BOBBY FISHER, SE
INTERNATIONAL
TAXATION
Fields Of Expertise:
Business,Government and International Economic.
Risk Management and Taxation.
Contact:
Email : abitaqi@gmail.com
Phone : +62 813 1874 0003
Blog : //abitaqi.posterous.com
1
17/11/2010
INTERNATIONAL
TAXATION
DAFTAR REFERENSI
2
17/11/2010
3
17/11/2010
4
17/11/2010
5
17/11/2010
6
17/11/2010
7
17/11/2010
PERJANJIAN INTERNASIONAL
Perjanjian internasional menurut UU 24/2000
adalah perjanjian dalam bentuk dan nama
tertentu, yang diatur dalam hukum internasional
yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan
hak dan kewajiban di bidang hukum publik.
Perjanjian internasional dapat dilakukan melalui
penandatanganan, pengesahan, pertukaran
dokumen perjanjian/nota diplomatik, cara-cara
lain sebagaimana disepakati para pihak dalam
perjanjian internasional.
8
17/11/2010
9
17/11/2010
10
17/11/2010
11
17/11/2010
PAJAK INTERNASIONAL
Pajak adalah kontribusi moneter yang dapat
dipaksakan berdasarkan undang-undang dari
suatu entitas ekonomi kepada pemerintah untuk
membiayai belanja negara tanpa disertai prestasi
langsung.
Pajak internasional adalah aspek internasional
dari undang-undang tentang pajak penghasilan
dari masing-masing negara yang tertuang dalam
persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B)
dan pelaksanaannya dilakukan dengan niat baik
sesuai dengan hukum internasional.
12
17/11/2010
13
17/11/2010
PEMAJAKAN BERGANDA
Pemajakan berganda (double taxation) adalah
perlakuan pajak apabila masing-masing negara
mengenakan pajak atas penghasilan yang sama.
Pemajakan berganda secara yuridis (juridicial double
taxation) adalah pemajakan atas penghasilan yang
sama oleh dua negara yang berbeda pada suatu
periode tertentu.
Pemajakan berganda secara ekonomis (economic
double taxation) adalah pemajakan atas penghasilan
yang sama yang diperoleh oleh dua subjek pajak yang
berbeda dalam periode yang sama.
14
17/11/2010
Pendekatan unilateral
...memandang bahwa suatu negara memiliki hak atau kewenangan
untuk menetapkan jumlah pajak terutang masyarakat atau badan
internasional yang memperoleh pendapatan di dalam negeri atau
pengkreditan pajak yang telah dibayar oleh penduduk negara tersebut
di negara lain sebagai pengurang untuk menghindari pajak berganda.
Pendekatan bilateral
...memandang bahwa suatu negara dalam menentukan perpajakan
harus mempertimbangkan tax treaty dan peraturan perpajakan
domestik tidak berlaku bilamana terdapat tax treaty.
Pendekatan multilateral
...bahwa suatu negara tunduk pada hukum internasional sehingga pada
praktiknya setiap kedutaan asing, organisasi internasional dimana
negara tersebut menjadi anggotanya dan penduduk asing yang bekerja
untuk organisasi tersebut bukan subjek pajak negara tersebut dan
perpajakannya dilakukan di negara mereka berdomisili.
15
17/11/2010
TUJUAN P3B
Tujuan utama adalah untuk meniadakan atau
mengurangi pemajakan berganda, mencegah
penghindaran pajak dan penyelundupan pajak.
Tujuan lainnya adalah:
Menjaga persaingan yang adil antara subjek pajak
dalam negeri dan subjek pajak luar negeri dengan cara
mengenakan beban yang sama terhadap penghasilan
yang sama berdasarkan tingkat kemampuan
membayar pajak (ability to pay) yang sama tanpa
memperhatikan di negara mana sumber penghasilan
tersebut berasal.
16
17/11/2010
TUJUAN P3B
Meningkatkan daya saing dan pertumbuhan
ekonomi melalui kebijakan fiskal.
Membagi hak pemajakan antara negara domisili
dan negara sumber secara adil atas penghasilan
yang berasal dari transaksi lintas batas negara.
Menjamin adanya netralitas dalam perpajakan
internasional, baik yang bersifat pemajakan atas
aliran investasi yang masuk ke suatu negara
maupun pemajakan atas investasi yang keluar dari
suatu negara.
17
17/11/2010
18
17/11/2010
19
17/11/2010
20
17/11/2010
21
17/11/2010
22
17/11/2010
23
17/11/2010
24
17/11/2010
6 Pembebasan Pajak
a. Asumsi I
(10% x Rp 50.000) Rp (5.000)
(15% x Rp 50.000) Rp (7.500)
b. Asumsi II
(10% x Rp 50.000) Rp (5.000)
(15% x Rp 50.000) Rp (7.500)
25
17/11/2010
6 Pembebasan Pajak
a. Asumsi I
(30% x Rp 100.000) Rp (30.000)
b. Asumsi II
(30% x Rp 100.000) Rp (30.000)
6 Pembebasan Pajak
a. Asumsi I
(1/7 x Rp 100.000) Rp (14.286)
b. Asumsi II
(1/7 x Rp 100.000) Rp (14.286)
26
17/11/2010
6 Kredit Pajak
a. Asumsi I
(sebesar pajak yang telah dipungut di SG) Rp (28.000)
b. Asumsi II
(sebesar pajak yang telah dipungut di SG) Rp (35.000)
27
17/11/2010
6 Kredit Pajak
a. Asumsi I
(maksimal sebesar pajak yang telah dipungut di SG) Rp (28.000)
b. Asumsi II
(maksimal 1/7 x Rp 210.000) Rp (30.000)
28
17/11/2010
6 Kredit Pajak
a. Asumsi I
(maksimal 50/700 x Rp 195.000) Rp (13.929)
b. Asumsi II
(maksimal 50/700 x Rp 195.000) Rp (13.929)
29
17/11/2010
6 Kredit Pajak
a. Asumsi I
(maksimal 50/700 x Rp 195.000) Rp (14.000)
b. Asumsi II
(maksimal 50/700 x Rp 195.000) Rp (15.000)
6 Kredit Pajak
a. Asumsi I
(maksimal sebatas jumlah pajak yang dibayar di SG) Rp (40.500)
b. Asumsi II
(maksimal 30% x Rp 150.000) Rp (45.000)
30
17/11/2010
6 Kredit Pajak
a. Asumsi I
jumlah angka terendah *) dan **) Rp (40.500)
b. Asumsi II
jumlah angka terendah *) dan **) Rp (45.000)
*) Laba
(30% x Rp 100.000) Rp 30.000 Rp 30.000
(100/750 x Rp 225.000) Rp 30.000 Rp 30.000
Pajak Laba di SG Rp 28.000 Rp 35.000
**) Dividen
(30% x Rp 50.000) Rp 15.000 Rp 15.000
(50/750 x Rp 225.000) Rp 15.000 Rp 15.000
Pajak Dividen di SG Rp 12.500 Rp 16.000
6 Kredit Pajak
a. Asumsi I
(maksimal jumlah pajak yang dibayar di SG & MY) Rp (53.000)
b. Asumsi II
(maksimal 30% x Rp 200.000) Rp (60.000)
31
17/11/2010
Tabel 1.13
Total Beban Pajak PT IDKI (Case: MY Rp 100.000 Tax 25%/32%)
Me tode Ordi na ry Cre di t - Me nga kumul a s i ka n Pe ngha s i l a n Be be ra pa Ne ga ra da n Ta ri f
6 Kredit Pajak
a. Asumsi I
jumlah angka terendah *) dan **) Rp (53.000)
b. Asumsi II
jumlah angka terendah *) dan **) Rp (60.000)
*) SG
(30% x Rp 100.000) Rp 30.000 Rp 30.000
(100/800 x Rp 240.000) Rp 30.000 Rp 30.000
Pajak di SG Rp 28.000 Rp 35.000
**) MY
(30% x Rp 100.000) Rp 30.000 Rp 30.000
(100/800 x Rp 240.000) Rp 30.000 Rp 30.000
Pajak di MY Rp 25.000 Rp 32.000
32
17/11/2010
METODE DEDUCTION
Tabel 1.14
Total Beban Pajak PT IDKI
Metode Deduction
end of slide.
TERIMA KASIH
33