000,000
Akum. Penyusutan Invt. Kantor (5,000,000)
Nilai Buku Inventaris Kantor 15,000,000
Total Aktiva Tetap 175,000,000
PASIVA
KEWAJIBAN
Hutang Dagang 65,050,000
Hutang PPh Pasal 21 1,192,325
Hutang PPh Pasal 23 2,250,000
Hutang PPh Pasal 25 1,000,000
Hutang PPh Pasal 4(2) 1,000,000
Hutang PPN Keluaran 2,550,000
Hutang Lain-Lain 455,000
Hutang PPh Badan 15,779,000
Total Kewajiban 89,276,325
CATATAN:
310
Perpajakan untuk SMK
311
Perpajakan untuk SMK
NPWP : 0 1 XXXXXX X 6 2 3 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : PT. BAIDURI
ALAMAT : ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
(Rupiah)
PPh YANG KURANG DIBAYAR PADA ANGKA 11.a. DISETOR TANGGAL ……………… 25 MARET 2008
F.1.1.32.14
312
Perpajakan untuk SMK
DIRESTITUSIKAN
DIPERHITUNGKAN DENGAN UTANG PAJAK
(Rupiah)
H. LAMPIRAN SELAIN LAMPIRAN-LAMPIRAN 1771-I, 1771-II, 1771-III, 1771-IV, 1771-V, DAN 1771-VI
BERSAMA INI DILAMPIRKAN PULA :
X DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL (Wajib bagi semua Wajib Pajak, bentuk formulir sesuai
dengan Lampiran Khusus 1A pada Buku Petunjuk Pengisian SPT)
PERHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL (Lampiran Khusus 2A Buku Petunjuk Pengisian SPT)
PERNYATAAN TRANSAKSI DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA (Lampiran Khusus 3A Buku Petunjuk Pengisian SPT)
DAFTAR FASILITAS PENANAMAN MODAL (Lampiran Khusus 4A Buku Petunjuk Pengisian SPT)
DAFTAR CABANG UTAMA PERUSAHAAN (Lampiran Khusus 5A Buku Petunjuk Pengisian SPT)
SURAT SETORAN PAJAK LEMBAR KE-3 PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus BUT)
PERHITUNGAN PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus BUT) (Lampiran Khusus 6A Buku Petunjuk Pengisian SPT)
KREDIT PAJAK LUAR NEGERI (Lampiran Khusus 7A Buku Petunjuk Pengisian SPT)
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
I. PERNYATAAN DENGAN MENYADARI SEPENUHNYA AKAN SEGALA AKIBATNYA TERMASUK SANKSI-SANKSI SESUAI
DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, SAYA MENYATAKAN BAHWA APA YANG
TELAH SAYA BERITAHUKAN DI ATAS BESERTA LAMPIRAN-LAMPIRANNYA ADALAH BENAR, LENGKAP
DAN JELAS.
313
Perpajakan untuk SMK
NPWP : 0 1 XXXXXX X 6 2 3 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : PT. BAIDURI
NO URAIAN RUPIAH
(1) (2) (3)
1. PENGHASILAN NETO KOMERSIAL DALAM NEGERI :
D.1.1.32.31
314
Perpajakan untuk SMK
3. BIAYA TRANSPORTASI
315
Perpajakan untuk SMK
NAMA DAN NPWP OBJEK PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN
NO. PEMOTONG / PEMUNGUT PAJAK JENIS PENGHASILAN / YANG DIPOTONG / DIPUNGUT
(Rupiah) NOMOR TANGGAL
TRANSAKSI (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
JUMLAH : 150,000.00
Catatan :
z Diisi dengan rincian per Bukti Pemotongan / Pemungutan Pajak.
z Pindahkan hasil penjumlahan PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23 Kolom (5) ke Formulir 1771 Huruf C Angka 8.a.
z Jika Formulir ini tidak cukup, dibuat lampiran tersendiri sesuai dengan bentuk ini.
D.1.1.32.32
316
Perpajakan untuk SMK
NPWP : 0 1 XXXXXX X 6 2 3 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : ……PT BAIDURI
BAGIAN A : PPh FINAL
5. PENGHASILAN USAHA :
a. PENYALUR / DEALER / AGEN
PRODUK BBM
b. PENYALUR / DISTRIBUTOR ROKOK 0.15%
b. PERENCANA KONSTRUKSI 4%
c. PENGAWAS KONSTRUKSI 4%
12. ……………………………………………………….
13. ……………………………………………………….
JUMLAH : NIHIL
BAGIAN B : PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
PENGHASILAN BRUTO
NO JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)
1. BANTUAN / SUMBANGAN
2. HIBAH
3. DIVIDEN / BAGIAN LABA DARI PENYERTAAN MODAL
PADA BADAN USAHA DI INDONESIA (Pasal 4 Ayat (3) Huruf f UU PPh)
4. IURAN DAN PENGHASILAN TERTENTU YANG DITERIMA DANA PENSIUN
8. …………………………………………………….……………………………………………
JUMLAH : NIHIL
D.1.1.32.34
317
Perpajakan untuk SMK
1 SENA Komisaris
2 RAKA Komisaris
3 YUNI Direktur
Catatan: Jika Formulir ini tidak cukup, dibuat lampiran tersendiri sesuai dengan bentuk ini.
D.1.1.32.35
318
Perpajakan untuk SMK
NIHIL
BAGIAN B : DAFTAR PINJAMAN DARI / KEPADA PEMEGANG SAHAM DAN ATAU PERUSAHAAN AFILIASI
NIHIL
NIHIL
Catatan: Jika Formulir ini tidak cukup, dibuat lampiran tersendiri sesuai dengan bentuk ini.
D.1.1.32.36
319
Perpajakan untuk SMK
Bapak Indrawan :
Seorang pengusaha di bidang perdagangan besar komputer dan
aksesorisnya.
(KLU 50789)
Alamat : Jl. Raya Serpong No. 1040
Kecamatan Serpong, Tangerang
18056
Penjualan : Rp.5.000.000.000
Harga pokok penjualan : Rp.3.500.000.000
Biaya perusahaan :
1. Gaji, tunjangan dan lain-lain Rp. 450.000.000
(gaji dibayar pada 10 karyawan @ Rp.2.000.000/bulan, THR
dan Bonus Rp.50.000.000, rekreasi karyawan Rp.10.000.000,
sisanya merupakan biaya perjalanan dan honor Bpk. Indrawan)
2. Biaya listrik dan telepon Rp. 80.000.000
(termasuk pembayaran listrik dan telepon rumah Bpk. Indrawan
Rp. 30.000.000 dan voucher prabayar 300 lembar @ 100.000
untuk kelancaran bisnis dan internet Rp.10.000.000, serta
telepon dan listrik kantor dan gudang Rp. 10.000.000)
3. Pajak penghasilan Rp.120.000.000
4. Biaya iklan dan promosi kaset intan Rp.100.000.000
(pembuatan website Rp. 15.000.000, promosi keluar kota oleh
Ny Wati Rp. 30.000.000, sampai kaset intan Rp.20.000.000, tur
promo Rp. 35.000.000)
5. Zakat harta Rp. 20.000.000
6. Bunga pinjaman Rp. 250.000.000
(atas pinjaman dari Taiwan Bank tahun 2002 sebesar Rp.
2.500.000.000 untuk biaya usaha komputer)
7. Biaya pemeliharaan Rp. 35.000.000
(termasuk untuk biaya membersihkan tanah perkebunan
seluas 5 ha sebesar Rp. 10.000.000)
8. Biaya asuransi Rp. 75.000.000
(termasuk asuransi kesehatan Bpk Indrawan sekeluarga Rp.
35.000.000, asuransi beasiswa untuk anak-anak permata dan
intan Rp. 15.000.000, asuransi kecelakaan karyawan Rp.
10.000.000 dan penggantian pembayaran asuransi jiwa yang
dilakukan oleh karyawan Rp. 15.000.000)
320
Perpajakan untuk SMK
Data lain:
Diminta:
JAWABAN:
322
Perpajakan untuk SMK
323
Perpajakan untuk SMK
NPWP : 0 6 1 2 3 4 5 6 7 4 1 1 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : INDRAWAN
ALAMAT : JL. RAYA SERPONG NO.1040
KELURAHAN / KECAMATAN : SERPONG /SERPONG
KOTA / KODE POS : TANGERANG 1 8 5 1 0 NO. TELP : 021 - 5857522
JENIS USAHA / PEKERJAAN BEBAS : DISTRIBUSI KOMPUTER KLU
MEREK USAHA : UHUUY
ALAMAT USAHA / PEKERJAAN : JL. RAYA SERPONG NO.1040
NOMOR TELEPON / FAKS : 021-73440445
(Rupiah)
B. PENGHASILAN 1 PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN ATAU PEKERJAAN BEBAS. ……………. ¾ 765,000,000
NETO [Diisi dari Formulir 1770-I Bagian A Nomor 4 Kolom (3) atau Formulir 1770-I Bagian B jumlah
Kolom (5)]
D. PPh TERUTANG 12 PPh TERUTANG (Tarif PPh Pasal 17 UU PPh X Huruf C Angka 11) ……………...……………...……………¾ 283,980,000
E. KREDIT PAJAK 15 PPh YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN / DITANGGUNG
PEMERINTAH DAN YANG DIBAYAR / DIPOTONG / TERUTANG DI LUAR NEGERI ……………………¾ 57,282,220
(Diisi dari Formulir 1770-II Bagian A dan Bagian B)
F.1.1.32.16
324
Perpajakan untuk SMK
PPh YANG KURANG DIBAYAR PADA ANGKA 18 a TELAH DILUNASI PADA TANGGAL …………………………………
DIRESTITUSIKAN
H. ANGSURAN PPh ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA SEBESAR ………………………………………………¾ 18,891,482
PASAL 25 TAHUN
PAJAK JUMLAH TERSEBUT DIHITUNG BERDASARKAN :
BERIKUTNYA a. X 1/12 X JUMLAH PADA ANGKA 16 a.
K. HARTA DAN 1. JUMLAH HARTA [Diisi dari Formulir 1770-IV Bagian A Jumlah Kolom (4)] ………..………..………..………¾ Rp 510,000,000
KEWAJIBAN
2. JUMLAH KEWAJIBAN [Diisi dari Formulir 1770-IV Bagian B Jumlah Kolom (4)] ………..………..……….. ¾ Rp -
L. LAMPIRAN SELAIN FORMULIR 1770 - I S.D. 1770 - IV BERSAMA INI DILAMPIRKAN PULA :
c. X NERACA DAN LAPORAN LABA RUGI ATAU REKAPITULASI BULANAN PEREDARAN BRUTO (Coret yang tidak
perlu)
f. X BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN OLEH PIHAK LAIN / DITANGGUNG PEMERINTAH DAN YANG DIBAYAR /
DIPOTONG DI LUAR NEGERI
j. DAFTAR JUMLAH PENGHASILAN DAN PEMBAYARAN PPh PASAL 25 (Khusus untuk orang pribadi pengusaha tertentu)
l. …………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...……
M. PERNYATAAN DENGAN MENYADARI SEPENUHNYA AKAN SEGALA AKIBATNYA TERMASUK SANKSI-SANKSI SESUAI DENGAN
KETENTUAN PERUNDANG - UNDANGAN YANG BERLAKU, SAYA MENYATAKAN BAHWA APA YANG TELAH SAYA
BERITAHUKAN DI ATAS BESERTA LAMPIRAN-LAMPIRANNYA ADALAH BENAR, LENGKAP DAN JELAS.
NPWP : 06.123.456.411.000
F.1.1.32.16
325
Perpajakan untuk SMK
LAMPIRAN - I HALAMAN 1
SPT TAHUNAN FORMULIR
PAJAK PENGHASILAN
WP ORANG PRIBADI 1770 - I
TAHUN PAJAK
DEPARTEMEN KEUANGAN R I
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
NPWP : 0 6 1 2 3 4 5 6 7 4 1 1 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : INDRAWAN
BAGIAN A : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN ATAU PEKERJAAN BEBAS
BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN PEMBUKUAN
Catatan : Pindahkan jumlah nomor 4 kolom (3) ke Formulir 1770 huruf B angka 1.
D.1.1.32.43
326
Perpajakan untuk SMK
BAGIAN B : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN ATAU PEKERJAAN BEBAS
BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
2. INDUSTRI - -
3. JASA - -
4. PEKERJAAN BEBAS - -
5. USAHA LAINNYA
-
-
JUMLAH - -
JUMLAH - - -
2 DIVIDEN -
3 ROYALTI -
4 SEWA -
JUMLAH - - -
Catatan:
(1) Pindahkan jumlah Bagian B kolom (5) ke Formulir 1770 huruf B angka 1.
(2) Pindahkan jumlah Bagian C kolom (5) ke Formulir 1770 huruf B angka 2.
(3) Pindahkan jumlah Bagian D kolom (5) ke Formulir 1770 huruf B angka 3.
(4) Jika formulir ini tidak cukup, dapat dibuat lampiran tersendiri sesuai dengan bentuk ini.
D.1.1.32.43
327
Perpajakan untuk SMK
LAMPIRAN - II FORMULIR
SPT TAHUNAN
PAJAK PENGHASILAN
1770 - II
WP ORANG PRIBADI TAHUN PAJAK
DAFTAR PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PPh OLEH
PIHAK LAIN, PPh YANG DITANGGUNG PEMERINTAH,
2 0 0 4
PENGHASILAN NETO DAN PAJAK ATAS PENGHASILAN
DEPARTEMEN KEUANGAN R I YANG DIBAYAR / DIPOTONG / TERUTANG BL TH BL TH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
DI LUAR NEGERI 0 1 0 4 s.d 1 2 0 4
NPWP : 0 6 1 2 3 4 5 6 7 4 1 1 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : INDRAWAN
BAGIAN A : DAFTAR PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh YANG DITANGGUNG
PEMERINTAH
NPWP: 00.123.456.055.000
NPWP: 00.111.456.7.055.000
JUMLAH 12,000,000
BAGIAN B : DAFTAR PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh YANG DITANGGUNG
PEMERINTAH
PAJAK YANG
NAMA DAN ALAMAT JENIS PENGHASILAN DIBAYAR /
No. SUMBER / PEMBERI PENGHASILAN PENGHASILAN NETO DIPOTONG PPh PASAL 24 *)
DI LUAR NEGERI TERUTANG DI
LUAR NEGERI
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
*) PERMOHONAN : JUMLAH PADA KOLOM (6) MOHON DIPERHITUNGKAN SEBAGAI KREDIT PAJAK
Catatan :
(1) Pindahkan jumlah Bagian A kolom (5) ditambah jumlah Bagian A kolom (6) ditambah jumlah Bagian B kolom (6) ke Formulir 1770 huruf E angka 15.
(2) Pindahkan jumlah Bagian B kolom (4) ke Formulir 1770 huruf B angka 4.
(3) Jika formulir ini tidak cukup, dapat dibuat lampiran tersendiri sesuai dengan bentuk ini.
D.1.1.32.44
328
Perpajakan untuk SMK
NPWP : 0 6 1 2 3 4 5 6 7 4 1 6 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : INDRAWAN
BAGIAN A : PENGHASILAN YANG TELAH DIKENAKAN PAJAK BERSIFAT FINAL, DIKENAKAN PAJAK
TERSENDIRI DAN PENGHASILAN PENGUSAHA TERTENTU
DASAR PENGENAAN PAJAK / PPh TERHUTANG
No. SUMBER / JENIS PENGHASILAN PENGHASILAN BRUTO
(Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4)
I. DIKENAKAN PAJAK BERSIFAT FINAL :
1. a. BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN DAN DISKONTO SBI 10,000,000 2,000,000
b. BUNGA / DISKONTO OBLIGASI YANG DILAPORKAN
PERDAGANGANNYA DI BURSA EFEK -
3. a. HADIAH UNDIAN -
6. PENGHASILAN USAHA :
a. PENYALUR / DEALER / AGEN PRODUK BBM
PERTAMINA -
PENGHASILAN BRUTO
No. SUMBER / JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)
JUMLAH -
Catatan :
(1) Pindahkan jumlah Bagian A I dan II kolom (4) ke Formulir 1770 huruf I angka 1 kolom (2).
(2) Pindahkan jumlah Bagian A III kolom (3) ke Formulir 1770 huruf I angka 2 kolom (1).
(3) Pindahkan jumlah Bagian A III kolom (4) ke Formulir 1770 huruf I angka 2 kolom (2).
(4) Pindahkan jumlah Bagian B kolom (3) ke Formulir 1770 huruf I angka 3 kolom (1).
D.1.1.32.45
329
Perpajakan untuk SMK
LAMPIRAN - IV
FORMULIR
SPT TAHUNAN
PAJAK PENGHASILAN
1770 - IV
WP ORANG PRIBADI TAHUN PAJAK
NPWP : 0 6 1 2 3 4 5 6 7 4 1 6 0 0 0
JUMLAH 510,000,000
JUMLAH -
Catatan :
(1) Pindahkan jumlah Bagian A kolom (4) ke Formulir 1770 huruf K angka 1.
(2) Pindahkan jumlah Bagian B kolom (4) ke Formulir 1770 huruf K angka 2.
(3) Jika formulir ini tidak cukup, dapat dibuat lampiran tersendiri sesuai dengan bentuk ini.
D.1.1.32.46
330
Perpajakan untuk SMK
Diminta:
JAWABAN:
333
Perpajakan untuk SMK
334
Perpajakan untuk SMK
NPWP : 0 6 6 5 4 3 2 1 7 4 1 1 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : RUDY HARTAWAN
ALAMAT : JL. PARKIT I NO. 35
KELURAHAN / KECAMATAN : SERPONG
KOTA / KODE POS : TANGERANG 1 8 5 1 0 NO. TELP : 021 - 5567855
JENIS USAHA / PEKERJAAN BEBAS : PEDAGANG BAHAN BANGUNAN KLU 5 2 3 4 0
MEREK USAHA : -
ALAMAT USAHA / PEKERJAAN : JL. PERKUTUT V NO. 7, SERPONG - TANGERANG 18510
NOMOR TELEPON / FAKS : 021-5587644
(Rupiah)
B. PENGHASILAN 1 PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN ATAU PEKERJAAN BEBAS. ……………. ¾ 125,000,000
NETO [Diisi dari Formulir 1770-I Bagian A Nomor 4 Kolom (3) atau Formulir 1770-I Bagian B jumlah
Kolom (5)]
D. PPh TERUTANG 12 PPh TERUTANG (Tarif PPh Pasal 17 UU PPh X Huruf C Angka 11) ……………...……………...……………¾ 39,425,200
E. KREDIT PAJAK 15 PPh YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN / DITANGGUNG
PEMERINTAH DAN YANG DIBAYAR / DIPOTONG / TERUTANG DI LUAR NEGERI ……………………¾ 2,316,400
(Diisi dari Formulir 1770-II Bagian A dan Bagian B)
F.1.1.32.16
335
Perpajakan untuk SMK
PPh YANG KURANG DIBAYAR PADA ANGKA 18 a TELAH DILUNASI PADA TANGGAL …………………………………
DIRESTITUSIKAN
H. ANGSURAN PPh ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA SEBESAR ………………………………………………¾ 959,613
PASAL 25 TAHUN
PAJAK JUMLAH TERSEBUT DIHITUNG BERDASARKAN :
BERIKUTNYA a. 1/12 X JUMLAH PADA ANGKA 16 a.
K. HARTA DAN 1. JUMLAH HARTA [Diisi dari Formulir 1770-IV Bagian A Jumlah Kolom (4)] ………..………..………..………¾ Rp 640,000,000
KEWAJIBAN
2. JUMLAH KEWAJIBAN [Diisi dari Formulir 1770-IV Bagian B Jumlah Kolom (4)] ………..………..……….. ¾ Rp 500,000,000
L. LAMPIRAN SELAIN FORMULIR 1770 - I S.D. 1770 - IV BERSAMA INI DILAMPIRKAN PULA :
c. X NERACA DAN LAPORAN LABA RUGI ATAU REKAPITULASI BULANAN PEREDARAN BRUTO (Coret yang tidak
perlu)
f. BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN OLEH PIHAK LAIN / DITANGGUNG PEMERINTAH DAN YANG DIBAYAR /
DIPOTONG DI LUAR NEGERI
j. DAFTAR JUMLAH PENGHASILAN DAN PEMBAYARAN PPh PASAL 25 (Khusus untuk orang pribadi pengusaha tertentu)
l. …………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...……
M. PERNYATAAN DENGAN MENYADARI SEPENUHNYA AKAN SEGALA AKIBATNYA TERMASUK SANKSI-SANKSI SESUAI DENGAN
KETENTUAN PERUNDANG - UNDANGAN YANG BERLAKU, SAYA MENYATAKAN BAHWA APA YANG TELAH SAYA
BERITAHUKAN DI ATAS BESERTA LAMPIRAN-LAMPIRANNYA ADALAH BENAR, LENGKAP DAN JELAS.
NPWP : 06.654.321.7.411.000
F.1.1.32.16
336
Perpajakan untuk SMK
LAMPIRAN - I HALAMAN 1
SPT TAHUNAN FORMULIR
PAJAK PENGHASILAN
WP ORANG PRIBADI 1770 - I
TAHUN PAJAK
DEPARTEMEN KEUANGAN R I
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
NPWP : 0 6 6 5 4 3 2 1 7 4 1 1 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : RUDY HARTAWAN
BAGIAN A : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN ATAU PEKERJAAN BEBAS
BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN PEMBUKUAN
Catatan : Pindahkan jumlah nomor 4 kolom (3) ke Formulir 1770 huruf B angka 1.
D.1.1.32.43
337
Perpajakan untuk SMK
HALAMAN 2
FORMULIR 1770-I
BAGIAN B : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN ATAU PEKERJAAN BEBAS
BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
2. INDUSTRI - -
3. JASA - -
4. PEKERJAAN BEBAS - -
5. USAHA LAINNYA
-
-
2 DIVIDEN -
3 ROYALTI -
4 SEWA -
Catatan:
(1) Pindahkan jumlah Bagian B kolom (5) ke Formulir 1770 huruf B angka 1.
(2) Pindahkan jumlah Bagian C kolom (5) ke Formulir 1770 huruf B angka 2.
(3) Pindahkan jumlah Bagian D kolom (5) ke Formulir 1770 huruf B angka 3.
(4) Jika formulir ini tidak cukup, dapat dibuat lampiran tersendiri sesuai dengan bentuk ini.
D.1.1.32.43
338
Perpajakan untuk SMK
LAMPIRAN - II FORMULIR
SPT TAHUNAN
PAJAK PENGHASILAN
1770 - II
WP ORANG PRIBADI TAHUN PAJAK
DAFTAR PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PPh OLEH
PIHAK LAIN, PPh YANG DITANGGUNG PEMERINTAH,
2 0 0 4
PENGHASILAN NETO DAN PAJAK ATAS PENGHASILAN
DEPARTEMEN KEUANGAN R I YANG DIBAYAR / DIPOTONG / TERUTANG BL TH BL TH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
DI LUAR NEGERI 0 1 0 4 s.d 1 2 0 4
NPWP : 0 6 6 5 4 3 2 1 7 4 1 1 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : RUDY HARTAWAN
BAGIAN A : DAFTAR PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh YANG DITANGGUNG
PEMERINTAH
JUMLAH 2,316,400
BAGIAN B : DAFTAR PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh YANG DITANGGUNG
PEMERINTAH
PAJAK YANG
NAMA DAN ALAMAT JENIS PENGHASILAN DIBAYAR /
No. SUMBER / PEMBERI PENGHASILAN PENGHASILAN NETO DIPOTONG PPh PASAL 24 *)
DI LUAR NEGERI TERUTANG DI
LUAR NEGERI
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
JUMLAH
*) PERMOHONAN : JUMLAH PADA KOLOM (6) MOHON DIPERHITUNGKAN SEBAGAI KREDIT PAJAK
Catatan :
(1) Pindahkan jumlah Bagian A kolom (5) ditambah jumlah Bagian A kolom (6) ditambah jumlah Bagian B kolom (6) ke Formulir 1770 huruf E angka 15.
(2) Pindahkan jumlah Bagian B kolom (4) ke Formulir 1770 huruf B angka 4.
(3) Jika formulir ini tidak cukup, dapat dibuat lampiran tersendiri sesuai dengan bentuk ini.
D.1.1.32.44
339
Perpajakan untuk SMK
NPWP : 0 6 6 5 4 3 2 1 7 4 1 1 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : RUDY HARTAWAN
BAGIAN A : PENGHASILAN YANG TELAH DIKENAKAN PAJAK BERSIFAT FINAL, DIKENAKAN PAJAK
TERSENDIRI DAN PENGHASILAN PENGUSAHA TERTENTU
DASAR PENGENAAN PAJAK / PPh TERHUTANG
No. SUMBER / JENIS PENGHASILAN PENGHASILAN BRUTO
(Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4)
I. DIKENAKAN PAJAK BERSIFAT FINAL :
1. a. BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN DAN DISKONTO SBI 5,000,000 1,000,000
b. BUNGA / DISKONTO OBLIGASI YANG DILAPORKAN
PERDAGANGANNYA DI BURSA EFEK -
3. a. HADIAH UNDIAN -
6. PENGHASILAN USAHA :
a. PENYALUR / DEALER / AGEN PRODUK BBM
PERTAMINA -
JUMLAH 11,000,000
III. PENGHASILAN PENGUSAHA TERTENTU
PENGHASILAN BRUTO
No. SUMBER / JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)
JUMLAH -
Catatan :
(1) Pindahkan jumlah Bagian A I dan II kolom (4) ke Formulir 1770 huruf I angka 1 kolom (2).
(2) Pindahkan jumlah Bagian A III kolom (3) ke Formulir 1770 huruf I angka 2 kolom (1).
(3) Pindahkan jumlah Bagian A III kolom (4) ke Formulir 1770 huruf I angka 2 kolom (2).
(4) Pindahkan jumlah Bagian B kolom (3) ke Formulir 1770 huruf I angka 3 kolom (1).
D.1.1.32.45
340
Perpajakan untuk SMK
LAMPIRAN - IV
FORMULIR
SPT TAHUNAN
PAJAK PENGHASILAN
1770 - IV
WP ORANG PRIBADI TAHUN PAJAK
NPWP : 0 6 6 5 4 3 2 1 7 4 1 1 0 0 0
JUMLAH 640,000,000
JUMLAH 500,000,000
Catatan :
(1) Pindahkan jumlah Bagian A kolom (4) ke Formulir 1770 huruf K angka 1.
(2) Pindahkan jumlah Bagian B kolom (4) ke Formulir 1770 huruf K angka 2.
(3) Jika formulir ini tidak cukup, dapat dibuat lampiran tersendiri sesuai dengan bentuk ini.
D.1.1.32.46
341
PPh PASAL 4 (2)
(PAJAK PENGHASILAN YANG DIPOTONG PIHAK LAIN ATAU DIBAYAR
SENDIRI DALAM TAHUN BERJALAN YANG BERSIFAT FINAL)
PPh Pasal 4 ayat (2) adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan
tertentu seperti tersebut diatas dan bersifat FINAL yang artinya pengenaan pajak
atas penghasilan-penghasilan tersebut sudah dianggap selesai pada saat
dilakukan pemotongan atau pembayaran.
Perpajakan Untuk SMK
344
Perpajakan Untuk SMK
b. Obyek
atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi yang meliputi:
a. pelaksanaan konstruksi
b. perencanaan konstruksi
c. pengawasan konstruksi
CATATAN:
- Bagi pengusaha jasa konstruksi sebagaimana tersebut diatas,
maka di akhir tahun penghitungan pajak terutangnya menjadi
NIHIL, apabila semata-mata penghasilannya berasal dari nilai
pengadaan dibawah 1 milyar. karena penghasilan yang dia
terima sudah dikenakan pajak final.
345
Perpajakan Untuk SMK
3. HADIAH UNDIAN
b. Definisi
Hadiah Undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang diberikan melalui undian.
c. Obyek :
Penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan dalam
bentuk apapun, termasuk dalam bentuk natura.
d. Tarif :
25 % dari nilai undian (nilai uang, atau nilai pasar jika diberikan
dalam bentuk natura), bersifat final
346
Perpajakan Untuk SMK
c. Obyek :
atas penghasilan dari sewa tanah dan/atau bangunan berupa :
tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung
perkantoran, pertokoan, atau pertemuan termasuk bagiannya
d. Tarif :
10 % dari jumlah bruto nilai persewaan,bersifat final
e. Kewajiban Pemotong :
; Memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau
terutangnya sewa, dengan memberikan Bukti Pemotongan
PPh atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan (Final).
347
Perpajakan Untuk SMK
b. Obyek :
- Penghasilan berupa bunga dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang diterima/diperoleh dari Deposito, Tabungan, dan
Diskonto SBI (termasuk bunga yang diterima/diperoleh dari
Deposito dan Tabungan yang ditempatkan di luar negeri
melalui bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
- Deposito dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk
Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito, dan Deposito on Call,
baik dalam mata-uang Rupiah atau mata-uang asing yang
ditempatkan pada atau diterbitkan bank.
- Tabungan
adalah simpanan pada bank dengan nama apapun (termasuk
giro) yang penarikannya melalui syarat-syarat tertentu yang
ditetapkan masing-masing bank.
c. Tarif :
20 % dari jumlah bruto (bersifat final) terhadap Wajib Pajak
Dalam Negeri dan BUT
20 % atau tarif sebagaimana P3B terhadap Wajib Pajak Luar
Negeri
348
Perpajakan Untuk SMK
d. Kewajiban :
Bank dan Bank Indonesia wajib memotong PPh atas Bunga
Deposito dan Bunga Tabungan
Dana Pensiun (pendiriannya telah disahkan Menkeu) dan
bank yang menjual kembali SBI kepada pihak lain bukan
bank atau kepada Dana Pensiun yang pendiriannya belum
disahkan Menkeu, wajib memotong PPh atas diskonto SBI
dengan memberikan Bukti Pemotongan PPh Bunga
Deposito/Tabungan, Diskonto SBI, Jasa Giro atas nama wajib
pajak yang dipotong penghasilannya
Menyetor PPh tersebut dengan SSP atas nama bank/dana
pensiun ke Kantor Penerima Pembayaran, paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya
Melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh dimaksud ke
KPP (di mana pemotong terdaftar) dengan SPT Masa PPh
Ps. ayat (2), selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak
berakhir.
Catatan:
Apabila Wajib Pajak menerima pendapatan bunga dari bank dan
oleh bank sudah dipotong PPh final maka pendapatan bunga harus
dikoreksi fiskal negatif (tidak perlu disajikan dalam Laba/Rugi Fiskal).
349
Perpajakan Untuk SMK
c. Kewajiban :
350
Perpajakan Untuk SMK
Penjelasan :
351
Perpajakan Untuk SMK
7. PERLAKUAN AKUNTANSI
Perlakuan akuntansi PPh final ini akan dicatat dalam rekening beban
PPh dan tidak boleh diakui sebagai Uang Muka PPh karena tidak
bisa dikreditkan.
Contoh:
Pada bulan Januari 2008 PT. X menerima pendapatan jasa giro dari
PT. Bank Harapan Sejahtera sebesar Rp. 20.000.000,00 PPh yang
dipotong oleh Bank Harapan Sejahtera sebesar Rp. 4.000.000,00
Catatan:
352
PPh PASAL 15
(PAJAK PENGHASILAN YANG HARUS DIPUNGUT ATAS KEGIATAN
USAHA YANG BERGERAK DI BIDANG CHARTER PESAWAT & KAPAL)
PPh PASAL 15
(PAJAK PENGHASILAN YANG HARUS DIPUNGUT ATAS KEGIATAN
USAHA YANG BERGERAK DI BIDANG CHARTER PESAWAT &
KAPAL)
2. Definisi
PPh Pasal 15 adalah Pajak yang dipungut atas kegiatan usaha
yang bergerak dijasa penerbangan atau pelayaran
3. Obyek :
a. Peredaran Bruto
Wajib Pajak Penerbangan Dalam Negeri (yang berkedudukan
di dalam negeri) yang dijadikan dasar penghitungan Norma
Penghasilan Neto adalah semua nilai pengganti atau imbalan
berupa uang atau nilai uang, yang diterima atau diperoleh
atas pengangkutan orang dan atau barang yang dimuat :
¾ dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia,
dan/atau
¾ dari suatu pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar
negeri.
355
Perpajakan Untuk SMK
4. Norma Penghitungan
Besar Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto :
6 % dari Penghasilan Bruto
2. Definisi
Wajib Pajak Pelayaran Dalam Negeri adalah Orang Pribadi yang
bertempat tinggal atau Badan yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia
3. Obyek :
Penghasilan Bruto yang dipergunakan dasar penghitungan
Penghasilan Neto adalah semua imbalan atau nilai pengganti
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang bersangkutan atas
pengangkutan orang dan atau barang (termasuk penyewaan
kapal) yang dimuat dari
¾ pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia
¾ pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia
¾ pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia
356
Perpajakan Untuk SMK
4. Norma Penghitungan
Besar Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto :
4 % dari Peredaran Bruto
Lain-lain :
¾ Dalam hal di luar negeri perusahaan dipotong PPh Pasal 24,
maka maksimal PPh yang dapat diperhitungkan dengan PPh
terutang berdasarkan keputusan ini (416/KMK.04/1996)
adalah sebesar 1,2 % dari peredaran brutonya.
¾ Atas pembelian kapal dari luar negeri tidak dikenakan PPh
Pasal 22 Impor, langsung menghubungi Ditjen Bea dan
Cukai, tanpa Surat Keterangan Bebas.
357
Perpajakan Untuk SMK
2. Obyek:
Peredaran Bruto Perusahaan Pelayaran/Penerbangan Luar
Negeri adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang
atau nilai lain yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang
bersangkutan atas pengangkutan orang dan/atau barang yang
dimuat dari :
o dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia, dan/atau
o dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri atau
sebaliknya
3. Norma Penghitungan
Besar Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto :
6 % dari Penghasilan Bruto
358
PPh PASAL 19
(PAJAK PENGHASILAN YANG HARUS DISETOR
SENDIRI OLEH WAJIB PAJAK ATAS SELISIH LEBIH
PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP)
PPh PASAL 19
(PAJAK PENGHASILAN YANG HARUS DISETOR
SENDIRI OLEH WAJIB PAJAK ATAS SELISIH LEBIH
PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP)
) Subjek :
Yang dapat melakukan revaluasi aktiva tetap (untuk tujuan
perpajakan) adalah Wajib Pajak Badan dan Bentuk Usaha
Tetap (tidak termasuk wajib pajak yang memperoleh ijin
menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang asing $ AS)
dengan syarat telah memenuhi kewajiban perpajakan (PPh, PPN
dan PPn BM, serta PBB) sampai dengan masa pajak terakhir
sebelum masa pajak dilakukan revaluasi.
) Objek :
1. aktiva tetap yang dapat direvaluasi adalah aktiva tetap berwujud
yang terletak atau berada di Indonesia yang dimiliki dan
361
Perpajakan untuk SMK
362
Perpajakan untuk SMK
363
Perpajakan untuk SMK
Contoh :
¾ PT A memiliki aktiva tetap dengan nilai sisa buku fiskal
sebesar ……………………………………………… Rp 300.000.000,-
¾ nilai sisa buku fiskal setelah dilakukan
penilaian kembali …………………………………. Rp 800.000.000,
364
Perpajakan untuk SMK
Jika aktiva tetap tersebut dialihkan sebelum habis masa manfaat baru,
maka dikenakan
6. PERLAKUAN AKUNTANSI:
Contoh:
Pada tahun 2007 PT. X melakukan revaluasi atas mesin yang dimiliki
yang mengakibatkan naiknya nilai mesin menjadi Rp. 1,5 Milyar..
Maka PPh final yang harus dibayar sebesar Rp. 10% X Rp. 1,5 Milyar
= Rp. 150 Juta.
Catatan:
365
Perpajakan untuk SMK
366
PPN & PPnBM
(PAJAK ATAS TRANSAKSI DAN PEROLEHAN BARANG
KENA PAJAK DAN JASA KENA PAJAK)
BKP JKP
BKPTM
PPN adalah Pajak Pertambahan Nilai yang harus dipungut oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP) pada saat menyerahkan Barang Kena Pajak (BKP) dan
Jasa Kena Pajak (JKP). PPnBM adalah Pajak Penjualan Barang Mewah yang
dipungut oleh PKP produsen Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah
(BKPTM) pada saat penyerahannya.
Perpajakan untuk SMK
b. Pajak Obyektif
369
Perpajakan untuk SMK
f. Bersifat Netral
370
Perpajakan untuk SMK
371
Perpajakan untuk SMK
3. SUBYEK PPN
4. OBYEK PPN
c. Impor BKP
Contoh : PT Sarana Farmasi (industri farmasi) mengimpor bahan
baku untuk produknya dari Jepang.
373
Perpajakan untuk SMK
374
Perpajakan untuk SMK
375
Perpajakan untuk SMK
376
Perpajakan untuk SMK
b. gas bumi.
c. panas bumi.
d. pasir dan kerikil.
e. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara, dan
f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan
bijih perak, serta bijih bauksit.
377
Perpajakan untuk SMK
379
Perpajakan untuk SMK
380
Perpajakan untuk SMK
381
Perpajakan untuk SMK
7. FAKTUR PAJAK
a. Pengertian
Pasal 1 angka 23 Undang-Undang PPN :
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak atau bukti
pungutan pajak karena impor Barang Kena Pajak yang digunakan
oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
383
Perpajakan untuk SMK
385
Perpajakan untuk SMK
387
Perpajakan untuk SMK
389
Perpajakan untuk SMK
390
Perpajakan untuk SMK
391
Perpajakan untuk SMK
392
Perpajakan untuk SMK
Contoh :
PKP melakukan beberapa macam penyerahan yaitu :
y Penyerahan terutang PPN Rp 25.000.000,-, Pajak Keluaran
Rp 2.500.000,-
y Penyerahan yang tidak terutang PPN Rp 5.000.000,-
Pajak Keluaran Rp 500.000,-
y Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN Rp
5.000.000,-
Contoh :
PKP melakukan penyerahan baik yang terutang PPN maupun
penyerahan yang tidak terutang PPN (termasuk penyerahan yang
PPN-nya dibebaskan).
Peredaran bruto keseluruhannya dalam tahun 2004 adalah
sebesar Rp 20.000.000.000,-.
Peredaran bruto penyerahan yang tidak terutang PPN (termasuk
penyerahan yang PPN-nya dibebaskan) adalah sebesar Rp
2.000.000.000,-.
Untuk menghasilkan peredaran bruto keseluruhan
penyerahannya tersebut, digunakan Barang Modal yang dibeli 01-
01-2004 dengan Harga Perolehan Rp 500.000.000,-, Pajak
Masukan Rp 50.000.000,-. (PM-nya Rp 5.000.000,-).
394
Perpajakan untuk SMK
= 1/10 x Rp 10.000.000,-
= Rp 1.000.000,-
2.000.000.000
= × 5.000.000
20.000.000.000
= 1/10 X Rp 5.000.000,-
= Rp 500.000,-
395
Perpajakan untuk SMK
PM
= p'×
T
5.000.000
= 25% ×
5
= 25% x Rp 1.000.000,-
= Rp 250.000,-
p’ =
rata-rata penggunaan Barang
Modal untuk kegiatan di luar
usaha
= 30% + 20%
2
= 25%
PM = Pajak Masukan atas perolehan
Barang Modal lainnya
T = masa manfaat Barang Modal
lainnya
396
Perpajakan untuk SMK
397
Perpajakan untuk SMK
Contoh :
− Dalam bulan Januari 2005 PKP (Pedagang Eceran dengan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto) menyerahkan BKP kepada PKP
lainnya dengan harga jual seluruhnya Rp 80.000.000,-.
Pajak Keluaran
10% X Rp 80.000.000,-…........ Rp 8.000.000,-
Pajak Keluaran
10% X Rp 30.000.000,-……….. Rp 3.000.000,-
398
Perpajakan untuk SMK
399
Perpajakan untuk SMK
401
Perpajakan untuk SMK
403
Perpajakan untuk SMK
Contoh 1:
Dalam bulan Januari 2008 PT X membeli BKP dari PKP sbb:
• Barang dagangan seharga Rp. 100.000.000,- (belum termasuk
PPN dengan Faktur Pajak Standar)
• Kendaraan Truck seharga Rp. 250.000.000,- (belum termasuk
PPN dengan Faktur Pajak Standar)
• Kendaraan sedan seharga Rp. 300.000.000,- (belum termasuk
PPN dengan Faktur Pajak Standar)
• Perlengkapan Kantor seharga Rp. 3.000.000,- (belum
termasuk PPN dengan Faktur Pajak Sederhana)
404
Perpajakan untuk SMK
Contoh:
Dalam bulan yang sama seperti contoh diatas PT. X menjual BKP
sbb:
- Barang Dagangan kepada CV. Z sebesar Rp. 55.000.000,-
(termasuk PPN dan diterbitkan FP Standar)
- Barang Dagangan kepada Tn. A (Non PKP) sebesar Rp.
11.000.000,- (Termasuk PPN dengan FP Sederhana)
- Barang Dagangan kepada PT. B seharga Rp. 300.000.000,-
(belum termasuk PPN dengan FP Standar)
405
Perpajakan untuk SMK
a. Penjualan Biasa
Kas Rp33.000.000,00
PPN Keluaran Rp 3.000.000.00
Penjualan Rp 30.000.000,00
Keterangan:
PPN keluaran Rp3.000.000,00 adalah PPN terutang untuk masa
Februari 2007 dan akan dikompensasikan dengan Pajak Masukan.
Bila terjadi retur penjualan maka PPN Keluaran yang telah dicatat
saat penjualan harus dikurangi.
Contoh:
Pada tanggal 25 Februari 2007 PT Baskara Jaya menerima nota
retur dari konsumennya atas barang yang telah dijual seharga Rp
5.000.000,00 PPN 10%.
406
Perpajakan untuk SMK
Contoh:
PT Baskara Jaya menjual barang kepada PT Bangun Senjoyo
senilai Rp50.000.000,00 barang tersebut akan diterima dua bulan
kemudian. Uang muka yang diterima PT Baskara Jaya Rp.
l0.000.000,00 dan sisanya saat barang diterima.
d. Penjualan Cicilan
Contoh:
Tanggal 1 Maret 2007 PT Baskara Jaya menjual barang dagangan
seharga Rp20.000.000.00 PPN 10% periode cicilan 5 bulan.
407
Perpajakan untuk SMK
Keterangan:
PPN Keluaran Rp2.000.000,00 terutang untuk masa Maret 2007
dan saat diterima cicilan PPN sudah tidak terutang.
Contoh:
Tanggal 30 Maret 2007 PT Baskara memakai sendiri produksinya
untuk diberikan kepada relasi usahanya sebesar Rp 500.000,00,
PPN 10%.
Contoh:
Mulai bulan Januari tahun 2007 PT Baskoro Jaya membangun
gudang seluas 800 m2 dengan taksiran biaya Rp1.000.000.000,00
(tidak termasuk nilai tanah) dan dalam bulan Januari 2007 telah
dikeluarkan biaya Rp 400.000.000,00. Maka PPN terutang masa
Januari 2007 = 10% x 40% x 400.000.000 = Rp16.000.000.00.
408
Perpajakan untuk SMK
Contoh:
Tanggal 20 April 2007 PT Baskara Jaya menjual BKP ke Dinas
Pendidikan Kota Malang (Pemungut PPN) sebesar Rp
110.000.000, harga tersebut termasuk PPN (Included PPN).
Sehingga PPN sama dengan 10/110x Rp 110.000.000,00 =
Rp. l 0.000.000,00
Kas Rp 100.000.000,00
Penjualan Rp 100.000.000,00
409
Perpajakan untuk SMK
a. Obyek PPn BM
Jenis barang yang dikenakan PPnBM atas BKP yang Tergolong
Mewah Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) dijelaskan
dengan :
a. Selain Kendaraan Bermotor (620/PMK.03/2004)
b. Kendaraan Bermotor (355/KMK.03/2003, Kep-229/PJ/2003)
b. Tarif PPn BM :
Dengan Peraturan Pemerintah (yakni PP Nomor 145 Tahun 2000
sebagaimana disempurnakan terakhir dengan PP Nomor 55 Tahun
2004) ditetapkan Kelompok BKP yang Tergolong Mewah dengan
tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) UU PPN, yakni
:
a. tarif PPn BM paling rendah 10 %, paling tinggi 75 %, dan
b. atas ekspor BKP yang Tergolong Mewah dikenakan tarif PPn
BM 0 %.
411
Perpajakan untuk SMK
) Kendaraan Sasis :
adalah rangka kendaraan yang telah dilengkapi dengan motor
bakar dan atau dengan transmisinya serta gandar poros dan
gandar yang terpasang yang bisa dimodifikasi menjadi kendaraan
bermotor sesuai dengan kegunaannya
) Kendaraan Khusus
adalah kendaraan bermotor yang dibuat untuk digunakan secara
khusus seperti untuk golf, perjalanan di atas salju, di pantai, di
gunung, termasuk trailer dan semi-trailer dari jenis tipe caravan
untuk perumahan dan kemah.
) Kendaraan double-cabin
adalah kendaraan bermotor dengan cabin ganda dalam bentuk
kendaraan bak terbuka atau bak tertutup dengan penumpang
lebih dari 3 orang termasuk pengemudi, dengan masa total tidak
lebih dari 5 ton.
412
Perpajakan untuk SMK
413
Perpajakan untuk SMK
Pembebasan PPn BM
PPn BM Dibebaskan atas impor dan penyerahan :
Kendaraan Bermotor , berupa :
a. Kendaraan Ambulan
b. Kendaraan Jenazah
c. Kendaraan Pemadam Kebakaran
d. Kendaraan Tahanan
e. Kendaraan Pengangkutan Umum
Kendaraan Protokoler Kenegaraan
Kendaraan Bermotor untuk pengangkutan 10 s/d 15 orang
termasuk pengemudi yang digunakan untuk kendaraan dinas
TNI atau POLRI.
Kendaraan Patroli TNI/POLRI.
Contoh :
416
Perpajakan untuk SMK
417
Perpajakan untuk SMK
Contoh :
PT A sebuah perusahaan real-estate mengimpor
kendaraan pemadam kebakaran. Pada saat impor PT A
tidak memiliki SKB PPn BM, sehingga PT A wajib
membayar PPn BM atas impor kendaraan tersebut. PT A
kemudian dapat meminta pengembalian PPn BM yang
telah dibayar.
Contoh :
PT B importer atas Surat Perintah Kerja TNI/POLRI
mengimpor kendaraan patroli TNI/POLRI. Pada waktu
impor membayar PPn-BM. PT B kemudian bisa meminta
pengembalian PPn BM yang telah dipungut, apabila
TNI/POLRI memiliki SKB PPn BM.
419
Perpajakan untuk SMK
420
Perpajakan untuk SMK
421
Perpajakan untuk SMK
422
Perpajakan untuk SMK
Oleh importir/distributor/dealer/agen/penyalur/showroom
423
Perpajakan untuk SMK
Contoh 1:
Perlakuan Akuntansi:
- Bagi Pemungut :
Dicatat sebagai Utang PPnBM (Kelompok Utang Lancar) atau
Utang ke Kas Negara.
- Bagi Terpungut:
PPnBM yang telah dibayar dicatat sebagai nilai
Perolehan/dikapitalisasi/menambah nilai perolehan barang.
424
Perpajakan untuk SMK
Keterangan:
- Apabila PT. ABX akan menjual lagi barang yang dibeli dari PT. ABC
tersebut maka PT. ABX tidak boleh lagi memungut PPnBM namun
masih boleh memungut PPN ke konsumennya.
Apabila diketahui dalam Harga Jual Barang sudah termasuk PPnBM dan
PPN (included PPN dan PPnBM).
T = tarif PPnBM
Contoh 2:
Harga barang Rp. 1.300.000,. termasuk PPN dan PPnBM 20%, maka
425
Perpajakan untuk SMK
Contoh 3:
Catatan:
Apabila harga barang sudah termasuk PPnBM saja, hal ini jarang terjadi
karena PPn BM dikenakan terhadap BKPTM. Sehingga barang yang
terkena PPnBM selalu diikuti dengan PPN.
426
PBB
(PAJAK BUMI DAN ATAU BANGUNAN)
; Objek PBB
; Objek PBB yang Dikecualikan
; Subjek & Wajib Pajak
; Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
; Cara Penghitungan Pajak
; Tahun Pajak, Saat & Tempat Pajak Terutang
; Pendaftaran & Pendataan Objek Pajak
; Penagihan PBB
; Keberatan & Pengurangan
; Contoh Penghitungan PBB Atas Bumi dan Bangunan
; Perlakuan Akuntansi
Aduh terima
SPPT lagi…..
NJOP-nya tinggi
lagi...
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang harus dibayar atas objek bumi
dan/atau bangunan, ditagih oleh fiskus berdasarkan SPPT (Surat Pemberitahuan
Pajak Terutang). Meskipun PBB termasuk pajak pusat namun sistem
pemungutannya lebih mendekati ke Official Assessment System.
Perpajakan untuk SMK
PBB
(PAJAK BUMI DAN/ATAU BANGUNAN)
429
Perpajakan untuk SMK
Tanah : ≤ 10.000 m2
Bangunan : Jumlah lantai ≤ 4
Luas bangunan : ≤ 1.000 m2
430
Perpajakan untuk SMK
KELOMPOK A
NJOP
Penggolongan Nilai Jual Bumi NJOP Bumi Penggolongan Nilai Jual Bumi Bumi
Kelas (Rp/m2) (Rp/m2) Kelas (Rp/m2) (Rp/m2)
1 > 3.000.000 s.d 3.200.000 3.100.000 26 > 178.000 s.d 223.000 200.0000
2 > 2.850.000 s.d 3.000.000 2.925.000 27 > 142.000 s.d 178.000 160.0000
3 > 2.708.000 s.d 2.850.000 2.779.000 28 > 114.000 s.d 142.000 128.0000
4 > 2.573.000 s.d 2.708.000 2.640.000 29 > 91.000 s.d 114.000 103.0000
5 > 2.444.000 s.d 2.573.000 2.508.000 30 > 73.000 s.d 91.000 82.0000
6 > 2.261.000 s.d 2.444.000 2.352.000 31 > 55.000 s.d 73.000 64.0000
7 > 2.091.000 s.d 2.261.000 2.176.000 32 > 41.000 s.d 55.000 48.0000
8 > 1.934.000 s.d 2.091.000 2.013.000 33 > 31.000 s.d 41.000 36.0000
9 > 1.789.000 s.d 1.934.000 1.862.000 34 > 23.000 s.d 31.000 27.0000
10 > 1.665.000 s.d 1.789.000 1.722.000 35 > 17.000 s.d 23.000 20.0000
11 > 1.490.000 s.d 1.665.000 1.573.000 36 > 12.000 s.d 17.000 14.0000
12 > 1.341.000 s.d 1.490.000 1.416.000 37 > 8.400 s.d 12.000 10.0000
13 > 1.207.000 s.d 1.341.000 1.274.000 38 > 5.900 s.d 8.400 7.1500
14 > 1.086.000 s.d 1.207.000 1.147.000 39 > 4.100 s.d 5.900 5.0000
15 > 977.000 s.d 1.086.000 1.032.000 40 > 2.900 s.d 4.100 3.5000
16 > 855.000 s.d 977.000 916.000 41 > 2.000 s.d 2.900 2.4500
17 > 748.000 s.d 855.000 802.000 42 > 1.400 s.d 2.000 1.7000
18 > 655.000 s.d 748.000 702.000 43 > 1.050 s.d 1.000 1.2000
19 > 573.000 s.d 655.000 614.000 44 > 760 s.d 1.050 900
20 > 501.000 s.d 573.000 537.000 45 > 550 s.d 760 660
21 > 426.000 s.d 501.000 464.000 46 > 410 s.d 550 400
22 > 362.000 s.d 426.000 394.000 47 > 310 s.d 410 350
23 > 308.000 s.d 362.000 335.000 48 > 240 s.d 310 270
24 > 262.000 s.d 308.000 285.000 49 > 170 s.d 240 200
25 > 223.000 s.d 262.000 243.000 50 < 170 140
431
Perpajakan untuk SMK
KELOMPOK B
Penggolongan Nilai Jual Bumi NJOP Bumi Penggolongan Nilai Jual Bumi NJOP Bumi
Kelas (Rp/m2) (Rp/m2) Kelas (Rp/m2) (Rp/m2)
1 > 67.390.000 s.d 69.700.000 68.545.000 26 > 22.640.000 s.d 23.950.000 23.295.000
2 > 65.120.000 s.d 37.390.000 66.225.000 27 > 21.370.000 s.d 22.640.000 22.005.000
3 > 62.890.000 s.d 65.120.000 64.005.000 28 > 20.140.000 s.d 21.370.000 20.755.000
4 > 60.700.000 s.d 62.890.000 91.795.000 29 > 18.950.000 s.d 20.140.000 19.545.000
5 > 58.550.000 s.d 60.700.000 59.625.000 30 > 17.800.000 s.d 18.950.000 18.375.000
6 > 56.440.000 s.d 58.550.000 57.495.000 31 > 16.690.000 s.d 17.800.000 17.245.000
7 > 54.370.000 s.d 56.440.000 55.405.000 32 > 15.620.000 s.d 16.690.000 16.155.000
8 > 52.340.000 s.d 54.370.000 53.355.000 33 > 14.590.000 s.d 15.620.000 15.105.000
9 > 50.350.000 s.d 52.340.000 51.345.000 34 > 13.600.000 s.d 14.590.000 14.095.000
10 > 48.400.000 s.d 50.350.000 49.375.000 35 > 12.650.000 s.d 13.600.000 13.125.000
11 > 46.490.000 s.d 48.400.000 47.445.000 36 > 11.740.000 s.d 12.650.000 12.195.000
12 > 44.620.000 s.d 46.490.000 45.555.000 37 > 10.870.000 s.d 11.740.000 11.305.000
13 > 42.700.000 s.d 44.620.000 43.705.000 38 > 10.040.000 s.d 10.870.000 10.455.000
14 > 41.000.000 s.d 42.700.000 41.895.000 39 > 9.250.000 s.d 10.040.000 9.645.000
15 > 39.250.000 s.d 41.000.000 40.125.000 40 > 8.500.000 s.d 9.250.000 8.875.000
16 > 37.540.000 s.d 39.250.000 38.395.000 41 > 7.790.000 s.d 8.500.000 8.145.000
17 > 35.870.000 s.d 37.540.000 36.705.000 42 > 7.120.000 s.d 7.790.000 7.455.000
18 > 34.240.000 s.d 35.870.000 35.055.000 43 > 6.490.000 s.d 7.120.000 6.805.000
19 > 32.650.000 s.d 34.240.000 33.445.000 44 > 5.900.000 s.d 6.490.000 6.195.000
20 > 31.100.000 s.d 32.650.000 31.875.000 45 > 5.350.000 s.d 5.900.000 5.625.000
21 > 29.590.000 s.d 31.100.000 30.345.000 46 > 4.840.000 s.d 5.350.000 5.095.000
22 > 28.120.000 s.d 29.590.000 28.855.000 47 > 4.370.000 s.d 4.840.000 4.605.000
23 > 26.690.000 s.d 28.120.000 27.405.000 48 > 3.940.000 s.d 4.370.000 4.155.000
24 > 25.300.000 s.d 26.690.000 25.995.000 49 > 3.550.000 s.d 3.940.000 3.745.000
25 > 23.950.000 s.d 25.300.000 24.625.000 50 > 3.200.000 s.d 3.550.000 3.375.000
- Bangunan :
A : Kelas 20 ( Rp. 50.000,- ) s.d. Kelas 1 ( Rp. 1.200.000,- )
B : Kelas 20 ( Rp. 1.516.000,- ) s.d. Kelas 1 ( Rp. 15.250.000,- )
432
Perpajakan untuk SMK
KELOMPOK B KELOMPOK A
Penggolongan Nilai Jual Bumi NJOP Bm Penggolongan Nilai Jual Bumi NJOP Bm
Kelas (Rp/m2) (Rp/m2) Kelas (Rp/m2) (Rp/m2)
1 > 14.700.000 s.d 15.800.000 15.250.000 1 > 1.034.000 s.d 1.366.000 1.200.000
2 > 13.600.000 s.d 14.700.000 14.150.000 2 > 902.000 s.d 1.034.000 968.000
3 > 12.550.000 s.d 13.600.000 13.075.000 3 > 744.000 s.d 902.000 823.000
4 > 11.550.000 s.d 12.550.000 12.050.000 4 > 656.000 s.d 744.000 700.000
5 > 10.600.000 s.d 11.550.000 11.075.000 5 > 534.000 s.d 656.000 595.000
6 > 9.700.000 s.d 10.600.000 10.150.000 6 > 476.000 s.d 534.000 505.000
0 > 8.850.000 s.d 9.700.000 9.275.000 7 > 382.000 s.d 476.000 429.000
8 > 8.050.000 s.d 8.850.000 8.450.000 8 > 348.000 s.d 382.000 365.000
9 > 7.300.000 s.d 8.050.000 7.675.000 9 > 272.000 s.d 348.000 310.000
10 > 6.600.000 s.d 7.300.000 6.950.000 10 > 256.000 s.d 272.000 264.000
11 > 5.850.000 s.d 6.600.000 6.225.000 11 > 194.000 s.d 256.000 225.000
12 > 5.150.000 s.d 5.850.000 5.500.000 12 > 188.000 s.d 194.000 191.000
13 > 4.500.000 s.d 5.150.000 4.825.000 13 > 136.000 s.d 188.000 162.000
14 > 3.900.000 s.d 4.500.000 4.200.000 14 > 128.000 s.d 136.000 132.000
15 > 3.350.000 s.d 3.900.000 3.625.000 15 > 104.000 s.d 128.000 116.000
16 > 2.850.000 s.d 3.350.000 3.100.000 16 > 92.000 s.d 104.000 98.000
17 > 2.400.000 s.d 2.850.000 2.625.000 17 > 74.000 s.d 92.000 83.000
18 > 2.000.000 s.d 2.400.000 2.200.000 18 > 68.000 s.d 74.000 71.000
19 > 1.666.000 s.d 2.000.000 1.833.000 19 > 52.000 s.d 68.000 60.000
20 > 1.366.000 s.d 1.666.000 1.516.000 20 < 52.000 50.000
433
Perpajakan untuk SMK
Dalam hal suatu objek pajak belum jelas siapa wajib pajaknya
Dirjen Pajak c.q. KPPBB menetapkan subjek pajak sebagai wajib
pajak. Penunjukan ini bukan merupakan bukti kepemilikan hak dari
suatu objek pajak (tidak terkait yuridis formal / recht → hanya fiskal
kadaster).
a. Pendekatan Penilaian
Sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 1 ayat 3 Undang-
undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994, maka dalam penentuan
NJOP dikenal tiga pendekatan penilaian, yaitu :
434
Perpajakan untuk SMK
2. Pendekatan Biaya
Pendekatan biaya digunakan untuk penilaian bangunan,
yaitu dengan cara memperhitungkan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk membuat bangunan baru objek yang
dinilai dan dikurangi penyusutan. Perkiraan biaya
dilakukan dengan cara menghitung biaya setiap
komponen utama bangunan, material dan fasilitas lainnya.
b. Cara Penilaian
Mengingat jumlah objek pajak yang sangat banyak dan menyebar
di seluruh wilayah Indonesia, sedangkan jumlah tenaga penilai
dan waktu penilaian dilakukan yang tersedia sangat terbatas,
maka pelaksanaan dengan dua cara (Lampiran 21), yaitu:
435
Perpajakan untuk SMK
1. Penilaian Massal
Dalam sistem ini NJOP bumi dihitung berdasarkan NIR
yang terdapat pada setiap ZNT, sedangkan NJOP
bangunan dihitung berdasarkan DBKB. Perhitungan
penilaian massal dilakukan terhadap objek pajak dengan
menggunakan program komputer konstruksi umum
(Computer Assisted Valuation/CAV).
2. Penilaian Individual
Penilaian Individual diterapkan untuk objek pajak umum
yang bernilai tinggi (tertentu), baik objek pajak khusus,
ataupun objek pajak umum yang telah dinilai dengan CAV
namun hasilnya tidak mencerminkan nilai yang
sebenarnya karena keterbatasan aplikasi program. Proses
penilaiannya adalah dengan memperhitungkan seluruh
karakteristik dari objek pajak tersebut.
Batas Nilai Jual Objek Pajak yang tidak kena pajak atas
bumi dan atau bangunan (NJOPTKP) besarnya maksimal
Rp. 8.000.000,- untuk setiap Kota/Kabupaten menurut
Undang – Undang No. 12 tahun 1985 j. o Undang –
Undang No. 12 tahun 1994 (max Rp. 12.000.000,-
menurut Kepmenkeu No. 201/KMK.04/2000) dengan
ketentuan :
436
Perpajakan untuk SMK
a. 20 %, meliputi : - pedesaan
- perkotaan
dengan nilai kurang dari 1 Milyar
b. 40 %, meliputi : - perkebunan
- perhutanan
- pertambangan
pedesaan dan perkotaan dengan
nilai 1 Milyar atau lebih
b. Rumus Penghitungan
437
Perpajakan untuk SMK
Dengan ketentuan :
a. NJKP = 20 %
→ PBB Terutang = 0,5 % x 20 % x ( NJOP – NJOPTKP )
= 0,1 % x ( NJOP – NJOPTKP )
b. NJKP = 40 %
→ PBB Terutang = 0,5 % x 40 % x ( NJOP – NJOPTKP )
= 0,2 % x ( NJOP – NJOPTKP )
4. Peruntukannya berubah
5. Dilakukan pendataan dan penilaian
Pendataan Objek Dan Subjek PBB Sekarang Ini lebih dikenal Dengan
Istilah SISMIOP Yaitu Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak Yang
Diatur Dalam Keputusan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor :
Kep-533/Pj/2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran,
Pendataan Dan Penilaian Objek Dan Subjek Pajak Bumi Dan Bangunan
(PBB) Dalam Rangka Pembentukan dan atau Pemeliharaan Basis Data
Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak ( S I S M I O P ) yang Isinya :
Struktur/Bagan Umum
439
Perpajakan untuk SMK
SISMIOP terdiri atas 5 (lima) unsur yaitu NOP, Blok, ZNT, DBKB,
dan Program Komputer.
440
Perpajakan untuk SMK
2. Blok
441
Perpajakan untuk SMK
5. Program Komputer
444
Perpajakan untuk SMK
a. Dasar penerbitan :
- SPOP terlambat dikembalikan, meski sudah ditegor
pajak terutang = pokok pajak + denda 25 %
445
Perpajakan untuk SMK
b. Waktu pelunasan :
maksimal 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh WP
a. Dasar Penerbitan :
- Pajak yang terutang ( SPPT / SKP ) tidak / kurang bayar
- WP terlambat bayar sesuai tanggal jatuh tempo yang
ditetapkan
a. Keberatan
Diajukan karena :
a. WP merasa SPPT / SKP tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya :
- Luas objek pajak ( Bumi &/ Bangunan )
- Penerapan klasifikasi ( Bumi &/ Bangunan )
- Penetapan / pengenaan PBB
b. Pengurangan
Diajukan karena :
a. Kondisi tertentu wajib pajak yang ada hubungannya dengan
subjek pajak dan atau sebab-sebab tertentu lainnya, yaitu :
- lahan pertanian/perkebunan/perikanan/peternakan yang
hasilnya sangat terbatas yang dimiliki, dikuasai atau
dimanfaatkan oleh WP perseorangan
447
Perpajakan untuk SMK
Contoh 1:
Toni memiliki sebuah rumah di kawasan Mulyosari, tanahnya seluas
800 m2, NJOP-nya Rp. 160.000.000,00 bangunan seluas 400 m2 ,
dengan NJOP-nya Rp. 90.000.000,00.
Hitung PBB tahun 2001 untuk tanah dan bangunan tersebut?
Penyelesaian:
Luas tanah = 800 m2, NJOP = Rp. 16.000.000,00 atau NJOP/m2 =
Rp. 200.000,00
Luas bangunan = 400 m2, NJOP = Rp. 90.000.000,00 atau NJOP/m2
= Rp. 225.000,00
Perhitungan PBB tahun 2001:
NJOP Tanah = 800 X Rp. 200.000 160.000.000,00
NJOP Bangunan = 400 X Rp. 225.000 90.000.000,00
NJOP Tanah dan Bangunan 250.000.000,00
NJOP TKP 12.000.000,00
448
Perpajakan untuk SMK
Contoh 2:
Bang Udin memiliki sebuah rumah yang sekaligus dijadikan tempat
usaha di daerah Kertajaya, tanahnya seluas 700 m2, NJOP-nya Rp.
1.400.000.000,00 sedang bangunannya seluas 400 m2 dan NJOPnya
Rp. 600.000.000,00. Hitunglah PBB tahun 2001 untuk tanah dan
bangunan milik Bang Udin tersebut?
Penyelesaian:
Luas tanah = 700 m2, NJOP = Rp. 1.400.000.000,00 atau NJOP/m2 =
Rp. 2.000.000,00. konversi kelas A.8
Luas bangunan = 400 m2, NJOP = Rp. 90.000.000,00 atau NJOP/m2
= Rp. 225.000,00, konversi kelas B.20
Contoh 1:
PT. X membayar PBB atas objek tanah dan bangunan gedung pabrik
sebesar Rp. 15.000.000,00. Maka Jurnal yang dibuat oleh PT. X
adalah:
449
Perpajakan untuk SMK
Catatan:
Beban PBB tersebut menurut fiskal boleh dibiayakan.
Contoh 2:
PT. X membayar PBB atas rumah dinas yang ditempati oleh direktur
utama sebesar Rp. 4.500.000,00.
Catatan:
450
BEA METERAI ATAS DOKUMEN
BISNIS
Bab ini membahas tentang :
454
Perpajakan untuk SMK
455
Perpajakan untuk SMK
b. Pihak yang terutang bea materai. Bea meterai terutang oleh pihak
yang menerima atau pihak yang mendapat manfaat dari
dokumen, kecuali pihak-pihak yang bersangkutan menentukan
lain.
bulan, dan tahun dilakukan dengan tinta atau yang sejenis dengan
itu, sehingga sebagian tanda tangan ada di atas kertas dan
sebagian lagi di atas meterai tempel
d. Jika digunakan lebih dari satu meterai tempel, tanda tangan harus
dibubuhkan sebagian di atas semua meterai tempel dan sebagian
di atas kertas.
Bila pelunasan bea meterai dilakukan dengan menggunakan kertas
meterai maka harus memperhatikan hal-hal sebagaimana yang
tercantum dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985
sebagai berikut :
a. Kertas meterai yang sudah digunakan tidak boleh digunakan lagi (
ayat (7) )
b. Jika isi dokumen yang dikenakan bea meterai terlalu panjang
untuk dimuat seluruhnya di atas kertas meterai yang digunakan,
maka untuk bagian isi yang masih tertinggal dapat digunakan
kertas tidak bermeterai ( ayat (8) )
c. Bila ketentuan penggunaan dan cara pelunasan bea meterai tidak
dipenuhi, dokumen yang bersangkutan dianggap tidak bermeterai
( ayat (9) )
2. Cara pelunasan bea meterai dengan cara lain yang ditetapkan
menteri keuangan, yaitu :
a. Membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan menggunakan
mesin teraan meterai
Membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan teknologi
b.
percetakan
Membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan sistem
c.
komputerisasi
d. Membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan alat lain dan
teknologi tertentu (Lihat KMK No. 133b/KMK.04/2000).
457
Perpajakan untuk SMK
8. KETENTUAN KHUSUS
Pejabat pemerintah, hakim , panitera, juru sita, notaris dan pejabat umum
lainnya yang masing-masing tengah berada dalam tugas dan jabatannya
tidak dibenarkan:
9. DALUWARSA
458
Perpajakan untuk SMK
460
Perpajakan untuk SMK
Contoh:
Selama bulan Desember PT. X membeli bea meterai sebesar Rp.
600.000,00.
Catatan:
Beban Bea Meterai tersebut menurut ketentuan fiskal boleh
dibiayakan (deductible expense).
461
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI
DAERAH
Bab ini membahas tentang :
; Reformasi Perpajakan
; Pengertian Pajak & Pajak Daerah
; Fungsi Pajak Daerah
; Kriteria Struktur Pajak yang Baik
; Reformasi Pajak Daerah
; Jenis-Jenis Pajak Daerah
; Perda tentang Pajak Daerah
; Kriteria Pajak Daerah yang Baik
; Penagihan Pajak Daerah dengan Surat Paksa
; Keberatan, Banding & Gugatan
; Antisipasi
; Beberapa Contoh Pungutan Daerah yang Berdampak pada
Biaya Ekonomi Tinggi
; Perlakuan Akuntansi
PAJAK RESTORAN
PAJAK HOTEL
KAS DAERAH
1. REFORMASI PERPAJAKAN
464
Perpajakan untuk SMK
Asas dan prinsip pemungutan yang baik menurut Adam Smith dalam
bukunya, “An Inquiry into the Nature and Cause of Nations”, harus
memenuhi empat syarat, yaitu Equality, Certainty, Convenience of
Payment, dan Efficient on Collection.
466
Perpajakan untuk SMK
1) PAJAK PROVINSI:
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air ( PKB-
KAA); tarif paling tinggi sebesar 5 % ( lima persen ) dari DPP /
Dasar Pengenaan Pajak ; dan tarif yang berlaku berdasrkan
PP Nomor 65 Tahun 2001 adalah sebesar :
• 1,5 % (satu koma lima persen) untuk kendaraan bermotor
bukan umum
• 1 % (satu persen) untuk kendaraan bermotor umum;
• 0,5 % (nol koma lima persen) untuk kendaraan bermotor
alat-alat berat dan alat-alat besar;
• 1,5 % (satu koma lima persen) untuk kendaraan diatas air.
468
Perpajakan untuk SMK
2) PAJAK KABUPATEN/KOTA:
a. Pajak Hotel; tarif paling tinggi sebesar 10 % (sepuluh persen)
dari DPP; dan tarif yang berlaku berdasarkan PP Nomor 65
Tahun 2001 ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen );
b. Pajak Restoran; tarif paling tinggi sebesar 10 % (sepuluh
persen) dari DPP; dan tarif yang berlaku berdasarkan PP
Nomor 65 Tahun 2001 ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh
persen);
c. Pajak Hiburan; tarif paling tinggi sebesar 35 % dari DPP; dan
tarif yang berlaku berdasarkan PP Nomor 65 Tahun 2001
ditetapkan 35 % (tiga puluh lima persen)
d. Pajak Reklame; tarif paling tinggi sebesar 25 % (dua puluh
lima persen) dari DPP; dan tarif yang berlaku berdasarkan PP
Nomor 65 Tahun 2001ditetapkan 25 %(dua puluh lima
persen);
e. Pajak Penerangan Jalan; tarif paling tinggi sebesar 10 %
(sepuluh persen) dari DPP; dan Tarif yang berlaku
berdasarkan PP Nomor 65 Tahun 2001 ditetapkan 10 %
(sepuluh persen );
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C; Tarif yang
paling tinggi sebesar 20 % (dua puluh persen) dari DPP; dan
Tarif yang berlaku berdasarkan PP Nomor 65 Tahun 2001
ditetapkan 20 % (dua puluh persen);
g. Pajak Parkir; tarif paling tinggi sebesar 20 % dari DPP; dan
Tarif yang berlaku berdasarkan PP Nomor 65 Tahun 2001
ditetapkan 20 % (dua puluh persen).
469
Perpajakan untuk SMK
470
Perpajakan untuk SMK
Perda tentang Pajak Daerah dalam waktu 15 (lima belas) hari sejak
ditetapkan disampaikan kepada pemerintah c.q. Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Keuangan untuk dilakukan penelitian. Pemerintah
dalam waktu 1 (satu) bulan sejak menerima Perda tersebut dapat
membatalkan Perda dimaksud apabila bertentangan dengan
kepentingan umum dan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pemerintah Kabupaten/Kota dapat melakukan pemungutan Pajak
471
Perpajakan untuk SMK
472
Perpajakan untuk SMK
Pajak adalah semua jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat,
termasuk Bea Masuk dan Cukai dan pajak yang dipungut oleh
Pemerintah Daerah menurut undang-undang dan peraturan daerah.
Selanjutnya dalam pasal 22 ayat (2) UU PPSP ditegaskan bahwa
Kepala Daerah berwenang menunjuk Pejabat untuk penagihan pajak
daerah.
474
Perpajakan untuk SMK
b. 4. Keadaan Khusus
Apabila Surat Paksa tidak dapat diberitahukan kepada
Wajib Pajak orang pribadi atau badan sebagaimana butir
b.1 dan b.2 diatas, Surat disampaikan melalui Aparat pemda
sekurang-kurangnya setingkat Kepala Kelurahan atau
Kepala Desa di mana wajib pajak bertempat tinggal atau
melakukan kegiatan usahanya. Apabila Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak tidak diketahui tempat tinggalnya,tempat
kedudukannya pemberitahuan Surat Paksa dilaksanakan
dengan cara menempel surat paksa pada papan
pengumuman DISPENDA yang menerbitkannya dan atau
mengumumkannya surat paksa tersebut melalui media
masa.
3. Pelaksanaan Penyitaan
Dalam melaksanakan penyitaan, juru sita pajak daerah harus:
• Memperlihatkan kartu tanda pengenal Juru Sita Pajak daerah
• Memperlihatkan SPMP
• Memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan
476
Perpajakan untuk SMK
477
Perpajakan untuk SMK
11. ANTISIPASI
478
Perpajakan untuk SMK
479
Perpajakan untuk SMK
480
Perpajakan untuk SMK
481
Perpajakan untuk SMK
Contoh 1:
Pada bulan Desember 2007 PT. ABC membayar Pajak Kendaraan
Bermotor (truck) untuk angkutan barang sebesar Rp. 800.000,00.
Catatan:
Namun tidak selamanya pajak daerah menurut ketentuan fiskal bisa
dibiayakan seluruhnya. Sebagai contoh apabila PKB tersebut dibayar
untuk kendaraan sedan, jep, dan sejenisnya maka menurut fiskal
yang boleh dibiayakan hanya 50%.
Contoh 2:
Ada kalanya WP berperan sebagai pemungut pajak daerah. Misal
PT. Hotel & Restoran Kami Shato menerima pembayaran kamar dari
konsumennya sebesar Rp. 2.750.000,00 (termasuk pajak hotel 10%).
Maka jurnal yang harus dibuat oleh PT. Hotel & Restoran Kami
Shato adalah:
Catatan:
Karena PT. Hotel & Restoran Kami Shato bertindak selaku
pemungut pajak hotel maka pajak hotel tersebut dicatat dalam
rekening Utang dan harus disetor pada bulan berikutnya ke kas
daerah.
484
LATIHAN SOAL
Bab ini membahas tentang :
LATIHAN SOAL
Perpajakan untuk SMK
LATIHAN SOAL
1. KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (KUP)
Soal Latihan 1
Soal Latihan 2
487
Perpajakan untuk SMK
Soal Latihan 3
Soal Latihan 4
488
Perpajakan untuk SMK
Soal Latihan 5
2. PPh PASAL 21
Soal Latihan 1
Dalam tahun 2006, telah membayar gaji dan imbalan lain baik
kepada pegawai tetap maupun bukan yang pegawai tetap,
diantaranya kepada :
Gaji Rp.5.000.000
Tunjangan tansport Rp. 750.000
Tunjangan makan Rp. 750.000
Bahan semabako (nilai pasar) Rp. 600.000
Premi asuransi kecelakaan kerja Rp. 30.000
Premi asuransi kematian Rp. 15.000
Iuran THT Rp. 200.000
Iuran pensiun Rp. 150.000
Sudrajat membayar atas tanggungannya sendiri:
Iuran THT Rp. 100.000
Iuran Pensiun Rp. 75.000
Diminta:
a. Hitunglah PPh pasal 21 yang harus dipotong oleh PT Cahaya
Sakti dalam bulan Maret 2006 atas penghasilan Sudrajat
tersebut diatas.
b. Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi pembayaran
gaji Sudrajat dan pada saat menyetorkan PPh pasal 21 ke
kas negara.
Pertanyaan:
Berapakah PPh pasal 21 yang harus dipotong atas pembayaran
bonus tersebut dan bagaimana jurnalnya?
Gaji Rp.1.200.000
Tunjangan transport Rp. 250.000
Tunjangan Makan Rp. 250.000
Bahan sembako (nilai pasar) Rp. 300.000
Premi asuransi kecelakaan kerja Rp. 6.000
Premi asuransi kematian Rp. 3.000
Iuran THT Rp. 48.000
490
Perpajakan untuk SMK
Diminta:
a. Hitung PPh pasal 21 atas penghasilan Rizal yang harus
dipotong oleh PT Cahaya Sakti pada bulan Maret 2006.
b. Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi pembayaran
gaji Rizal dan pada saat menyetorkan PPh pasal 21 ke kas
negara.
Soal Latihan 2
1. Pegawai Tetap
Rekapitulasi (Masa: Januari s.d. Desember 2005)
491
Perpajakan untuk SMK
Diminta:
a. Hitung PPh pasal 21/26 terutang dan isi SPT Tahunan PPh
pasal 21 tahun takwim 2005 beserta lampiran-lampirannya
dengan lengkap dan benar.
b. Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi pembayaran gaji
karyawan PT. Sakti dan pada saat penyetoran PPh 21/26 ke kas
negara.
492
Perpajakan untuk SMK
Soal Latihan 3
Diminta :
a. Hitung PPh pasal 21 yang harus dipotong oleh PT Perkasa atas
penghasilan Anthony Chang bulan Mei 2006.
b. Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi pembayaran gaji
Anthony Chang bulan Mei 2006.
Soal Latihan 4
493
Perpajakan untuk SMK
Mulai bulan Mei 2006 Handoyo telah menerima uang Pensiun yang
dibayarkan secara bulanan sebesar Rp 7.500.000 sebulan dari Dana
Pensiun Purna Karya yang pendirinya telah disahkan Menteri
Keuangan.
Pertanyaan :
a. Hitung PPh pasal 21 yang harus dipotong oleh PT Sumber baru
atas pembayaran uang pesangon tersebut diatas dan bagaimana
jurnalnya?
b. Hitung PPh pasal 21 yang harus dipotong oleh Dana Pensiun
Purna Karya atas pembayaran uang pensiun kepada Handoyo
pada bulan Mei 2006 dan bagaimana jurnalnya?
Soal Latihan 5
494
Perpajakan untuk SMK
Diminta :
a. Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut diatas.
b. Hitung PPh pasal 21 yang harus dipotong oleh Dana Pensiun
Arta siaga atas masing- masing penarikan dana tersebut.
3. PPh PASAL 22
Soal Latihan 1
Diminta :
a. Atas transaksi tersebut, berapa PPh pasal 22 yang harus disetor
oleh bank Mandiri (Persero) Cabang Bintaro dalam Masa Maret
2006?
b. Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi bulan Maret 2006.
c. Bagaimana mekanisme pembayaran dan pelaporan PPh pasal 22
atas transaksi diatas.
Soal Latihan 2
495
Perpajakan untuk SMK
Soal Latihan 3
4. PPh PASAL 23
Soal Latihan 1
Soal Latihan 2
496
Perpajakan untuk SMK
Soal Latihan 3
Soal Latihan 4
Soal Latihan 5
5. PPh PASAL 24
Soal Latihan 1
Soal Latihan 2
Mulai awal tahun 2006, Amir (TK) bekerja di Hongkong untuk kurun
waktu 3 (tiga) tahun. Penghasilan selama tahun 2006 yang
diperoleh Amir adalah sebesar Rp.100.000.000,00. Misalnya pajak
yang dibayar Amir di Hongkong sebesar Rp20.000.000,00, maka
mekanisme perhitungan tahun 2006 atas penghasilan Amir di
Indonesia adalah?
6. PPh PASAL 25
Soal Latihan 1
Soal Latihan 2 :
Soal Latihan 3
Soal Latihan 4
Soal Latihan 5
7. PPh PASAL 26
Soal Latihan
500
Perpajakan untuk SMK
Pertanyaan:
a. Kapan PT Cemara, Tbk harus melakukan pembayaran PPh
pasal 26?
b. Berapa PPh pasal 26 yang harus dipotong oleh PT Cemara?
c. Bagaimana jurnal yang harus dibuat oleh PT. Cemara atas
transaksi diatas?
Soal Latihan 1
Soal Latihan 2
Tanah tersebut diatas (soal no. 1) kemudian oleh Pak Han Mangku
Wanito dihibahwasiatkan kepada suatu Yayasan Yatim Piatu
(Yayasan Sosial Nirlaba). Setelah Pak Han Mangku Wanito
meninggal dunia pada tanggal 15 Maret 2006, pihak yayasan
kemudian mendaftarkan peralihan hak ke Kantor Pertanahan
Kabupaten Sleman. Pada saat itu NJOP atas tanah tersebut secara
keseluruhan sebagai dasar penghitungan PBB adalah sebesar Rp
2.342.000.000,00 sedangkan NJOPTKP untuk PBB sebesar
Rp10.000.000,00. Harga pasar tanah tersebut pada tahun 2006
sebesar Rp2.500.000,00 per m2. Anda diminta untuk menghitung:
501
Perpajakan untuk SMK
Soal Latihan 3
Soal Latihan 1
3) Asuransi
Premi K3 Karyawan 21.800.000
Kebakaran kantor & gudang 15.100.000
Kesehatan dan jiwa keluarga
telah dihitung sebagai
penghasilan karyawan 7.100.000 44.000.000
4) Transportasi:
Pemeliharaan kendaraan bermotor
- Usaha 14.020.000
- Keluarga 8.060.000 22.080.000
503
Perpajakan untuk SMK
Bahan bakar
- Usaha 20.020.000
- Keluarga 17.500.000 37.520.000
5) Biaya perjalanan
- Usaha 32.050.000
- Keluarga 26.100.000 58.150.000
Dalam biaya perjalanan usaha termasuk
biaya perjalanan keluar negeri untuk dua
anak Ben Waras Rp.8.000.000 dan fiskal
luar negeri Rp.2.000.000
9) Biaya lain-lain:
Biaya representasi sebesar Rp.17.500.000
untuk kegiatan usaha termasuk di
dalamnya sebesar Rp.4.500.000 untuk
kado bagi para pejabat yang mengundang
Ben Waras untuk menghadiri pesta
pernikahan putra/i mereka. 17.500.000
504
Perpajakan untuk SMK
Catatan:
1. Dalam peredaran usaha termasuk penyerahan kepada
Departemen Kesehatan sebesar Rp.200.000.000 belum termasuk
PPN dan Pemerintahan Propinsi Jawa Barat sebesar
Rp.100.000.000 belum termasuk PPN. Ketentuan perpajakan
yang berkaitan dengan kedua penyerahan tersebut telah
dilakukan pada saat pembayaran tagihan. Pembayaran tagihan
diterima pada tahun 2005.
2. Penghasilan Ben Waras lainnya yang pelaksanaannya telah
memenuhi ketentuan perpajakan yang berlaku. Seluruh
penghasilan telah dilaporkan dengan jumlah bruto (sebelum
dipotong/pungut PPh).
a. Bunga tabungan BII : Rp.42.000.000
b. Dividen dari PT Parmacy (Jl. Juanda No.6 Bekasi NPWP
01.234.567.8-408.000) : Rp.300.000.000
c. Jasa perantara kepada PT Junger Farma (Jl. Kebon Jeruk
No.1 jakarta Pusat NPWP : 01.234.456.052.000):
Rp.125.000.000. PT Jumger Farma melakukan pemotongan
sesuai pasal 17 UU PPh dari jumlah bruto.
d. Bonus dari PT Sinde karena target penjualan produk PT
Sinde terlampui (Jl.Hasyim Ashari No.4 jakarta Pusat NPWP:
0.234.456.8-014.000): Rp.165.000.000 PT Sinde melakukan
pemotongan sesuai pasal 17 UU PPh dari jumlah bruto.
e. Persewaan Kantor : Rp.50.000.000
505
Perpajakan untuk SMK
Penghasilan Marry :
Peredaran usaha Rp.1.250.000.000
Potongan penjualan (Rp. 50.000.000)
Retur penjualan (Rp. 100.000.000)
Rp.1.100.000.000
Harga pokok penjualan:
Persediaan awal Rp.125.000.000
Pembelian Rp.756.000.000
Potongan pembelian (Rp. 14.000.000)
Retur pembelian (Rp. 26.000.000)
Persediaan akhir (Rp. 34.000.000)
Rp. 807.000.000
Laba Bruto Rp. 293.000.000
Kewajiban
1. Utang usaha mulai tahun 2004 pada PT Parmacy
Rp.700.000.000
2. Utang pembelian inventaris tahun 2003 untuk usaha kepada Bank
BCA Rp.200.000.000
3. Utang atas pembelian mess karyawan mulai tahun 2000 sebesar
Rp.300.000.000
Diminta :
Buatlah SPT Tahunan PPh Wajib Pajak orang pribadi atas nama Ben
waras Tahun pajak 2005, dengan catatan sebagai berikut :
1. Kertas kerja perhitungan PPh yang terutang oleh Ben Waras
untuk tahun 2005 disertakan.
2. Perhitungan besarnya PPh pasal 25 untuk tahun 2006 untuk
bulan maret tahun 2006 memperhatikan ketentuan yang berlaku.
Soal Latihan 2
507
Perpajakan untuk SMK
Data Pengurus:
A. Dewan Direksi
No. Nama dan Alamat NPWP Jabatan
1 Norik Abe 06.250.620.0-005.000 Direktur utama
Jl.Garuda Raya No.50 Ciputat
2 Yana Sagita 06.321.610.3-013.000 Direktur
Jl.Melati 12 Jaksel
3 Masrizal 09.125.286.9-002.000 Direktur
Jl. Selat berhala No.70 Duren Sawit
Jakarta Timur
B. Dewan Komisaris
No. Nama dan Alamat NPWP Jabatan
1 Sania sijimatsu 06.250.620.0-005.000 Presiden
Jl.Pisok No.20 Bintaro Jaksel Komisaris
2 Tison Hirmawan 06.321.610.3-013.000 Komisaris
Jl.Mawar 25 BSD Serpong
3 Kusuka Seici 09.125.286.9-002.000 Komisaris
Jl. Sejahtera No.80 Duren Jaya,
Bekasi
Deskripsi Komersial
Harga Pokok Penjualan
- Persediaan awal bahan baku 37.017.000
- Pembelian 362.151.000
Tersedia untuk dipakai 399.168.000
- Persediaan akhir 38.297.000
Pemakaian bahan baku 360.871.000
- Gaji dan upah langsung 35.117.000
Biaya Pabrikasi
- Biaya bahan pembantu 62.795.000
- Biaya penyusutan mesin pabrik 23.333.333
- Biaya penyusutan bangunan pabrik 560.000
- Biaya angkutan 11.832.000
- Biaya impor 24.274.000
- jasa teknuk/ tenaga ahli 9.150.000
- Technical assistance 34.477.000
- Biaya proses produksi pihak ketiga 5.268.000
- Biaya listrik/ air 19.823.000
- Biaya bahan bakar 13.823.000
- Biaya pemeliharaan/ perbaikan 10.335.000
- Biaya asuransi 632.000
- Biaya pembungkus 314.000
- Biaya limbah 123.000
- Biaya registrasi 146.000
Jumlah biaya pabrikasi 216.885.333
Biaya produksi 612.873.333
- Biaya dalam proses awal 17.300.000
- Barang dalam proses akhir (18.178.000)
Harga pokok produksi 611.995.333
- Persediaan barang jadi awal 10.989.000
Barang tersedia untukdijual 622.984.333
- Persediaan barang jadi akhir (18.025.000)
Jumlah harga pokok penjualan 604.959.333
509
Perpajakan untuk SMK
Deskripsi Komersial
Biaya penjualan
- Biaya royalti 50.906.000
- Biaya angkut 1.864.000
- Biaya pembungkus 1.602.000
- Biaya perjamuan 136.000
Jumlah biaya penjualan 54.508.000
Biaya Umum dan administrasi:
- Gaji/ honorarium/ tunjangan 8.158.000
- PPh dibayar perusahaan 75.000
- Biaya kantor 725.000
- Penggantian pengobatan 62.000
- Pendidikan dan rekruitmen 194.000
- Biaya sewa 204.000
- Perjalanan dinas 306.000
- Telepon/telex dan faximile 261.000
- Biaya Asuransi 711.000
- Biaya perijinan 104.000
- Penghapusan piutang 400.000
- Pemeliharaan dan perbaikan 1.140.000
- Biaya royalti 400.000
- Biaya pengangkutan 150.000
- Biaya rumah tangga 66.000
- Listrik dan air 2.497.000
- Biaya konsultan /tenaga ahli 779.000
- Penyusutan komputer/printer 30.000
- Penyusutan peralatan kantor 50.000
- Penyustan bangunan kantor 600.000
- Penyusutan perabotan kantor 250.000
- Penyusutan kendaraan sedan 175.000
- Penyusutan kendaraan operasional 40.000
- Biaya penelitian dan pengembangan 50.000
- Biaya entertainment 150.000
- Biaya lainnya 358.000
Jumlah biaya umum dan
administrasi 17.935.000
Jumlah biaya usaha lainnya 72.443.000
510
Perpajakan untuk SMK
Deskripsi Komersial
- Dividen dari PT Kanzen Motor 125.000
- Pendapatan selisih kurs 15.125.000
- Penjualan aktiva tetap 140.000
- Dividen dari PT Masaki Part Motor 150.000
- Pendapatan jasa giro 45.000
- Penghasilan dari Thailand 250.000
Total penghasilan dari luar usaha 15.845.000
Deskripsi Komersial
- Rugi selisih kurs 29.975.000
- Bunga pinjaman 18.420.000
- Beban adsministrasi 481.000
- Biaya lain-lain 3.000
- Kerugian di Malaysia 500.000
Jumlah Biaya dari Luar Usaha 49.379.000
Keterangan :
1. Peredaran Usaha
Di dalam peredaran usaha terdapat retur penjualan sebesar
Rp20.584.000,00 dari jumlah Rp1.500.000.000,00, merupakan
cadangan retur. Disamping itu dalamnya terdapat penjualan
kepada PT Kanzen Motor sebesar Rp5.000.000.000,00 yang
menurut harga pasar yang wajar adalah Rp7.500.000.000,00.
511
Perpajakan untuk SMK
3. Biaya penjualan
- Dalam Biaya angkut terdapat biaya yang tidak cukup
didukung oleh bukti sebesar Rp15.000.000,00
- Dalam biaya perjamuan terdapat biaya yang diberikan kepada
pemegang saham dan karyawan PT Otto Part Indonesia
sebesar Rp57.000.000,00.
512
Perpajakan untuk SMK
Piutang Diserahkan
Nama Ada Diumumkan Dilaporkan
No. Dihapus ke
Debitur Perjanjian ke Penerbitan ke DJP
(Lap.Kom) Pengadilan
1 PT Vodka 50.000 50.000 0 50.000 50.000
2 PT Neldy 50.000 0 50.000 50.000 50.000
3 PT Sellya 75.000 50.000 0 75.000 75.000
4 PT Molta 100.000 100.000 0 100.000 100.000
5 Pt Aldera 25.000 0 25.000 0 25.000
6 PT Galelio 100.000 0 100.000 100.000 100.000
513
Perpajakan untuk SMK
514
Perpajakan untuk SMK
14. Dalam biaya lain-lain dibiayai luar usaha tidak didukung dengan
bukti yang cukup.
15. Dalam hal pengisian SPT PPh Wajib Pajak Badan Tahunan
menghasilkan lebih bayar supaya direstitusikan.
Soal Latihan 1
Hitunglah PPh pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong oleh PT Firda
dan buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut!
515
Perpajakan untuk SMK
Soal Latihan 1
Diminta:
a. Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi diatas.
b. Hitung berapa Kasman harus membayar PPN yang terutang ke
kas Negara untuk masa pajak Maret 2006.
Soal Latihan 2
516
Perpajakan untuk SMK
Utang :
Utang Usaha 900.000.000 900.000.000
Utang lain-lain 10.000.000.000 10.000.000.000
Total utang 10.900.000.000 10.900.000.000
Modal :
Modal saham 1.000.000.000
Defisit (4.100.000.000)
Total Modal (3.100.000.000)
Informasi tambahan :
Kerugian fiskal PT Teguh yang masih dapat dikompensasikan
Rp1.500.000.000
Nilai buku fiskal atas tanah dan bangunan adalah Rp
5.000.000.000, kendaraan Rp. 1.000.000.000, dan peralatan
Rp 200.000.000
Tanah tersebut dibeli dari pengembang kawasan industri estate
pada awal tahun 2002. Sedangkan bangunannya didirikan
pada pertengahan tahun 2002 dengan menggunakan jasa
kontruksi.
Diantara aktiva kendaraan tersebut terdapat 2 unit mobil sedan
dengan nilai buku Rp. 300.000.000 dan nilai pasarnya Rp.
350.000.000
517
Perpajakan untuk SMK
Diminta :
a. Bagaimana perlakuan PPN baik pada PT Teguh maupun PT
Santosa apabila merger menggunakan nilai pasar dan berapa
jumlah PPN terutangnya?
b. Bagaimana perlakuan PPN baik pada PT Teguh maupun pada
PT Sentosa apabila merger dilakukan dengan menggunakan
nilai buku yang didahului dengan revaluasi aktiva tetap ?
Soal Latihan 3
Amir adalah Wajib Pajak yang bergerak di bidang industri kecap dan
sambal dalam kemasan botol. Dalam rangka meningkatkan
penjualannya, Amir melekukan program promosi dengan cara setiap
penjualan satu dos kecap atau sambal, ditambah sebuah mangkok
sebagai barang promosi kepada konsumen. Harga jual satu dos
kecap atau sambal tersebut sudah mencakup harga mangkok
promosi.
Pertanyaan:
a. Jelaskan apakah Amir dapat mengkreditkan pajak masukan atas
pembelian barang promosi (mangkok) tersebut dengan pajak
keluaran?
b. Jelaskan apakah atas penyerahan barang promosi tersebut,
termasuk dalam pengertian pemberian Cuma-Cuma yang masih
harus dikenakan PPN oleh Amir?
Soal Latihan 4
518
Perpajakan untuk SMK
Soal Latihan 1
Bangunan Hunian :
a. tipe-110 sebanyak 100 unit ; NJOP kelas B, 19
b. tipe-130 sebanyak 70 unit ; NJOP kelas B,18
Hitung besarnya PBB perunit untuk tipe 110 dan tipe 130 apabila
NJOPTKP ditentukan sebesar Rp10.000.000
519
Perpajakan untuk SMK
520
Perpajakan untuk SMK
Soal Latihan 2
Soal Latihan 1
Pertanyaan:
a. Apa yang harus dilakukan oleh Pak Indra agar dapat tetap
menggunakan system komputerisasi untuk melakukan
pemateraian dokumen dikantornya?
b. Andaikata Pak Indra tetap melakukan Pemateraian dokumen
sampai akhir bulan Juli 2005 tanpa memohon izin kepada
521
Perpajakan untuk SMK
Soal Latihan 2
Pertanyaan:
a. Kapan saat terutang Bea Materai atasdokumen tersebut?
b. Apa sarana yang digunakan untuk melunasi Bea Materai atas
dokumen tersebut?
c. Bagaimana cara pelunasan Bea Materai atas dokumen
tersebut?
d. Siapa yang harus melunasi Bea Materainya dan berapa besar
Bea Materai yang harus dilunasi?
Soal Latihan 3
522
Perpajakan untuk SMK
Soal Latihan 4
Soal Latihan 5
Soal Latihan 1
Soal Latihan 2
Diminta:
a. Buatlah ayat jurnal untuk mencatat pendapatan restoran selama
1 bulan.
b. Berapakah Pajak Restoran yang harus dibayar oleh Restoran
tersebut dan bagaimana jurnal pada saat penyetorannya ke kas
daerah?
523
Perpajakan untuk SMK
Soal Latihan 3
Diminta:
a. Berapa pajak yang harus dibayar oleh objek wisata yang
bersangkutan?
b. Buatlah ayat jurnal untuk mencatat adanya pendapatan tersebut.
Soal Latihan 4
Soal Latihan 5
524
Berdasarkan pembahasan dan pengalaman praktek pada DU/DI bisa diambil
sebuah kesimpulan bahwa antara perpajakan dan akuntansi saling
berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Pada
umumnya pembelajaran perpajakan dan akuntansi di SMK masing-masing
berjalan sendiri, seharusnya antara guru pajak dan guru akuntansi harus
memahami kedua ilmu tersebut.
Penulis
Lembaga Manajemen Formasi. Edisi 2007. Indonesian Tax Review.
Sambodo, Agus. Kewajiban Perpajakan Bagi Badan Usaha dan Orang Pribadi.
BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, 1999.
KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP-536/PJ./2000
Ditetapkan tanggal 29 Desember 2000
Menimbang :
bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 14 ayat (2), ayat (3) dan ayat
(5) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17
Tahun 2000 perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
tentang Norma Penghitungan Penghasilan Neto Bagi Wajib Yang Dapat
Menghitung Penghasilan Neto Dengan Menggunakan Norma
Penghitungan;
Mengingat :
Menetapkan :
Pasal 1
(1) Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dengan peredaran bruto sebesar Rp. 600.000.000,00 (enam
ratus juta rupiah) atau lebih dalam 1 (satu) tahun wajib
menyelenggarakan pembukuan.
(2) Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dengan peredaran bruto di bawah Rp. 600.000.000,00 (enam
ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun wajib menyelenggarakan
pencatatan, kecuali Wajib Pajak yang bersangkutan memilih
menyelenggarakan pembukuan.
(3) Wajib Pajak orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
yang tidak memilih untuk menyelenggarakan pembukuan, menghitung
penghasilan neto usaha atau pekerjaan bebasnya dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
(1) Penghasilan neto bagi tiap jenis usaha dihitung dengan cara
mengalikan angka persentase Norma Penghitungan Penghasilan
Neto dengan peredaran bruto atau penghasilan bruto dari kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas dalam 1 (satu) tahun.
(2) Dalam menghitung besarnya Pajak Penghasilan yang terutang oleh
Wajib Pajak orang pribadi, sebelum dilakukan penerapan tarif umum
terlebih dahulu dihitung Penghasilan Kena Pajak dengan
mengurangkan Penghasilan Tidak Kena Pajak dari penghasilan neto
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 7
Pasal 8
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 29 Desember 2000
Direktur Jenderal
ttd
MACHFUD SIDIK
NIP. 060043114
Lampiran I
NORMA PENGHITUNGAN
WP. PERSEORANGAN
WAJIB PAJAK
PERSEORANGAN
NO.
KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA
URUT DAERAH
KOTA PROP
LAINNYA
PROP LAINNYA
10000 PERTANIAN,
PETERNAKAN,
KEHUTANAN,
PERBURUAN DAN
PERIKANAN
1 11000 Pertanian tanaman 15 15 15
pangan
2 12111 Kelapa dan kelapa sawit 11.5 11 10
3 12113 Kopi 11.5 11 10
4 12131 Tembakau 11.5 11 10
5 12132 Teh 11.5 11 10
6 12141 Pertanian tanaman karet 11.5 11 10
7 12161 Tebu 11.5 11 10
8 12200 Pertanian tanaman lainnya 11.5 11 10
- Meliputi usaha pertanian
atau perkebunan dalam
penyiapan/ pelaksanaan
penanaman,pembibitan,
persemaian,pemelihara-an
dan pemanenan hasil
tanaman
9 13000 Peternakan. 11 10 9
- Meliputi usaha
peternakan untuk
mengambil daging, kulit,
tulang, bulu, telur, susu,
madu dan kepompong/
sarangnya baik yang
dilakukan oleh usaha
perorangan ataupun suatu
badan usaha.
10 14000 Jasa pertanian dan 25 25 24
Peternakan.
- Meliputi usaha jasa
dibidang pertanian dan ,
baik yang dilakukan oleh
perorangan, usaha atas
dasar balas jasa atau
kontrak.
11 15000 Kehutanan dan 16 16 16
penebangan hutan.
- Meliputi usaha
penanaman, pemeliharaan
maupun pemindahan jenis
tanaman/kayu,
penebangan/pemotongan
kayu pengumpulan hasil
hutan lainnya, dan semua
usaha yang melayani
kebutuhan kehutanan
yang dilakukan atas dasar
balas jasa atau kontrak.
12 16000 Perburuan/ penangkapan 18 17 16
dan pembiakan binatang
liar.
- Meliputi usaha
perburuan/ penangkapan
binatang liar dengan jerat
atau perangkap dan
pembiakan marga satwa
liar kecuali untuk sekedar
hoby atau olahraga.
13 17000 Perikan laut. 25 23 22
- Meliputi usaha
penangkapan,
pengambilan hasil laut.
Pemeliharaan dan
pelayanan perikanan laut
yang dilakukan atas dasar
balas jasa atau kontrak,
seperti sortasi, gradasi,
persiapan lelang ikan dan
lain-lain.
14 18300 Perikanan darat 25 23 22
- Meliputi usaha budidaya
ikan, pemeliharaan,
pembibitan, penangkapan
dan pengambilan hasil
serta pelayanan perikanan
darat yang dilakukan atas
dasar balas jasa/kontrak.
20000 PERTAMBANGAN DAN
PENGGALIAN
15 21100 Pertambangan batu bara. - - -
- Meliputi usaha
penambangan antrasit,
batu bara merah lignite,
dan penghancuran,
penggilingan dan
penyaringan batu bara
termasuk pengubahan
batu bara menjadi briket
atau dalam bentuk lain di
tempat penambangan
16 22000 Pertambangan minyak - - -
dan gas bumi
- Meliputi pengusaha
sumur minyak dan gas
bumi, eksplorasi minyak
bumi, pengeboran,
penyelesaian dan
perlengkapan sumur
minyak dan gas yang tidak
berdasarkan balas jasa/
kontrak, termasuk
pengusahaan alat
pemisah pemecah emulsi,
penyulingan,
penambangan minyak dan
gas bumi untuk
dipasarkan/sampai di
tempat pemuaian yang
dilaksanakan di daerah
produksi.
17 23000 Pertambangan bijih logam. - - -
- Meliputi usaha
pertambangan yang
menyelenggarakan
ekstraksi bijih besi, pasir
besi, timah, nikel, mangan.
Emas, perak dan logam
lainnya dan usaha
pemanfaatan dari bijih bijih
tersebut dengan segala
cara.
18 23210 Timah - - -
19 23220 Bauksit dan Alumunium - - -
20 23230 Tembaga - - -
21 23240 Nikel - - -
22 25000 Penambangan dan 11 11 11
penggalian garam
- Meliputi usaha
penggalian, penguapan
garam di tambak/ empang
termasuk usaha
pengumpulan,
pembersihan,
penggilingan dan
pengolahan dengan cara
lain terhadap mineral
tersebut.
23 26000 Pertambangan mineral
bahan kimia dan bahan
pupuk.
- Meliputi usaha
pertambangan mineral
bahan kimia dan pupuk
termasuk usaha
penghancuran,
pembersihan dan
pengolahan dengan cara
lain terhadap mineral
bahan kimia.
24 29000 Pertambangan dan 16 15 14
penggalian lain
30000 INDUSTRI
PENGOLAHAN
25 31110 Pemotongan hewan dan 15 14.5 14
pengawetan daging
- Seperti pemotongan
hewan, pemotongan kulit,
penjemuran
tulang,pensortiran bulu,
pembuatan sosis, kaldu
dan pasta daging.
26 31120 Industri Susu dan 12.5 10 8.5
Makanan dari Susu.
- Seperti pembuatan susu
kental/bubuk/asam,
pembuatan , mentega,
keju dan es krim dari susu
27 31130 Industri pengolahan, 15 14.5 14
pengawetan buah-buahan
dan sayur-sayuran.
- Seperti pengalengan,
pengasinan, pemanisan,
pelumatan, pengeringan
buah-buahan dan sayur-
sayuran.
28 31140 Industri Pengolahan dan 15 14.5 14
Pengawetan ikan dan
sejenisnya.
- Seperti pengalengan,
penggaraman,
pengasaman, pembekuan
ikan dan sejenisnya.
29 31150 Industri Minyak Makan 12.5 10 8.5
dan Lemak dari Nabati
dan Hewani.
- Seperti minyak makan
dari nabati dan hewani,
margarine minyak goreng
dari kelapa/kelapa sawit
30 31160 Industri pengupasan, 12.5 10 8.5
pembersihan dan
penggilingan Padi-padian.
Biji-bijian, Kacang-
kacangan dan Umbi-
umbian, termasuk
pembuatan kopra.
- Seperti Industri
penggilingan padi,
penyosohan beras,
pemberisihan padi-padian,
pengupasan dan
pembersihan kopi.
Kacang-kacangan, biji-
bijian lain, umbi-umbian
dan pembuatan kopra,
tepung terigu, berbagai
tepung dari padi-padian,
biji-bjian, kacang-
kacangan dan umbi-
umbian.
31 31170 Industri Makanan dari 15 12.5 10
Tepung, kecuali Kue
Basah.
- Seperti Makaroni, mie,
spaghetti, bihun, so#an,
roti dan kue kering
lainnya.
32 31180 Industri Gula dan 15 12.5 10
Pengolahan Gula.
- Seperti pembuatan gu la
pasir, gula tebu, gula
merah, sirop dan
pengolahan gula lainnya
selain sirop.
33 31190 Industri Coklat dan 15 12.5 10
Kembang Gula.
- Seperti pembuatan
bubuk coklat dan
makanan dari coklat dan
kembang gula.
34 31210 Industri makanan lainnya. 17 16.5 15
35 31230 Industri Es 17 16.5 15
- Seperti es batu, es balok,
es curah, es lilin, es
mambo.
36 31240 Industri makanan dari 15 12.5 10
kedele dan kacang-
kacangan lainnya
- Seperti kecap, tauco,
tempe, oncom, tahu dan
pengolahan
kedele/kacang-kacangan
lainnya.
37 31250 Industri kerupuk dan 15 12.5 10
sejenisnya.
- Seperti kerupuk udang,
kerupuk ikan, kerupuk
kulit, kerupuk terung,
emping, ceriping, karak,
gendar, opak dan macam-
macam keripik kecuali
kerupik
tempe/tahu/oncom/paru
dan peyek.
38 31260 Industri bumbu masak dan 17 16 15
penyedap masakan.
- Seperti pembuatan
bumbu masak dan
penyedap masakan.
39 31270 Industri makanan lainnya 15 12.5 10
yang belum terliput
- Seperti industri terasi,
petis, kue basah, tape,
dodol, keripik,
tempe/tahu/oncom/paru
dan peyek.
40 31280 Industri makanan ternak, 17 16 15
unggas, ikan dan hewan
lainnya.
- Seperti industri ransum
dan konstrate makanan
ternak, unggas, ikan dan
hewan lainnya.
41 31310 Industri minuman keras 24.5 24 24
- Yaitu minuman yang
mengandung alkohol lebih
dari 20%.
42 31320 Industri Anggur 24.5 24 24
- Yaitu minuman yang
mengandung alkohol 5-20
%.
43 31330 Industri Malt dan minuman 24.5 24 24
yang mengandung Malt.
44 31340 Industri minuman ringan. 15 14.5 14
45 31410 Industri pengeringan dan 19 18 17
pengolahan tembakau.
- Seperti pengeringan,
pengasapan dan
perajangan daun
tembakau.
46 31420 Industri rokok kretek 5 4.5 4
- Yaitu pembuatan rokok
yang mengandung
cengkeh.
47 31430 Industri rokok putih 7 6.5 5
- Yaitu rokok yang tidak
mengandung cengkeh.
48 31440 Industri rokok lainnya 5 4.5 4
- Seperti cerutu, rokok
kelembak menyan.
49 31490 Industri hasil lainnya dari 6 5.5 5
tembakau, bumbu rokok
dan klobot/kawung.
- Seperti tembakau
bersaus, pembuatan
bumbu rokok,
pembungkus rokok (klobot
kawung) dari pembuatan
kelengkapan rokok
termasuk pembuatan filter.
32000 INDUSTRI TEKSTIL,
PAKAIAN JADI DAN
KULIT
50 32100 Industri tekstil 13.5 13 12.5
51 32200 Industri pakaian jadi, 13.5 13 12.5
kecuali untuk keperluan
kaki.
52 32300 Industri kulit dan barang 17.5 16.5 16
dari kulit, kecuali untuk
keperluan kaki.
53 32400 Industri barang keperluan 17 16 15
kaki.
33000 INDUSTRI KAYU DAN
BARANG DARI KAYU,
TERMASUK PERABOT
RUMAH TANGGA.
54 33100 Indusri kayu dan barang 15 13.5 12.5
dari kayu, bambu, rotan
dan kayu.
55 33200 Industri perabot serta 15 13.5 12.5
kelengkapan rumah
tangga dan alat dapur dari
kayu, bumbu dan rotan.
34000 INDUSTRI KERTAS DAN
BARANG DARI KERTAS,
PERCETAKAN DAN
PENERBITAN.
56 34100 Industri kertas, barang dari 14.5 13 12
kertas dan sejenisnya
57 34200 Industri percetakan dan 14.5 13 12
penerbitan
- Seperti usaha
percetakan secara stensil,
offset lithografi untuk
segala jenis cetakan
termasuk penjilidan buku
dan penerbitan hasil/
barang cetakan.
35000 INDUSTRI KIMIA DAN
BARANG-BARANG DARI
BAHAN KIMIA, MINYAK
BUMI, BATUBARA,
KARET, DAN PLASTIK.
58 35100 Industri bahan kimia. 13 12.5 11
59 35200 Industri kimia lain. 13 12.5 11
60 35220 Industri Farmasi dan 20 19 18
Jamu.
- Seperti
pembuatan/fabrikasi dan
pengolahan bahan obat,
bahan pembantu dan
bahan pengemas obat,
pembuatan dan
pengolahan obat-obatan
yang berbentuk jadi,
pengolahan bahan jamu
(simplisia) dan macam-
macam jamu (misalnya
berbentuk pil, kapsul,
bubuk dan bentuk cairan).
61 35230 Industri sabun, bahan 17 16 15
pembersih keperluan
rumah tangga, kosmetika
dan sejenisnya.
- Yaitu pembuatan sabun
dalam berbagai bentuk
termasuk industri
detergent, bahan
pembersih rumah tangga
lainnya dan tapal gigi dan
pembuatan berbagai
macam kosmetika kecuali
minyak wangi sintetis dan
minyak atsiri.
62 35300 Industri pembersih - - -
pengilangan minyak bumi.
- Yaitu pengilangan yang
menghasilkan bahan
bakar penggerakan motor
dan minyak bakar seperti
bensin, solar, avtur,
bensol, minyak tanah,
pelumas, gemuk, LPG dan
spritus putih.
63 35400 Industri barang-barang - - -
dari hasil kilang minyak
bumi.
64 35500 Industri karet dan barang 17.5 16.5 16
dari karet.
65 35600 Industri barang dari 17.5 16.5 16
plastik.
- Seperti industri pipa dan
slang dari plastik, industri
barang plastik untuk
keperluan kaki, industri
barang plastik lembaran,
industri media rekam dari
plastik dan industri
barang-barang plastik
lainnya.
36000 INDUSTRI BARANG
GALIAN BUKAN LOGAM
KECUALI MINYAK BUMI
DAN BATUBARA.
66 36110 Industri porselin. 10 9 8.5
67 36300 Industri semen, kapur dan 16.5 16 15.5
barang dari semen dan
kapur
68 36400 Industri pengolahan tanah 16.5 16 15.5
liat
69 36900 Industri barang galian lain 17 16
bukan logam
37000 INDUSTRI LOGAM 15
DASAR
70 37100 Industri logam dasar besi 10 9 8.5
dan baja
- Seperti pembuatan besi
dan baja dalam bentuk
dasar (iron dan slell
making), pengenceran
besi baja, penggilingan
baja (steel rolling) dan
penempaan besi baja.
71 37200 Industri logam dasar 10 9 8.5
bukan besi.
- Seperti usaha
pemurniaan, peleburan,
penuangan, pengecoran,
penempaan dan ekstruksi
logam bukan besi
(misalnya dalam bentuk
ingot/ruangan/plate,
kuningan, alumina, perak,
perunggu, seng, tembaga,
dan timah).
38000 INDUSTRI BARANG DARI
LOGAM, MESIN DAN
PERALATANYA.
72 38100 Industri barang dari logam, 20 19 18
kecuali mesin dan
peralatanya.
73 38200 Industri mesin dan 20 19 18
perlengkapannya.
74 38300 Industri mesin, peralatan 20 19 18
dan perlengkapan listrik
serta bahan keperluan
listrik.
75 38400 Industri alat angkutan. 20 19 18
76 38500 Industri peralatan 13.5 12 11
profesional, ilmu
pengetahuan, pengukur
dan pengatur.
39000 INDUSTRI
PENGOLAHAN LAINNYA.
77 39010 Industri barang perhiasan. 12.5 11.5 10
- Seperti pemotongan,
pengasahan, penghalusan
batu berharga dan
permata, pembuatan
perhiasan lainnya dari
logam mulia dan bukan
logam mulia.
78 39020 Industri alat-alat musik. 15 12.5 12.5
- Seperti pembuatan alat
musik tradisional (kecapi,
seruling, angklung, calung,
kulintang, gong, rebana,
gendang dan sebagainya),
alat-alat musik lainnya
(gitar, biola musik
tiup/trompet, harmonika,
piano dan sebagainya).
79 39030 Industri perlengkapan dan 15 12.5 12.5
alat-alat keperluan olah
raga.
- Seperti pembuatan alat-
alat olah raga, kecuali
yang bahan utamanya dari
karet (alat tinju, golf, bola
bowling, tennis,
bulutangkis, dan atletik
lainnya).
80 39040 Industri mainan anak-anak 15 12.5 12.5
- Seperti pembuatan
mainan anak-anak kecuali
mainan anak-anak yang
bahan utamanya dari karet
dan plastik.
81 39050 Industri alat-alat tulis dan 15 12.5 12.5
gambar.
- Seperti pembuatan alat
tulis menulis dan gambar
menggambar
82 39090 Industri pengolahan lain 15 12.5 12.5
yang belum terliput.
- Seperti pembuatan
papan nama, papan
reklame, lapu display,
payung, pipa rokok,
lencana, stempel, kap
lampu dan lain sebagainya
yang belum tercakup
dalam golongan industri
manapun.
40000 LISTRIK GAS DAN AIR
83 41000 Listrik - - -
- Termasuk pembangkit
tenaga listrik yang
dilakukan oleh satu unit
perusahaan lain, jika
kegiatannya dilaporkan
secara terpisah.
84 42000 Gas uap dan air panas - - -
85 43000 Penjernihan, penyediaan - - -
dan penyaluran air minum.
50000 BANGUNAN
86 52000 Bangunan sipil 20 19 18
87 53000 Bangunan listrik, air dan 25 22.5 20
komunikasi
61000 PERDAGANGAN BESAR
88 61100 Eksportir - - -
89 61200 Importir - - -
90 61310 Perdagangan besar hasil- 25 20 20
hasil pertanian.
- Meliputi usaha
perdagangan dalam partai
besar hasil-hasil
pertanian, peternakan,
perikanan dan kehutanan
yang belum diolah (bukan
hasil pengolahan),
termasuk rumah
pelelangan hasil
perikanan.
91 61312 Perdagangan besar hasil- 25 20 20
hasil pertanian lainnya.
- Yaitu perdagangan besar
hasil -hasil pertanian
lainnya yang belum
terliput.
92 61314 Perdagangan besar hasil 20 15 15
pertanian (pangan non
pangan), peternakan dan
perikanan.
- Yaitu perdagangan hasil-
hasil pertanian,
peternakan, dan perikanan
yang belum mudah diolah
termasuk ternak bibit,
susu segar dan
pelelangan hasil-hasil
perikanan.
93 61316 Perdagangan besar hasil 25 20 20
kehutanan dan
penebangan hutan.
- Seperti perdagangan
dalam partai besar kayu
gelondongan, getah
damar, rotan dan
sejenisnya.
94 61320 Perdagangan besar 25 20 20
barang-barang hasil
pertambangan dan
penggalian.
95 61330 Perdagangan besar 25 20 20
barang-barang hasil
industri pengolahan.
- Meliputi perdagangan
dalam partai besar segala
macam barang hasil
industri pengolahan baik
yang dilaksanakan oleh
pemerintah maupun
swasta
96 61331 Perdagangan besar hasil 25 20 20
industri (bahan) makanan,
minuman dan hasil
pengolahan tembakau.
- Seperti daging ataupun
yang diawetkan, susu dan
makanan dari susu, buah-
buahan, sayur-sayuran,
dan hasil perikanan yang
diawetkan, macam-
macam makanan dan
bahan makanan hasil
pengolahan, macam-
macam minuman
keras/ringan dan hasil
pengolahan tembakau
(rokok tembakau shaag
dan bumbu rokok).
97 61332 Perdagangan besar tekstil, 25 20 20
pakaian jadi hasil
pemintalan, pertenunan
dan hasil pengolahan kulit
termasuk bahan keperluan
kaki.
- Seperti komoditi, tekstil,
pakaian jadi, kain batik,
macam-macam benang,
tali benang, tali temali,
karpet/permadani hasil
perajutan, kulit dan kulit
imitasi, barang untuk
keperluan kaki dan tas.
98 61333 Perdagangan besar 25 20 20
kertas, barang-barang dari
kertas, alat tulis (kantor)
dan barang cetakan.
- Seperti komoditi macam-
macam kertas untuk
keperluan alat tulis, kertas
pembungkus, kertas
karton, barang-barang dari
kertas (dus, kotak dan
barang sejenisnya),
macam-macam alat tulis,
barang-barang cetakan
(blanko, faktur, nota,
kwitansi, kalender,
agenda, majalah, buku
tulis/bacaan) dan barang
cetakan lainnya.
99 61334 Perdagangan besar hasil- 25 20 20
hasil industri kimia,
farmasi dan kosmetik.
- Seperti barang-barang
hasil industri kimia, berupa
gas asam, soda caustic,
zat pewarna, glyeerin,
alkohol dan sejenisnya,
macam-macam pupuk,
bahan kimia untuk
pemberantas hama
(pestisida, insektisida dan
lain-lain) macam-macam
hasil industri farmasi dan
jamu. Macam-macam
sabun dan bahan
pembersih lainnya.
Macam-macam kosmetik,
parfum dan bahan
perawatan lainnya untuk
rambut dan kulit.
100 61335 Perdagangan besar bahan 5 5 3
bakar minyak/gas dan
minyak pelumas.
- Seperti premium, solar,
minyak tanah, bahan
bakar, minyak lainnya
termasuk juga bahan
bakar gas (elpiji) dan
minyak pelumas.
101 61336 Perdagangan besar bahan 25 20 20
bangunan, kecuali bahan
bangunan dari usaha
penggalian.
- Seperti berbagai
macam/komoditi bahan
untuk keperluan bangunan
berupa semen, genteng,
seng,cat, macam-macam
besi, macam-macam
kayu/kayu lapis,
fibreboard, hard board,
kaca dan barang-barang
lainnya untuk keperluan
perlengkapan bangunan ,
kecuali yang berasal dari
usaha-usaha penggalian
(batu koral, pasir, tanah
liat).
102 61337 Perdagangan besar 25 20 20
mesin-mesin, alat
angkutan dan onderdil/
perlengkapannya.
- Meliputi macam-macam
mesin dan perlengkapan
baik untuk keperluan
industri, pertanian, kantor
dan transport seperti
mesin pembangkit tenaga,
turbin, traktor, bulldozer,
dan msin berata lainnya
yang sejenis, mesin
hitung,mesin tik,
duplikator, foto copy,
mesin pengolah data,
mesin cuci, mesin jahit,
pompa air, dan mesin alat-
alat rumah tangga lainnya,
berbagai macam mesin
alat transportasi darat, laut
dan udara, termasuk
macam-macam onderdil
dan perlengkapannya.
103 61338 Perdagangan besar 25 20 20
barang-barang elektronik,
perlengkapan listrik, alat
komunikasi, fotografi dan
optik.
- Meliputi macam-macam
barang elektronik seperti
radio, kaset, taperecorder,
televisi, video, amplipier
dan perlengkapan sound
system lainnya, alat
perlengkapan listrik seperti
dinamo, transformer, kabel
listrik, sekring, lampu pijar,
TL dan perlengkapan
listrik lainnya, alat
keperluan rumah tangga
lainnya seperti sterika,
listrik, kipas angin, alat
pengaduk dan alat
pembuat kue alat masak
lainnya, alat-alat
komunikasi dan optik,
pesawat telepon,
pemancar radio, telex,
intercom, macam-macam
lensa, kamea, microscope,
proyektor dan sejenisnya.
104 61339 Perdagangan besar 25 20 20
barang-barang lainnya
hasil industri.
- Yaitu barang-barang
hasil industri yang belum
termasuk dalam golongan
tersebut di atas, seperti
macam-macam
perabot/perlengkapan
rumah tangga dari kayu,
bambu, rotan, plastik,
logam maupun karet,
barang-barang perhiasan
yang dibuat dari batu
permata, logam mulia,
jam/arloji, alat-alat
olahraga, musik dan
mainan anak-anak serta
alat/perlengkapan
laboratorium
105 61500 Perdagangan besar 25 20 20
lainnya yang belum
terlipat.
62000 PERDAGANGAN
ECERAN
106 62200 Perdagangan eceran 30 25 20
barang-barang kelontong,
supermarket dan warung
langsam.
- Yaitu perdagangan
eceran macam-macam
hasil industri untuk
keperluan rumah tangga,
kantor, sekolah, maupun
keperluan perorangan
seperti toko kelontong,
toko serba ada,
supermarket dan warung
langsam
107 62310 Perdagangan eceran 20 15 15
hasil-hasil pertanian,
peternakan, perikanan,
kehutanan dan perburuan.
- Meliputi usaha
perdagangan, eceran hasil
pertanian, peternakan,
perikanan, kehutanan dan
perburuan.
108 62320 Perdagangan eceran hasil 25 20 20
industri (bahan) makanan,
minuman dan hasil
pengolahan tembakau.
- Seperti daging segar
ataupun yang diawetkan,
susu, buah-buahan, sayur-
sayuran dan hasil
perikanan yang diawetkan,
macam-macam minyak
makan hasil penggilingan
biji-bijian keras (beras,
kopi, jagung dan
sejenisnya), macam-
macam tepung gula, dan
hasil pengolahan gula,
teh, es batu, makanan dari
kedelai, kerupuk, bumbu
masak, macam-macam
minuman (keras dan
ringan) dan hasil
pengolahan tembakau
(rokok, tembakau shag
dan bumbu rokok).
109 62410 Perdagangan eceran 30 25 20
tekstil, pakaian jadi hasil
pemintalan , pertenunan,
perajutan, hasil
pengolahan kulit,
termasuk barang
keperluan kaki.
- Seperti tekstil, pakaian
jadi, kain batik, macam-
macam benang, tali-
temali, karpet/ permadani
dari bahan tekstil macam-
macam hasil perajutan,
kulit/ kulit imitasi, barang-
barang dari kulit dan
barang-barang keperluan
kaki.
110 62420 Perdagangan eceran 30 25 20
perabotan rumah tangga
dan dapur.
- Seperti furniture (baik
dari kayu, rotan, plastik
dan logam), alat-alat
perlengkapan dapur,
barang-barang pecah
belah dan lain sejenisnya.
111 62422 Perdagangan eceran 30 25 20
barang-barang elektronik,
perlengkapan listrik, alat
komunikasi, fotografi dan
optik.
- Yaitu barang-barang
elektronik seperti radio,
kaset/tape recorder,
televisi, video, amplifier
dan perlengkapan sound
sytem, alat-alat
perlengkapan listrik seperti
dinamo, transformer,
macam-macam kabel
listrik, lampu pijar TL,
sekring, alat-alat rumah
tangga seperti setrika
listrik, alat pengaduk,
kipas angin, alat
komunikasi dan optik
seperti fotografi, optik
pesawat telepon,
telegraf/telex. Pemancar
radio, telecall, intercome
dan sejenisnya. Macam-
macam lensa dan kamera,
mikroskop, proyektor dan
sejenisnya.
112 62430 Perdagangan eceran 30 25 20
barang-barang industri
kimia, bahan bakar
minyak/gas dan minyak
pelumas Pharmasi dan
Kosmetika.
- Seperti barang-barang
hasil industri kimia (gas
asam, soda, causic, zat
pewarna glycerin) alkohol
dan sejenisnya macam-
macam pupuk, bahan
kimia pemberantas hama
(pestisida, insektisida),
macam-macam bahan
bakar minyak (premium,
minyak tanah, solar),
bahan bakar gas (elpiji),
minyak pelumas, macam-
macam hasil industri
pharmasi dan jamu,
macam-macam sabun dan
bahan pembersih lainnya.
Macam-macam kosmetik
parfum dan bahan-bahan
perawatan kulit dan
rambut lainnya.
113 62440 Perdagangan eceran 30 25 20
bahan bangunan kecuali
bahan bangunan berasal
dari usaha penggalian.
- Seperti semen, seng,
cat, macam-macam besi,
macam-macam kayu/kayu
lapis, kaca dan barang-
barang lainnya untuk
perlengkapan bangunan.
114 62445 Perdagangan eceran 25 20 20
barang-barang hasil
penggalian.
115 62450 Perdagangan eceran 30 25 20
barang-barang hasil
industri pengolahan
- Meliputi usaha
perdagangan eceran
segala macam barang
hasil-hasil industri
pengolahan.
116 62461 Perdagangan eceran 30 25 20
kertas, barang-barang dari
kertas, alat tulis (kantor)
dan barang cetakan.
- Seperti kertas alat tulis,
pembungkus karton,
kemasan dari kertas
berupa dus, kotak dan
sejenisnya, macam-
macam alat tulis
sekolah/kantor, barang-
barang cetakan
(faktur/nota, kwitansi,
kalender/agenda, majalah,
macam-macam buku
bacaan/pelajaran dan
barang cetakan lainnya).
117 62470 Perdagangan eceran 30 25 20
mesin-mesin, alat
angkutan dan
onderdil/perlengkapannya.
- Yaitu macam-macam
mesin dan
perlengkapannya baik
untuk keperluan pertanian,
industri, kantor,alat
trasnportasi, mesin
pembangkit tenaga, turbin,
traktor, bulldozer dan
mesin-mesin berat
lainnya, macam-macam
mesin kantor seperti
mesin hitung,mesin tik,
duplikator, photo copy,
mesin pengolah data,
mesin keperluan rumah
tangga seperti mesin cuci,
AC, mesin jahit, mesin
pembangkit listrik,mesin
pompa air dan sejenisnya,
macam-macam alat
transportasi darat, laut dan
udara termasuk macam-
macam onderdil dan
perlengkapan kendaraan
63000 RUMAH MAKAN DAN
MINUM
118 63100 Rumah makan dan minum 25 20 20
- Seperti restoran/rumah
makan, night club,
catering, restorasi kereta
api, cafetaria, kantin,
warung nasi/kopi dan
sejenisnya, tidak termasuk
night club restoran dan bar
yang merupakan salah
satu fasilitas hotel dan
penginapan
64000 HOTEL DAN
PENGINAPAN
119 64100 Hotel dan penginapan 25 20 20
- Seperti hotel, hostel,
motel, losmen, dan
sejenisnya termasuk
fasilitas restoran, bar dan
night clubnya.
70000 ANGKUTAN
PENGGUDANGAN DAN
KOMUNIKASI
120 71100 Angkutan kereta api. - - -
121 71200 Angkutan jalan raya. 20 15 15
122 71300 Angkutan dengan saluran - - -
pipa.
- Seperti pengangktuan
air, minyak dan gas
melalui saluran air atas
dasar balas jasa kontrak.
123 71400 Jasa angkutan darat. 25 20 20
- Seperti jalan roli, parkir,
kendaraan, terminal,
penyewaan mobil/truk
tanpa pengemudi.
124 72100 Angkutan samudera dan 13.5 13 12.5
perairan pantai.
- Seperti pelayaran
samudera, pelayaran
antar pulau dan pelayanan
pantai.
125 72200 Angkutan sungai, danau 13.5 13 12.5
dan kapal.
- Seperti pengangkutan
melalui sungai, kanal dan
danau, termasuk ferry
penyeberangan.
126 72300 Jasa penunjang angkutan 25 20 20
air.
- Seperti pemeliharaan
dan pelayanan dermaga,
dok kapal/perahu, pandu
kapal, peralatan navigasi
dan usaha bongkar muat
barang dan ke kapal.
127 73000 Angkutan udara 15 12.5 12
128 73200 Jasa penunjang angkutan 25 20 20
udara
- Seperti penyelenggaraan
pelabuhan udara,
pelayaran navigasi dan
dengan fasilitasnya (traffic
contasi) termasuk usaha
penyewaan pesawat
terbang tanpa operatornya
dan usaha bongkar muat
barang dari dan ke kapal
terbang.
129 74100 Keagenan dan 30 30 25
pengiriman.
- Seperti usaha
pengiriman dan
pengepakan,
keagenan/biro perjalanan
dan sejenisnya.
130 74200 Penggudangan. 30 30 25
- Seperti caid storage,
bonded warehoousing,
dan fasilitas-fasilitas
penggudangan lainnya.
131 75000 Komunikasi 15 13 12
- Seperti pelayanan
komunikasi melalui pos
dan telepon,
telegraph/telex atau
hubungan radio.
80000 KEUANGAN ASURANSI,
USAHA PERSEWAAB
BANGUNAN, TANAH
DAN JASA
PERUSAHAAN.
132 81000 Lembaga keuangan - - -
133 81100 Lembaga keuangan Bank - - -
134 81120 Lembaga keuangan non - - -
Bank
135 81200 Usaha persewaan/jual-beli 20 17.5 17
tanah, gedung dan tanah.
- Meliputi usaha
persewaan/jual-beli
barang-barang tidak
bergerak (bangunan dan
tanah yang disiapkan
untuk bangunan), real
estate (yang tidak
melakukan konstruksi)
yang menjual tanah,
broker dan manager yang
mengurus persewaan
pembelian, penjualan dan
penaksiran nilai
tanah/bangunan atas
balas jasa/kontrak.
136 81410 Asuransi - - -
137 82220 Jasa persewaan mesin 49 49 48
dan peralatan.
- Meliputi usaha
persewaan mesin dan
peralatannya (tanpa
operator) untuk keperluan
pertanian, pertambangan
dan ladang minyak industri
pengolahan, konstruksi
dan penjualan mesin-
mesin kantor termasuk
usaha leasing.
138 82300 Jasa pengolahan data dan 55 53 51
tabulasi.
- Meliputi usaha jasa
tabulasi data yang bersifat
umum baik secara
elektronik maupun
manual, seperti lembaga-
lembaga pengolahan data
dan sistem informasi,
lembaga komputer dan
lain sejenisnya.
139 82900 Jasa perusahaan, kecuali 27.5 25 20
jasa persewaan mesin dan
peralatannya.
140 82910 Jasa hukum 51 48.5 48.5
- Meliputi usaha jasa
pengacara/ advokat
seperti lembaga bantuan
hukum Peradin, Pusbadhi
dan lain sejenisnya.
141 82910 Notaris 55 50 50
142 82910 Pembuatan akte tanah 55 50 50
143 82910 Penasehat hukum 51 48.5 48.5
(advokat)
144 82920 Jasa akuntansi dan 36 35 35
pembukuan.
- Meliputi usaha jasa
pengurusan Tata Buku
dan pemeriksaan,
pembukuan seperti kantor-
kantor akuntan dan
lembaga konsultan audit
lainnya.
145 82930 Jasa Periklanan dan riset 20 17.5 15
Pemasaran.
- Meliputi usaha jasa
periklanan dan reklame
dengan berbagai macam
media masa seperti
pembuatan poster/gambar
dan tulisan yang menyolok
selebaran/riset pemasaran
yang dilakukan atas dasar
balas jasa
146 82940 Jasa Bangunan, Arsitek 47 46 45
dan Teknik.
- Meliputi usaha jasa
konsultasi
bangunan/arsitek,
perancang bangunan,
survai geologi dan
penyelidik tambang dan
sebagainya, seperti usaha
biro/konsultasi bangunan
dan lain-lain.
147 82940 Pekerjaan bebas bidang 25 22.5 20
teknik
148 82950 Pekerjaan bebas bidang 55 53 51
konsultan.
149 82950 Penasehat Ahli/Hukum 51 48.5 48.5
lainnya.
150 82990 Jasa perusahaan lainnya, 32 31 29
kecuali jasa persewaan
mesin dan peralatan.
- Meliputi usaha jasa
perusahaan yang belum
tercakup yang dilakukan
atas dasar balas jasa atau
kontrak seperti jasa
perencanaan, pelayanan
foto copy, stenografi, jasa
konsultan management
perusahaan, jasa
pemberitaan/pers dan
sebagainya.
90000 JASA
KEMASYARAKATAN
DAN SOSIAL
151 92000 Jasa pendidikan 30 27.5 25
- Yaitu pendidikan formal
mulai dari pra sekolah
(TK), SD, SLTP, SLTA
dan Akademi/Perguruan
Tinggi .
152 93210 Jasa Kesehatan 30 27.5 25
153 93213 Dokter 45 42.5 40
154 93214 Pekerjaan bebas bidang 29 28 27
medis
155 93215 Pekerjan bebas bidang 25 22.5 20
farmasi dan kimia
156 93220 Dokter hewan 25 22.5 20
157 93230 Jasa kebersihan dan 40 37 35
sejenisnya
- Seperti usaha jasa
kebersihan/cleaning
service,
pembuangan/pemusnahan
sampah, pemusnahan
sampah, pemusnahan
rayap/kuman dan lain-lain.
158 94000 Jasa sosial dan 30 30 29
kemasyarakatan
159 96000 Jasa hiburan dan 35 32.5 31.5
kebudayaan
160 96214 Pekerjaan bebas bidang 35 32.5 30
seni
161 97000 Jasa perorangan dan 32 31 29
rumah tangga
162 97110 Reparasi kendaraan 20 18.5 17.5
bermotor
163 97120 Reparasi kendaraan tidak 20 18.5 17.5
bermotor
164 97130 Reparasi macam-macam 20 18.5 17.5
jam dan barang perhiasan.
165 97130 Raparasi barang 20 18.5 17.5
keperluan kaki dan barang
dari kulit.
166 97140 Raparasi alat dan pesawat 20 18.5 17.5
elektronik/listrik
167 97140 Reparasi mesin-mesin 20 18.5 17.5
kantor
168 97190 Reparasi macam-macam 20 18.5 17.5
atau fotografi.
169 97190 Reparasi lainnya yang 20 18.5 17.5
belum tercakup
- a.l reparasi alat-alat
musik, alat-alat olahraga
dan mainan anak-anak
170 97200 Jasa binatu pencelupan 40 38 36
dan pembersihan barang-
barang tekstil/pakaian jadi
171 97400 Pemangkas rambut dan 30 28 27
salon kecantikan.
- Yaitu jasa pemeliharaan
rambut dan kecantikan
termasuk kursus menata
rambut/rias dan
kecantikan.
172 97910 Foto studio termasuk 38 37 35
fotografi komersil.
- Yaitu foto studio dan
fotografi yang melayani
agen-agen
periklanan,penerbit dan
lain-lain.
173 97920 Jasa Penjahit 34 31 28
174 97990 Jasa perseorangan 35 35 35
lainnya yang belum
tercakup.
175 98000 Jasa pemerintahan - - -
00000 KEGIATAN YANG TIDAK
JELAS BATASANNYA
DAN KEGIATAN LAIN
YANG BELUM
TERLIPUT.
176 00000 Badan non subyek - - -
177 00000 Karyawan/pegawai - - -
178 00000 Karyawan/pegawai Badan - - -
Usaha Milik Negara
179 00000 Karyawan/ pegawai - - -
swasta
180 00000 Pekerjaan bebas bidang 50 47.5 45
profesi lainnya.
181 00000 Pemborong bukan 20 19 18
bangunan/ konstruksi,
termasuk levereansir dan
lain-lain.
182 00000 Pedagangan perantara/ 40 35 35
komisioner.
183 00000 Kegiatan lain yang tidak 40 35 35
jelas batasannya dan
kegiatan yang belum
terliput dalam salah satu
golongan tersebut diatas
Lampiran II
Catatan :
a. Angka 12,5% untuk industri rotan, lihat kode 33100
b. Angka 45% sebagai dokter, lihat kode 93213
c. Istri tidak punya penghasilan.