Anda di halaman 1dari 23

Tabel Tarif PPh Pasal 23

No Uraian Tarif x DPP Dasar Hukum


1 Dividen 15% x jumlah bruto • UU 7 tahun 1983
(Termasuk pengertian dividen dengan nama stdtd UU 36 tahun
dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen Jika penerima penghasilan tidak 2008
dari perusahaan asuransi kepada pemegang memiliki NPWP, maka tarif
polis) pemotongan menjadi 100% lebih
tinggi.
Tidak termasuk Dividen yang dikenakan
pemotongan PPh Pasal 23 adalah: sejak 1 Januari 2009

• Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi yang Disetor dengan SSP paling lambat
dibayarkan kepada anggota koperasi tgl 10 bulan berikutnya.
(karena dikecualikan dari pemotongan
PPh Pasal 23 sesuai Pasal 23 ayat (4) KAP: 411124
huruf f UU 36 tahun 2008);
• bagian laba yang diterima oleh anggota KJS: 101
dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham- Dilaporkan oleh Pemotong dengan
saham, persekutuan, perkumpulan, menggunakan SPT Masa PPh Pasal
firma, dan kongsi, termasuk pemegang 23 paling lambat tgl 20 bulan
unit penyertaan kontrak investasi berikutnya setelah Masa Pajak
kolektif (KIK), (karena bukan berakhir.
merupakan objek pajak sesuai Pasal 4
ayat (3) huruf i UU 36 tahun 2008) dan
karena dikecualikan dari pemotongan
PPh Pasal 23 sesuai Pasal 23 ayat (4)
huruf e UU 36 tahun 2008);
• Dividen yang dibagikan kepada WP
Orang Pribadi, karena masuk PPh Pasal
4(2). selengkapnya..
• Dividen yang diterima WP Badan Dalam
Negeri, koperasi, BUMN, BUMD,
dengan syarat:
o Dividen berasal dari cadangan laba
ditahan; dan
o Bagi penerima dividen, kepemilikan
saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% dari
jumlah modal yang disetor.
o (karena bukan objek pajak, diatur di
Pasal 4 ayat (3) huruf f UU PPh)

2 Bunga 15% x jumlah bruto • UU 7 tahun 1983


Tidak termasuk pengertian Bunga yang stdtd UU 36 tahun
dipotong PPh Pasal 23 adalah: Jika penerima penghasilan tidak 2008
• Jika penghasilan dibayar/ terutang memiliki NPWP, maka tarif • PMK
kepada Bank (karena dikecualikan dari pemotongan menjadi 100% lebih
pemotongan PPh Pasal 23 sesuai Pasal tinggi. 251/PMK.03/2008
23 ayat (4) huruf a UU 36 tahun
2008); sejak 1 Januari 2009
• Jika penghasilan dibayar/ terutang
kepada badan usaha atas jasa keuangan Disetor dengan SSP paling lambat
yang berfungsi sebagai penyalur tgl 10 bulan berikutnya.
pinjaman dan/ atau pembiayaan yang
diatur dengan Peraturan Menteri KAP: 411124
Keuangan (karena dikecualikan dari
pemotongan PPh Pasal 23 sesuai Pasal KJS: 102
23 ayat (4) huruf h UU 36 tahun
2008); Diatur lebih lanjut dalam PMK Dilaporkan oleh Pemotong dengan
251/PMK.03/2008. menggunakan SPT Masa PPh Pasal
• Bunga Deposito, Tabungan (yg 23 paling lambat tgl 20 bulan
didapatkan dari Bank), dan Diskonto berikutnya setelah Masa Pajak
SBI, krn termasuk pemotongan PPh berakhir.
Pasal 4(2);
• Bunga Obligasi, krn termasuk
pemotongan PPh Pasal 4(2);
• Bunga simpanan yang dibayarkan
Koperasi kepada anggota koperasi
Orang Pribadi (WP OP), karena
termasuk pemotongan PPh Pasal 4(2).

3 Royalti 15% x jumlah bruto • UU 7 tahun 1983


stdtd UU 36 tahun
Jika penerima penghasilan tidak 2008
memiliki NPWP, maka tarif
pemotongan menjadi 100% lebih
tinggi.

sejak 1 Januari 2009

Disetor dengan SSP paling lambat


tgl 10 bulan berikutnya.

KAP: 411124

KJS: 103

Dilaporkan oleh Pemotong dengan


menggunakan SPT Masa PPh Pasal
23 paling lambat tgl 20 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.
4 Hadiah dan penghargaan selain yang 15% x jumlah bruto • UU 7 tahun 1983
telah dipotong PPh Pasal 21ayat (1) stdtd UU 36 tahun
huruf e. Jika penerima penghasilan tidak 2008
memiliki NPWP, maka tarif
Tidak termasuk Hadiah dan Penghargaan pemotongan menjadi 100% lebih
yang dipotong PPh Pasal 23 adalah: tinggi.

• Hadiah atau penghargaan dan hadiah sejak 1 Januari 2009


sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan
kegiatan lainnya yang diterima oleh WP Disetor dengan SSP paling lambat
OP Dalam Negeri (karena termasuk tgl 10 bulan berikutnya.
pemotongan PPh Pasal 21);
• Hadiah Undian, karena termasuk KAP: 411124
pemotongan PPh Pasal 4(2);
• Hadiah langsung dalam penjualan KJS: 100
barang/ jasa sepanjang diberikan kepada
semua pembeli/ konsumen akhir tanpa Dilaporkan oleh Pemotong dengan
diundi, (karena bukan termasuk objek menggunakan SPT Masa PPh Pasal
pajak); 23 paling lambat tgl 20 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.
5 Sewa dan penghasilan lain sehubungan 2% x jumlah bruto • UU 7 tahun 1983
dengan penggunaan harta, kecuali yang stdtd UU 36 tahun
telah dikenakan PPh Pasal 4(2). Jika penerima penghasilan tidak 2008
memiliki NPWP, maka tarif
Tidak termasuk sewa dan penghasilan lain pemotongan menjadi 100% lebih
sehubungan dengan penggunaan harta yang tinggi.
dipotong PPh Pasal 23 adalah:
sejak 1 Januari 2009
• sewa tanah dan/ atau bangunan karena
termasuk pemotongan PPh Pasal 4(2). Disetor dengan SSP paling lambat
• sewa yang dibayarkan atau terutang tgl 10 bulan berikutnya.
sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi, karena dalam Pasal 23 KAP: 411124
ayat (4) huruf b UU 36 tahun 2008
dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal KJS: 100
23.
Dilaporkan oleh Pemotong dengan
menggunakan SPT Masa PPh Pasal
23 paling lambat tgl 20 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.
6 Jasa teknik, jasa manajemen, jasa 2% x jumlah bruto • UU 7 tahun 1983
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain Jika penerima penghasilan tidak stdtd UU 36 tahun
selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal memiliki NPWP, maka tarif 2008
21. pemotongan menjadi 100% lebih • PMK
tinggi. 244/PMK.03/2008 ttg
Untuk Jasa Konstruksi mulai dari 1 Januari Jenis Jasa Lain.
2008 s.d sekarang dikenakan pemotongan sejak 1 Januari 2009 • SE-35/PJ/2010 ttg
PPh Pasal 4(2). Definisi Jasa Teknik,
Disetor dengan SSP paling lambat Jasa Manajemen, dan
tgl 10 bulan berikutnya. Jasa Konsultan.
KAP: 411124

KJS: 104

Dilaporkan oleh Pemotong dengan


menggunakan SPT Masa PPh Pasal
23 paling lambat tgl 20 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.

Tambahan Tarif PPh Pasal 23 Bagi Usaha Retail

Berikut ini adalah ringkasan S-653/PJ.032/2010 mengenai jawaban dari Direktorat Peraturan
Perpajakan II atas surat Direktur PT Huty Solidindo* Nomor 001/PTHS/I/10 tanggal 25 Januari 2010,
yang meminta penegasan tentang Pemotongan PPh Pasal 23 atas sejumlah trading term yang diperoleh
dari usaha retail:
JENIS TRANSAKSI PERLAKUAN

1 Rabat Tetap/ Fixed Rebates 1. bukan merupakan objek PPh Pasal 23 jika:
2 Rabat Bersyarat/ Conditional o bagi Penjual merupakan unsur pengurang harga untuk
Rebates menentukan nilai penjualan bersih, dan
3 Promotion Discount o bagi pembeli merupakan unsur pengurang nilai harga
4 Anniversary Discount pokok penjualan, maka potongan-potongan penjualan
tersebut;
5 Opening Discount
2. termasuk dalam pengertian penghargaan yang dipotong
6 Rafraksi Catalog Top Brand
PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto jika:
7 Potongan Harga Reguler/ o bagi penjual bukan merupakan unsur pengurang harga
Regular Discount untuk menentukan nilai penjualan bersih, dan
o bagi pembeli bukan merupakan unsur pengurang nilai
harga pokok penjualan.

8 Promotion Budget Termasuk dalam pengertian jasa manajemen pemasaran yang


dipotong PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto.
9 Annual Electronic Data Termasuk dalam pengertian sewa dan penghasilan lain sehubungan
Interchange Tarif dengan penggunaan harta yang dipotong PPh Pasal 23 sebesar 2%
dari jumlah bruto
10 New Store Listing Fee
11 Remodeling Cost
12 Distribution Center Logistic/
Exiting Electronic Data
Interchange/ Distribution Center Bukan merupakan obyek PPh Pasal 23, namun merupakan
Discount penghasilan yang wajib dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Badan
13 Service Level Penalty dan dikenai PPh berdasarkan tarif Pasal 17 UU PPh

*PT Huty Solisindo adalah supplier dari PT Carrefour Indonesia dan PT Alfa Retailindo Tbk

TABEL TARIF PPh PASAL 22 (PMK-107/PMK.010/2015 (berlaku setelah 60 (enam puluh) hari
terhitung sejak tanggal 9 Juni 2015) stdd PMK-16/PMK.010/2016 (berlaku sejak 3 Februari 2016))
No. PEMUNGUT PPH PASAL 22 BESAR TARIF PPH PASAL 22
1. Bank Devisa dan DJBC, atas 1. Atas Impor :
impor barang a. barang tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
PMK-107/PMK.010/2015, sebesar 10% dari nilai impor
b. barang tertentu lainnya sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II PMK-107/PMK.010/2015, sebesar 7,5% dari
nilai impor
c. selain barang tertentu dan barang tertentu lainnya, yang
menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 2,5% dari nilai
impor, kecuali atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu sebesar
0,5% dari nilai impor;
d. selain barang tertentu dan barang tertentu lainnya, yang tidak
menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 7,5% dari nilai
impor; dan/atau
e. barang yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% dari harga jual lelang.
▪ Nilai impor adalah nilai berupa uang yang
menjadi dasar penghitungan Bea Masuk yaitu
Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah
dengan Bea Masuk dan pungutan lainnya yang
dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan kepabeanan di bidang impor.
(Pasal 2 ayat (2) PMK-107/PMK.010/2015)
2. ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan
logam, sesuai uraian barang dan pos tarif/Harmonized System (HS)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III PMK-107/PMK.010/2015, oleh
eksportir kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang terikat dalam perjanjian
kerjasama pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya, sebesar 1,5% dari
nilai ekspor sebagaimana tercantum dalam Pemberitahuan Ekspor Barang.
(Pasal 2 ayat (1) huruf a angka 2 PMK-107/PMK.010/2015)
▪ Nilai ekspor sebagaimana tercantum dalam
Pemberitahuan Ekspor Barang adalah nilai Free on
Board (FOB). (Pasal 2 ayat (3) PER-31/PJ/2015)

2. 3. bendahara pemerintah 1,5% x Harga Pembelian tidak termasuk PPN (Pasal 2 ayat (1) huruf b PMK-
dan Kuasa Pengguna 107/PMK.010/2015)
Anggaran (KPA)
4. bendahara pengeluaran
5. Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) atau
pejabat penerbit Surat
Perintah Membayar yang
diberi delegasi oleh
Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA)

3. Badan usaha tertentu 1,5% x Harga Pembelian tidak termasuk PPN (Pasal 2 ayat (1) huruf b PMK-
107/PMK.010/2015)
4. Badan usaha yang bergerak
dalam bidang usaha industri No. Jenis Industri Tarif PPh Pasal 22 Sifat
semen, industri kertas, industri 1. penjualan baja 0,3 % x DPP PPN Tidak Final
baja, industri otomotif, dan 2. penjualan semua jenis 0,45 % x DPP PPN Tidak Final
industri farmasi, atas penjualan kendaraan bermotor
hasil produksinya kepada beroda dua atau lebih
distributor di dalam negeri; 3. penjualan semua jenis 0,25 % x DPP PPN Tidak Final
semen
4. penjualan kertas 0,1 % x DPP PPN Tidak Final
5. penjualan semua jenis 0,3% x DPP PPN Tidak Final
obat
5. Agen Tunggal Pemegang Merek 0,45% dari DPP PPN (tidak final). (Pasal 2 ayat (1) huruf e PMK-
(ATPM), Agen Pemegang 107/PMK.010/2015)
Merek (APM), dan importir
umum kendaraan bermotor;
6. Produsen atau importir bahan Jenis Produk Tarif untuk penjualan Dasar Pengenaan
Pajak
bakar minyak, bahan bakar gas, kepada :
dan pelumas, atas penjualan SPBU SPBU Bukan
bahan bakar minyak, bahan Pertamina Pertamina
bakar gas, dan pelumas atau pihak
selain SPBU
bahan 0,25 % 0,30 % Penjualan tidak
termasuk PPN
bakar
minyak

bahan bakar gas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk


PPN;

pelumas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN. (Pasal


2 ayat (1) huruf C PMK-107/PMK.010/2015)
7. Industri atau eksportir yang 0,25% dari harga pembelian tidak termasuk PPN (Pasal 2 ayat (1) huruf f
bergerak dalam sektor PMK-16/PMK.010/2016)
kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan, dan
perikanan
8. Wajib Pajak badan tertentu 5% x Harga Jual (tidak termasuk PPN dan PPnBM)
untuk memungut pajak dari
pembeli atas penjualan barang
yang tergolong sangat mewah.
(PMK-253/PMK.03/2008
(berlaku sejak 1 Januari 2009)

Tabel Tarif PPh Pasal 4 ayat (2)

No Uraian Tarif x DPP Wkt Cara Dasar Hukum


Setor&Lapor Penyetoran
&
Pelaporan
1 Sewa tanah dan/ atau 10% x jumlah bruto nilai Disetor oleh Disetorkan • PP 5/2002,
bangunan. persewaan tanah dan/ atau pemotong= maks dengan KEP
bangunan tgl 10 bln SSP. 227/PJ/2002
FINAL berikutnya, jika • Sejak 1 Mei
disetor KAP: 2002
Sejak 1 Mei 2002 411128
Disetor
sendiri=maks tgl KJS: 403
15 bulan
berikutnya. Pelaporan
dengan SPT
Pelaporan SPT Masa PPh
Masa maks tgl 20 Pasal 4 (2)
bulan berikutnya.
2 Pengalihan hak atas tanah 2,5% x jumlah bruto nilai Disetor sendiri oleh Disetor • PP 48/1994 Jo.
dan/ atau bangunan. pengalihan hak atas tanah penerima dengan SSP PP 34/2016
dan/atau bangunan. penghasilan • PMK
(OP/Badan) KAP: 243/PMK.03/2
FINAL sebelum akta 411128 008
ditandatangani oleh • SE
Rumah Sederhana dan pejabat yang KJS: 402 06/PJ.03/2008
Rumah Susun Sederhana berwenang. • PER
dikenakan= 1% x jumlah Pelaporan 30/PJ/2009
bruto nilai pengalihan Untuk lelang, dengan SPT
disetor oleh Pejabat Masa PPh
Sejak 8 September 2016 Lelang atas nama Pasal 4 (2)
pemilik harta
3 Jasa Konstruksi Disetor oleh Disetorkan • PP 51 tahun
Sejak 1 Januari 2008 pemotong: paling dengan 2008 Jo PP 40
lambat disetor tgl SSP. tahun 2009
Pelaksanaan Konstruksi: 10 bulan
berikutnya. KAP:
• 2%: kualifikasi 411128
usaha kecil; Disetor sendiri
• 4%: tidak punya (tidak dipotong): KJS: 409
kualifikasi; disetor paling
• 3%: kualifikasi lambat tgl 15 bulan Pelaporan
selain kecil berikutnya. dengan SPT
(menengah & Masa PPh
besar) Pasal 4 (2)

Perencanaan/Pengawasan
Konstruksi:
• 4%: punya
kualifikasi usaha;
• 6%: tidak punya
kualifikasi usaha.

FINAL
4 Penjualan saham di Bursa selain IPO= 0,1% x jmlh Pemotong Pajak Disetorkan • PP 41/1994 Jo.
Efek bruto nilai transaksi setor paling lambat dengan SSP PP 14/1997
penjualan tgl 20 bulan • KMK
berikutnya. (utk KAP: 282/KMK.04/1
selain IPO) 411128 997

IPO= Pemotong Pajak KJS:


adalah: - Selain
((0,5 % x nilai saham) + IPO: 406
(0,1 % x jmlh bruto nilai • selain IPO: - IPO: 407
transaksi penjualan)) perantara
pedagang Pelaporan
FINAL efek dengan SPT
• IPO: Masa PPh
IPO(Initial Public Emiten Pasal 4 (2)
Offering)
Pelaporan untuk:
Sejak 29 Mei 1997
1. Selain
IPO: maks
tgl 25 bln
berikutnya
setelah
saham
diperdagan
gkan
2. IPO: maks
tgl 20
setelah
bulan
penyetoran

5 Penghasilan Utk WPDN dan BUT: Pemotong Pajak Disetorkan • PP 16 tahun


Bunga/ Diskonto setor paling lambat dengan 2009 stdd PP
Obligasi 15% x jmlh bruto tgl 10 bulan SSP. 100 TAHUN
bunga/diskonto berikutnya. 2013
Yg dimaksud KAP: • PMK
SUN
dengan Obligasi Utk WPLN selain BUT: Pelaporan paling 411128 85/PMK.03/20
(Surat
disini adalah Surat lambat tgl 20 bulan 11
Utang
Utang dan Surat 20% x jmlh bruto berikutnya. KJS: 401
Negara)
Utang Negara bunga/diskonto atau sesuai
terdiri
(SUN) yang tarif P3B Pelaporan
dari:
berjangka waktu dengan SPT
>12 bulan (lebih Untuk WP reksadana yg Masa PPh
dari 12 bulan). terdaftar di Otoritas Jasa Pasal 4 (2)
Keuangan:
Utk SBSN dengan
jgk wkt >12 bulan • 5% x jmlh bruto
(lebih dari 12 bln) (thn 2014-2020)
juga mengikuti • 15% x jmlh bruto
ketentuan seperti (thn 2021- dst)
Obligasi Negara.
FINAL
Dikecualikan dari
pemotongan PPh ketentuan berlaku sejak
Pasal 4(2) jika: 1 Januari 2009

• penerima
adalah WP
Dana
Pensiun
yang telah
disahkan
oleh
MenKeu;
• WP Bank
yang
didirikan di
Indonesia,
atau cabang
bank luar
negeri di
Indonesia.

6 Surat 20% x diskonto SPN Pemotong Pajak Disetorkan • PP 27 tahun


Perbendaharaan FINAL setor paling lambat dengan 2008
Negara (SPN)= tgl 10 bulan SSP. • PMK
SUN berjangka ketentuan berlaku sejak berikutnya. 63/PMK.03/20
waktu paling lama 4 April 2008 KAP: 08
12 bulan. Pelaporan paling 411128 • PER
(yg dikecualikan dari lambat tgl 20 bulan 18/PJ/2008
Utk SBSN dengan pemotongan: bank yg berikutnya. KJS: 401
jgk wkt didirikan di Indonesia atau
cabang bank LN di Pemotong pajak Pelaporan
Indonesia, Dana Pensiun, diatur dalam Pasal dengan SPT
Reksadana yg terdaftar di 3 PMK Masa PPh
BAPEPAM-LK) 63/PMK.03/2008 Pasal 4 (2)
7 Deviden yang dibagikan 10% x jmlh bruto deviden Pemotong Pajak Disetorkan • Pasal 17 ayat
kepada OP setor paling lambat dengan (2c) UU 36
FINAL tgl 10 bulan SSP. tahun 2008
berikutnya. • PP 19 tahun
sejak 1 Januari 2009 KAP:
Pelaporan paling 411128 2009
lambat tgl 20 bulan
berikutnya. KJS: 419

Pelaporan
dengan SPT
Masa PPh
Pasal 4 (2)
8 Bunga Simpanan Koperasi 0% atas bunga simpanan Pemotong Pajak Disetorkan • PP 15 tahun
yang dibayarkan kepada koperasi sampai dengan setor paling lambat dengan 2009
anggota koperasi orang Rp 240.000 tgl 10 bulan SSP.
pribadi berikutnya.
10% x Jmlh bruto (utk KAP:
bunga simpanan diatas Rp Pelaporan paling 411128
240.000 sebulan.) lambat tgl 20 bulan
berikutnya. KJS: 417
FINAL
Pelaporan
sejak 1 Januari 2009 dengan SPT
Masa PPh
Pasal 4 (2)

9 Pendapatan bunga Untuk WPDN & BUT: Pemotong Pajak Disetorkan • PP 131 tahun
deposito dan tabungan setor paling lambat dengan 2000
serta Sertifikat Bank 20% x jmlh bruto bunga tgl 10 bulan SSP.
Indonesia (SBI) berikutnya.
(FINAL) KAP:
Pelaporan paling 411128
Untuk WPLN: lambat tgl 20 bulan
berikutnya. KJS: 404
20% x jmlh bruto bunga
atau sesuai P3B Pelaporan
dengan SPT
(FINAL) Masa PPh
Pasal 4 (2)
sejak 1 Januari 2001

dikecualikan dari
pemotongan:

• jumlah tidak
melebihi Rp 7,5
juta
• jika penerima: bank
yg didirikan di
Indonesia atau
cabang bank LN di
Indonesia.
• jika penerima:Dana
Pensiun yg telah
disahkan Menteri
Keuangan.
• bunga tabungan
pada bank yang
ditunjuk
Pemerintah dlm
rangka pemilikan
Rumah Sederhana,
dsb.

10 Hadiah Undian 25% x jmlh bruto nilai Pemotong Pajak Disetorkan • PP 132 tahun
hadiah setor paling lambat dengan 2000
tgl 10 bulan SSP. • KEP
FINAL berikutnya. 395/PJ/2001
KAP: • SE
sejak 1 Januari 2001 Pelaporan paling 411128 19/PJ.43/2001
lambat tgl 20 bulan
berikutnya. KJS: 405

Pelaporan
dengan SPT
Masa PPh
Pasal 4 (2)
11 Penjualan saham milik 0,1% x jmlh bruto nilai Disetor paling Disetorkan • PP 4 tahun
Modal Ventura transaksi lambat tgl 10 bulan dengan 1995
berikutnya. SSP. • KMK
FINAL 250/KMK.04/1
Pelaporan paling KAP: 995
sejak 8 Februari 1995 lambat tgl 20 bulan 411128
berikutnya.
Jika saham KJS: 408
diperjualbelikan di Bursa
Efek, maka berlaku Pelaporan
ketentuan tentang dengan SPT
penjualan saham di Bursa Masa PPh
Efek. Pasal 4 (2)

Tabel Tarif PPh Pasal 15

No Uraian Tarif x DPP Penyetoran & Pelaporan Dasar Hukum


1 Charter Penerbangan 1,8%x Peredaran Disetor oleh pemotong • KMK
Dalam Negeri Bruto yang diterima paling lambat tgl 10 bulan 475/KMK.04/19
berdasarkan berikutnya. 96
perjanjian charter. • SE 35/PJ.4/1996
Setor dengan menggunakan
TIDAK FINAL SSP, dengan:

KAP: 411129,

KJS: 101.

Dilaporkan dalam SPT Masa


PPh Pasal 15, dilaporkan
paling lambat tgl 20 bulan
berikutnya.
2 Perusahaan Pelayaran 1,2% x Peredaran Disetor oleh pemotong: • KMK
Dalam Negeri bruto disetor paling lambat tgl 10 416/KMK.04/19
bulan berikutnya. 96
FINAL • SE 29/PJ.4/1996
Disetor sendiri: disetor
paling lambat tgl 15 bulan
berikutnya

Setor dengan menggunakan


SSP, dengan:

KAP: 411128,

KJS: 410

Dilaporkan dalam SPT Masa


PPh Pasal 15, dilaporkan
paling lambat tgl 20 bulan
berikutnya.
3 Perusahaan Pelayaran dan 2,64% x Peredaran Disetor oleh pemotong: • KMK
Penerbangan Luar Negeri Bruto disetor paling lambat tgl 10 417/KMK.04/19
bulan berikutnya. 96
FINAL • SE 32/PJ.4/1996
Disetor sendiri: disetor
paling lambat tgl 15 bulan
berikutnya

Setor dengan menggunakan


SSP, dengan:

KAP: 411128,

KJS: 411
Dilaporkan dalam SPT Masa
PPh Pasal 15, dilaporkan
paling lambat tgl 20 bulan
berikutnya.
4 WPLN yang mempunyai Untuk negara yang Disetor sendiri paling lambat • KMK
kantor perwakilan dagang tidak ada P3B tgl 15 bulan berikutnya 634/KMK.04/19
di Indonesia dengan Indonesia: setelah bulan diterima 94, berlaku mulai
penghasilan. 1 Januari 1995
0,44% x nilai ekspor • KEP
bruto Disetor dengan menggunakan 667/PJ/2001,
SSP dengan: berlaku mulai 29
Penghasilan neto= Oktober 2001
1% x nilai ekspor KAP: 411128 • SE 2/PJ.03/2008,
bruto ditetapkan tgl 31
KJS: 413 Juli 2008.
Untuk negara yang
mempunyai P3B Dilaporkan paling lambat tgl
dengan Indonesia: 20 bulan berikutnya dengan
menggunakan Formulir
disesuaikan dengan dalam Lampiran I KEP
tarif P3B, untuk 667/PJ./2001 dan dilampiri
contoh penghitungan SSP lembar ke-3.
lihat di SE
2/PJ.03/2008.

FINAL

5 WP yang melakukan 7% x tarif tertinggi Disetor dengan menggunakan • KMK


kegiatan usaha jasa maklon Pasal 17 ayat (1) SSP PPh Final paling lambat 543/KMK.03/20
(Contract Manufacturing) huruf b UU PPh x tgl 15 bulan berikutnya. 02
Internasional di bidang total biaya • SE
produksi mainan anak- pembuatan atau KAP: 411128 02/PJ.31/2003
anak. perakitan barang
tidak termasuk biaya KJS: 499 (krn tdk ada
pemakaian bahan disebutkan secara spesifik ttg
baku (direct jasa maklon ini)
materials).
Dilaporkan paling lambat tgl
Didalam SE 20 bulan berikutnya. Tetapi
02/PJ.31/2003 tidak ada formulir khusus utk
disebutkan: pelaporannya.

7% x 30% x total
biaya pembuatan atau
perakitan barang
tidak termasuk biaya
pemakaian bahan
baku (direct
materials).

FINAL

berlaku sejak 1
Januari 2003

Tabel Tarif PPh Pasal 26

No Uraian Tarif x DPP Dasar Hukum


1 Penghasilan yang dibayarkan kepada 20% x penghasilan bruto atau Tax • UU PPh Pasal 26
WPLN berupa: Treaty (P3B) ayat (1)

1. Deviden; Penyetoran menggunakan SSP


2. Bunga termasuk dengan:
Premium,Diskonto dan Imbalan
jaminan pengembalian hutang; KAP: 411127
3. Royalty;
4. Sewa; KJS:
5. Penghasilan penggunaan harta
6. Imbalan sehubungan dengan • Deviden: 101
jasa pekerjaan dan kegiatan; • Bunga: 102
7. Hadiah & penghargaan; • Royalti: 103
8. Pensiun & pembayaran berkala • Jasa: 104
lainnya; • Selain Deviden, Bunga,
9. premi swap dan transaksi Royalti, Jasa: 100
lindung nilai lainnya; dan/ atau
10. keuntungan karena pembebasan
utang.

2 Penjualan atas penghasilan dari 20% x Perkiraan Neto. • UU PPh Pasal 26


penjualan atau pengalihan harta di ayat (2)
Indonesia, yang diperoleh WP Luar Perkiraan neto=25% x harga jual • PMK
Negeri. 82/PMK.03/2009
berlaku sejak 22
Harta yang dimaksud berupa: April 2009
Sehingga tarif efektif:
perhiasan mewah, berlian, emas, intan,
jam tangan mewah, barang antik, 20% x 25% x harga jual = 5% x
lukisan, mobil, motor, kapal pesiar, harga jual
dan/atau pesawat terbang ringan.
FINAL
Dikecualikan dari pemotongan PPh
Pasal 26 adalah: Pemotong Pajak wajib:

WP OP Luar Negeri yang memperoleh • memberikan bukti potong


penghasilan tidak melebihi Rp 10Juta PPh Pasal 26;
untuk setiap jenis transaksi. (Pasal 3 • menyetorkan PPh Pasal 26
ayat (2) PMK 82/PMK.03/2009) yang terutang dengan
menggunakan nama WPLN
yang menjual harta paling
lama tgl 10 bulan
berikutnya setelah bulan
transaksi;
• melaporkan PPh Pasal 26
yang dipotong paling lama
tgl 20 bulan berikutnya.

Penyetoran menggunakan SSP


dengan:

KAP: 411127

KJS: 100
3 Penjualan saham oleh WPLN. 20% x perkiraan neto • UU PPh Pasal 26
ayat (2a)
Saham yang diperjualbelikan adalah Perkiraan neto=25% x harga jual • KMK
saham dari PT di Dalam Negeri dan 434/KMK.04/1999
tidak berstatus sebagai emiten atau Sehingga tarif efektif: • PMK
perusahaan publik. (Pasal 1 KMK 258/PMK.03/2008
434/KMK.04/1999) 20% x 25% x harga jual = 5% x
harga jual

FINAL
Didalam PMK 258/PMK.03/2008
disebutkan bahwa Jika pembeli adalah:
penjualan/pengalihan saham
perusahaan antara (special purpose • WPLN, maka pemotong
company atau conduit company), yang pajaknya adalah Perseroan
didirikan di Tax Haven Country dan (PT Dalam Negeri) yang
mempunyai hubungan istimewa sahamnya diperjualbelikan.
dengan WPDN Indonesia atau BUT di • WPDN yang ditunjuk
Indonesia, dapat ditetapkan sebagai sebagai pemotong, maka
penjualan/ pengalihan saham WP pemotong pajaknya adalah
Badan Dalam Negeri. WPDN sebagai pembeli.
Dan Perseroan hanya
mencatat akta pemindahan
hak atas saham yang dijual
apabila dibuktikan oleh
WPLN bahwa PPh Pasal
26 yang terutang telah
dibayar lunas dengan bukti
pemotongan PPh Pasal 26
dengan menunjukkan
aslinya.

Penyetoran menggunakan SSP


dengan:

KAP: 411127

KJS: 100
4 Premi Asuransi dan Premi Reasuransi 20% x perkiraan neto. • UU PPh Pasal 26
yang dibayar kepada perusahaan ayat (2)
asuransi di LN Perkiraan neto: • KMK
624/KMK.04/1994
1. 50% dari Premi yang
dibayarkan oleh pihak yang
tertanggung kepada
perusahaan asuransi LN.
Sehingga tarif efektif: 20%
x 50%= 10%.
Pemotong pajak adalah
tertanggung.
2. 10% dari Premi yang
dibayar oleh perusahaan
asuransi di Indonesia
kepada perusahaan asuransi
LN. Sehingga tarif efektif:
20% x 10%= 2%.
Pemotong Pajak adalah
perusahaan asuransi di
Indonesia.
3. 5% dari Premi yang
dibayar oleh perusahaan
reasuransi di Indonesia
kepada perusahaan asuransi
di LN. Sehingga tarif
efektif: 20% x 5%= 1%.
Pemotong pajak adalah
perusahaan reasuransi di
Indonesia.

Penyetoran menggunakan SSP


dengan:

KAP: 411127

KJS: 100
5 BUT (Bentuk Usaha Tetap)/ Atas Laba BUT sebelum pajak: • UU PPh Pasal 26
Permanent Establishment ayat (4)
• KMK
113/KMK.03/2002
Dikecualikan dari pengenaan PPh →dikenakan tarif Pasal 17 Jo. PMK
Pasal 26 ayat (4) jika penghasilan BUT 257/PMK.03/2008
ditanamkan kembali di Indonesia Penyetoran seperti WP Badan DN. Jo. PMK
dengan syarat: 14/PMK.03/2011
tentang penanaman
1. penanaman kembali dilakukan kembali Laba BUT.
atas seluruh penghasilan kena Atas Laba BUT setelah pajak yang • PER 16/PJ/2011
pajak setelah dikurangi PPh tidak ditanamkan kembali di tentang Penanaman
dalam bentuk penyertaan modal Indonesia: Kembali Laba BUT
pada perusahaan yang baru
didirikan dan berkedudukan di →dikenakan20% x laba setelah
Indonesia sebagai pendiri atau pajak
peserta pendiri;
2. Perusahaan yang baru didirikan Penyetoran PPh Pasal 26 atas Laba
dan berkedudukan di Indonesia BUT setelah pajak, menggunakan
tsb harus aktif melakukan SSP dengan:
kegiatan usaha sesuai dengan
akte pendiriannya, paling lama KAP: 411127
1 tahun sejak didirikan;
3. penanaman kembali dilakukan KJS: 105
dalam tahun ajak berjalan atau
paling lama tahun pajak
berikutnya dari tahun pajak
diterima/ diperolehnya
penghasilan tsb; dan
4. tidak melakukan pengalihan
atas penanaman kembali tsb
paling singkat dalam jangka
waktu 2 tahun sesudah
perusahaan baru tsb telah
berproduksi komersial.

Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU Nomor 36 TAHUN 2008 :


Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:

No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


1. sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) 5%
(lima persen)
2. di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan 15%
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) (lima belas
persen)
3. di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai 25%
dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) (dua puluh lima
persen)
4. di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 30%
(tiga puluh
persen)

TARIF PPh Pasal 21 atas Pesangon


KETENTUAN LAMA (MULAI 1
KETENTUAN BARU (MULAI 16 NOVEMBER 2009 S.D SEKARANG)
JANUARI 2001 S.D 15 NOVEMBER 2009)
Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, THT,
Uang Manfaat Pensiun, JHT
Uang Pesangon (Pasal 4 PP 68 TAHUN 2009)
No. THT, JHT (Pasal 5 PP 68
TAHUN 2009)
(Pasal 2 PP 149 Tahun 2000)
Tarif
Penghasilan Tarif (FINAL) Penghasilan Penghasilan Tarif (FINAL)
(FINAL)
1. 0 - 50 juta 0% 0 - 50 juta 0% 0 - 25 juta 0%

2. 50 - 100 juta 5% > 50 5% > 25 juta - 50 juta 5%

3. 100 - 500 15 % > 50 juta - 100 juta 10 %


> 100 juta - 200 juta 15 %
4. > 500 25 %
> 200 juta 25 %

TABEL TARIF PPH PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP DAN PEGAWAI TIDAK TETAP
No. Jenis Penerima Penghitungan PPh Pasal 21 Ketentuan
Penghasilan (Subjek Lama (PER-
PPh 21) 32/PJ/2015)
1. Pegawai Tetap PPh 21 = DPP X Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU ketentuan ini
Nomor 36 TAHUN 2008 masih sama
dengan
DPP = PKP = Ph. Neto - PTKP
ketentuan lama
Ph. Neto = Ph. Bruto - B.Jab - THT/JHT di PER-
o Besar Biaya Jabatan 5% dari Ph.Bruto Max 32/PJ/2015
Rp500.000/bulan
o Besar PTKP (Lihat Daftar PTKP)

Dasar
: Pasal 9, 10, 14 PER-16/PJ/2016
hukum
2. Pegawai Tidak PPh 21 = DPP X Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU Pada ketentuan
Tetap yang Nomor 36 TAHUN 2008 lama, jumlah
penghasilannya kumulatif
DPP = PKP = Ph. Bruto - PTKP
dibayar secara penghasilannya
o Besar PTKP KLIK DISINI
bulanan atau jumlah adalah
kumulatif Rp3.000.000,00
penghasilan yang Pasal 9 ayat (1) huruf a angka 3, Pasal 10 (Pasal 9 PER-
Dasar
diterima dalam 1 : ayat (2), Pasal 14 ayat (1) huruf c PER- 32/PJ/2015)
hukum
bulan kalender telah 16/PJ/2016
melebihi
Rp4.500.000,00
3. Pegawai Tidak PPh 21 = 5% x (Ph. Bruto - Rp.450.000,00) Pada ketentuan
Tetap atau Tenaga Dasar : Pasal 9 ayat 1 huruf b dan Pasal 15 ayat (1) huruf a lama, jumlah
Kerja Lepas yang hukum PER-16/PJ/2016 kumulatif
menerima upah penghasilannya
harian, upah adalah
mingguan, upah Rp3.000.000,00
satuan atau upah (Pasal 9 PER-
borongan, sepanjang Ketentuan Lama (berlaku sejak 7 Agustus 2015) 32/PJ/2015)
penghasilan PPh 21 = 5% x (Ph. Bruto - Rp.300.000,00)
kumulatif yang Dasar Pasal 9 ayat 1 huruf b dan Pasal 15 ayat (1) huruf a
diterima dalam 1 :
hukum PER-32/PJ/2015
(satu) bulan kalender
belum melebihi
Rp4.500.000,00
4. Pegawai Tidak PPh 21 = 5% x (Ph. Bruto - PTKP yang sebenarnya) Pada ketentuan
Tetap atau Tenaga PTKP yang sebenarnya adalah adalah sebesar PTKP untuk lama, tarif ini
Kerja Lepas yang jumlah hari kerja yang sebenarnya. digunakan untuk
menerima upah Dasar : Pasal 12 ayat (4) dan Pasal 15 ayat (1) huruf b yang jumlah
harian, upah hukum PER-16/PJ/2016 penghasilan
mingguan, upah kumulatif dalam
satuan atau upah 1 bulan kalender
borongan, dalam hal telah melebihi
jumlah penghasilan Ketentuan Lama (berlaku sejak 7 Agustus 2015) Rp3.000.000,00
kumulatif dalam 1 tetapi belum
PPh 21 = 5% x (Ph. Bruto - PTKP yang sebenarnya)
bulan kalender telah melebihi
melebihi PTKP yang sebenarnya adalah adalah sebesar PTKP untuk Rp.8.200.000,00
Rp4.500.000,00 jumlah hari kerja yang sebenarnya.
tetapi belum melebihi Dasar : Pasal Pasal 12 ayat (4) dan Pasal 15 ayat (1)
Rp.10.200.000,00 hukum huruf b PER-32/PJ/2015

5. Pegawai Tidak PPh 21 : PKP yang disetahunkan X Tarif Pasal 17 Pada ketentuan
Tetap atau Tenaga ayat (1) huruf a UU Nomor 36 TAHUN lama, tarif ini
Kerja Lepas yang 2008 digunakan untuk
menerima upah PKP = Ph.Bruto - PTKP yang jumlah
harian, upah Dasar penghasilan
mingguan, upah : Pasal Pasal 15 ayat (2) PER-16/PJ/2016 kumulatif dalam
hukum
satuan atau upah 1 bulan kalender
borongan, dalam hal telah melebihi
jumlah penghasilan Rp8.200.000,00
kumulatif dalam 1
bulan kalender telah
melebihi
Rp10.200.000,00

TABEL TARIF PPH PASAL 21 ATAS BUKAN PEGAWAI

No. Jenis Penerima Penghitungan PPh Pasal 21 Ketentuan


Penghasilan (Subjek Lama (PER-
PPh 21) 32/PJ/2015)
1. Bukan Pegawai yang PPh 21 = Jumlah kumulatif PKP X Tarif Pasal 17 ketentuan ini
menerima imbalan yang ayat (1) huruf a UU Nomor 36 TAHUN sama dengan
bersifat 2008 ketentuan
berkesinambungan. lama di PER-
PKP = (50% x Ph.Bruto) - PTKP per bulan.
32/PJ/2015
o pengurangan berupa PTKP dapat diperoleh sepanjang :
1. yang bersangkutan telah mempunyai NPWP dan
2. hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja
dengan satu Pemotong PPh 21/26 serta
3. tidak memperoleh penghasilan lainnya. Pasal 13 ayat (1)
PER-16/PJ/2016
o

Dasar : Pasal 9 ayat (1) huruf a angka 4 dan Pasal


hukum 16 ayat (1) huruf a PER-16/PJ/2016
2. Bukan Pegawai yang DPP X Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU ketentuan ini
menerima imbalan yang PPh 21 =
Nomor 36 TAHUN 2008 sama dengan
bersifat tidak ketentuan
DPP = 50% X Ph. Bruto untuk setiap pembayaran
berkesinambungan. lama di PER-
imbalan kepada Bukan Pegawai yang tidak
bersifat berkesinambungan 32/PJ/2015
Dasar : Pasal 9 ayat (1) huruf c dan Pasal 16 ayat
hukum (2) huruf a PER-16/PJ/2016

TABEL TARIF PPH PASAL 21 ATAS PENSIUNAN

No. Jenis Penerima Penghitungan PPh Pasal 21 Ketentuan


Penghasilan (Subjek Lama (PER-
PPh 21) 32/PJ/2015)
1. penerima pensiun PPh 21 = DPP X Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU ketentuan ini
berkala Nomor 36 TAHUN 2008 sama dengan
ketentuan lama
DPP = PKP = Ph. Neto - PTKP
di PER-
Ph.Neto = Ph. Bruto - Biaya pensiun 32/PJ/2015
o Besar Biaya Pensiun = 5% x Ph.Bruto Max
Rp200.000/Bulan
o Besar PTKP = lihat daftar PTKP

Dasar : Pasal 9 ayat (1) dan 10 ayat (4) PER-


hukum 16/PJ/2016
2. penerima uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang
dibayarkan sekaligus (SELENGKAPNYA LIHAT DAFTAR PESANGON)

TABEL TARIF PPH PASAL 21 ATAS PESERTA KEGIATAN

No. Jenis Penerima Penghitungan PPh Pasal 21 Ketentuan


Penghasilan Lama (PER-
(Subjek PPh 21) 32/PJ/2015)
1. peserta kegiatan PPh 21 = jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali ketentuan ini
yang menerima atau pembayaran yang bersifat utuh dan tidak masih sama
memperoleh dipecah X Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU dengan
penghasilan Nomor 36 TAHUN 2008 ketentuan
sehubungan dengan lama di PER-
Dasar
keikutsertaannya : Pasal 16 ayat (2) huruf b PER-16/PJ/2016 32/PJ/2015
hukum
dalam suatu
kegiatan

TABEL TARIF PPH PASAL 21 ATAS ANGGOTA DEWAN KOMISARIS ATAU DEWAN
PENGAWAS
No. Jenis Penerima Penghitungan PPh Pasal 21 Ketentuan
Penghasilan Lama (PER-
(Subjek PPh 21) 32/PJ/2015)
1. anggota dewan PPh 21 = jumlah penghasilan bruto X Tarif Pasal 17 ketentuan ini
komisaris atau ayat (1) huruf a UU Nomor 36 TAHUN masih sama
dewan pengawas 2008 dengan
yang tidak ketentuan
jumlah penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan
merangkap sebagai lama di PER-
yang bersifat tidak teratur
Pegawai Tetap pada 32/PJ/2015
perusahaan yang Dasar
: Pasal 16 ayat (1) huruf c PER-16/PJ/2016
sama yang hukum
mendapat
honorarium atau
imbalan yang
bersifat tidak
teratur.

TABEL TARIF PPH PASAL 21 ATAS MANTAN PEGAWAI

No. Jenis Penerima Penghitungan PPh Pasal 21 Ketentuan


Penghasilan (Subjek Lama (PER-
PPh 21) 32/PJ/2015)
1. Mantan Pegawai PPh 21 = jumlah penghasilan bruto X Tarif Pasal 17 ketentuan ini
yang menerima jasa ayat (1) huruf a UU Nomor 36 TAHUN masih sama
produksi, tantiem, 2008 dengan
gratifikasi, bonus ketentuan
jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi, tantiem,
atau imbalan lain lama di PER-
gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang bersifat tidak
yang bersifat tidak 32/PJ/2015
teratur
teratur.
Dasar
: Pasal 16 ayat (1) huruf d PER-16/PJ/2016
hukum

TABEL TARIF PPH PASAL 21 ATAS PESERTA PROGRAM PENSIUN


No. Jenis Penerima Penghitungan PPh Pasal 21 Ketentuan
Penghasilan (Subjek Lama (PER-
PPh 21) 32/PJ/2015)
1. Peserta program pensiun PPh 21 = jumlah penghasilan bruto X Tarif Pasal 17 ketentuan ini
yang masih berstatus ayat (1) huruf a UU Nomor 36 TAHUN 2008 masih sama
sebagai pegawai yang dengan
jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi, tantiem,
melakukan penarikan ketentuan
gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang bersifat tidak
dana pensiun dari dana lama di
teratur
pensiun yang PER-
pendiriannya telah Dasar 32/PJ/2015
: Pasal 16 ayat (1) huruf e PER-16/PJ/2016
disahkan oleh Menteri hukum
Keuangan

Anda mungkin juga menyukai