Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

"PAJAK INTERNASIONAL”

Disusun oleh
Syahrul imawan suandi
20190420263

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah bagian dari Dunia Internasional, setiap negara menjalin hubungan
dengan negara lainnya guna mengadakan transaksi-transaksi yang saling menguntungkan
antar negara. Transaksi internasional berupa import barang dari luar negeri, ekspor barang ke
luar negeri, adalah merupakan bagian dari transaksi perdagangan internasional. Transaksi
tersebut tentu mengakibatkan salah seorang penduduk dari salah satu negara tersebut
memperoleh penghasilan. Penduduk yang
memperoleh penghsilan tersebut disebut subyek pajak, sedangkan hasil yang diperoleh
adalah obyek pajak.
Setiap kerjasama tersebut tentu harus disepakati antar negara tersebut guna mencapai
komitmen bersama, dalam bentuk perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan
antar negara tersebut, tidak terkecuali yang terkait dengan aspek perpajakan.
Setiap penduduk asing di seluruh Dunia, tidak dilarang jika mereka ingin melakukan
usaha di Indonesia dan bekerja di Indonesia atau menanamkan modal di Indonesia, atas hasil
yang diterima penduduk asing tersebut, dapat dikenakan pajak di negara Indonesia.
Pengenaan pajak yang dilakukan di Negara Indonesia dapat dilakukan dengan kewenangan
yang dimiliki Negara Indonesia sebgai pemegang kedaulatan hukum dan wilayah, namun
demikian juga harus mempertimbangkan aspek perekonomian nasional dan hubungan
kerjasama antar negara.
Transaksi antar ke dua negara atau beberapa negara dapat menimbulkan aspek
perpajakan, hal ini perlu diatur dan disepakati oleh kedua negara atau seluruh dunia guna
meningkatkan perekonomian dan perdagangan kedua negara, agar tidak menghambat
investasi penanaman modal asing akibat pengenaan pajak yang memberatkan wajib pajak
yang berkedudukan di kedua negara yang mengadakan transaksi tersebut.

Pengetahuan masyarakat atau wajib pajak tentang pajak internasional dirasa kurang
memadai, karena hanya sedikit jumlah wajib pajak yang terlibat dalam transaksi internasional.
Sebagian masyarakat atau wajib pajak yang tidak memahami pajak internasional mungkin
wajar, karena penduduk Indonesia umumnya bukan subjek pajak terkait dengan aspek pajak
internasional. Akan tetapi, alangkah bagusnya jika kita mau mempelajari tentang perpajakan
yang terkait dengan penghasilan penduduk kita di negara lain, atau penduduk negara lain
apabila memperoleh penghasilan di negara kita, hal ini guna menambah wawasan atau
pengetahuan manakala kelak atau saat ini kita bersinggungan atau bahkan berkaitan langsung
dengan subjek pajak yang berasal dari negara lain.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pajak internasional?

2. Bagaimana pengertian pajak internasional oleh beberapa ahli?

3. Sumber Hukum Pajak Intemasional khususnya P3B

C. TUJUAN

1. Memahami tentang Pajak internasional

2. Mengetahui pengertian pajak dari para ahli

3. Mengetahui sumber hukum pajak

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pajak Internasional

1. Pengertian Pajak internasional


Pajak internasional dapat didefinisikan sebagai kesepakatan antar negara
yang memiliki Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda atau yang sering
disebut dengan P3B. Ketentuan dasar pajak internasional ini mengacu pada
Konvensi Wina. Diberlakukannya persetujuan ini dapat menyebabkan ketentuan
perpajakan yang berlaku di negara tertentu tidak lagi berlaku bagi penduduk atau
organisasi asing, jika telah disetujui dalam kesepakatan bilateral antar negara
yang bersangkutan.

Secara garis besar, pajak internasional mengatur dua hal, yakni pemajakan
subjek pajak dalam negeri yang mendapatkan penghasilan dari sumber di luar
negeri, dan pemajakan subjek pajak luar negeri yang menerima yang
mendapatkan penghasilan dari sumber di dalam negeri.
Perjanjian ini diberlakukan untuk menghindari terjadinya pajak berganda
karena perbedaan ketentuan pajak antar negara, sehingga pajak internasional lah
yang menjadi penengah saat terjadinya hal tersebut.
Selain itu, pajak internasional ini juga bertujuan guna untuk meningkatkan
taraf perekonomian serta perdagangan untuk kedua negara yang berhubungan,
dan bertujuan untuk meminimalisir hambatan pada investasi atas penanaman
modal asing yang diakibatkan oleh perlakuan pengenaan pajak yang
diberlakukan untuk kedua negara yang bersangkutan.
Setidaknya terdapat 2 faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya
kesepakatan ini, antara lain:

1. Personal Connecting Factor, yaitu faktor yang menghubungkan hak perpajakan


suatu negara berdasarkan status pada suatu subjek pajak negara yang berkaitan,
namun untuk WP pribadi ketentuannya dilihat dari tempat tinggal dan
keberadaannya.
2. Objective Connecting Factor, yaitu faktor yang menghubungkan hak perpajakan
suatu negara berdasarkan dengan aktivitas ekonomi atau objek pajak yang berkaitan
dengan daerah teritorial suatu negara.
B. Pengertian pajak menurut para ahli
Pengertian hukum pajak ini dapat dibagi menjadi tiga bagian dari pendapat ahli
hukum pajak, yaitu:
1). Menurut pendapat Prof. Dr. Rochmat Soemitro, bahwa hukum pajak internasional
adalah hukum pajak nasional yang terdiri atas kaedah, baik berupa kaedah-kaedah
nasional maupun kaedah yang berasal dari traktat antar negara dan dari prinsip atau
kebiasaan yang telah diterima baik oleh negara- negara di dunia, untuk mengatur soal-
soal perpajakan dan di mana dapat ditunjukkan adanya unsur-unsur asing.
2). Menurut pendapat Prof. Dr. P.J.A. Adriani, hukum pajak internasional adalah suatu
kesatuan hukum yang mengupas suatu persoalan yang diatur dalam UU Nasional
mengenai pemajakan terhadap orang-orang luar negeri, peraturan-peraturan nasional
untuk menghindarkan pajak ganda.
3). Menurut pendapat Prof. Mr. H.J. Hofstra, hukum pajak internasional sebenarnya
merupakan hukum pajak nasional yang di dalamnya mengacu pengenaan terhadap orang
asing.
4). Menurut Gillian (Brock, 2014) pajak internasional adalah studi atau
penentuan pajak atas seseorang atau bisnis yang tunduk pada undang-
undang perpajakan dari berbagai negara atau aspek internasional dari undang-
undang perpajakan suatu negara.
Pajak Internasional atau lebih tepatnya Perpajakan Internasional adalah tata cara
dan hukum pemajakan yang terdiri atas kaidah-kaidah, baik kaidah perpajakan nasional
maupun kaidah yang berasal dari traktat antarnegara dan dari prinsip yang telah diterima
baik oleh negara-negara di dunia, untuk mengatur soal-soal perpajakan dan dapat
ditunjukkan adanya unsur-unsur asing, baik mengenai subjek maupun mengenai
objeknya.
Setiap Negara memiliki peraturan perundang-undangan perpajakan nasional
sendiri-sendiri atau yang disebut dengan yurisdiksi nasional, yang masing-masing
peraturan perundang-undangan dimak sud memiliki landasan dan filosofi hukum yang
berbeda dengan Negara-negara lainnya.
Dalam rangka melakukan investasi di Negara lain maupun dalam rangka suatu
Negara menerima investasi dari Negara lain pasti akan terjadi beberapa konflik
kepentingan. Sebagai contoh, Indonesia menganut konsep pengakuan penghasilan, yaitu
konsep tambahan kemampuan ekonomis atau juga disebutworld wide income. Artinya
peraturan perundang-undangan pajak penghasilan tidak mempermasalahkan darimana
datangnya penghasilan, bagaimana penghasilan

C. Sumber sumber hukum pajak


Hukum pajak internasional adalah hukum pajak nasional yang di dalamnya
mengandung unsur-unsur asing yang dapat mengenai subjek pajak, objek pajak, maupun
pemungut pajak. Sumber hukum pajak internasional terdiri dari:

 Hukum pajak nasional, yaitu peraturan pajak sepihak yang tidak ditujukan pada pihak
lain.
 Traktat, yaitu perjanjian pajak dengan negara lain untuk menghindari pajak berganda,
mengatur perlakukan fiskal terhadap orang asing, mengatur mengenai laba badan Badan
Usaha Tetap (BUT), memberantas penyelundupan pajak, dan menetapkan tarif duane.
 Putusan hakim (nasional maupun internasional)
Sedangkan jika mengacu pada kesepakatan negara-negara Eropa Barat atau negara Anglo
Sakson, istilah hukum pajak internasional terbagi menjadi tiga:

1. Hukum Pajak Internasional (International Tax Law)


Ini merupakan kaidah pajak yang didasarkan pada hukum antarnegara dan diterima baik
oleh negara-negara di dunia untuk mengatur perpajakan antarnegara yang memiliki
kepentingan.

2. Hukum Pajak Nasional yang mengatur Hukum Pajak Luar Negeri (National External Tax Law)
Ini adalah hukum pajak yang memuat ketentuan mengenai pengenaan pajak yang
memiliki kekuatan hukum sampai di luar batas negara karena terdapat unsur-unsur asing,
baik mengenai sumber pajak di luar negeri maupun subjek pajak di luar negeri.

3. Hukum Pajak Luar Negeri (Foreign Tax Law)


Keseluruhan undang-undang dan peraturan pajak dari negara yang ada di seluruh dunia.

Sumber hukum pajak internasional terdiri dari :


1. Hukum pajak nasional yaitu peraturan pajak sepihak yang tidak ditujukan kepada pihak
lain.
2. Traktat yaitu perjanjian pajak dengan negara lain.

Sumber pajak hukum internasional Indonesia

Di Indonesia, pajak intemasional khususnya mengenai P3B diatur dalam Pasal 32A
Undang- undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. Kedudukan P3B berdasarkan ketentuan ini
adalah lex specialist terhadap Undang- undang domestik. Dengan demikian, jika ada
ketentuan dalam undang-undang domestik bertentangan dengan ketentuan dalam P3B
maka yang dimenangkan adalah ketentuan P3B.
Saat ini sudah ada sekitar 58 P3B Indonesia dengan negara lain yang sudah berlaku
efektif. Jumlah ini akan terus bertambah karena ada beberapa P3B lagi yang belum
berlaku efektif tetapi masih dalam proses perundingan, penandatanganan, ratifikasi atau
proses pemberlakuan.Beberapa ketentuan pelaksanaan terkait pelaksanaan atau penerapan
P3B ini adalah antara lain :
PER-61/PJ/2009 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda.
PER-62/PJ./2009 tentang Pencegahan Penyalahgunaan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda.
PER-67/PJ./2009 tentang Tata Cara Pertukaran Informasi Berdasarkan P3B.
Dalam P3B OECD Model, ketentuan tentang pertukaran informasi dimuat dalam
Pasal 26. Sementara itu aturan intemal di Indonesia untuk melakukan pertukaran
informasi diatur dalam SE-61/PJ/2009. Sementara itu, proses pembentukan P3B seperti
proses pendekatan, perundingan, ratifikasi serta pemberlakuannya tunduk kepada
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengetahuan masyarakat atau wajib pajak tentang pajak internasional dirasa kurang
memadai, karena hanya sedikit jumlah wajib pajak yang terlibat dalam transaksi
internasional. Sebagian masyarakat atau wajib pajak yang tidak memahami pajak
internasional mungkin wajar, karena penduduk Indonesia umumnya bukan subjek pajak
terkait dengan aspek pajak internasional. Akan tetapi, alangkah bagusnya jika kita mau
mempelajari tentang perpajakan yang terkait dengan penghasilan penduduk kita di negara
lain, atau penduduk negara lain apabila memperoleh penghasilan di negara kita, hal ini
guna menambah wawasan atau pengetahuan manakala kelak atau saat ini kita
bersinggungan atau bahkan berkaitan langsung dengan subjek pajak yang berasal dari
negara lain.

DAFTAR PUSTAKA
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2HTML/2012200616AKBab2001/
body.html
https://www.rusdionoconsulting.com/sekilas-tentang-pajak-internasional-dan-contoh-
kasusnya/
https://www.pajakku.com/read/60868a67eb01ba1922ccaa5e/Mengenal-Pajak-
Internasional-dan-Bagaimana-Kebijakannya-di-Indonesia

Anda mungkin juga menyukai