• Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi yang Disetor dengan SSP paling lambat
dibayarkan kepada anggota koperasi tgl 10 bulan berikutnya.
(karena dikecualikan dari pemotongan
PPh Pasal 23 sesuai Pasal 23 ayat (4) KAP: 411124
huruf f UU 36 tahun 2008);
• bagian laba yang diterima oleh anggota KJS: 101
dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham- Dilaporkan oleh Pemotong dengan
saham, persekutuan, perkumpulan, menggunakan SPT Masa PPh Pasal
firma, dan kongsi, termasuk pemegang 23 paling lambat tgl 20 bulan
unit penyertaan kontrak investasi berikutnya setelah Masa Pajak
kolektif (KIK), (karena bukan berakhir.
merupakan objek pajak sesuai Pasal 4
ayat (3) huruf i UU 36 tahun 2008) dan
karena dikecualikan dari pemotongan
PPh Pasal 23 sesuai Pasal 23 ayat (4)
huruf e UU 36 tahun 2008);
• Dividen yang dibagikan kepada WP
Orang Pribadi, karena masuk PPh Pasal
4(2). selengkapnya..
• Dividen yang diterima WP Badan Dalam
Negeri, koperasi, BUMN, BUMD,
dengan syarat:
o Dividen berasal dari cadangan laba
ditahan; dan
o Bagi penerima dividen, kepemilikan
saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% dari
jumlah modal yang disetor.
o (karena bukan objek pajak, diatur di
Pasal 4 ayat (3) huruf f UU PPh)
KAP: 411124
KJS: 103
KJS: 104
Berikut ini adalah ringkasan S-653/PJ.032/2010 mengenai jawaban dari Direktorat Peraturan
Perpajakan II atas surat Direktur PT Huty Solidindo* Nomor 001/PTHS/I/10 tanggal 25 Januari 2010,
yang meminta penegasan tentang Pemotongan PPh Pasal 23 atas sejumlah trading term yang diperoleh
dari usaha retail:
JENIS TRANSAKSI PERLAKUAN
1 Rabat Tetap/ Fixed Rebates 1. bukan merupakan objek PPh Pasal 23 jika:
2 Rabat Bersyarat/ Conditional o bagi Penjual merupakan unsur pengurang harga untuk
Rebates menentukan nilai penjualan bersih, dan
3 Promotion Discount o bagi pembeli merupakan unsur pengurang nilai harga
4 Anniversary Discount pokok penjualan, maka potongan-potongan penjualan
tersebut;
5 Opening Discount
2. termasuk dalam pengertian penghargaan yang dipotong
6 Rafraksi Catalog Top Brand
PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto jika:
7 Potongan Harga Reguler/ o bagi penjual bukan merupakan unsur pengurang harga
Regular Discount untuk menentukan nilai penjualan bersih, dan
o bagi pembeli bukan merupakan unsur pengurang nilai
harga pokok penjualan.
*PT Huty Solisindo adalah supplier dari PT Carrefour Indonesia dan PT Alfa Retailindo Tbk
TABEL TARIF PPh PASAL 22 (PMK-107/PMK.010/2015 (berlaku setelah 60 (enam puluh) hari
terhitung sejak tanggal 9 Juni 2015) stdd PMK-16/PMK.010/2016 (berlaku sejak 3 Februari 2016))
No. PEMUNGUT PPH PASAL 22 BESAR TARIF PPH PASAL 22
1. Bank Devisa dan DJBC, atas 1. Atas Impor :
impor barang a. barang tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
PMK-107/PMK.010/2015, sebesar 10% dari nilai impor
b. barang tertentu lainnya sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II PMK-107/PMK.010/2015, sebesar 7,5% dari
nilai impor
c. selain barang tertentu dan barang tertentu lainnya, yang
menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 2,5% dari nilai
impor, kecuali atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu sebesar
0,5% dari nilai impor;
d. selain barang tertentu dan barang tertentu lainnya, yang tidak
menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 7,5% dari nilai
impor; dan/atau
e. barang yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% dari harga jual lelang.
▪ Nilai impor adalah nilai berupa uang yang
menjadi dasar penghitungan Bea Masuk yaitu
Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah
dengan Bea Masuk dan pungutan lainnya yang
dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan kepabeanan di bidang impor.
(Pasal 2 ayat (2) PMK-107/PMK.010/2015)
2. ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan
logam, sesuai uraian barang dan pos tarif/Harmonized System (HS)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III PMK-107/PMK.010/2015, oleh
eksportir kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang terikat dalam perjanjian
kerjasama pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya, sebesar 1,5% dari
nilai ekspor sebagaimana tercantum dalam Pemberitahuan Ekspor Barang.
(Pasal 2 ayat (1) huruf a angka 2 PMK-107/PMK.010/2015)
▪ Nilai ekspor sebagaimana tercantum dalam
Pemberitahuan Ekspor Barang adalah nilai Free on
Board (FOB). (Pasal 2 ayat (3) PER-31/PJ/2015)
2. 3. bendahara pemerintah 1,5% x Harga Pembelian tidak termasuk PPN (Pasal 2 ayat (1) huruf b PMK-
dan Kuasa Pengguna 107/PMK.010/2015)
Anggaran (KPA)
4. bendahara pengeluaran
5. Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) atau
pejabat penerbit Surat
Perintah Membayar yang
diberi delegasi oleh
Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA)
3. Badan usaha tertentu 1,5% x Harga Pembelian tidak termasuk PPN (Pasal 2 ayat (1) huruf b PMK-
107/PMK.010/2015)
4. Badan usaha yang bergerak
dalam bidang usaha industri No. Jenis Industri Tarif PPh Pasal 22 Sifat
semen, industri kertas, industri 1. penjualan baja 0,3 % x DPP PPN Tidak Final
baja, industri otomotif, dan 2. penjualan semua jenis 0,45 % x DPP PPN Tidak Final
industri farmasi, atas penjualan kendaraan bermotor
hasil produksinya kepada beroda dua atau lebih
distributor di dalam negeri; 3. penjualan semua jenis 0,25 % x DPP PPN Tidak Final
semen
4. penjualan kertas 0,1 % x DPP PPN Tidak Final
5. penjualan semua jenis 0,3% x DPP PPN Tidak Final
obat
5. Agen Tunggal Pemegang Merek 0,45% dari DPP PPN (tidak final). (Pasal 2 ayat (1) huruf e PMK-
(ATPM), Agen Pemegang 107/PMK.010/2015)
Merek (APM), dan importir
umum kendaraan bermotor;
6. Produsen atau importir bahan Jenis Produk Tarif untuk penjualan Dasar Pengenaan
Pajak
bakar minyak, bahan bakar gas, kepada :
dan pelumas, atas penjualan SPBU SPBU Bukan
bahan bakar minyak, bahan Pertamina Pertamina
bakar gas, dan pelumas atau pihak
selain SPBU
bahan 0,25 % 0,30 % Penjualan tidak
termasuk PPN
bakar
minyak
Perencanaan/Pengawasan
Konstruksi:
• 4%: punya
kualifikasi usaha;
• 6%: tidak punya
kualifikasi usaha.
FINAL
4 Penjualan saham di Bursa selain IPO= 0,1% x jmlh Pemotong Pajak Disetorkan • PP 41/1994 Jo.
Efek bruto nilai transaksi setor paling lambat dengan SSP PP 14/1997
penjualan tgl 20 bulan • KMK
berikutnya. (utk KAP: 282/KMK.04/1
selain IPO) 411128 997
• penerima
adalah WP
Dana
Pensiun
yang telah
disahkan
oleh
MenKeu;
• WP Bank
yang
didirikan di
Indonesia,
atau cabang
bank luar
negeri di
Indonesia.
Pelaporan
dengan SPT
Masa PPh
Pasal 4 (2)
8 Bunga Simpanan Koperasi 0% atas bunga simpanan Pemotong Pajak Disetorkan • PP 15 tahun
yang dibayarkan kepada koperasi sampai dengan setor paling lambat dengan 2009
anggota koperasi orang Rp 240.000 tgl 10 bulan SSP.
pribadi berikutnya.
10% x Jmlh bruto (utk KAP:
bunga simpanan diatas Rp Pelaporan paling 411128
240.000 sebulan.) lambat tgl 20 bulan
berikutnya. KJS: 417
FINAL
Pelaporan
sejak 1 Januari 2009 dengan SPT
Masa PPh
Pasal 4 (2)
9 Pendapatan bunga Untuk WPDN & BUT: Pemotong Pajak Disetorkan • PP 131 tahun
deposito dan tabungan setor paling lambat dengan 2000
serta Sertifikat Bank 20% x jmlh bruto bunga tgl 10 bulan SSP.
Indonesia (SBI) berikutnya.
(FINAL) KAP:
Pelaporan paling 411128
Untuk WPLN: lambat tgl 20 bulan
berikutnya. KJS: 404
20% x jmlh bruto bunga
atau sesuai P3B Pelaporan
dengan SPT
(FINAL) Masa PPh
Pasal 4 (2)
sejak 1 Januari 2001
dikecualikan dari
pemotongan:
• jumlah tidak
melebihi Rp 7,5
juta
• jika penerima: bank
yg didirikan di
Indonesia atau
cabang bank LN di
Indonesia.
• jika penerima:Dana
Pensiun yg telah
disahkan Menteri
Keuangan.
• bunga tabungan
pada bank yang
ditunjuk
Pemerintah dlm
rangka pemilikan
Rumah Sederhana,
dsb.
10 Hadiah Undian 25% x jmlh bruto nilai Pemotong Pajak Disetorkan • PP 132 tahun
hadiah setor paling lambat dengan 2000
tgl 10 bulan SSP. • KEP
FINAL berikutnya. 395/PJ/2001
KAP: • SE
sejak 1 Januari 2001 Pelaporan paling 411128 19/PJ.43/2001
lambat tgl 20 bulan
berikutnya. KJS: 405
Pelaporan
dengan SPT
Masa PPh
Pasal 4 (2)
11 Penjualan saham milik 0,1% x jmlh bruto nilai Disetor paling Disetorkan • PP 4 tahun
Modal Ventura transaksi lambat tgl 10 bulan dengan 1995
berikutnya. SSP. • KMK
FINAL 250/KMK.04/1
Pelaporan paling KAP: 995
sejak 8 Februari 1995 lambat tgl 20 bulan 411128
berikutnya.
Jika saham KJS: 408
diperjualbelikan di Bursa
Efek, maka berlaku Pelaporan
ketentuan tentang dengan SPT
penjualan saham di Bursa Masa PPh
Efek. Pasal 4 (2)
KAP: 411129,
KJS: 101.
KAP: 411128,
KJS: 410
KAP: 411128,
KJS: 411
Dilaporkan dalam SPT Masa
PPh Pasal 15, dilaporkan
paling lambat tgl 20 bulan
berikutnya.
4 WPLN yang mempunyai Untuk negara yang Disetor sendiri paling lambat • KMK
kantor perwakilan dagang tidak ada P3B tgl 15 bulan berikutnya 634/KMK.04/19
di Indonesia dengan Indonesia: setelah bulan diterima 94, berlaku mulai
penghasilan. 1 Januari 1995
0,44% x nilai ekspor • KEP
bruto Disetor dengan menggunakan 667/PJ/2001,
SSP dengan: berlaku mulai 29
Penghasilan neto= Oktober 2001
1% x nilai ekspor KAP: 411128 • SE 2/PJ.03/2008,
bruto ditetapkan tgl 31
KJS: 413 Juli 2008.
Untuk negara yang
mempunyai P3B Dilaporkan paling lambat tgl
dengan Indonesia: 20 bulan berikutnya dengan
menggunakan Formulir
disesuaikan dengan dalam Lampiran I KEP
tarif P3B, untuk 667/PJ./2001 dan dilampiri
contoh penghitungan SSP lembar ke-3.
lihat di SE
2/PJ.03/2008.
FINAL
7% x 30% x total
biaya pembuatan atau
perakitan barang
tidak termasuk biaya
pemakaian bahan
baku (direct
materials).
FINAL
berlaku sejak 1
Januari 2003
KAP: 411127
KJS: 100
3 Penjualan saham oleh WPLN. 20% x perkiraan neto • UU PPh Pasal 26
ayat (2a)
Saham yang diperjualbelikan adalah Perkiraan neto=25% x harga jual • KMK
saham dari PT di Dalam Negeri dan 434/KMK.04/1999
tidak berstatus sebagai emiten atau Sehingga tarif efektif: • PMK
perusahaan publik. (Pasal 1 KMK 258/PMK.03/2008
434/KMK.04/1999) 20% x 25% x harga jual = 5% x
harga jual
FINAL
Didalam PMK 258/PMK.03/2008
disebutkan bahwa Jika pembeli adalah:
penjualan/pengalihan saham
perusahaan antara (special purpose • WPLN, maka pemotong
company atau conduit company), yang pajaknya adalah Perseroan
didirikan di Tax Haven Country dan (PT Dalam Negeri) yang
mempunyai hubungan istimewa sahamnya diperjualbelikan.
dengan WPDN Indonesia atau BUT di • WPDN yang ditunjuk
Indonesia, dapat ditetapkan sebagai sebagai pemotong, maka
penjualan/ pengalihan saham WP pemotong pajaknya adalah
Badan Dalam Negeri. WPDN sebagai pembeli.
Dan Perseroan hanya
mencatat akta pemindahan
hak atas saham yang dijual
apabila dibuktikan oleh
WPLN bahwa PPh Pasal
26 yang terutang telah
dibayar lunas dengan bukti
pemotongan PPh Pasal 26
dengan menunjukkan
aslinya.
KAP: 411127
KJS: 100
4 Premi Asuransi dan Premi Reasuransi 20% x perkiraan neto. • UU PPh Pasal 26
yang dibayar kepada perusahaan ayat (2)
asuransi di LN Perkiraan neto: • KMK
624/KMK.04/1994
1. 50% dari Premi yang
dibayarkan oleh pihak yang
tertanggung kepada
perusahaan asuransi LN.
Sehingga tarif efektif: 20%
x 50%= 10%.
Pemotong pajak adalah
tertanggung.
2. 10% dari Premi yang
dibayar oleh perusahaan
asuransi di Indonesia
kepada perusahaan asuransi
LN. Sehingga tarif efektif:
20% x 10%= 2%.
Pemotong Pajak adalah
perusahaan asuransi di
Indonesia.
3. 5% dari Premi yang
dibayar oleh perusahaan
reasuransi di Indonesia
kepada perusahaan asuransi
di LN. Sehingga tarif
efektif: 20% x 5%= 1%.
Pemotong pajak adalah
perusahaan reasuransi di
Indonesia.
KAP: 411127
KJS: 100
5 BUT (Bentuk Usaha Tetap)/ Atas Laba BUT sebelum pajak: • UU PPh Pasal 26
Permanent Establishment ayat (4)
• KMK
113/KMK.03/2002
Dikecualikan dari pengenaan PPh →dikenakan tarif Pasal 17 Jo. PMK
Pasal 26 ayat (4) jika penghasilan BUT 257/PMK.03/2008
ditanamkan kembali di Indonesia Penyetoran seperti WP Badan DN. Jo. PMK
dengan syarat: 14/PMK.03/2011
tentang penanaman
1. penanaman kembali dilakukan kembali Laba BUT.
atas seluruh penghasilan kena Atas Laba BUT setelah pajak yang • PER 16/PJ/2011
pajak setelah dikurangi PPh tidak ditanamkan kembali di tentang Penanaman
dalam bentuk penyertaan modal Indonesia: Kembali Laba BUT
pada perusahaan yang baru
didirikan dan berkedudukan di →dikenakan20% x laba setelah
Indonesia sebagai pendiri atau pajak
peserta pendiri;
2. Perusahaan yang baru didirikan Penyetoran PPh Pasal 26 atas Laba
dan berkedudukan di Indonesia BUT setelah pajak, menggunakan
tsb harus aktif melakukan SSP dengan:
kegiatan usaha sesuai dengan
akte pendiriannya, paling lama KAP: 411127
1 tahun sejak didirikan;
3. penanaman kembali dilakukan KJS: 105
dalam tahun ajak berjalan atau
paling lama tahun pajak
berikutnya dari tahun pajak
diterima/ diperolehnya
penghasilan tsb; dan
4. tidak melakukan pengalihan
atas penanaman kembali tsb
paling singkat dalam jangka
waktu 2 tahun sesudah
perusahaan baru tsb telah
berproduksi komersial.
TABEL TARIF PPH PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP DAN PEGAWAI TIDAK TETAP
No. Jenis Penerima Penghitungan PPh Pasal 21 Ketentuan
Penghasilan (Subjek Lama (PER-
PPh 21) 32/PJ/2015)
1. Pegawai Tetap PPh 21 = DPP X Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU ketentuan ini
Nomor 36 TAHUN 2008 masih sama
dengan
DPP = PKP = Ph. Neto - PTKP
ketentuan lama
Ph. Neto = Ph. Bruto - B.Jab - THT/JHT di PER-
o Besar Biaya Jabatan 5% dari Ph.Bruto Max 32/PJ/2015
Rp500.000/bulan
o Besar PTKP (Lihat Daftar PTKP)
Dasar
: Pasal 9, 10, 14 PER-16/PJ/2016
hukum
2. Pegawai Tidak PPh 21 = DPP X Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU Pada ketentuan
Tetap yang Nomor 36 TAHUN 2008 lama, jumlah
penghasilannya kumulatif
DPP = PKP = Ph. Bruto - PTKP
dibayar secara penghasilannya
o Besar PTKP KLIK DISINI
bulanan atau jumlah adalah
kumulatif Rp3.000.000,00
penghasilan yang Pasal 9 ayat (1) huruf a angka 3, Pasal 10 (Pasal 9 PER-
Dasar
diterima dalam 1 : ayat (2), Pasal 14 ayat (1) huruf c PER- 32/PJ/2015)
hukum
bulan kalender telah 16/PJ/2016
melebihi
Rp4.500.000,00
3. Pegawai Tidak PPh 21 = 5% x (Ph. Bruto - Rp.450.000,00) Pada ketentuan
Tetap atau Tenaga Dasar : Pasal 9 ayat 1 huruf b dan Pasal 15 ayat (1) huruf a lama, jumlah
Kerja Lepas yang hukum PER-16/PJ/2016 kumulatif
menerima upah penghasilannya
harian, upah adalah
mingguan, upah Rp3.000.000,00
satuan atau upah (Pasal 9 PER-
borongan, sepanjang Ketentuan Lama (berlaku sejak 7 Agustus 2015) 32/PJ/2015)
penghasilan PPh 21 = 5% x (Ph. Bruto - Rp.300.000,00)
kumulatif yang Dasar Pasal 9 ayat 1 huruf b dan Pasal 15 ayat (1) huruf a
diterima dalam 1 :
hukum PER-32/PJ/2015
(satu) bulan kalender
belum melebihi
Rp4.500.000,00
4. Pegawai Tidak PPh 21 = 5% x (Ph. Bruto - PTKP yang sebenarnya) Pada ketentuan
Tetap atau Tenaga PTKP yang sebenarnya adalah adalah sebesar PTKP untuk lama, tarif ini
Kerja Lepas yang jumlah hari kerja yang sebenarnya. digunakan untuk
menerima upah Dasar : Pasal 12 ayat (4) dan Pasal 15 ayat (1) huruf b yang jumlah
harian, upah hukum PER-16/PJ/2016 penghasilan
mingguan, upah kumulatif dalam
satuan atau upah 1 bulan kalender
borongan, dalam hal telah melebihi
jumlah penghasilan Ketentuan Lama (berlaku sejak 7 Agustus 2015) Rp3.000.000,00
kumulatif dalam 1 tetapi belum
PPh 21 = 5% x (Ph. Bruto - PTKP yang sebenarnya)
bulan kalender telah melebihi
melebihi PTKP yang sebenarnya adalah adalah sebesar PTKP untuk Rp.8.200.000,00
Rp4.500.000,00 jumlah hari kerja yang sebenarnya.
tetapi belum melebihi Dasar : Pasal Pasal 12 ayat (4) dan Pasal 15 ayat (1)
Rp.10.200.000,00 hukum huruf b PER-32/PJ/2015
5. Pegawai Tidak PPh 21 : PKP yang disetahunkan X Tarif Pasal 17 Pada ketentuan
Tetap atau Tenaga ayat (1) huruf a UU Nomor 36 TAHUN lama, tarif ini
Kerja Lepas yang 2008 digunakan untuk
menerima upah PKP = Ph.Bruto - PTKP yang jumlah
harian, upah Dasar penghasilan
mingguan, upah : Pasal Pasal 15 ayat (2) PER-16/PJ/2016 kumulatif dalam
hukum
satuan atau upah 1 bulan kalender
borongan, dalam hal telah melebihi
jumlah penghasilan Rp8.200.000,00
kumulatif dalam 1
bulan kalender telah
melebihi
Rp10.200.000,00
TABEL TARIF PPH PASAL 21 ATAS ANGGOTA DEWAN KOMISARIS ATAU DEWAN
PENGAWAS
No. Jenis Penerima Penghitungan PPh Pasal 21 Ketentuan
Penghasilan Lama (PER-
(Subjek PPh 21) 32/PJ/2015)
1. anggota dewan PPh 21 = jumlah penghasilan bruto X Tarif Pasal 17 ketentuan ini
komisaris atau ayat (1) huruf a UU Nomor 36 TAHUN masih sama
dewan pengawas 2008 dengan
yang tidak ketentuan
jumlah penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan
merangkap sebagai lama di PER-
yang bersifat tidak teratur
Pegawai Tetap pada 32/PJ/2015
perusahaan yang Dasar
: Pasal 16 ayat (1) huruf c PER-16/PJ/2016
sama yang hukum
mendapat
honorarium atau
imbalan yang
bersifat tidak
teratur.