Anda di halaman 1dari 4

PP Nomor 46 Tahun 2013

PPh Final 1% untuk UMKM


“Memberatkan Koperasi yang tingkat marginnya rendah”
Peran serta pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk ikut serta dalam
menanggung beban pajak sangat diharapkan oleh Pemerintah. Dan termasuk dalam pengertian
UMKM tersebut adalah koperasi. Dalam kebijakan tahun 2013 Pemerintah telah mengeluarkan
Peraturan yang mengatur tentang hal tersebut diatas dengan dikeluarkannya PP Nomor 46
Tahun 2013 dan dipertegas dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.011/2013.

Sebelum kita bahas aturan tersebut diatas marilah kita ulas sejenak tentang Bagaimana
penghitungan PPh bagi Wajib Pajak, sebelum berlakunya PP & PMK diatas?

I. Wajib Pajak Orang Pribadi / Perseorangan


1. Orang Pribadi yang penghasilannya dari pekerjaan adalah :
Orang Pribadi yang terkait dengan hubungan kerja seperti, karyawan, direktur,
komisaris, pengawas, pengurus, dlsb.
Cara penghitungan pajaknya setiap bulan akan dipotong PPh 21 oleh pemberi kerja, dan
SPT diakhir tahun umumnya Nihil apabila penghasilan hanya dari satu sumber. (Sifat
Pajak Penghasilannya tidak Final sebagai dimungkinkan ada PPh kurang bayar/lebih
bayar, apabila penghasilan orang pribadi tersebut sembernya lebih dari satu pemberi
kerja)

2. Orang Pribadi yang memberikan jasa sebagai pekerja bebas. seperti:


 Tanaga ahli seperti : Pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai,
dan aktuaris;
 Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain
drama, dan penari;
 Olahragawan;
 Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
 Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
 Agen iklan;
 Pengawas atau pengelola proyek;
 Perantara;
 Petugas penjaja barang dagangan;
 Agen asuransi; dan
 Distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau penjualan
langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.

Penghitungan Pajak Penghasilannya dihitung berdasarkan pembukuan (Laba/Rugi) atau


menggunakan norma penghitungan Penghasilan Neto.
(Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak bersifat final yang artinya di akhir tahun
SPT Tahunannya masih dimungkinkan adanya PPh Kurang Bayar/Lebih Bayar).

3. Orang Pribadi yang menjalankan usaha


adalah orang pribadi yang menjalankan usaha sendiri (usaha perorangan). Seperti :
usaha dagang, home industry, peternakan, katering, dlsb.
Penghitungan Pajak Penghasilannya berdasarkan Pembukuan/Norma. PPh yang dibayar
bersifat tidak final.

II. Badan
Yang disebut Badan menurut UU PPh adalah Badan usaha termasuk di dalamnya Badan
Hukum.
Seperti : Firma, CV, koperasi, yayasan, kongsi, PT, BUMN/BUMD, Dana Pensiun, dlsb.
Penghitungan Pajak Penghasilannya berdasarkan pembukuan atau Laba Rugi usaha
(tidak bersifat final).

PP NOMOR 46 TAHUN 2013 DAN PMK NOMOR 107/PMK.011/2013


 Mengatur tentang apa?
Ketentuan Pajak Penghasilan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP
Nomor 46 Tahun 2013), merupakan kebijakan Pemerintah yang mengatur
mengenai Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

 Maksud dan tujuan?


Maksud :
a. Untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan;
b. Mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi;
c. Mengedukasi masyarakat untuk transparansi;
d. Memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam
penyelenggaraan negara.
Tujuan:
a. Kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan;
b. Meningkanya pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat;
c. Terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

 Siapa?
Yang dikenai Pajak Penghasilan sesuai PP Nomor 46 Tahun 2013, adalah:
a. Orang Pribadi;
b. Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omzet) yang
tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 (satu) Tahun Pajak.

Yang tidak dikenai Pajak Penghasilan sesuai PP Nomor 46 Tahun 2013, adalah:

a. Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa


yang menggunakan sarana yang dapat dibogkar pasang dan menggunakan
sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum.
Misalnya: pedagang keliling, pedagang asongan,warung tenda di area kaki
lima, dan sejenisnya.
b. Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh
peredaran bruto (omzet) melebihi Rp4,8 miliar.
c. Orang pribadi yang memberikan jasa sebagai pekerja bebas.

 Berapa besarnya PPh dan Sifatya?


Besarnya Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah:

1% dari jumlah peredaran bruto (omzet)

Pajak Penghasilan yang diatur oleh PP Nomor 46 Tahun 2013 bersifat FINAL.
Sehingga di akhir tahun tidak ada PPh kurang bayar/lebih bayar.
Tatacara penyetoran pajak final tersebut dilakukan setiap bulan berdasarkan
jumlah omzet atau peredaran bruto per bulan

Contoh perhitungan :
1. Pada tahun 2014 koperasi ABC memperoleh omzet /peredaran
bruto/pendapatan atas penjualan kotor Rp. 1.000.000.000,00, Tingkat
margin (laba) yang diperoleh sebesar 5% atau Rp. 50.000.000,00. ( asumsi
laba = laba fiscal)
 Apabila PPh dihitung dengan PP 46/2013, maka pajak penghasilannya
sebesar = 1% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 10.000.000,00
 Apabila dihitung dengan aturan lama tarif Pasal 17 UU PPh
Pajak penghasilannya = 12,5% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 6.250.000,00
2. Contoh yang sama dengan contoh nomor 1 diatas tetapi tingkat margin (laba)
yang diperoleh 10% atau sebesar Rp. 100.000.000,00.
 Apabila PPh dihitung sesuai PP 46/2013, maka
Pajak penghasilannya = 1% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 10.000.000,00
 Apabila PPh dihitung dengan cara lama (tarif pasal 17 UU PPh), maka
pajak penghasilannya = 12,5% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 12.500.000,00

KESIMPULAN :
Tata cara Perhitungan PPh berdasarkan PP 46 Tahun 2013 yang wajib bagi Wajib Pajak
orang pribadi usahawan dan badan (termasuk koperasi) yang beromzet sampai dengan Rp. 4,8
miliar dalam 1 tahun. Ternyata ada beberapa kelebihan dan kelemahannya.

A. Kelebihan :
 Perhitungan PPh menjadi lebih sederhana karena Wajib Pajak cukup mencatat omzet
bulanan sebagai dasar perhitungan pajak Penghasilan.
 Bersifat final sebagai Wajib Pajak tidak perlu lagi menghitung PPh akhir tahun (SPT
cukup dilaporkan Nihil) dan tidak ada PPh kurang bayar/lebih bayar.
 Apabila tingkat laba tinggi ( diatas 5% ) maka jumlah PPh akan kecil bila dibandingkan
dengan cara perhitungan lama. (lihat contoh perhitungan nomor 2)

B. Kelemahan :
 Apabila tingkat laba rendah maka Peraturan baru tersebut (PP 46/2013) ternyata lebih
memberatkan Wajib Pajak, bila dibanding dengan Perhitungan PPh dengan cara lama.
(lihat contoh perhitungan nomor 1)
 Pengenaan PPh final tersebut, telah mengingkari penerapan “ self assesment system”
dengan kata lain kita kembali ke “official assessment system”.
 PP 46 tahun 2013 terkesan hanya mengejar fungsi Budgetair.
 Dalam kondisi rugi pun UMKM tetap dikenai pajak.

Anda mungkin juga menyukai