FISKAL
MEKANISME/SIKLUS PENYELESAIAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN
DALAM BADAN USAHA SELAMA SATU TAHUN
Penyetoran pajak yg terkait
dengan transaksi usaha dg
media SSP, SSB, atau lainnya
seperti : penyetoran PPh 21,
(Bukti) 22, 23, 25, 26, PPN & PPnBM,
Identifikasi;Penghitungan;
Transaksi PBB, BPHTB, Pajak Daerah Harus dilaksanakan
dptg/diput & atau memtg/
usaha dalam oleh WP setiap
memungut pajak-pajak yg
bulan/masa dlm satu
satu tahun terkait dg transaksi usaha
Pelaporan pajak yg terkait tahun pajak
pajak 20XX dengan transaksi, dengan
media SPM PPh 21, SPM PPh
22, SPM PPh 23, SPM PPN &
PPnBM
Neraca
Dicatat dalam Diposting ke
Saldo/Lajur
buku Jurnal Buku Besar
Laporan Keuangan
Buku Pembantu Komersial
Setiap Bulan
WP PPN KB/LB/Nihil
SPT Tahunan
PPh pasal 4 (2)/Final PPh OP/Badan
PPh pasal 21
Terpotong/Terpungut PPh PPh pasal 22
oleh pihak lain PPh pasal 23
PPh pasal 24
Dikreditkan
PPh pasal 25
Membayar sendiri PPh pd tahun berjalan PPh KB/LB/Nihil
STP PPh 25
PPh 29/28A/Nihil
Penghitungan PPh
akhir tahun
Pajak2 PBB & BPHTB Lap. Keu Pajak Kini
Lain BM (Fiskal) (PPh Terutang)
Pajak2 Daerah
Penghitungan PPh di akhir tahun
bagi WP Badan didasarkan atas LK
Fiskal (Laba Rugi Fiskal).
Laba rugi fiskal disusun berdasarkan
Laba Rugi Komersial yang telah
disesuaikan dengan peraturan
perpajakan (melalui rekonsiliasi).
Rekonsiliasi (penyesuaian) tersebut
akan berakibat adanya koreksi fiskal
Langkah Penyusunan Rekonsiliasi Fiskal
• Pembukuan secara komersial/SAK
• Memahami perbedaan ketentuan pajak dengan
SAK
• Lakukan rekonsiliasi fiskal dengan langkah:
▫ Kenali penyesuaian yang diperlukan
▫ Analisis elemen yang disesuaikan
▫ Lakukan penyesuaian
• Susun laporan keuangan fiskal
• Isi SPT sesuai laporan keuangan fiskal
Koreksi Fiskal/Rekonsiliasi Fiskal
• penyesuaian atas laba komersial yang
berbeda dengan ketentuan fiskal untuk
mendapatkan penghasilan neto/laba yang
sesuai dengan ketentuan pajak.
• Dari sudut pandang akuntansi perbedaan-perbedaan antara
akuntansi dan fiskal tersebut dapat dikelompokkan menjadi
Beda Tetap/Permanen (yang disebabkan karena
perbedaan konsep) dan Beda Waktu/Sementara
(disebabkan oleh perbedaan alokasi atau saat pengakuan)
• Dari sudut pandang fiskus perbedaan-perbedaan antara
akuntansi dan fiskal tersebut dapat dikelompokkan menjadi
Koreksi Positif (jika menambah laba fiskal) dan Koreksi
Negatif (jika mengurangi laba fiskal)
Koreksi Fiskal/Rekosiliasi Fiskal
Sesuai Tidak
UU
Sesuai UU
over under
over under
b. WARISAN
c. HARTA TERMASUK SETORAN TUNAI YANG DITERI
MA OLEH BADAN SEBAGAIMANA YANG DIMAKSUD
Psl.2 Ayat (1) huruf (b) SEBAGAI PENGGANTI SAHAM
ATAU SBG PENGGANTI PENYERTAAN MODAL
j. DIHAPUS.
• pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang
pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa;
• dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh
perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri,
koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha
milik daerah, dengan syarat :
▫ dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;
dan
▫ bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara
dan badan usaha milik daerah yang menerima
dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh
lima persen) dari jumlah modal yang disetor
• Iuran yang diterima atau diperoleh dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh
pemberi kerja maupun pegawai;
• penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh
dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu,
• bagian laba yang diterima atau diperoleh
anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif;
• penghasilan yang diterima atau diperoleh
perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :
▫ merupakan perusahaan mikro, kecil, mene-
ngah, atau yang menjalankan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
dan
▫ sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek
di Indonesia;
• beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu,
• sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau
lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pen-
didikan dan/atau bidang penelitian dan pengem-
bangan, yang telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam
bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan; dan
• bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
tertentu.
Perbedaan Konsep –
Biaya (Beban)
• Dari sisi akuntansi Beban (Expenses) diartikan sebagai
penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya
aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanam modal.
• Dari sisi Fiskal Biaya diartikan sebagai biaya untuk
menagih, memperoleh dan memelihara penghasilan
atau biaya yang berhubungan langsung dengan
perolehan penghasilan
PENGELUARAN yang DAPAT DIBEBANKAN
SEBAGAI BIAYA
Terdiri dari :
Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan meme-
lihara penghasilan, yaitu biaya-biaya yang ber-
hubungan langsung dengan kegiatan usaha yang
penghasilannya merupakan objek pajak.
BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN
DARI PENGHASILAN BRUTO
WP DALAM NEGERI/BUT
a. BIAYA YANG SECARA LANGSUNG ATAU TIDAK LANSUNG BER-
KAITAN DENGAN DENGAN KEGIATAN USAHA, antara lain :
1. Biaya pembelian bahan ;
2. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, honororarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang.
3. bunga, sewa, dan royalty.
4. biaya perjalanan ;
5. biaya pengolahan limbah ;
6. premi asuransi;
7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau ber-
dasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
8. biaya administrasi Psl 6 ayat 1(a)
9. pajak kecuali Pajak Penghasilan.
b. PENYUSUTAN ATAS PENGELUARAN UNTUK
MEMPEROLEH HARTA BERWUJUD DAN
AMORTISASI ATAS PENGELUARAN UNTUK
MEMPEROLEH HAK DAN ATAS BIAYA LAIN
YANG MEMPUNYAI MASA MANFAAT LEBIH
1(SATU) TAHUN SEBAGAIMANA DIMAKSUD
DALAM PASAL 11 DAN PASAL 11 A
Pasal 6 Ayat 1
KOMPENSASI KERUGIAN.
MAKA KERUGIAN
APABILA PENGHASILAN TSB DIKOMPENSA
BRUTO SETELAH PENGU SIKAN DENGAN
RANGAN SEBAGAIMANA PENGHASILAN MU
DIMAKSUD PADA AYAT LAI TAHUN PAJAK
(1) DIDAPAT KERUGIAN BERIKUTNYA BER
TURUT-TURUT SAM
PAI DENGAN
5(LIMA) TAHUN.
PASAL 6 Ayat (2)
Beda Tetap –
Tidak Dapat Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto
[pasal 9
UU Nomor 36 Tahun 2008]
PASAL 9
BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN
DARI PENGHASILAN BRUTO WPDN-BUT
CONTOH
WP A TENAGA AHLI DAN PEMEGANG SAHAM DARI PT “B”
IMBALAN DARI PT “B” YG DITERIMA SEBESAR Rp 50.000.000
APABILA UNTUK JASA YG SAMA YG DIBERIKAN OLEH TENA
GA AHLI LAIN YG SETARA HANYA DIBAYAR Rp 20.000.000
MAKA JUMLAH Rp 30.000.000 TIDAK BOLEH DIBEBANKAN
SEBAGAI BIAYA. BAGI TENAGA AHLI, YANG JUGA PEME-
GANG SAHAM TSB JUMLAH Rp 30.000.000 HARUS DIANGGAP
SEBAGAI PEMBERIAN dividen DARI PT ”B” DAN HARUS DIPO-
TONG PPh Psl 4 ayat (2).
Penghitungan PPh di Akhir Tahun
• Laba Bersih komersial sebelum pajak Rp xxx
• Penyesuaian fiskal:
+/- beda konsep Rp xxx
+/- beda pengukuran Rp xxx
+/- beda metode pengalokasian/
saat pengakuan penghasilan/biaya Rp xxx
• Laba bersih fiskal sebelum pajak Rp xxx
• (-) Kompensasi kerugian Rp xxx
Tarif pajak (Psl 17 & 31E)
• Pajak terhutang Rp xxx
• Kredit pajak:
▫ Dalam negeri Rp xxx
▫ Luar negeri Rp xxx
• Pajak kurang (lebih) bayar Rp xxx
Penghitungan PPh di Akhir Tahun
Dalam format berbeda, koreksi fiskal dapat dilakukan sbb:
• Laba/Rugi Bersih komersial sebelum pajak Rp xxx
• Ditambah Koreksi fiskal POSITIF:
Penghasilan yang tidak/belum diakui di laba/
rugi komersial tapi harus diakui sebagai peng-
hasilan menurut fiskal……………………………………...… Rp xxx
Biaya yang dibebankan dalam laba /rugi komer-
sial tetapi tidak boleh dibiayakan menurut fiskal.…. Rp xxx
Perbedaan metode perhitungan yang berakibat
biaya menurut fiskal < dibanding komersial……….… Rp xxx
• Dikurangi Koreksi fiskal NEGATIF:
Perbedaan metode perhitungan yang berakibat
biaya menurut fiskal < dibanding komersial……….… (Rp xxx)
Penghasilan yang diakui di laba/rugi komersial
tetapi merupakan objek dan dipotong PPh final……. (Rp xxx)
Perbedaan metode perhitungan yang berakibat
biaya menurut fiskal > dibanding komersial………… (Rp xxx)
• Laba/Rugi Bersih komersial Rp xxx
TARIF (PASAL 17)
• Tarif WP Orang
Pribadi
• Tarif WP Badan
TARIF WP ORANG PRIBADI
Ketentuan Sebelumnya:
Perubahan:
Perubahan:
Single rate 28% dan diturunkan menjadi 25% pada tahun 2010
MERUPAKAN
SELISIH ANTARA HARGA PASAR DENGAN NILAI SISA BUKU HARTA MERUPAKAN
KEUNTUNGAN YANG DIKENAKAN PAJAK
- KEUNTUNGAN PT A = Rp20.000.000,- – Rp10.000.000,-= Rp10.000.000,-
- KEUNTUNGAN PT B = Rp20.000.000.- – Rp12.000.000,- = Rp8.000.000,-
CONTOH :
KETERANGAN PT A PT B
NILAI SISA BUKU Rp200.000.000,- Rp300.000.000,-
HARGA PASAR Rp300.000.000,- Rp450.000.000,-
11
K E R U G I A N N Y A A
Y
A
DIBUKUKAN SEBAGAI BEBAN T
MASA KEMUDIAN (9)
PENGALIHAN HARTA KARENA :
- BANTUAN ATAU SUMBANGAN
- HARTA HIBAHAN
- WARISAN
SEBAGAIMANA PASAL 4 AYAT (3)
HURUF (a) dan (b)
HARTA BERWUJUD
GUNA
KEPENTINGAN PENYUSUTAN
DITETAPKAN DENGAN
PERATURAN MENKEU
II
1. BIAYA PENDIRIAN SAMA DENGAN
2. BIAYA PERLUASAN MODAL DI Ad I DIATAS
BEBANKAN PADA TAHUN
TERJADINYA PENGELUARAN
III
IV
1. HAK PENAMBANGAN
2. HAK PENGUSAHAAN HUTAN MENGGUNAKAN METODE
3. HAK PENGUSAHAAN SUMBER SATUAN PRODUKSI
ALAM SERTA HASIL ALAM LAINNYA SETINGGI-TINGGINYA
YANG MEMPUNYAI MASA MANFAAT 20% SETAHUN.
LEBIH 1(SATU) TAHUN.
V
PENGELUARAN SEBELUM OPERASI KOMER DIAMORTISASI SAMA DG
SIAL YG MEMPUNYAI MASA MANFAAT LE ANGKA 1(SATU) DIATAS.
BIH SATU TAHUN DIKAPITALISASI
MENENTUKAN KEMBALI :
- BESARNYA PENGHASILAN DAN
- PENGURANGAN SERTA
- UTANG SEBAGAI MODAL
UNTUK MENGHITUNG BESARNYA PKP BAGI WP YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA DENGAN
WP LAINNYA SESUAI DENGAN KEWAJARAN DAN KELAZIMAN USAHA YANG TIDAK DIPENGARUHI
HUBUNGAN ISTIMEWA DENGAN MENNGUNAKAN METODE PERBANDINGAN HARGA ANTARA PIHAK
YANG INDENPENDEN, METODE HARGA PENJUALAN KEMBALI, METODE BIAYA PLUS, ATAU METODE
LAINNYA.
DILAKUKAN MELALUI:
-PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN OLEH PIHAK LAIN
-WAJIB PAJAK SENDIRI
CONTOH :
SPT TAHUNAN PPh 2011 DISAMPAIKAN
BULAN APRIL 2012, ANGSURAN PPh
DESEMBER 2011, Rp 1.000.000.
MAKA BESARNYA ANGSURAN UNTUK
BULAN JANUARI, PEBRUARI, DAN MARET 2012
SEBESAR Rp 1.000.000/BULAN.
MENETAPKAN
PERHITUNGAN BESARNYA
ANGSURAN PAJAK BAGI
a. WP BARU
b. BANK, BUMN/BUMD, WP Masuk Bursa,
dan WP Lainnya yang berdasarkan ketentuan
perundang-undangan harus membuat laporan
keuangan berkala, dan;
c. WP Orang Pribadi pengusaha tertentu dengan
tarif paling tinggi 0,75% dari peredaran bruto.
PASAL 25 Ayat (7)
JENIS-JENIS PEMBAYARAN PPh YANG DAPAT
DIKREDITKAN BAGI WPDN/BUT
PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN
a. PASAL 21 DARI PEKERJAAN,JASA, DAN KEGIATAN LAIN
SETELAH DILAKUKAN
PEMERIKSAAN.
SETELAH DIPERHITUNG
KAN DG UTANG PAJAK KELEBIHAN PEMBA
BERIKUT SANKSINYA YARAN PAJAK
DIKEMBALIKAN
PASAL 28 A
APABILA PAJAK YANG
TERUTANG UNTUK
SUATU TAHUN PAJAK
TERNYATA
LEBIH BESAR KREDIT
DARI PADA
PAJAK
SEBAGAIMANA DIMAKSUD
DALAM PASAL 28 AYAT (1)
DIATUR DENGAN PP
PASAL 31 C
Pasal 31 D
KETENTUAN MENGENAI PERPAJAKAN BAGI BIDANG USAHA
PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI, BIDANG USAHA
PANAS BUMI , BIDANG USAHA PERTAMBANGAN UMUM
TERMASUK BATUBARA, DAN BIDANG USAHA BERBASIS
SYARIAH DIATUR DENGAN ATAU BERDASARKAN
PERATURAN PEMERINTAH.
Pasal 31 E
(1) WAJIB PAJAK BADAN DALAM NEGERI DEDNGAN PEREDARAN
BRUTO SAMPAI DENGAN Rp 50 MILYAR, MENDAPAT FASILI
TAS BERUPA PENGURANGAN TARIF SEBESAR 50% DARI TARIF
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM Psl 17 Ayat (1) huruf b,
dan Ayat (2a) YANG DIKENAKAN ATAS PENGHASILAN KENA
PAJAK DARI BAGIAN PEREDARAN BRUTO SAMPAI DENGAN
Rp 4.800.000.000.
(2) BESARNYA BAGIAN PEREDARAN BRUTO SEBAGAIMANA DI
MAKSUD PADA AYAT (1) DAPAT DINAIKAN DENGAN PMK.
CONTOH 1:
PEREDARAN BRUTO PT. YARDI TAHUN PAJAK 2009
BESARNYA Rp 4.500.000.000.- DENGAN PENGHASILAN
KENA PAJAK BESARNYA Rp 500.000.000.-
PERHITUNGAN PAJAK TERUTANG :
SELURUH PENGHASILAN KENA PAJAK DARI PEREDA
RAN BRUTO TERSEBUT DIKENAKAN TARIF SEBESAR
50% DARI TARIF PPh BADAN YANG BERLAKU KARENA
PEREDARAN BRUTO PT. YARDI TIDAK MELEBIHI
Rp 4.800.000.000.
PPh YANG TERUTANG ADALAH :
(50% x 28%) x Rp 500.000.000. = Rp 70.000.000.
CONTOH 2:
PEREDARAN BRUTO PT XRONY DALAM TAHUN PAJAK 2009
BESARNYA Rp 30. MILYAR. DENGAN PENGHASILAN KENA
PAJAK SEBESAR Rp 3.000.000.000.
PENGHITUNGAN PPh YANG TERUTANG :
1. JUMLAH PENGHASILAN KENA PAJAK DARI BAGIAN
PEREDARAN BRUTO YANG MEMPEROLEH FASILITAS :
(Rp 4.800.000.000. : Rp 30.000.000.000.) x Rp 3.000.000.000.=
Rp 480.000.000.
2. JUMLAH PENGHASILAN KENA PAJAK DARI BAGIAN
PEREDARAN BRUTO YANG TIDAK MEMPEROLEH
FASILITAS :
Rp 3.000.000.000. – Rp 480.000.000. = Rp 2.520.000.000.
PPh YANG TERUTANG :
- (50% x 28% ) x Rp 480.000.000.= Rp 67.200.000.-
- 28% x Rp 2.520.000.000.= Rp 705.600.000.-
JUMLAH PPh YANG TERUTANG = Rp 772.800.000.-
Pasal 32
DALAM RANGKA
PASAL 32 A
Pasal 32 B
PENJELASANNYA :
DALAM RANGKA MEMPERLUAS PASAR OBLIGASI NEGARA, PEMERINTAH DAPAT MENGENAKAN
TARIF KHUSUS YANG LEBIH RENDAH ATAU MEMBEBASKAN PENGENAAN PAJAK ATAS OBLIGASI
NEGARA YANG DIPERDAGANGKAN DIBURSA EFEK NEGARA LAIN. PEMERINTAH HANYA DAPAT
MENGENAKAN PERLAKUAN KHUSUS INI SEPANJANG NEGARA LAIN TERSEBUT JUGA MEMBERIKAN
PERLAKUAN YANG SAMA ATAS OBLIGASI NEGARA LAIN TERSEBUT YANG DIPERDAGANGKAN
DI BURSA EFEK DI INDONESIA.
108
SEKIAN