Anda di halaman 1dari 146

Private Tax Training – PT Pembangkit Jawa Bali

PPh Pasal 21 Komprehensif Akhir Tahun

Rabu, 13 September 2017


Administrasi dan Pelaporan PPh Pasal 21/26
o Hak dan Kewajiban
o Pelaporan PPh Pasal 21/26
o Administrasi Kelebihan Pemotongan dan
Penyetoran PPh Pasal 21

© ortax team - 2017


Hak dan Kewajiban

Pemotong Mendaftarkan diri ke KPP


Menghitung, menyetor & melaporkan PPh terutang setiap
bulan kalender
Membuat catatan/kertas kerja perhitungan PPh masing-masing
penerima penghasilan & menyimpannya sesuai ketentuan
Tetap melaporkan pemotongan PPh setiap bulan walaupun
NIHIL
Dapat memperhitungkan kelebihan penyetoran pada suatu
bulan ke bulan berikutnya melalui SPT Masa PPh
Membuat bukti potong & memberikannya kepada pihak yang
dipotong

© ortax team - 2017


3
Hak dan Kewajiban

Pihak Yang
Dipotong Mendaftarkan diri ke KPP
Membuat surat pernyataan: jumlah
tanggungan keluarga pada awal
tahun/saat dimulai SPDN dan
menyerahkannya kepada pemotong pajak
Membuat surat pernyataan baru bila
terjadi perubahan tanggungan paling
lama sebelum mulai tahun kalender
berikutnya
Menerima bukti potong dari pemotong

© ortax team - 2017


4
Hak dan Kewajiban

Kewajiban Membuat Bukti Potong

• Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:


– dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
– diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau pegawai berhenti
• Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– Dibuat setiap kali ada pemotongan
– Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti potong dapat dibuat
sekali dalam satu bulan
• Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21

© ortax team - 2017


5
Hak dan Kewajiban

Penyetoran dan Pelaporan

Pelaporan
• Paling lambat
tanggal 10 bulan
berikutnya • Paling lambat
tanggal 20 bulan
berikutnya

Penyetoran

Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran dan batas waktu pelaporan PPh
Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 bertepatan dengan hari libur termasuk hari
Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26 dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
© ortax team - 2017
6
Pelaporan PPh Pasal 21/26

Ketentuan

Ketentuan 2012 2013 2014 dst

Administrasi dan Pelaporan PER – 32/PJ/2009 PER – 32/PJ/2009 PER – 14/PJ/2013

PER - 14/PJ/2013 :
Bentuk, Isi, Tata Cara Pengisian dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 serta Bentuk Bukti Pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

Ditetapkan : 18 April 2013


Mulai Berlaku : 01 Januari 2014

© ortax team - 2017


7
Pelaporan PPh Pasal 21/26

Bentuk SPT Masa PPh Pasal 21/26 (1)

Formulir Kertas
(hard copy) e-SPT

bentuk, isi, dan ukuran SPT Masa menggunakan aplikasi e-SPT yang
PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 telah disediakan oleh Direktorat
sebagaimana ditetapkan dalam Jenderal Pajak.
Lampiran I PER - 14/PJ/2013
tidak boleh diubah

© ortax team - 2017


8
Pelaporan PPh Pasal 21/26

Bentuk SPT Masa PPh Pasal 21/26 (2)


Formulir Kertas (hard
E-SPT
copy)

Dapat digunakan oleh Wajib digunakan oleh


Pemotong yang : Pemotong yang :

• Melakukan pemotongan PPh Pasal 21 terhadap


pegawai tetap dan penerima pensiun atau THT/JHT
berkala dan/atau PNS, anggota TNI/POLRI, pejabat
negara dan pensiunannya yang jumlahnya dalam 1


(satu) masa pajak; dan/atau
Melakukan pemotongan PPh Pasal 21 (Tidak Final)
Tidak Lebih dari
dan/atau Pasal 26 dengan bukti pemotongan yang
jumlahnya dalam 1 (satu) masa pajak; dan/atau lebih dari 20
• Melakukan pemotongan PPh Pasal 21 (Final)
dengan bukti pemotongan yang jumlahnya dalam 1 20
(satu) masa pajak; dan/atau
• Melakukan penyetoran pajak dengan SSP dan/atau
bukti Pbk yang jumlahnya dalam 1 (satu) masa
pajak.

© ortax team - 2017


9
Pelaporan PPh Pasal 21/26
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Pemotong yang telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau
Pasal 26 dalam bentuk e-SPT tidak diperbolehkan lagi menyampaikan
SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk formulir kertas
(hard copy) untuk masa-masa pajak berikutnya.

Pemotong dianggap tidak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21


dan/atau Pasal 26 dalam hal pemotong telah memenuhi syarat untuk
menggunakan SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk e-
SPT, namun SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 tidak disampaikan
dalam bentuk e-SPT.

Pemotong dianggap tidak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21


dan/atau Pasal 26 dalam hal SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26
tidak memenuhi ketentuan dalam bentuk formulir kertas (hard copy)
tidak memenuhi ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I
PER - 14/PJ/2013.

© ortax team - 2017


10
Pelaporan PPh Pasal 21/26
SPT Masa PPh Pasal 21/26
Terdiri dari :
Induk SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 - (Formulir 1721);

Daftar Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pegawai Tetap dan Penerima
Pensiun atau THT/JHT Berkala serta bagi PNS, anggota TNI/POLRI, pejabat negara
dan pensiunannya - (Formulir 1721-I);

Daftar Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 (Tidak Final) dan/atau Pasal
26 - (Formulir 1721-II);

Daftar Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 (Final) - (Formulir 1721-III);

Daftar Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau Bukti Pemindahbukuan (Pbk) untuk
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 - (Formulir 1721- IV);

Daftar Biaya - (Formulir 1721-V);

© ortax team - 2017


11
Pelaporan PPh Pasal 21/26

Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26


Terdiri dari :

Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 (Tidak Final) atau Pasal 26 -


(Formulir 1721-VI);

Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 (Final) - (Formulir 1721-VII);

Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pegawai Tetap atau Penerima
Pensiun atau THT/JHT Berkala - (Formulir 1721-A1);

Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi PNS, anggota TNI/POLRI,


pejabat negara dan pensiunannya - (Formulir 1721-A2);

© ortax team - 2017


12
Pelaporan PPh Pasal 21/26

Penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26

langsung ke KPP atau KP2KP;

melalui pos dengan bukti pengiriman surat ke KPP;

melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat ke KPP; atau

e-filing yang tata cara penyampaiannya diatur dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

adalah suatu cara penyampaian SPT yang dilakukan secara on-line yang real time melalui
website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau Penyedia Jasa Aplikasi atau
Application Service Provider (ASP).

SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk e-SPT harus
disampaikan dengan disertai Induk SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal
26 dalam bentuk formulir kertas (hard copy).

© ortax team - 2017


13
Pelaporan PPh Pasal 21/26

Formulir yang tidak perlu dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21
dan/atau Pasal 26

• Formulir 1721-I dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 bagi pegawai
tetap, penerima pensiun atau THT/JHT berkala serta PNS, anggota TNI/POLRI,
pejabat negara dan pensiunannya ;
• Formulir 1721-II dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 (Tidak Final) dan
Pasal 26 dengan menggunakan Formulir 1721-VI ;
• Formulir 1721-III dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 (Final) dengan
menggunakan Formulir 1721-VII ;
• Formulir 1721-IV dalam hal tidak ada penyetoran dan pemindahbukuan PPh
Pasal 21 dan Pasal 26 dengan menggunakan SSP dan Bukti Pbk ;
• Formulir 1721-V dalam hal Pemotong wajib menyampaikan SPT Tahunan ;
• Formulir 1721-VI;
• Formulir 1721-VII;
• Formulir 1721-A1;
• Formulir 1721-A2.

© ortax team - 2017


14
Administrasi Kelebihan Pemotongan/Penyetoran

Kelebihan Pemotongan Pegawai Tetap


Dalam hal Pegawai Tetap berhenti bekerja sebelum bulan Desember dan jumlah
PPh Pasal 21 yang telah dipotong dalam tahun kalender yang bersangkutan lebih
besar dari PPh Pasal 21 yang terutang untuk 1 (satu) tahun pajak maka kelebihan
PPh Pasal 21 yang telah dipotong tersebut dikembalikan kepada Pegawai Tetap
yang bersangkutan bersamaan dengan pemberian bukti pemotongan PPh Pasal
21, paling lambat akhir bulan berikutnya setelah berhenti bekerja

Kelebihan Penyetoran PPh Pasal 21 Pemotong


Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh Pasal
21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang oleh pemotong PPh Pasal 21 dan/atau
PPh Pasal 26, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh
Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang pada bulan berikutnya melalui
Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26.

© ortax team - 2016


15
Konsep Pemotongan PPh Pasal 21/26
o Ketentuan Pemotongan PPh Pasal 21/26
o Identifikasi Transaksi
o Penentuan golongan penerima penghasilan
o Jenis Penghasilan Menurut Golongan Penerima
o Penentuan saat dan tempat terutang

© ortax team - 2017


Ketentuan Pemotongan PPh Pasal 21/26

UU No.36/2008

PP No. 80 tahun 2010

PP No. 68 tahun 2009


PMK No.252/PMK.03/2008
PMK No.16/PMK.03/2010
PMK No.262/PMK.03/2010

PMK No.101/PMK.010/2016 Mencabut : PMK No. 122/PMK.010/2015

PMK No.102/PMK.010/2016 Mencabut : PMK No. 152/PMK.010/2015

PER - 16/PJ/2016 Mencabut : PER-32/PJ/2015

PER - 14/PJ/2013 Mencabut : PER-32/PJ/2009

© ortax team - 2017


17
Identifikasi Transaksi PPh Pasal 21

PPh 21

Menerima Penghasilan
Penghasilan dari pekerjaan, jasa
dan kegiatan
WP Dalam Negeri : Berupa : gaji, upah, honorarium,
Orang Pribadi tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk
apapun

© ortax team - 2017


18
Identifikasi Transaksi PPh Pasal 26

PPh 26

Menerima Penghasilan
Penghasilan dari pekerjaan, jasa
dan kegiatan
WP Luar Negeri : Berupa : gaji, upah, honorarium,
Orang Pribadi tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk
apapun

© ortax team - 2017


19
Identifikasi Transaksi – Pemotong PPh 21/26?

Penghasilan
Pemotong Penerima Penghasilan

• Pemberi Kerja (org pribadi/badan ; cabang/perwakilan/unit)


• Bendahara atau pemegang kas pemerintah
• Dana pensiun, badan penyelenggara jamsostek dan badan2 lain
yang membayar uang pensiun secara berkala dan THT/JHT
• Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas serta badan yang membayar honorarium, komisi, fee atau
pembayaran lain sbg imbalan sehubungan dengan jasa yang
dilakukan oleh orang pribadi atau imbalan lain kepada peserta
pendidikan/pelatihan serta pegawai magang
• Penyelenggara Kegiatan

© ortax team - 2017


20
Identifikasi Transaksi – Pemotong PPh 21/26?

Tidak Termasuk sebagai Pemberi Kerja yang mempunyai


Kewajiban untuk melakukan pemotongan PPh Pasal 21/26

• Kantor Perwakilan Negara Asing .


• Organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai
penetapan organisasi-organisasi internasional yang tidak
termasuk subjek Pajak Penghasilan.
• Organisasi-organisasi internasional yang ketentuan Pajak
Penghasilannya didasarkan pada ketentuan perjanjian
internasional dan dalam perjanjian internasional tersebut
mengecualikan kewajiban pemotongan pajak, serta organisasi-
organisasi dimaksud telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
• Pemberi Kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang
pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan
bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
© ortax team - 2017
bebas.
21
Penentuan Golongan Penerima Penghasilan

1. Pegawai
• Pegawai Tetap
• Pegawai Tidak Tetap / Tenaga Kerja Lepas

2. Bukan Pegawai

3. Lain - Lain
• Peserta Kegiatan
• Peserta Program Pensiun yang Masih Berstatus sbg Pegawai
• Penerima Uang Pesangon / Pensiun/ THT / JHT (Termasuk ahli warisnya)
• Anggota Dewan Komisaris/Pengawas yg tdk merangkap sbg Peg. Tetap
pada perusahaan yang sama
• Mantan Pegawai
© ortax team - 2017
22
Penentuan Golongan Penerima Penghasilan

Pegawai

• Orang pribadi Pegawai Tetap


• Bekerja pada pemberi
kerja
• Berdasarkan
perjanjian/kesepakatan • Pegawai menerima • Hanya menerima
kerja (tertulis/lisan) penghasilan dalam penghasilan bila
• Melaksanakan suatu jumlah tertentu secara bekerja
pekerjaan teratur • menurut jumlah hari
• Memperoleh imbalan • Termasuk anggota bekerja
• Berdasarkan periode dewan komisaris & • Menurut jumlah unit
tertentu, penyelesaian dewan pengawas hasil pekerjaan
pekerjaan atau ketentuan • Termasuk Pegawai • Menurut penyelesaian
lain yang bekerja menurut suatu pekerjaan
• Termasuk yang kontrak dalam jangka
melakukan pekerjaan waktu tertentu
dalam jabatan Negeri Pegawai Tidak
Tetap/Tenaga Kerja
Pegawai Lepas

© ortax team - 2017


23
Penentuan Golongan Penerima Penghasilan

Bukan Pegawai (1)

• Orang pribadi
• Selain pegawai tetap & pegawai tidak
tetap (tenaga kerja lepas)
• Memperoleh penghasilan dengan nama
dan dalam bentuk apapun
• Sebagai imbalan jasa
• Menurut perintah/permintaan pemberi
penghasilan

© ortax team - 2017


24
Penentuan Golongan Penerima Penghasilan

Bukan Pegawai (2)


Jenis :
 Tenaga ahli melakukan pekerjaan bebas: pengacara, akuntan, arsitek,
dokter, konsultan, notaris, penilai & aktuaris
 Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis &
seniman lainnya
 Olahragawan
 Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh & moderator
 Pengarang, peneliti & penerjemah

© ortax team - 2017 25


25
Penentuan Golongan Penerima Penghasilan

Bukan Pegawai (3)


Jenis :
 Pemberi jasa dalam segala bidang : teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi & sosial
serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan
 Agen iklan
 Pengawas/pengelola proyek
 Pembawa pesanan/yang menemukan langganan/yang menjadi
perantara
 Petugas penjaja barang dagangan
 Petugas dinas luar asuransi
 Distributor MLM/direct selling & kegiatan sejenis lainnya

© ortax team - 2017


26
Penentuan Golongan Penerima Penghasilan

Peserta Kegiatan (1)

• Orang pribadi
• Terlibat dalam suatu kegiatan tertentu
• Menerima/memperoleh imbalan
• Terkait keikutsertaannya dalam kegiatan
tsb

© ortax team - 2017


27
Penentuan Golongan Penerima Penghasilan

Peserta Kegiatan (2)

• Peserta perlombaan dalam segala bidang


• Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan/kunjungan kerja
• Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu
• Peserta pendidikan & pelatihan
• Peserta kegiatan lainnya

© ortax team - 2017


28
Penentuan Golongan Penerima Penghasilan

Penerima Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari


Tua dan Jaminan Hari Tua

• Orang pribadi/ahli waris


• Menerima imbalan untuk pekerjaan masa
lalu
• Termasuk menerima THT/JHT

 Peserta Program Pensiun yang Masih Berstatus sbg Pegawai


 Anggota Dewan Komisaris/Pengawas yg tdk merangkap sbg Peg. Tetap pada perusahaan yang sama
 Mantan Pegawai

© ortax team - 2017


29
Penentuan Golongan Penerima Penghasilan

Tidak Termasuk WP Orang Pribadi Yang Dipotong PPh Pasal 21/26

 Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat / pejabat lain dari


negara asing dan orang yang diperbantukan, dengan syarat:
o bukan WNI
o tidak menerima penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia
o negara ybs memberikan perlakuan timbal balik
 Pejabat perwakilan organisasi internasional non-subyek pajak :
o bukan WNI
o tidak menjalankan usaha/pekerjaan/kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan di Indonesia

© ortax team - 2017


30
Jenis Penghasilan Menurut Golongan Penerima

Penerima Jenis Penghasilan


Pegawai Tetap Penghasilan teratur & tidak teratur
Pegawai Tidak Tetap / Tenaga Kerja Upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau
Lepas upah yang dibayarkan secara bulanan
Penerima Pensiun Uang pensiun, penghasilan sejenisnya
Pihak Yang Terkena PHK Uang pesangon, uang manfaat pensiun, THT/JHT, pembayaran
lain sejenis (diterima sekaligus)
Bukan Pegawai Honorarium, komisi, fee dan imbalan sejenis
Anggota Dewan Komisaris/Pengawas Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak
yg tdk merangkap sbg Peg. Tetap teratur
pada perusahaan yang sama
Mantan Pegawai Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus
atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur
Peserta Kegiatan Uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium,
hadiah/penghargaan, imbalan sejenis
Peserta Program Pensiun yang masih Penghasilan berupa penarikan dana pensiun dari dana pensiun
berstatus sebagai pegawai yang pendiriannya telah disahkan oleh MenKeu
© ortax team - 2017
31
Natura dan Kenikmatan sebagai Penghasilan

Penerimaan dalam bentuk natura/kenikmatan yang diberikan :


• WP yang dikenakan PPh Final
• WP dikenakan PPh dengan norma penghitungan khusus (deemed profit)

Penghitungan nilai natura/kenikmatan :


o Natura/barang HARGA PASAR
o Kenikmatan  NILAI WAJAR

© ortax team - 2017


32
Penghasilan dalam mata uang asing

• penghitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh


Pasal 26 didasarkan pada nilai tukar (kurs)
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
yang berlaku pada saat pembayaran
penghasilan tersebut atau pada saat
dibebankan sebagai biaya.

© ortax team - 2017


33
Penghasilan Bukan Objek PPh Pasal 21

 Klaim dari perusahaan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna,


dan beasiswa
 Natura/kenikmatan yang diberikan oleh Wajib Pajak/pemerintah

 Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang disahkan


Menteri Keuangan yang dibayar oleh pemberi kerja

 Beasiswa sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (3) UU PPh

 Bantuan/santunan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

 Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung pemberi kerja (non gross-up)

 Zakat yang diterima orang pribadi dari badan yang dibentuk dan
disahkan pemerintah

© ortax team - 2017


34
Penerima penghasilan tidak Ber-NPWP

Tarif PPh Pasal 21 :

20% lebih tinggi dari tarif sebenarnya


(120% X tarif sebenarnya)
Hanya berlaku bagi pemotongan PPh Pasal 21 Tidak Final

© ortax team - 2017


35
Saat & Tempat Terutang PPh Pasal 21/26

Saat Terutang

• Akhir bulan dilakukannya pembayaran, atau


• Akhir bulan terutangnya penghasilan ybs
(tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu)

Tempat Terutang

 Tempat Pemotong terdaftar (KPP lokasi)

© ortax team - 2017


36
Mekanisme Pemotongan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap

o Unsur-Unsur Penghitungan
o Teknis Penghitungan dan Contoh

© ortax team - 2017


Unsur-Unsur Penghitungan

Penghasilan Teratur

• Berupa gaji atau upah


• Berupa segala macam tunjangan
• Berupa imbalan dengan nama apapun
• Diberikan secara periodik berdasarkan
ketentuan yang diterapkan oleh
pemberi kerja
Definisi :
• Termasuk uang lembur

© ortax team - 2017


38
Unsur-Unsur Penghitungan

Penghasilan Tidak Teratur

• Selain penghasilan yang bersifat teratur


• Diterima sekali dalam satu tahun atau
periode lainnya
• Berupa Bonus, THR, Jasa Produksi,
Tantiem, Gratifikasi
Definisi : • Imbalan sejenis lainnya dengan nama
apapun

© ortax team - 2017


39
Unsur-Unsur Penghitungan

Mapping Jenis Penghasilan

Form 1721 - A1 (cropped)

Penghasilan Tidak Teratur

Penghasilan Teratur

© ortax team - 2017


40
Unsur-Unsur Penghitungan

Biaya Jabatan

Rumus Biaya Jabatan

5% x Total Penghasilan Bruto


(termasuk penghasilan tidak teratur)

Maksimal Biaya Jabatan :


Rp 6 Juta (setahun)
atau
Rp 500 Ribu (sebulan)

© ortax team - 2017


41
Unsur-Unsur Penghitungan

Iuran Pensiun/JHT/THT

Iuran Pensiun yang dapat menjadi pengurang adalah iuran


pensiun yang dibayar sendiri oleh pegawai kepada dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

Iuran JHT/THT yang dapat menjadi pengurang adalah iuran


JHT/THT yang dibayar sendiri oleh pegawai kepada Badan
Penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua

© ortax team - 2017


42
Unsur-Unsur Penghitungan

Iuran Pensiun dan Premi Asuransi

Bukan Penghasilan yang dikenakan


pemotongan PPh 21
Penghasilan yang dikenakan pemotongan
PPh 21

Merupakan Biaya yang boleh dikurangkan

Bukan merupakan biaya yang boleh


dikurangkan

Objek PPh 21

Bukan Objek PPh 21


© ortax team - 2017
43
Unsur-Unsur Penghitungan

PTKP (1)

Besaran (Rp)
01 Jan 2015 s.d.
Mulai 1 Jan 2016
31 Des 2015

Diri WP 36.000.000 54.000.000

Status Kawin 3.000.000 4.500.000

Tanggungan
@3.000.000 @4.500.000
(maks. 3 orang)

© ortax team - 2017


44
Unsur-Unsur Penghitungan

PTKP (2)

PTKP Karyawati
 PTKP untuk dirinya sendiri (karyawati tidak kawin)
 PTKP untuk dirinya sendiri + tanggungan (karyawati kawin)
 PTKP untuk dirinya sendiri + status kawin + tanggungan
(karyawati kawin: suami tidak berpenghasilan (surat keterangan tertulis serendah-
rendahya kecamatan)
Penentuan waktu PTKP

 Keadaan pada awal tahun kalender


 Keadaan awal bulan dari bagian tahun kalender :
pegawai baru datang & menetap di Indonesia dalam bagian tahun kalender

© ortax team - 2017


45
Unsur-Unsur Penghitungan

Penghasilan Kena Pajak (PKP)

PKP diperoleh dari Penghasilan Netto dikurang PTKP. Untuk


keperluan penerapan tarif, PKP dibulatkan ke bawah hingga
ribuan penuh.

© ortax team - 2017


46
Unsur-Unsur Penghitungan

Tarif PPh Pasal 17


Besaran (Rp)
NPWP Tidak
Penghasilan
NPWP
Lapisan 1 0 – 50 Juta 5% 6%
Lapisan 2 > 50 Juta – 250 Juta 15% 18%
Lapisan 3 > 250 Juta – 500 Juta 25% 30%
Lapisan 4 > 500 Juta 30% 36%
Contoh:
Penghasilan Kena Pajak Rp 560 juta, maka PPh 21 Terutang adalah:
NPWP Tidak NPWP

- 50 juta x 5% = Rp 2.500.000
- 200 juta x 15% = Rp 30.000.000
- 250 juta x 25% = Rp 62.500.000
- 50 juta x 6% = Rp 3.000.000
- 60 juta x 30% = Rp 18.000.000
= Rp 113.000.000 - 200 juta x 18% = Rp 36.000.000
- 250 juta x 30% = Rp 75.500.000
- 60 juta x 36% = Rp 21.600.000
= Rp 135.600.000
© ortax team - 2017
47
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Metode Penyetahunan

Cara perhitungan penyetahunan ada dua cara :


– Forecast
Penghitungan PPh 21 bersifat estimasi atau perkiraan yang dilakukan hanya pada
Defnisi
bulan ybs, tanpa memperhitungkan penghasilan pada bulan-bulan sebelumnya.
Penghitungan sebagaimana dicontohkan dalam PER - 16/PJ/2016 adalah contoh
menggunakan metode forecast.
– Weighted average
Disebut juga System Running, dimana penghitungan PPh 21 mengestimasikan
penghasilan berdasarkan penghasilan kumulatif. Metode ini memperhitungkan
penghasilan pada bulan-bulan sebelumnya.

© ortax team - 2017


48
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Penghasilan Teratur (1)


• Kewajiban subjektif sudah ada awal tahun
• Telah bekerja pada/sebelum awal tahun • Kewajiban subjektif sudah ada awal tahun
• Gaji seminggu : x 4 • Baru bekerja setelah awal tahun
• Gaji sehari : x 26 • Gaji seminggu : x 4
• Gaji sehari : x 26
Ph bruto sebulan XXX Ph bruto sebulan XXX
Biaya jabatan sebulan XXX Biaya jabatan sebulan XXX

Iuran Pensiun/JHT/THT sebulan XXX + Iuran Pensiun/JHT/THT sebulan XXX +

Total pengurang penghasilan XXX - Total pengurang penghasilan XXX -

Ph neto sebulan XXX Ph neto sebulan XXX


Ph neto setahun (x Σ bulan sejak awal XXX
Ph neto setahun (x12) XXX
bekerja sampai Desember)
PTKP setahun XXX -
PTKP setahun XXX -
PKP XXX
PKP XXX
PPh terutang (tarif pasal 17 x PKP) XXX
PPh terutang (tarif pasal 17 x PKP) XXX
PPh per bulan (PPh terutang : Σ bulan) YYY
PPh per bulan (PPh terutang :12) YYY

© ortax team - 2017


49
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Penghasilan Teratur (2)

 Kewajiban subjektif  Ph bruto sebulan XXX


baru dimulai setelah  Biaya jabatan sebulan XXX
awal tahun  Iuran Pensiun/JHT/THT sebulan XXX +
 Baru bekerja setelah XXX –
awal tahun Ph netto sebulan XXX
 Ph netto setahun (x 12 bulan) XXX
 PTKP setahun XXX –
PKP XXX
 PPh terutang (tarif PPh Pasal 17 x PKP) XXX

PPh per bulan (PPh terutang : 12 bulan) YYY

© ortax team - 2017


50
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Penghasilan Tidak Teratur

 Ph teratur setahun XXX  PPh Ph tidak


 Ph tidak teratur XXX + teratur :
Ph Bruto setahun XXX PPh Ph teratur
 Biaya jabatan setahun XXX setahun+ tidak
 Iuran Pensiun/JHT/THT setahun XXX + teratur
XXX –
Ph netto setahun XXX
dikurangi
 PTKP setahun XXX –
PKP XXX
 PPh terutang (tarif PPh Pasal 17 x PKP) XXX PPh Ph teratur
setahun

© ortax team - 2017


51
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Penghitungan Kembali Bulan Desember


PPh Pasal 21 Bulan Desember:
• PPh 21 Terutang Seluruh PKP Satu / Bagian Tahun Pajak
dikurangi
• ∑ PPh 21 Telah Dipotong Pada Masa-masa Sebelumnya
Tahun Pajak Ybs

© ortax team - 2017


52
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Berhenti bekerja sebelum bulan Desember


• Dihitung berdasarkan jumlah seluruh penghasilan teratur & tidak
teratur
• Jangka waktu selama pegawai bekerja
• Bila PPh 21 yang telah dipotong > PPh 21 terutang untuk 1 tahun
pajak:Kelebihan; Dikembalikan + Bukti Potong PPh 21 Paling lambat
akhir bulan berikutnya setelah berhenti bekerja
Berhenti bekerja sebelum bulan Desember
(meninggal dunia / meninggalkan Indonesia selama-lamanya)
 Dihitung berdasarkan jumlah seluruh penghasilan teratur & tidak teratur
 Jangka waktu disetahunkan

© ortax team - 2017


53
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

RAPEL (kenaikan gaji yang berlaku surut)

a. rapel dibagi dengan banyaknya bulan perolehan rapel tersebut


b. hasil pembagian rapel tersebut ditambahkan pada gaji setiap bulan
sebelum adanya kenaikan gaji, yang sudah dikenakan pemotongan
PPh Pasal 21;
c. PPh Pasal 21 atas gaji untuk bulan-bulan setelah ada kenaikan,
dihitung kembali atas dasar gaji baru setelah ada kenaikan;
d. PPh Pasal 21 terutang atas tambahan gaji adalah selisih antara
jumlah pajak yang dihitung kembali dikurangi jumlah pajak yang
telah dipotong.

© ortax team - 2017


54
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Contoh 1 : Penghitungan PPh Pasal 21 bagi karyawan tetap dengan Iuran Pensiun dan BPJS
Budi bekerja pada PT. B Rahayu, menikah dengan 1 Gaji Sebulan Rp 7.000.000
anak, memperoleh gaji sebulan Rp.7.000.000,- Premi JKK (0,24%) Rp 16.800
Perusahaan mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan Premi JKM (0,3%) Rp 21.000
Premi BPJS Kesehatan (4%) Rp 280.000
dan Kesehatan. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Penghasilan Bruto Rp 7.317.800
dan Premi Jaminan Kematian (JKM) dibayar oleh
perusahaan dengan jumlah masing-masing 0,24% dan Pengurang:
0,30% dari gaji. Perusahaan menanggung iuran 1. Biaya Jabatan Rp 365.890
Jaminan Hari Tua (JHT) setiap bulan sebesar 3,7% dari 2. Iuran Pensiun Rp 50.000
gaji sedangkan Budi membayar sendiri iuran JHT 3. Iuran JHT Rp 140.000
sebesar 2% dari gaji setiap bulan. Premi BPJS Rp 555.890
Kesehatan dibayar oleh Perusahaan sebesar 4% dan Penghasilan Netto Sebulan Rp 6.761.910
Penghasilan Netto Setahun Rp 81.142.920
dibayar oleh Budi sebesar 1% tiap bulannya.
PTKP (K/1)
Perusahaan membayar iuran pensiun untuk Budi ke 1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh 2. Tambahan Karena Menikah Rp 4.500.000
menteri keuangan setiap bulan sebesar Rp.100.000,-, 3. Tambahan 1 Anak Rp 4.500.000
sedangkan Budi membayar iuran pensiun sendiri Rp 63.000.000
sebesar Rp. 50.000,-. Pada April 2017 Budi hanya Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 18.142.920
menerima pembayaran berupa gaji. Berapa Pembulatan Rp 18.142.000
penghitungan PPh 21 Budi pada bulan April 2017 ?
PPh 21 Terutang (5% x 18.142.000) Rp 907.100
© ortax team - 2017
PPh 21 Bulan April 2017 (1/12 x 907.100) Rp 75.592 55
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Contoh 2 (1) : Penghitungan PPh Pasal 21 atas pembayaran uang rapel


Teguh bekerja pada PT. DTM Station PPh 21 Juli 2017 sebelum kenaikan gaji
dengan gaji sebulan sebesar Rp.5.500.000, Gaji Sebulan Rp 5.500.000
dan membayar iuran pensiun (pada 1
perusahaan dana pensiun yang telah Pengurang:
disahkan oleh Menkeu) sebesar
1. Biaya Jabatan Rp 275.000
Rp.100.000. Status Teguh adalah K/0 dan
(5% x 5.500.000)
mulai bekerja sejak 1 Januari 2012. Pada
2. Iuran Pensiun Rp 100.000
bulan Juli 2017, penghasilan Teguh hanya
Rp 375.000
dari gaji. Berapa penghitungan PPh Pasal
Penghasilan Netto Sebulan Rp 5.125.000
21 pd bln Juli 2017 ?
Penghasilan Netto Setahun
2 (12 x 5.125.000) Rp 61.500.000

Teguh pada bulan Oktober 2017 menerima PTKP (K/0)


kenaikan gaji, menjadi Rp 6.500.000,00 1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
sebulan dan berlaku surut sejak 1 Juli 2017. 2. Tambahan Karena Menikah Rp 4.500.000
Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku Rp 58.500.000
surut tersebut maka Teguh menerima rapel Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 3.000.000
sejumlah Rp 3.000.000,00 (kekurangan gaji
untuk masa Juli s.d. September 2017). Hitung PPh 21 Terutang (5% x 3.000.000) Rp 150.000
PPh Pasal 21 atas uang rapel tsb !
© ortax team - 2017 PPh 21 56
Bulan Juli 2017 (1/12 x 150.000) Rp 12.500
56
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Contoh 2 (2) : PPh 21 Juli 2017 setelah kenaikan gaji

Untuk menghitung PPh Pasal 21 Gaji Rp 6.500.000


atas uang rapel tersebut, terlebih
Pengurang:
dahulu dihitung kembali PPh
1. Biaya Jabatan Rp 325.000
Pasal 21 untuk masa Juli s.d.
(5% x 6.500.000)
September 2017 atas dasar 2. Iuran Pensiun Rp 100.000
penghasilan setelah ada kenaikan Rp 425.000
gaji. Penghasilan Netto Sebulan Rp 6.075.000
Penghasilan Netto Setahun
Dengan demikian penghitungan (12 x 6.075.000) Rp 72.900.000
PPh Pasal 21 terutang untuk
bulan Juli adalah sebagai berikut : PTKP (K/0)
1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
2. Tambahan Karena Menikah Rp 4.500.000
Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 14.400.000

PPh 21 Terutang (5% x 14.400.000) Rp 720.000

© ortax team - 2017 PPh 21 Bulan


57 Juli 2017 (1/12 x 720.000) Rp 60.000
57
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Contoh 2 (3) :

Jika diasumsikan penghasilan untuk bulan Agustus dan September 2017 sama dengan
bulan Juli 2017, maka penghitungan PPh 21 atas Rapel adalah sebagai berikut :

PPh 21 Oktober?
PPh 21 atas Rapel

© ortax team - 2017


58
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Contoh 3 (1) : Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur

Joko Qurnain (tidak kawin) bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan memperoleh gaji sebesar Rp
5.000.000,00 sebulan. Pada bulan Oktober 2017 Joko Qurnain memperoleh bonus sebesar Rp
5.000.000,00 sehingga pada bulan Oktober 2017 Joko Qurnain memperoleh penghasilan berupa
gaji sebesar Rp 5.000.000,00 dan bonus sebesar Rp 5.000.000,00. Setiap bulannya Joko Qurnain
membayar iuran pensiun ke dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan sebesar Rp 100.000,00. Hitung PPh 21 atas bonus !

© ortax team - 2017


59
Teknis Penghitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap

Contoh 3 (2) :
Step 1 : hitung PPh 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun) Step 2 : hitung PPh 21 atas Gaji saja (penghasilan setahun)
Gaji Setahun (12 x 5.000.000) Rp 60.000.000 Gaji Setahun (12 x 5.000.000) Rp 60.000.000
Bonus Rp 5.000.000 Bonus Rp -
Penghasilan Bruto Setahun Rp 65.000.000 Penghasilan Bruto Setahun Rp 60.000.000

Pengurang: Pengurang:
1. Biaya Jabatan Setahun Rp 3.250.000 1. Biaya Jabatan Setahun Rp 3.000.000
2. Iuran Pensiun Setahun Rp 1.200.000 2. Iuran Pensiun Setahun Rp 1.200.000
Rp 4.450.000 Rp 4.200.000
Penghasilan Netto Setahun Rp 60.550.000 Penghasilan Netto Setahun Rp 55.800.000

PTKP (TK/0) PTKP (TK/0)


- Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000 - Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 6.550.000 Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 1.800.000
Pembulatan Rp 6.550.000 Pembulatan Rp 1.800.000

PPh 21 Terutang (5% x 6.650.000) Rp 327.500 PPh 21 Terutang (5% x 1.800.000) Rp 90.000

Step 3 : hitung PPh 21 atas Bonus : Rp. 327.500 - Rp. 90.000 = 237.500
© ortax team - 2017
PPh 21 bulan Oktober 2017 ??
60
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Contoh 4 : Penghitungan PPh Pasal 21 atas pegawai yang kewajiban pajak subjektifnya
sebagai Subjek Pajak dalam negeri sudah ada sejak awal tahun kalender tetapi baru bekerja
pada pertengahan tahun Gaji Rp 16.000.000

Budiyanta bekerja pada PT Siang Pengurang:


Malam sebagai pegawai tetap 1. Biaya Jabatan
sejak 1 September 2017. (5% x 16.000.000) = 800.000
Budiyanta menikah tetapi belum diperkenankan Rp 500.000
2. Iuran Pensiun Rp 150.000
punya anak. Gaji sebulan adalah
Rp 650.000
sebesar Rp 16.000.000,00 dan Penghasilan Netto Sebulan Rp 15.350.000
iuran pensiun yang dibayar tiap Penghasilan Netto Setahun
bulan sebesar Rp 150.000,00. (4 x 15.350.000) Rp 61.400.000
Budiyanta hanya memperoleh
penghasilan berupa gaji. PTKP (K/0)
1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
Hitung PPh Pasal 21 untuk bulan 2. Tambahan Karena Menikah Rp 4.500.000
September 2017 ! Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 2.900.000
Pembulatan Rp 2.900.000

PPh 21 Terutang (5% x 2.900.000) Rp 145.000


© ortax team - 2017
PPh 21 Bulan September 2017 145.000 : 4 Rp 36.250 61
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Contoh 5 (1) : Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai Yang Masih Memiliki Kewajiban Pajak
Subjektif Berhenti Bekerja Pada Tahun Berjalan

Arip Marwanto yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT Mahakam Utama di
Yogyakarta - DIY. Sejak 1 Juli 2017, yang bersangkutan berhenti bekerja di PT Mahakam Utama.
Gaji Arip Marwanto setiap bulan sebesar Rp 8.000.000,00 dan yang bersangkutan membayar
iuran pensiun kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telah mendapat persetujuan Menteri
Keuangan sejumlah Rp 100.000,00 setiap bulan. Selama bekerja di PT Mahakam Utama Arip
Marwanto hanya menerima penghasilan berupa gaji saja.

Hitung PPh 21 Arip Marwanto !

© ortax team - 2017


62
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Contoh 5 (2) : Penghitungan PPh 21 yang dipotong setiap bulan :


Gaji Rp 8.000.000

Pengurang:
1. Biaya Jabatan
(5% x 8.000.000) Rp 400.000
2. Iuran Pensiun Rp 100.000
Rp 500.000
Penghasilan Netto Sebulan Rp 7.500.000
Penghasilan Netto Setahun
(12 x 7.500.000) Rp 90.000.000

PTKP (TK/0)
1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 36.000.000


Pembulatan Rp 36.000.000

PPh 21 Terutang (5% x 2.900.000) Rp 1.800.000

PPh 21 Setiap Bulan Rp 150.000


© ortax team - 2017
1.800.000 : 12 63
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Penghitungan PPh 21 pada Masa Pajak Terakhir (Juni 2017)


Contoh 5 (3) : Gaji (Januari s.d Juni) Rp 48.000.000
8.000.000 + 8.000.000 + 8.000.000 +
8.000.000 + 8.000.000 + 8.000.000

Catatan : Pengurang:
Kelebihan Potong PPh 21 1. Biaya Jabatan
sebesar Rp. 750.000,- (5% x 48.000.000) Rp 2.400.000
dikembalikan dan kepada 2. Iuran Pensiun
ybs diberikan bukti potong (6 x 100.000) Rp 600.000
Rp 3.000.000
(1721 A1) paling lama satu
Penghasilan Netto 6 bulan Rp 45.000.000
bulan sejak ybs berhenti
bekerja PTKP (TK/0)
1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp -


Pembulatan Rp -

PPh 21 Terutang Jan s.d. Juni 2017 Rp -

PPh 21 yang sudah dipotong


Jan s.d. Mei 2017 (5 Bulan) 150.000 X 5 Rp 750.000
© ortax team - 2017 64 Potong
PPh Pasal 21 Lebih Rp 750.000
64
Metode Pemotongan PPh 21 Pegawai Tetap

o Gross Method
o Net Method
o Gross Up Method
o Mixed Method

© ortax team - 2017


Metode Pemotongan PPh 21 Pegawai Tetap

Gross method
Metode dimana pemberi kerja melakukan pemotongan PPh Pasal 21
langsung dari penghasilan karyawan.
Net method
Metode dimana PPh Pasal 21 yang terutang oleh karyawan
Defnisi
ditanggung oleh pemberi kerja dalam bentuk benefit in kind.
Gross up method
Metode dimana pemberi kerja memberikan tunjangan pajak atas
seluruh penghasilan yang diterima oleh karyawan.
Mixed method
Metode dimana pemberi kerja hanya memberikan tunjangan pajak
atas beberapa jenis penghasilan saja.

© ortax team - 2017 66


66
Gross Method (1)

Karyawan menanggung beban pajaknya sendiri. Metode untuk menghitung PPh Pasal
21 yang dibebankan kepada karyawan dikenal dengan Metode Gross (Gross Method).
Dengan metode ini penghasilan yang diterima karyawan akan berkurang sebesar PPh
Pasal 21 yang dipotong oleh perusahaan.

© ortax team - 2017 67


67
Gross Method (2)

ilustrasi :

© ortax team - 2017


68
Net Method (1)

Perusahaan menanggung beban pajak karyawan baik sebagian maupun seluruhnya


dalam bentuk Benefit in Kind (BIK). Metode untuk menghitung PPh Pasal 21 yang
ditanggung oleh perusahaan dalam bentuk Benefit in Kind (BIK) dikenal dengan
Metode Net (Net Method).

Dengan metode ini penghasilan yang diterima karyawan dapat diterima secara utuh
tanpa adanya pengurangan PPh Pasal 21, kecuali jika perusahaan hanya menanggung
sebagian.

Pemilihan metode ini membutuhkan analisa komprehensif karena


selain menjadi beban, pengeluaran perusahaan untuk menanggung
PPh Pasal 21 karyawan tidak dapat dibebankan secara fiskal dalam
menghitung PPh Badan.
© ortax team - 2017
69
Net Method (2)

ilustrasi :

© ortax team - 2017


70
Gross Up Method (1)

Tunjangan Pajak

Perusahaan menanggung beban pajak karyawan baik sebagian maupun seluruhnya


dengan cara memberikan tunjangan pajak. Pemberian tunjangan pajak sifatnya sama
dengan tunjangan lainnya. Penghasilan karyawan yang bersangkutan akan bertambah
dengan diberikannya tunjangan pajak.

Tunjangan Pajak dapat diberikan secara Flat (tetap) maupun dengan melakukan
Gross Up (Jumlahnya tidak tetap melainkan disesuaikan dengan besarnya pajak yang
harus dipotong dari penghasilan karyawan atau proporsional).

Besarnya tunjangan pajak yang diberikan secara Flat (Flat Method) biasanya akan
berbeda dengan PPh Pasal 21 yang sesungguhnya harus dipotong.

© ortax team - 2017


71
Gross Up Method (2)

Besarnya tunjangan pajak yang diberikan secara Gross up atau dikenal dengan
Metode Gross up (Gross up Method) akan sama dengan PPh Pasal 21 yang
sesungguhnya. Metode gross up memberikan tunjangan pajak sebesar 100% dari PPh
yang harus dipotong. Dalam praktek, tunjangan pajak biasanya diberikan dengan
metode gross up.

Istilah gross up sendiri sebenarnya tidak dikenal dan tidak disebutkan secara eksplisit
diberbagai peraturan perpajakan secara formal. Gross up pada dasarnya hanya
berkaitan dengan logika perhitungan yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
bertentangan dengan ketentuan perpajakan.

© ortax team - 2017


72
Gross Up Method (3)

Pemilihan metode gross up membutuhkan analisa komprehensif


meskipun pengeluaran perusahaan untuk menanggung PPh Pasal
21 karyawan secara fiskal dapat dibebankan sebagai biaya dalam
menghitung PPh Badan. Jika perusahan sedang mengalami
kerugian, tentu saja pilihan ini tidak menguntungkan karena beban
yang harus dipikul oleh perusahaan menjadi semakin besar
mengingat tunjangan pajak akan menambah penghasilan
karyawan yang tentunya akan menambah besarnya PPh Pasal 21.

© ortax team - 2017


73
Gross Up Method (4)

ilustrasi :

© ortax team - 2017


74
Mixed Method (1)

Dalam praktek sering ditemukan perusahaan yang mengkombinasikan metode


pemotongan untuk menghitung PPh 21 karyawan. Metode ini dikenal dengan
Metode Mixed (Mixed Method). Metode ini bertujuan untuk membagi beban pajak
sehingga dapat dihitung PPh Pasal 21 yang harus ditanggung perusahaan maupun
PPh Pasal 21 yang harus ditanggung oleh karyawan.

Metode Mixed merupakan kebijakan perusahaan terkait remunerasi karyawan yang


tentunya harus mempertimbangkan berbagai aspek dan idealnya tertuang di dalam
kontrak kerja.

Sama halnya dengan metode gross up, metode mixed pada dasarnya hanya berkaitan
dengan logika perhitungan yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan
dengan ketentuan perpajakan. Tidak ada standar baku, perusahaan dapat membuat
beberapa alternatif penghitungan metode mixed yang sesuai dengan kondisi
perusahaan.
© ortax team - 2017
75
Mixed Method (2)

Dalam praktek, perusahaan biasanya menggabungkan antara metode gross dengan


metode gross up.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan perusahaan untuk menerapkan metode
mixed adalah dengan memisahkan penghitungan antara penghasilan yang PPh Pasal
21-nya menjadi beban karyawan dan penghasilan PPh Pasal 21-nya menjadi beban
perusahaan.

© ortax team - 2017


76
Mixed Method (3)

Kasus :

Perusahaan di bidang penjualan software komputer memiliki karyawan yang bertugas


untuk memasarkan produknya (marketing). Selain mendapatkan Gaji dan tunjangan-
tunjangan, karyawan tersebut mendapatkan Insentif Penjualan. Dalam kontrak kerja,
perusahaan akan menanggung PPh Pasal 21 untuk penghasilan berupa gaji dan
tunjangan-tunjangan dengan memberikan tunjangan pajak secara gross up.
Sedangkan PPh Pasal 21 atas Insentif Penjualan, perusahaan akan membebankannya
langsung kepada karyawan (PPh 21 ditanggung oleh karyawan).

Secara umum PPh Pasal 21 ditanggung oleh perusahaan dengan memberikan


tunjangan pajak secara gross up namun terdapat jenis penghasilan yang PPh Pasal
21-nya ditanggung oleh karyawan

© ortax team - 2017


77
Mixed Method (4)
ilustrasi :

Status: TK/0

Insentif Penjualan

21

22

78
Metode Penyetahunan
o Forecast
o Weighted average

© ortax team - 2017


Metode Penyetahunan Forecast

Forecast

Penghitungan PPh 21 bersifat estimasi atau perkiraan yang dilakukan hanya pada
bulan ybs, tanpa memperhitungkan penghasilan pada bulan-bulan sebelumnya.
Penghitungan sebagaimana dicontohkan dalam PER - 16/PJ/2016 adalah contoh
menggunakan metode forecast.
Defnisi

© ortax team - 2017


80
Metode Penyetahunan Weighted Average

Weighted Average (1)


Disebut juga System Running, dimana penghitungan PPh 21
mengestimasikan penghasilan berdasarkan penghasilan kumulatif.
Metode ini memperhitungkan penghasilan pada bulan-bulan
sebelumnya.

Januari Februari s/d Desember

Awal bulan ; penghitungan • Memperhitungkan penghasilan pada bulan2 sebelumnya (dijumlahkan)


sama dengan forecast • Memperhitungkan pengurang pada bulan2 sebelumnya (dijumlahkan)

• Penghasilan Neto Setahun = Penghasilan Neto X (estimasi masa kerja/realisasi masa kerja)

• PPh 21 sebulan = PPh 21 Setahun X (realisasi masa kerja/ estimasi masa kerja)
© ortax team - 2017
81
Metode Penyetahunan Weighted Average

Weighted Average (2) - Ilustrasi

Status : K3
PMK No 162/PMK.011/2012
Awal bulan ; penghitungan • Penghasilan Neto Setahun = Penghasilan Neto X
sama dengan forecast (estimasi masa kerja/realisasi masa kerja) 
9.200.000 X (12/2) = 55.200.000
• PPh 21 sebulan = PPh 21 Setahun X (realisasi
masa kerja/ estimasi masa kerja) 
© ortax team - 2017 1.140.000 X (2/12) = 190.000
82
Kondisi Subjektif Pegawai Tetap
 Kondisi Subjektif
 Kewajiban pajak subjektif dan objektifnya sudah ada pada awal tahun
 Kewajiban pajak subjektif sudah ada pada awal tahun namun kewajiban
pajak objektifnya baru ada setelah awal tahun
 Kewajiban pajak subjektif dan objektif baru ada setelah awal tahun, atau
kewajiban pajak subjektifnya berakhir sebelum akhir tahun

© ortax team - 2017


Kondisi Subjektif (1)

Untuk menghitung PPh Pasal 21 yang terutang dalam satu bulan terlebih dahulu kita
harus mencari jumlah penghasilan netto setahun atau disetahunkan.
Hal tersebut perlu dilakukan karena PTKP khususnya untuk penghitungan PPh Pasal
21 terutang pegawai tetap dihitung selama setahun. Hak atas PTKP sebanding dengan
kewajiban pajak subjektif yang dimiliki oleh orang pribadi.

Akurasi penghitungan PPh Pasal 21 sangat dipengaruhi oleh kondisi subjektif dari
masing-masing pegawai tetap baik itu untuk penghitungan Masa maupun
penghitungan Masa Pajak Terakhir yaitu pada saat kita akan menentukan besarnya
penghasilan netto setahun/disetahunkan dan menentukan besarnya PPh Pasal 21
terutang.

© ortax team - 2017


84
Kondisi Subjektif (2)

Penjabaran terkait Kewajiban Pajak Subjektif dapat dilihat dalam UU PPh


Pasal 2A. Kewajiban pajak subjektif dimulai pada saat seseorang dilahirkan
atau saat pertama seseorang tinggal di Indonesia. Kewajiban pajak subjektif
berakhir ketika seseorang meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia
untuk selama-lamanya.

© ortax team - 2017


85
Kewajiban pajak subjektif dan objektifnya
sudah ada pada awal tahun

Antara Lain :
Pegawai Tetap yang Bekerja Satu Tahun Penuh

Pegawai Tetap yang berhenti bekerja dalam tahun berjalan

Pegawai Tetap yang dipindahkan ke Kantor Pusat atau Cabang Lainnya

Pegawai Tetap pindahan dari Pusat atau Cabang lainnya atau pindahan dari
perusahaan yang berbeda (membawa Formulir 1721 A1)

Pegawai tetap dengan kondisi ini diasumsikan akan terus berada di Indonesia
dan bekerja sampai akhir tahun meskipun realisasinya belum tentu demikian.
Dengan asumsi tersebut maka kewajiban pajak subjektifnya dianggap satu tahun
© ortax team - 2017 penuh sehingga berhak atas PTKP sebagai pengurang yang juga setahun penuh.
86
Kewajiban pajak subjektif sudah ada pada awal tahun
namun kewajiban pajak objektifnya baru ada setelah
awal tahun

Pegawai Tetap yang baru masuk kerja pada tahun berjalan dan
sebelumnya tidak bekerja

Termasuk pegawai tetap yang sebelumnya bekerja di perusahaan lain namun tidak
membawa Bukti Potong 1721 –A1

© ortax team - 2017


87
Kewajiban pajak subjektif dan objektif baru ada setelah
awal tahun, atau kewajiban pajak subjektifnya berakhir
sebelum akhir tahun

Antara Lain :

Pegawai Tetap WNA/Ekspatriate yang baru masuk/berhenti kerja di


tengah tahun

Pegawai Tetap yang meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya

Pegawai Tetap yang meninggal dunia

© ortax team - 2017


88
Pegawai Tetap yang Bekerja Satu Tahun Penuh
Pegawai Tetap yang berhenti bekerja dalam tahun
berjalan

Penghitungan setiap masa Penghitungan Masa Pajak


(selain Masa Pajak Terakhir) Terakhir
Ph bruto sebulan XXX
• PPh 21 Terutang untuk Satu
Biaya jabatan sebulan XXX
Tahun Pajak atau bagian tahun
Iuran Pensiun/JHT/THT sebulan XXX +
pajak
Total pengurang penghasilan XXX -

Ph neto sebulan XXX


dikurangi
Ph neto setahun (x12) XXX • ∑ PPh 21 Telah Dipotong Pada
Masa-masa Sebelumnya Tahun
PTKP setahun XXX - Pajak Ybs
PKP XXX

PPh terutang (tarif pasal 17 x PKP) XXX

PPh per bulan (PPh terutang :12) YYY


Untuk Pegawai Tetap yang berhenti bekerja
dalam tahun berjalan, PPh 21 Masa Pajak
Terakhir dapat menimbulkan LEBIH BAYAR
© ortax team - 2017 89
89
Pegawai Tetap yang dipindahkan ke Kantor Pusat
atau Cabang Lainnya (1)

Pegawai Tetap dapat saja dipindahkan ke Kantor Pusat atau Cabang lainnya.
Kejadian ini biasanya terjadi pada perusahaan yang memiliki beberapa
cabang. Dalam PER - 16/PJ/2016 kejadian ini disebut dengan istilah Pegawai
yang dipindahtugaskan dalam tahun berjalan.
Dalam satu tahun pegawai tetap tersebut berarti memperoleh penghasilan
dari dua pemotong pajak atau lebih yang sebenarnya masih berada dalam
satu lingkungan perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan koordinasi
antara tempat kerja yang lama dengan tempat kerja yang baru. Tempat kerja
yang lama harus melakukan finalisasi dari asumsi yang telah dibuatnya pada
awal tahun. Dalam melakukan finalisasi perlu dilakukan penyesuaian dalam
penghitungan PPh Pasal 21 yang dikenal dengan istilah “Disetahunkan”.

© ortax team - 2017


90
Pegawai Tetap yang dipindahkan ke Kantor Pusat
atau Cabang Lainnya (2)

Penghitungan setiap masa Penghitungan Masa Pajak


(selain Masa Pajak Terakhir) Terakhir
Ph bruto sebulan XXX
• Peghasilan Netto Disetahunkan =
Biaya jabatan sebulan XXX
Penghasilan Netto N bulan x 12/N
Iuran Pensiun/JHT/THT sebulan XXX +

Total pengurang penghasilan XXX - • PPh 21 Terutang N bulan = PPh Pasal


Ph neto sebulan XXX 21 Terutang disetahunkan X N/12
Ph neto setahun (x12) XXX N = ∑ bln ybs bekerja
PTKP setahun XXX -

PKP XXX  PPh 21 Terutang N bulan


PPh terutang (tarif pasal 17 x PKP) XXX

PPh per bulan (PPh terutang :12) YYY


dikurangi
 ∑ PPh 21 Telah Dipotong Pada
Masa-masa Sebelumnya Tahun
© ortax team - 2017
Pajak Ybs 91
Pegawai Tetap pindahan dari Pusat atau Cabang lainnya
atau pindahan dari perusahaan yang berbeda
(membawa Formulir 1721 A1)

Kewajiban pajak subjektif dan objektif dari pegawai seperti ini sudah
ada sejak awal tahun, karena yang bersangkutan telah bekerja
sebelumnya. Sehingga informasi yang berkaitan dengan PPh Pasal 21
untuk pegawai ini harus diperhitungkan baik untuk penghitungan Masa
maupun penghitungan Masa Pajak Terakhir

© ortax team - 2017


92
Pegawai Tetap pindahan dari Pusat atau Cabang lainnya
atau pindahan dari perusahaan yang berbeda
(membawa Formulir 1721 A1)

Penghitungan setiap masa Penghitungan Masa Pajak


(selain Masa Pajak Terakhir) Terakhir

Ph bruto sebulan XXX • Peghasilan Netto setahun = (∑ Ph


Pengurang XXX- Neto X N) + Ph sebelumnya
Ph neto sebulan XXX
• PPh 21 setahun/ disetahunkan = PPh
Ph Neto sebelumnya XXX+
21 atas PKP - PPh 21 sebelumnya
Ph neto setahun XXX
(Ph Neto sebulan X N)+Ph sebelumnya
PTKP setahun XXX -

PKP XXX  PPh 21 Terutang N bulan


PPh 21 terutang (tarif pasal 17 x PKP) XXX

PPh 21 sebelumnya XXX -


dikurangi
PPh 21 setahun/disetahunkan XXX  ∑ PPh 21 Telah Dipotong Pada
PPh 21 sebulan YYY Masa-masa Sebelumnya Tahun
Pajak Ybs
© ortax team - 2017
93
Pegawai Tetap yang baru masuk kerja pada tahun
berjalan dan sebelumnya tidak bekerja

Penghitungan setiap masa Penghitungan Masa Pajak


(selain Masa Pajak Terakhir) Terakhir

Ph bruto sebulan XXX


• PPh 21 Terutang untuk Satu
Biaya jabatan sebulan XXX
Tahun Pajak
Iuran Pensiun/JHT/THT sebulan XXX +
Total pengurang penghasilan XXX - dikurangi
Ph neto sebulan XXX
Ph neto setahun (x Σ bulan sejak awal XXX • ∑ PPh 21 Telah Dipotong Pada
bekerja sampai Desember) Masa-masa Sebelumnya Tahun
PTKP setahun XXX - Pajak Ybs
PKP XXX
PPh terutang (tarif pasal 17 x PKP) XXX
PPh per bulan (PPh terutang : Σ bulan) YYY

© ortax team - 2017


94
Pegawai tetap dengan kondisi kewajiban pajak
subjektifnya tidak setahun penuh (1)

Bagi mereka yang kewajiban pajak subjektifnya tidak setahun penuh


mestinya tidak berhak atas hak PTKP selama satu tahun namun
mengingat PTKP khususnya untuk penghitungan PPh Pasal 21 terutang
pegawai tetap tidak mengenal istilah PTKP per bulan maka perlu
dilakukan penyesuaian dalam penghitungan PPh Pasal 21 yang dikenal
dengan istilah “Disetahunkan”.

© ortax team - 2017


95
Pegawai tetap dengan kondisi kewajiban pajak
subjektifnya tidak setahun penuh (2)

Penghitungan setiap masa Penghitungan Masa Pajak


(selain Masa Pajak Terakhir) Terakhir
Ph bruto sebulan XXX
• Peghasilan Netto Disetahunkan =
Biaya jabatan sebulan XXX
Penghasilan Netto N bulan x 12/N
Iuran Pensiun/JHT/THT sebulan XXX +

Total pengurang penghasilan XXX - • PPh 21 Terutang N bulan = PPh Pasal


Ph neto sebulan XXX 21 Terutang disetahunkan X N/12
Ph neto setahun (x12) XXX N = ∑ bln ybs bekerja
PTKP setahun XXX -

PKP XXX  PPh 21 Terutang N bulan


PPh terutang (tarif pasal 17 x PKP) XXX

PPh per bulan (PPh terutang :12) YYY


dikurangi
 ∑ PPh 21 Telah Dipotong Pada
Masa-masa Sebelumnya Tahun
© ortax team - 2017
Pajak Ybs 96
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Ringkasan
Penghasilan Neto Tidak Disetahunkan Penghasilan Neto Disetahunkan

1. Karyawan yang kewajiban pajak subjektifnya 1. Karyawan yang kewajiban pajak subjektifnya
sudah berada sejak awal tahun, tetapi mulai sebagai SPDN dimulai setelah permulaan tahun
bekerja setelah bulan Januari. Dengan kata pajak. Dengan kata lain : Pendatang dari luar
lain : Karyawan yang mulai bekerja setelah negeri bekerja dalam periode berjalan
bulan Januari
2. Karyawan yang kewajiban pajak subjektifnya 2. Karyawan yang kewajiban pajak subjektifnya
sudah berada sejak awal tahun, tetapi sebagai SPDN berakhir dalam tahun pajak.
berhenti bekerja dalam tahun berjalan. Dengan kata lain : Pendatang dari luar negeri
Dengan kata lain : Karyawan yang berhenti berhenti bekerja dalam periode berjalan
bekerja setelah bulan Januari
3. Pegawai yang berhenti bekerja karena
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
4. Pegawai yang pindah ke kantor pusat atau
cabang lainnya pada pemberi kerja yang sama
5. Karyawan yang berhenti bekerja karena
meninggal dunia
© ortax team - 2017
97
Contoh : Pindah Cabang

Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai yang dipindahtugaskan Dalam tahun
berjalan

Prasetyo Rahmat yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT Nusantara Mandiri di
Jakarta. Sejak 1 Juli 2017 dipindahtugaskan ke kantor cabang di Surabaya.
Gaji Prasetyo Rahmat sebesar Rp 5.500.000,00 dan pembayaran iuran pensiun yang dibayar
sendiri sebulan sejumlah Rp100.000,00. Selama bekerja di PT Nusantara Mandiri, Prasetyo
Rahmat hanya menerima penghasilan berupa gaji saja.
Hitung PPh 21 Prasetyo Rahmat baik di kantor pusat maupun kantor cabang !

© ortax team - 2017


98
Soal : Pindah Perusahaan/Pemberi Kerja Lain

Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai yang berhenti bekerja dan pindah ke
pemberi kerja lain dengan membawa bukti potong 1721 A1

Agus Saparudin yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT ABC. Sejak 1 Juni 2017
berhenti bekerja dan pindah ke PT DEF.
Gaji Agus Saparudin sebesar Rp5.500.000,00 dan pembayaran iuran pensiun yang dibayar sendiri
sebulan sejumlah Rp100.000,00. Selama bekerja di PT ABC maupun DEF (jumlah penghasilan
diasumsikan sama) Agus Saparudin hanya menerima penghasilan berupa gaji saja.
Hitung PPh 21 Agus Saparudin baik di PT ABC maupun PT DEF !

© ortax team - 2017


99
Soal : Ekspatriat

Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan Ekspatriat

Neill Mc Leary adalah seorang pegawai tetap yang berada di Indonesia pada bulan Juli
2017. Neill berada di Indonesia s.d Desember 2018. Gaji Neil sebulan
Rp.22.500.000,00. Neill Mc Leary berstatus menikah dengan 1 anak.

Hitung PPh 21 Neill Mc Leary pada bulan Juli 2017 dan Desember 2017 (jika
diasumsikan Neill memperoleh penghasilan yang sama setiap bulan) !

© ortax team - 2017


100
Standarisasi Gaji

Pedoman standar gaji karyawan asing digunakan dalam hal:


1. terdapat petunjuk bahwa pembukuan Wajib Pajak tidak benar sehingga tidak
dapat dihitung besarnya pajak yang seharusnya terutang;
2. diperoleh bukti yang menunjukkan bahwa terdapat pembayaran gaji karyawan
asing yang tidak seluruhnya dibukukan untuk pelunasan PPh Pasal 21 atau Pasal
26;
Defnisi
3. Pemeriksa tidak mendapatkan data yang dapat digunakan untuk menentukan
jumlah gaji karyawan asing dalam rangka penetapan jumlah PPh Pasal 21 atau
Pasal 26 yang terutang.

Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-173/PJ./2002 tanggal 22 Mei 2002

© ortax team - 2017


101
Mekanisme Pemotongan PPh Pasal 21 Selain Pegawai Tetap

o Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas


o Bukan Pegawai
o Peserta Kegiatan
o Lainnya

© ortax team - 2017


Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Upah harian/mingguan/
Dibayarkan bulanan
satuan/borongan

Rata-rata penghasilan sehari adalah


rata-rata upah mingguan, upah satuan,
atau upah borongan untuk setiap hari
kerja yang digunakan

© ortax team - 2017


103
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Teknis Penghitungan - Upah harian/mingguan/satuan/borongan (1)

Penghasilan Sehari Penghasilan Kumulatif Tarif dan DPP


Sebulan
< Rp 450.000 < Rp 4.500.000 Tidak dilakukan pemotongan PPh 21

> Rp 450.000
Defnisi
< Rp 4.500.000 5% x (Upah-Rp 450.000)

> Rp 450.000
> Rp 4.500.000 5% x (Upah – PTKP/360)
< Rp 450.000

Tarif Pasal 17 x
> Rp 450.000
> 10.200.000 Jumlah Penghasilan Kena Pajak yang
< Rp 450.000
disetahunkan

Cfm: PMK 102/PMK.010/2016 & PER-16/PJ/2016


© ortax team - 2017
104
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Teknis Penghitungan - Upah harian/mingguan/satuan/borongan (2)

Jumlah Upah Kumulatif dalam satu bulan


melebihi Rp 10.200.000

Dikali 12

Dikurangi PTKP Setahun

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun

Dibagi 12

PPh Pasal 21 Sebulan

© ortax team - 2017


105
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Teknis Penghitungan - Upah bulanan

Upah dibayarkan bulanan

Dikali 12

Dikurangi PTKP Setahun

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun

Dibagi 12

PPh Pasal 21 Sebulan

© ortax team - 2017


106
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Contoh 1 (1) : Upah Harian

Nurcahyo dengan status belum menikah pada bulan Agustus 2017 bekerja sebagai buruh harian
PT Cipta Mandiri Sejahtera. la bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp
450.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21
1 Sampai dengan hari ke-10, karena jumlah
Upah Sehari Rp 450.000
Dikurangi kumulatif upah yang diterima belum
Batas Upah Harian tidak dilakukan Pemotongan PPh 21 Rp 450.000 melebihi Rp.4.500.000,- maka tidak ada
PPh 21 dipotong atas Upah Sehari Rp - PPh 21 yang dipotong

Upah s.d hari ke - 11


Jika ternyata Nurcahyo pada masih 11 x Rp 450.000 Rp 4.950.000
2
menerima upah pada hari ke-11, maka PTKP Sebenarnya
jumlah kumulatif yang diterima melebihi 11 x (Rp 54.000.000/360) Rp 1.650.000
Rp. 4.500.000,-. PPh 21 dihitung Upah di atas RP 450.000 sehari Rp 3.300.000
berdasarkan upah setelah dikurangi
PTKP yang sebenarnya. PPh 21 terutang s.d hari ke - 11
5% x Rp 3.300.000 Rp 165.000
Hari Ke-12 ?? PPh 21 yang telah dipotong s.d hari ke - 10 Rp -
Upah Sehari Rp 450.000 PPh 21 yang telah dipotong pada hari ke - 11 Rp 165.000
PTKP Sehari Rp 150.000
© ortax team - 2017 PKP Rp 300.000 Upah bersih yang diterima Nurcahyo pada hari ke - 11
PPh 21 Rp 15.000 Rp 450.000 - Rp 165.000 = Rp 285.000 107
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Contoh 2: Upah Satuan

Rizal Fahmi (belum menikah) Penghitungan PPh Pasal 21


adalah seorang karyawan Upah Borongan Sehari (Rp 3.000.000 : 6 ) Rp 500.000
yang bekerja sebagai perakit Dikurangi
TV pada suatu perusahaan Batas Upah Harian tidak dilakukan Pemotongan PPh 21 Rp 450.000
Upah di atas RP 450.000 sehari Rp 50.000
elektronika. Upah yang
dibayar berdasarkan atas
Upah Borongan terutang pajak
jumlah unit/satuan yang
6 x RP 50.000 Rp 300.000
diselesaikan yaitu Rp
100.000,00 per buah TV dan PPh 21 (Mingguan)
dibayarkan tiap minggu. 5% x Rp 100.000 Rp 15.000
Dalam waktu 1 minggu (6
hari kerja) dihasilkan
sebanyak 30 buah TV dengan
upah Rp 3.000.000,00

© ortax team - 2017


108
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Contoh 3: Upah Borongan

Mawan mengerjakan dekorasi Penghitungan PPh Pasal 21


sebuah rumah dengan upah Upah Borongan Sehari (Rp 1.000.000 :2 ) Rp 500.000
borongan sebesar Rp Dikurangi
Batas Upah Harian tidak dilakukan Pemotongan PPh 21 Rp 450.000
1.000.000,00, pekerjaan
Upah di atas RP 450.000 sehari Rp 50.000
diselesaikan dalam 2 hari.
Upah Borongan terutang pajak
2 x RP 50.000 Rp 100.000

PPh 21
5% x Rp 100.000 Rp 5.000

© ortax team - 2017


109
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Contoh 4: Upah dibayarkan secara bulanan

Bagus Hermanto bekerja pada Penghitungan PPh Pasal 21


perusahaan elektronik dengan dasar Upah Juli 2017 (20 X 300.000) Rp 6.000.000
upah harian yang dibayarkan Penghasilan Netto Setahun Rp 72.000.000
bulanan. Dalam bulan Juli 2017
Bagus Hermanto hanya bekerja 20 PTKP (K/0)
hari kerja dan upah sehari adalah Rp 1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
300.000,00. Bagus Hermanto 2. Tambahan krn Menikah Rp 4.500.000
menikah tetapi belum memiliki Rp 58.500.000
anak. Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 13.500.000

PPh 21 Setahun
5% X 13.500.000 Rp 675.000

PPh 21 Sebulan
675.000 : 12 Rp 56.250

© ortax team - 2017


110
Bukan Pegawai

Menghitung PPh 21 Bukan Pegawai (1)

PPh Pasal 21 Bukan Pegawai

Berkesinambungan Berkesinambungan
Tidak Berkesinambungan
cfm.Pasal 13 (1) PER -16/PJ/2016 exc. Pasal 13 (1) PER -16/PJ/2016

DPP : 50% X Ph. Bruto DPP : 50% X Ph. Bruto DPP : 50% X Ph. Bruto

dikurangi dihitung secara kumulatif

PTKP sebulan

dihitung secara kumulatif

© ortax team - 2017


Tarif PPh Ps. 17 Tarif PPh Ps. 17 Tarif PPh Ps. 17
111
Bukan Pegawai

Menghitung PPh 21 Bukan Pegawai (2)

Bukan Pegawai yang menerima penghasilan secara berkesinambungan dapat memperoleh


pengurangan berupa PTKP sepanjang yang bersangkutan :

• Memiliki NPWP
• Penghasilan berasal dari hubungan kerja
• Tidak memperoleh penghasilan lainnya, dan
• Menyerahkan fotokopi kartu NPWP (bagi wanita
kawin ditambah surat nikah dan Kartu Keluarga)

PER -16/PJ/2016 Pasal 13 (1) & (2)

© ortax team - 2017


112
Bukan Pegawai

Menghitung PPh 21 Bukan Pegawai (3)

Dalam hal Bukan Pegawai memberikan jasa kepada Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh
Pasal 26 :

• Mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya maka besarnya jumlah penghasilan bruto adalah
sebesar jumlah pembayaran setelah dikurangi dengan bagian gaji atau upah dari pegawai yang
dipekerjakan tersebut, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan bagian
gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut maka besarnya penghasilan bruto
tersebut adalah sebesar jumlah yang dibayarkan;
• Melakukan penyerahan material atau barang maka besarnya jumlah penghasilan bruto hanya
atas pemberian jasanya saja, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan
antara pemberian jasa dengan material atau barang maka besarnya penghasilan bruto tersebut
termasuk pemberian jasa dan material atau barang.

Dalam hal jumlah penghasilan bruto dibayarkan kepada dokter yang melakukan praktik di rumah
sakit dan/atau klinik maka besarnya jumlah penghasilan bruto adalah sebesar jasa dokter yang
dibayar oleh pasien melalui rumah sakit dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi
hasil oleh rumah sakit dan/atau klinik.

© ortax team - 2017


113
Bukan Pegawai

Contoh 1: Bukan Pegawai menerima penghasilan yang bersifat berkesinambungan cfm. Pasal 13 (1)
PER -16/PJ/2016 (1)

Neneng Hasanah adalah petugas dinas luar Bulan Komisi agen


asuransi dari PT. Tabaru Life. Suami Neneng (Rupiah)
Hasanah telah terdaftar sebagai Wajib Pajak
Januari 38.000.000,00
dan mempunyai NPWP, dan yang
bersangkutan bekerja pada PT. Kersamanah. Februari 40.000.000,00
Neneng Hasanah telah menyampaikan Maret 42.000.000,00
fotokopi kartu NPWP suami, fotokopi surat April 44.000.000,00
nikah dan fotokopi kartu keluarga kepada
Mei 45.000.000,00
pemotong pajak. Neneng Hasanah hanya
memperoleh penghasilan dari kegiatannya Juni 48.000.000,00
sebagai petugas dinas luar asuransi, dan telah Juli 50.000.000,00
menyampaikan surat pernyataan yang Agustus 52.000.000,00
menerangkan hal tersebut kepada PT Tabaru
September 55.000.000,00
Life. Pada tahun 2017, penghasilan yang
diterima oleh Neneng Hasanah sebagai Oktober 56.000.000,00
petugas dinas luar asuransi dari PT. Tabaru November 58.000.000,00
Life adalah sebagai berikut: Desember 60.000.000,00
Jumlah 588.000.000,00

© ortax team - 2017


114
Bukan Pegawai

Contoh 1: Bukan Pegawai menerima penghasilan yang bersifat berkesinambungan cfm. Pasal 13 (1)
PER -16/PJ/2016 (2)
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2017 adalah :

© ortax team - 2017


115
Bukan Pegawai

Contoh 2: Bukan Pegawai menerima penghasilan yang bersifat berkesinambungan exc. Pasal 13 (1)
PER -16/PJ/2016 (1)

dr. Abdul Gopar, Sp.JP merupakan dokter Bulan Jasa Dokter yang
spesialis jantung yang melakukan praktik di dibayar Pasien
Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dengan (Rupiah)
perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang Januari 45.000.000,00
dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% Februari 49.000.000,00
oleh pihak rumah sakit sebagai bagian
Maret 47.000.000,00
penghasilan rumah sakit dan sisanya sebesar
April 40.000.000,00
80% dari jasa dokter tersebut akan
dibayarkan kepada dr. Abdul Gopar, Sp.JP Mei 44.000.000,00
pada setiap akhir bulan. Selain praktik di Juni 52.000.000,00
Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dr. Abdul Juli 40.000.000,00
Gopar, Sp.JP juga melakukan praktik sendiri di Agustus 35.000.000,00
klinik pribadinya. dr. Abdul Gopar, Sp.JP telah September 45.000.000,00
memiliki NPWP. Pada tahun 2017, jasa dokter
Oktober 44.000.000,00
yang dibayarkan pasien dari praktik dr. Abdul
November 43.000.000,00
Gopar, Sp.JP di Rumah Sakit Harapan Jantung
Sehat adalah sebagai berikut : Desember 40.000.000,00
Jumlah 524.000.000,00

© ortax team - 2017


116
Bukan Pegawai

Contoh 2: Bukan Pegawai menerima penghasilan yang bersifat berkesinambungan exc. Pasal 13 (1)
PER -16/PJ/2016 (2)
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2017 adalah :

© ortax team - 2017 117


117
Bukan Pegawai

Contoh 3 : Bukan Pegawai menerima penghasilan yang tidak berkesinambungan

Nashrun Berlianto melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT Cahaya Kurnia dengan fee
sebesar Rp5.000,000,00.

Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebesar:


5% x (50% Rp5.000.000,00) = Rp125.000,00

Dalam hal Nashrun Berlianto tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang terutang
menjadi sebesar:

120% x 5% x(50% Rp5.000.000,00) = Rp150.000,00

© ortax team - 2017


118
Bukan Pegawai

Contoh 4: Bukan Pegawai menerima penghasilan sehubungan dengan jasa yang dalam pemberian jasanya
mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya dan/atau melakukan penyerahan material/bahan (1)

Arip Nugraha melakukan jasa perawatan AC kepada PT Wahana Jaya dengan imbalan
Rp10.000.000,00. Arip Nugraha mempergunakan tenaga 5 orang pekerja dengan membayarkan
upah harian masing-masing sebesar Rp180.000,00. Upah harian yang dibayarkan untuk 5 orang
selama melakukan pekerjaan sebesar Rp4.500.000,00. Selain itu, Arip Nugraha membeli spare
part AC yang dipakai untuk perawatan AC sebesar Rp1.000.000,00.

Penghitungan PPh Pasal 21 terutang adalah sebagai berikut:


 Dalam hal berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan Arip Nugraha, dapat diketahui bagian
imbalan bruto yang merupakan upah yang harus dibayarkan kepada pekerja harian yang dipekerjakan oleh
Arip Nugraha dan biaya untuk membeli spare part AC, maka jumlah imbalan bruto sebagai dasar
perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT Wahana Jaya atas imbalan yang diberikan kepada
Arip Nugraha adalah sebesar imbalan bruto dikurangi bagian upah tenaga kerja harian yang dipekerjakan
Arip Nugraha dan biaya spare part AC, sebagaimana dalam contoh adalah sebesar:
Rp10.000.000,00 - Rp4.500.000,00 - Rp1.000.000,00 = Rp4.500.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Wahana Jaya atas penghasilan yang diterima Arip Nugraha adalah
sebesar:
5% x (50% x Rp4.500.000,00) = Rp112.500,00
© ortax team - 2017
119
Bukan Pegawai

Contoh 4: Bukan Pegawai menerima penghasilan sehubungan dengan jasa yang dalam pemberian jasanya
mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya dan/atau melakukan penyerahan material/bahan (2)

 Dalam hal PT Wahana Jaya tidak memperoleh informasi berdasarkan perjanjian yang dilakukan
atau dokumen yang diberikan oleh Arip Nugraha mengenai upah yang harus dikeluarkan Arip
Nugraha atau pembelian material/bahan, PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Wahana Jaya
adalah jumlah sebesar :
5% x (50% x Rp10.000.000,00) = Rp250.000,00

© ortax team - 2017


120
Peserta Kegiatan

Menghitung PPh 21 Peserta Kegiatan

PPh Pasal 21 Peserta Kegiatan

Penghasilan Bruto

Tarif PPh Ps. 17

Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh dan tidak


dipecah.

© ortax team - 2017


121
Peserta Kegiatan

Contoh 1 : Peserta Kegiatan

Sony Amaros adalah seorang atlet bulutangkis professional Indonesia yang bertempat tinggal di
Jakarta. la menjuarai turnamen Indonesia Open dan memperoleh hadiah sebesar
Rp200.000.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang atas hadiah turnamen Indonesia Grand Prix Gold tersebut adalah :

5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp150.000.000,00 = Rp 22.500.000,00
Rp 25.000.000,00

© ortax team - 2017


122
Lainnya

Menghitung PPh 21 :
 Anggota Dewan Pengawas atau Dewan Komisaris Yang Tidak Merangkap Sebagai
Pegawai Tetap
 Mantan Pegawai Yang Menerima Penghasilan Berupa Jasa Produksi, Tantiem,
Gratifikasi, Bonus atau Imbalan Lain yang Bersifat Tidak Teratur
 Peserta Program Pensiun Yang Masih Berstatus Sebagai Pegawai yang Menarik Dana
Pensiun

Dewan Komisaris/Pengawas non Peserta program Pensiun yang


Mantan Pegawai
Pegawai tetap masih Berstatus pegawai

Jasa produksi, tantiem, gratifikasi,


Honorarium atau imbalan yang Penarikan dana pensiun
bonus atau imbalan lain yang
bersifat tidak teratur
bersifat tidak teratur

Tarif PPh Ps. 17 X Penghasilan Bruto (Atas Jumlah Kumulatif)


© ortax team - 2017
123
Lainnya

Contoh 1 : Mantan Pegawai

Victoria Endah bekerja pada PT Fajar Wisesa. Pada tanggal 1 Januari 2017 telah berhenti bekerja
pada PT Fajar Wisesa karena pensiun. Pada bulan Maret 2017 Victoria Endah menerima jasa
produksi tahun 2016 dari PT Fajar Wisesa sebesar Rp55.000.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang adalah :
5% x Rp50.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00
15% x Rp5.000.000,00 = Rp. 750.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong = Rp. 3.250.000,00
Apabila dalam tahun kalender yang bersangkutan, dibayarkan penghasilan kepada mantan
pegawai lebih dari 1 (satu) kali, maka PPh Pasal 21 atas pembayaran penghasilan yang berikutnya
dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah penghasilan bruto
kumulatif yang diterima dengan memperhitungkan penghasilan yang telah diterima sebelumnya.

© ortax team - 2017


124
Lainnya

Contoh 2 : Anggota Dewan Pengawas atau Dewan Komisaris Yang Tidak Merangkap
Sebagai Pegawai Tetap (1)

Nicholas Sinulingga adalah Anggota Dewan Pengawas atau Dewan Komisaris Yang Tidak
Merangkap Sebagai Pegawai Tetap pada PT Abadi Sejahtera

Bulan Tahun 2017, Nicholas Sinulingga menerima honorarium PT Abadi Sejahtera sebanyak 3
(tiga) kali yaitu:
• Bulan April 2017 sebesar Rp20.000.000,00.
• Bulan Juni 2017 sebesar Rp15.000.000,00.
• Bulan Oktober 2017 sebesar Rp25.000.000,00.

© ortax team - 2017


125
Lainnya

Contoh 2 : Anggota Dewan Pengawas atau Dewan Komisaris Yang Tidak Merangkap
Sebagai Pegawai Tetap (2)

PPh Pasal 21 yang terutang adalah :

a. atas honorarium sebesar Rp20.000.000,00 pada bulan April 2017 terutang PPh Pasal 21
sebesar 5% x Rp20.000.000,00 = Rp1.000.000,00.
b. atas honorarium sebesar Rp15.000.000,00 pada bulan Juni 2017 terutang PPh Pasal 21
sebesar 5% x Rp15.000.000,00 = Rp750.000,00
c. atas honorarium sebesar Rp25.000.000,00 pada bulan Oktober 2017 terutang PPh Pasal 21
sebesar :
5% x Rp15.000.000,00 = Rp. 750.000,00
15% x Rp10.000.000,00 = Rp. 1.500.000,00
Rp. 2.250.000,00

© ortax team - 2017


126
PPh Pasal 21 Final

o PPh Final atas Uang Pesangon, Uang Manfaat


Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan JHT
o PPh Final atas Penghasilan yang Menjadi Beban APBN atau
APBD

© ortax team - 2017


PPh Final atas Uang Pesangon, Uang Manfaat
Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan JHT

• Penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk Pengelola


Dana Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam
Uang Pesangon bentuk apapun, sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi
pemutusan hubungan kerja, termasuk uang penghargaan masa kerja
dan uang penggantian

• Penghasilan dari manfaat pensiun yang dibayarkan kepada orang pribadi


peserta dana pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan peraturan
Uang Manfaat
perundang-undangan di bidang dana pensiun oleh Dana Pensiun
Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

• penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara


Tunjangan Hari Tua tunjangan hari tua kepada orang pribadi yang telah mencapai usia
pensiun

• penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara


Jaminan Hari Tua jaminan sosial tenaga kerja kepada orang pribadi yang berhak dalam
jangka waktu yang telah ditentukan atau keadaan lain yang ditentukan.

© ortax team - 2017


128
PPh Final atas Uang Pesangon, Uang Manfaat
Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan JHT

• Bersifat Final
• Dianggap dibayarkan sekaligus dalam hal sebagian atau seluruh
Sifat (1) pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun
kalender.

• Tidak Bersifat Final


• Bagian penghasilan yang terutang atau dibayarkan pada tahun ketiga dan
tahun-tahun berikutnya, pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan
dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah
bruto seluruh penghasilan yang terutang atau dibayarkan kepada Pegawai
Sifat (2) pada masing-masing tahun kalender yang bersangkutan.
• Pegawai tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, tarif pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif
yang diterapkan terhadap Pegawai yang dapat menunjukkan Nomor Pokok
Wajib Pajak.

© ortax team - 2017


129
PPh Final atas Uang Pesangon, Uang Manfaat
Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan JHT

Besaran (Rp) Tarif PPh atas uang pesangon


1 Jan 2001 s.d. 15 Nov 09 Mulai 16 Nov 09

Lapisan 1 0 – 25 Juta 0% 0 – 50 Juta 0%


Lapisan 2 > 25 Juta – 50 Juta 5% > 50 Juta – 100 Juta 5%

Lapisan 3 > 50 Juta – 100 Juta 10% > 100 Juta – 500 Juta 15%
Lapisan 4 > 100 Juta – 200 Juta 15% > 500 Juta 25%

Lapisan 5 > 200 Juta 25%

© ortax team - 2017


130
PPh Final atas Uang Pesangon, Uang Manfaat
Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan JHT

Contoh :
Syarifudin (ber-NPWP) menerima pembayaran Uang Pesangon yang dilakukan dalam beberapa kali
pembayaran, sbb :
a. Bulan Desember 2009 Rp 50.000.000,00
b. Bulan April 2010 Rp 125.000.000,00

Pajak Penghasilan Pasal 21 yang harus dipotong:

Bulan Desember 2009:


Jumlah penghasilan bruto Rp 50.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang: 0% x Rp50.000.000,00 = Rp0,00

Bulan April 2010:


Jumlah penghasilan bruto Rp125.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang:
5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500,000,00
15% x Rp75.000.000,00 = Rp 11.250.000,00 (+)
Jumlah Rp 13.750.000,00
Jumlah seluruh Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dipotong : Rp0,00 + Rp 13.750.000,00 =
Rp13.750.000,00.
© ortax team - 2017
131
PPh Final atas Uang Pesangon, Uang Manfaat
Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan JHT

Besaran (Rp) Tarif PPh atas Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan JHT
1 Jan 2001 s.d. 15 Nov 09 Mulai 16 Nov 09

Lapisan 1 0 – 25 Juta 0% 0 – 50 Juta 0%


Lapisan 2 > 25 Juta – 50 Juta 5% > 50 Juta 5%

Lapisan 3 > 50 Juta – 100 Juta 10%


Lapisan 4 > 100 Juta – 200 Juta 15%

Lapisan 5 > 200 Juta 25%

© ortax team - 2017


132
PPh Final atas Penghasilan yang Menjadi Beban APBN
atau APBD

Penghasilan berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun yang menjadi
beban APBN atau APBD, dipotong oleh bendahara pemerintah yang membayarkan
honorarium atau imbalan lain tersebut,

Besaran (Rp) Tarif PPh atas honorarium atau imbalan lain (beban APBN dan APBD)
Tarif Sejak 1 Januari 2011
0% PNS Golongan I dan Golongan II, Anggota TNI dan Anggota
POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan
Pensiunannya
5% PNS Golongan III, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan
Pangkat Perwira Pertama, dan pensiunannya
15 % Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota
POLRI Golongan Pangkat perwira Menengah dan perwira Tinggi,
dan Pensiunannya
© ortax team - 2017
133
Penerapan Ketentuan P3B (Tax Treaty)
dan Pemotongan PPh Pasal 26
o Penghitungan PPh Pasal 26
o Perbedaan Independent Personal Services dan
Dependent Personal Services

© ortax team - 2017


Penghitungan PPh Pasal 26

Dikenakan atas :
o imbalan pekerjaan, jasa dan kegiatan
o dilakukan orang pribadi SPLN

• DPP = Penghasilan Bruto


• Tarif = 20%
• Bersifat final
• Memperhatikan ketentuan P3B

tidak bersifat final dalam hal orang pribadi sebagai Wajib Pajak luar negeri
tersebut berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri.

© ortax team - 2017


135
Independent Personal Services

Only UN Model, this article was deleted from OECD Model


Observation & Research of Taxation

1. Income derived by a resident of a Contracting State in respect of professional services or other


activities of an independent character shall be taxable only in that State except in the
following circumstances, when such income may also be taxed in the other Contracting State:
(a) If he has a fixed base regularly available to him in the other Contracting State for the
purpose of performing his activities; in that case, only so much of the income as is
attributable to that fixed base may be taxed in that other Contracting State; or
(b) If his stay in the other Contracting State is for a period or periods amounting to or
exceeding in the aggregate 183 days in any twelvemonth period commencing or ending in
the fiscal year concerned; in that case, only so much of the income as is derived from his
activities performed in that other State may be taxed in that other State.
2. The term “professional services” includes especially independent scientific, literary, artistic,
educational or teaching activities as well as the independent activities of physicians, lawyers,
engineers, architects, dentists and accountants.

Sumber: Article 14 OECD Model

136
Dependent Personal Services

UN Model
1. Subject to the provisions of Articles 16, 18 and 19, salaries, wages and other
similar remuneration derived by a resident of a Contracting State in respect of an
employment shall be taxable only in that State unless the employment is
exercised in the other Contracting State. If the employment is so exercised, such
remuneration as is derived therefrom may be taxed in that other State.
2. Notwithstanding the provisions of paragraph 1, remuneration derived by a
resident of a Contracting State in respect of an employment exercised in the
other Contracting State shall be taxable only in the first-mentioned State if:
a) the recipient is present in the other State for a period or periods not exceeding
in the aggregate 183 days in any twelve month period commencing or ending in
the fiscal year concerned, and
b) the remuneration is paid by, or on behalf of, an employer who is not a resident
of the other State, and
c) the remuneration is not borne by a permanent establishment which the
employer has in the other State.

Sumber: Article 15 OECD Model dan UN Model


137
Dependent Personal Services

OECD & UN Model


3. Notwithstanding the preceding provisions of this Article, remuneration derived
in respect of an employment exercised aboard a ship or aircraft operated in
international traffic, or aboard a boat engaged in inland waterways transport, may
be taxed in the Contracting State in which the place of effective management of
the enterprise is situated.

Catatan :
OECD Model  Dependent Personal Services = Income from Employment
UN Model  Dependent Personal Services = Income from Dependent Personnel

Sumber: Article 15 OECD Model dan UN Model


138
Optimalisasi Perhitungan PPh Pasal 21 Akhir Tahun
o Kesalahan dalam WHT 21
o Mapping rekonsiliasi biaya menurut SPT Tahunan PPh Badan
dan SPT Masa PPh Potput

© ortax team - 2017


Kesalahan dalam WHT 21

No. Jenis Kesalahan Seharusnya


1. Saat Terutang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan pada akhir
bulan:
a. terjadinya pembayaran; atau
b. terutangnya penghasilan yang bersangkutan,
tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.
2. PTKP ditentukan di pertengahan Ditentukan di awal tahun (bagi WPDN)
tahun Ditentukan di awal bulan kedatangan (bagi pendatang dari LN)

3. Hitung ulang PPh 21 Tidak Memperhitungkan penghasilan masa pajak sebelumnya


memperhitungkan masa pajak
sebelumnya
4. Terjadi kesalahan Pengisian tanggal, Cross cek ulang SSP dan surat konfirmasi kantor pajak. Kerjasama
masa pajak, jumlah setoran SSP dengan pihak bank juga diperlukan.

5. Kesalahan Kode MAP MAP sesuai dengan jenis setoran pajak (pemindahbukuan)

6. Penggunaan konversi kurs hanya akhir Penghitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 didasarkan pada
tahun nilai tukar (kurs) yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang
berlaku pada saat pembayaran penghasilan tersebut atau pada
saat dibebankan sebagai biaya
140
Kesalahan dalam WHT 21

No. Jenis Kesalahan Seharusnya

7. Menghitung PPh Terutang, PKP tidak Dibulatkan ke ribuan penuh


Dibulatkan
8. SPT Nihil, tapi tidak disampaikan Dilaporkan meski NIHIL (menghindari sanksi denda Rp. 100.000,-
per bulan)
9. Tidak ada NPWP, bukti potong tidak Tetap diberikan
diberikan
10. Nama dan identitas salah Memperoleh data WP yang lengkap (NPWP dan SKT)

11. Pemberian Bukti Potong 1721-A1 Maksimal 1 bulan setelah pegawai resign

12. Bukti potong ditandatangani dengan Hanya untuk kategori tertentu


stempel tandatangan
13. Kontrak kerja tidak menjelaskan Dicantumkan dalam kontrak kewajiban perpajakan masing-masing
kewajiban pajak pihak.
14. DPP Pemotongan atas keseluruhan Seharusnya hanya jasa saja (jika bisa dipisahkan)
nilai tagihan
15 Rekonsiliasi tidak dilakukan secara Rutin setiap bulan
rutin

141
Kertas Kerja Ekualisasi

© ortax team - 2017


142
Ilustrasi Ekualisasi Biaya & Objek PPh Pasal
21/26

No. Code Account No. General Ledger Non Object of Inc Tax Art 21. Object of
Observation & Research of Taxation

Jan-Dec Deductible Expenses Non Deductible Exp Inc. Tax Art.21

1 Home Staff Main SAL 3.392.149.491 624.294.291 - 2.767.855.200


2 Home Staff(Bonus) 1.053.414.365 - - 1.053.414.365
3 Home Staff(Lunch Allowance) 240.729.825 - - 240.729.825
4 Other Allow. 1.637.700.949 - - 1.637.700.949
5 Others(Home Staff Benefits) 232.208.017 106.586.795 52.419.565 73.201.658
6 Taxation Allow 1.437.760.307 - 1.437.760.307 -
7 Local Staff Main SAL 2.486.919.898 - - 2.486.919.898
8 Function Allow. 9.832.258 - - 9.832.258
9 Overtime Allow. 445.632.964 - - 445.632.964
10 Local Staff(Bonus) 695.872.075 - - 695.872.075
11 Local Staff(Lunch Allowance) 886.973.000 - - 886.973.000
12 Others(Local Staff Benefits) 487.382.525 19.664.226 230.095.570 237.622.729
13 Rank Allowance 306.478.763 306.478.763

Subtotal 13.313.054.437 750.545.312 1.720.275.441 10.842.233.684

Forex 6.944.932

Tax Base 10.852.574.561


Difference (3.395.944)
© ortax team - 2017
143
SELESAI
Contact Us:
- Redaksi@ortax.org

144
Your Centre of Excellence in Taxation

Forum Ortax @redaksi_ortax ortax_taxation redaksi_ortax redaksi_ortax ortax @redaksi_ortax


Disclaimer
• Informasi yang terdapat dalam presentasi yang
disiapkan oleh Ortax (PT Integral Data Prima)
bersumber dari Direktorat Perpajakan
Internasional, Ditjen Pajak. Informasi ini bukan
merupakan saran atau nasihat terkait konsultasi
perpajakan atau konsultasi apa pun dan hanya
dapat digunakan untuk tujuan informasi.

• Ortax tidak bertanggungjawab atas kesalahan


dan keterlambatan dalam memperbaharui
informasi, serta segala kerugian yang timbul
akibat penggunaan data dan/atau informasi yang
terdapat dalam presentasi

Observation & Research of Taxation

Anda mungkin juga menyukai