Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN

SOSIAL, MODAL SOSIALDAN INOVASI


SOSIAL TERHADAP KINERJA BADAN USAHA
MILIK DESA DI KABUPATEN GUNUNG
KIDUL
Syahrul Imawan Suandi, Harjanti Widiastuti
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Correspondence author: syahrulimawan7@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh orientasi kewirausahaan sosial dan
modal sosial terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa yang dimediasi oleh
inovasi sosial pada BUMDes di Kabupaten Gunung Kidul. Penelitian ini
mengkonfirmasi teori Rresource Based View (RBV) dalam memprediksi kinerja
pada Badan Usaha Milik Desa. Objek penelitian ini adalah Badan Usaha Milik
Desa di Kabupaten Gunung Kidul. Data yang digunakan adalah data primer
melalui teknik purposive sampling dengan kriteria tertentu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan sosial dan modal sosial
berpengaruh positif terhadap kinerja BUMDes, orientasi kewirausahaan sosial tidak
berpengaruh positif terhadap inovasi sosial, Modal sosial berpengaruh positif
terhadap inovasi sosial, inovasi sosial berpengaruh positif terhadap kinerja
BUMDes, inovasi sosial tidak memediasi orientasi kewirausahaan sosial dan
inovasi sosial memediasi modal sosial terhadap kinerja BUMDes. Implikasi
penelitian ini adalah Pengelola BUMDes harus mulai berani mengmbil resiko dan
mencoba untuk menciptakan suatu produk atau layanan yang tidak hanya bersifat
umum karena diperlukannya terobosan baru untuk meningkatkan keberlanjutan
ekonomi dan juga untuk meningkatkan kinerja BUMDes.

Kata Kunci: Badan Usaha Milik Desa, Orientasi Kewirausahaan Sosial, Modal Sosial,
Inovasi Sosial.

PENDAHULUAN

Kehadiran Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan

Transmigrasi (PDT) mempunyai mandat untuk menjalankan NAWACITA Jokowi-

JK, Khususnya NAWACITA ketiga yaitu “Membangun Indonesia dari pinggiran

dan memperkuat daerah di desa”. Pemerintahan Jokowi-JK berkomitmen mengawal

implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten dan berkelanjutan, untuk


mencapai Desa yang maju,
kuat, mandiri dan demokratis. Menurut UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang

didukung dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa merupakan

sebuah instrumen kebijakan formal pembangunan bangsa yang meletakan desa

sebagai sebuah komunitas masyarakat Indonesia yang perlu diberdayakan guna

mencapai kemandirian dan kesejahteraan masyarakat (Hahury, 2017). Berdasarkan

UU Nomor 23 Tahun 2014 yakni desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa (Alfiansyah, 2021). Dengan

demikian untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat desa maka desa sudah

seharusnya membentuk suatu Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Berdasarkan UU Nomor 11 tahun 2020 pengertian dari BUMDes itu sendiri

merupakan badan hukum yang didirikan oleh desa guna mengelola usaha,

memanfaatkan aset, mengembangkan investasi dan usaha lainnya untuk

kesejahteraan masyarakat desa. Sesuai dengan Peraturan Menteri Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 2015, tujuan didirikannya Badan Usaha Milik Desa antara lain meningkatkan

perekonomian desa, menciptakan peluang pasar dan jaringan penunjang kebutuhan

pelayanan publik masyarakat (Basri et al., 2021).

Menurut data dari Badan Pusat Statistika (BPS) tahun 2021 menunjukan bahwa

terdapat selebihnya 83.843 desa yang ada di Indonesia (Statistika, 2021).

Koordinator Desa Kawasan Perdesaan pada Badan Pengembangan dan Informasi

(BPI) Kemendes PDTT Nurhadi mengatakan, pada 2017, terdapat 43.339 desa yang

memiliki Bumdes. Sedangkan menurut data terbaru Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia tahun 2021,

total BUMDes di seluruh Indonesia mencapai 57.273, dimana rinciannya 45.233

BUMDes yang aktif dan 12.040 BUMDes yang tidak aktif (Rudy Hartono, 2021).

Adapun Menurut data dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kelurahan,

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPMKPPKB) Kabupaten

Gunung Kidul, Terdapat 144 BUMDes yang ada di Kabupaten Gunung Kidul,

dengan ricinan 130 BUMDes yang aktif dan 14 BUMDes yang tidak aktif sampai

akhir tahun 2020. Namun berbagai data menunjukkan bahwa sebagian besar

BUMDes hanya berdiri, dan tidak memiliki inovasi atau cenderung stagnan (Basri

et al., 2021). Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa jumlah BUMDes di

Indonesia khususnya di Kabupaten Gunung Kidul sudah banyak tetapi tidak semua

BUMDes memiliki kinerja yang baik.


Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kinerja BUMDes menurun dan

tidak aktif di Kabupaten Gunung Kidul. Salah satu faktornya adalah kurangnya

perhatian khusus dari pemerintah desa, selain itu terdapat BUMDes di Kabupaten

Gunung Kidul yang tidak aktif akibat pandemik COVID-19 dan juga belum adanya

langkah nyata yang diberikan oleh pemerintah desa dalam menggerakkan ekonomi

di sektor UKM (Godepok, 2021). Pada kasus lain yang terjadi di BUMDes

Karangrejek Kabupaten Gunung Kidul bahwa masih terdapat BUMDes yang

semata-mata hanya bertujuan untuk memperoleh laba atau keuntungan saja

(PSKPUGM, 2019).

Adapun beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja BUMDes,

salah satunya yaitu orientasi kewirausahaan sosial. Definisi Orientasi

Kewirausahaan sosial adalah suatu proses, praktik, dan kegiatan pengambilan

keputusan untuk mengembangkan serta menciptakan produk baru yang inovatif

sebagai pembeda dengan organisasi lain di pasar (Wardhana, 2021). Kinerja

BUMDes juga diyakini dapat menjadi lebih baik dengan berorientasi kewirausahaan

yang tercermin dengan sikap inovatif, proaktif, dan berani mengambil risiko (Ranto,

2016). Dalam hal ini dikarenakan orientasi kewirausahaan sangat penting dan

berpengaruh terhadap kinerja organisasi terutama dalam persaingan di bidang

wirausaha (Jiwa & Madiarsa, 2019).

Faktor lain yang diduga mempengaruhi kinerja suatu organisasi khususnya pada

kinerja BUMDes adalah modal sosial. Modal sosial merupakan salah satu unsur

yang
penting dalam pengembangan BUMDes. Secara definisi Modal sosial bisa diartikan

sebagai kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan melalui strategi

investasi dalam jejaring sosial (Basri et al., 2021). Hal ini sejalan dengan teori

Resource Based View (RBV) apabila BUMDes mengelola sumber daya yang

dimiliki secara optimal maka dapat meningkatkan keunggulan bersaing (Basri et al.,

2021).

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Gandhi adi & Kencana (2020)

menjelaskan bahwa modal sosial merupakan salah satu faktor penyebab tinggi

rendahnya suatu kinerja bisnis (Basri et al., 2021). Namun, penelitian Akintimehin

et al., (2019) menunjukkan bahwa modal sosial tidak mempengaruhi kinerja

organisasi (Lestari et al., 2021).

Berdasarkan uraian di atas terdapat hasil penelitian yang tidak konsisten sehingga

diduga adanya variable pemediasi pengaruh Orientasi Kewirausahaan Sosial dan

Modal Sosial. Adapun variable mediasi tersebut adalah inovasi sosial. Inovasi sosial

adalah gagasan atau ide baru yang dilakukan untuk mengatasi masalah sosial

masyarakat (Sanggel, 2018). Dengan demikian untuk mencapai modal sosial dan

orientasi kewirausahaan sosial yang baik maka diharapkan pengelola BUMDes

mampu menyalurkan inovasi-inovasi sosial agar dapat mengatasi masalah sosial

yang ada di masyarakat serta dapat meningkatkan kinerja operasional BUMDes.

Dengan demikian Modal sosial dan orientasi kewirausahaan sangat diperlukan

untuk mendukung terciptanya inovasi-inovasi. Oleh karena itu pengelola BUMDes


diharapkan dapat mengoptimalkan modal sosial dan orientasi kewirausahaan social

yang dimiliki agar dapat menciptakan suatu inovasi sehingga dapat meningkatkan

kinerja BUMDes.

Tujuan penelitian ini pertama, untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh

positif Orientasi Kewirausahaan Sosial terhadap Kinerja BUMDes. Kedua, untuk

mendapatkan bukti empiris pengaruh positif Modal Sosial terhadap Kinerja

BUMDes. Ketiga, untuk mendapatkan bukti empiris Pengaruh positif orientasi

kewirausahaan sosial terhadap inovasi sosial. Keempat, untuk mendapatkan bukti

empiris Pengaruh positif modal sosial terhadap inovasi sosial. Kelima, untuk

mendapatkan bukti empiris Pengaruh positif inovasi sosial terhadap kinerja

BUMDes. Keenam, untuk mendapatkan bukti empiris Pengaruh inovasi sosial yang

memediasi orientasi kewirausahaan sosial terhadap kinerja BUMDes. Ketujuh,

untuk mendapatkan bukti empiris Pengaruh inovasi sosial memediasi Modal sosial

sosial terhadap kinerja BUMDes.

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis data yang

dikumpulkan dan diolah yaitu menggunakan data primer. Data primer adalah data

yang diperoleh langsung tanpa melalui perantara. Pada penelitian ini pengumpulan

data dilakukan dengan cara survei dan menyebarkan kuesioner di Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes) Gunung Kidul, Yogyakarta. penelitian ini menggunakan

teknik pengambilan sampel data kuantitatif dengan cara Purposive sampling.

Pengolahan
data dibantu dengan menggunakan aplikasi SPLS v.4. Responden dalam penelitian

ini adalah Pengelola BUMDes.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Keterangan Deskripsi Jumlah Persetase


Jumlah 100 100 %
Jenis Kelamin Responden
Laki-Laki 56 56 %
Perempuan 44 44 %
Jumlah 100 100 %
Responden
Usia 20-35 Tahun 28 28 %
36-50 Tahun 59 59 %
>50 Tahun 13 13 %
Jumlah 100 100 %
Responden
Pendidikan SMA 40 40 %
D3 3 3%
S1 55 55 %
S2 2 2%

Berdasarkan tabel 4.1, jumlah responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 56

responden atau sebesar 56% dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 44

responden atau sebesar 44% maka dapat disimpulkan responden terbanyak berjenis

kelamin laki- laki. Jumlah responden yang memiliki usia 20-35 tahun sebanyak 28

responden atau dengan proporsi 28%, 36-50 tahun sebanyak 59 responden dengan

persentase 59% dan yang terakhir sebanyak 13 responden yang berusia lebih

dari 50 tahun atau


sebesar 13% maka dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak memiliki usia di

atas 36-50 tahun.

HASIL PENELITIAN

1. Uji Statistik Deskriptif

Tabel 4.2 Hasil Uji Deskriptif

Variabel N Kisaran Teoritis Kisaran Aktual


Min Max Mean Min Max Mean Std.
Deviation
Orientasi 100 4 20 12 8 20 15,69 1,819
Kewirausahaan
Sosial (SEO)
Modal Social 100 6 30 18 8 30 23,91 2,675
(ESC)
Inovasi Social 100 6 30 18 8 28 22,49 3,218
(SI)
Kinerja (KIN) 100 4 20 12 8 20 15,39 1,869

Hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.2 menunjukkan jika orientasi

kewirausahaan sosial memiliki kisaran teoritis nilai jawaban antara 4-20 dengan

mean atau rata-rata teoritis sebesar 12. Berdasarkan jawaban responden kisaran

aktual yaitu 8-20 dengan mean aktual sebesar 15,69. Hasil uji menunjukkan jika

mean aktual lebih besar dari mean teoritis sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-

rata orientasi kewirausahaan sosial yang terjadi di Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) di Kabupaten Gunung Kidul tinggi.

Hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.2 menunjukkan Modal sosial memiliki

kisaran teoritis nilai jawaban antara 6-30 dengan mean atau rata-rata teoritis sebesar
18. Berdasarkan jawaban responden kisaran aktual yaitu 8-30 dengan mean aktual

sebesar 23,91. Hasil uji menunjukkan jika mean aktual lebih besar dari mean teoritis

sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata akuntabilitas yang terjadi di Badan

Usaha Milik Desa di Kabupaten Gunung Kidul tinggi.

Hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.2 menunjukkan kinerja BUMDes

memiliki kisaran teoritis nilai jawaban antara 4-20 dengan mean atau rata-rata

teoritis sebesar 12. Berdasarkan jawaban responden kisaran aktual yaitu 8-20

dengan mean aktual sebesar 15,39. Hasil uji menunjukkan jika mean aktual lebih

besar dari mean teoritis sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata kinerja

BUMDes yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten Gunung

Kidul tinggi.

Hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa inovasi sosial

memiliki kisaran teoritis nilai jawaban antara 6-30 dengan mean atau rata-rata

teoritis sebesar 18. Berdasarkan jawaban responden kisaran aktual yaitu 8-28

dengan mean aktual sebesar 22,49. Hasil uji menunjukkan jika mean aktual lebih

besar dari mean teoritis sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata pengendalian

internal yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten Gunung Kidul

tinggi.

2. Uji Common Method Variance (CMV)

Tabel 4. 1 Uji Common Method Variance (CMV)

Extraction Sums Of Square Loadings


Total % Of Variance Cumulative %
8.061 40.306 40.306
Dari hasil uji CMV , didapatkan hasil sebesar 40.306 %. Berdasarkan hasil data

yang sudah diuji mengindikasikan bahwa tidak terjadi CMV pada penelitian ini,

artinya data tersebut tidak terjadi uji bias karena nilai presentase kurang dari 50%.

3. Uji validitas Konvergen (Convergent Validity)

Tabel 4. 5 Outer Loading Model Modifikasi


Variabel Laten Kode Outer Loading
Orientasi Kewirausahaan Sosial (SEO) SEO 1 0.754
SEO 2 0.838
SEO 3 0.771
SEO 4 0.741
Modal Sosial (ESC) ESC 1 0.801
ESC 2 0.829
ESC 3 0.821
ESC 4 0.843
ESC 5 0.702
Inovasi Sosial (SI) SI 1 0.862
SI 3 0.724
S4 0.796
SI 6 0.758
Kinerja BUMDes (KIN) KIN 1 0.839
KIN 2 0.784
KIN 3 0.769
KIN 4 0.775

Tabel 4.6 menunjukkan hasil outer loadings yang sudah dimodifikasi,

seluruh indikator konstruk pada setiap variabel telah menunjukkan nilai >0,5.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh indikator konstruk pada setiap

variabel diyatakan valid karena telah memenuhi kriteria.

4. Average Variance Extracted (AVE)


Tabel 4.6 Average Variance Extracted (AVE)

Average variance extracted (AVE)


ESC 0.641
SI 0.619
KIN 0.628
SEO 0.604

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa setiap variabel memiliki nilai

Average Variance Extracted > 0,5 untuk masing-masing variabel. Variabel yang

memiliki nilai AVE terbesar yaitu variabel modal sosial, sedangkan variabel yang

memiliki nilai AVE terkecil yaitu variabel orientasi kewirausahaan sosial. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap variabel mempunyai validitas konvergen

yang baik dan seluruh variabel dapat dinyatakan valid.

5. Validitas Diskriminan
Tabel 4. 7 Fornell-Lacker
ESC KIN SEO SI
ESC 0.801
KIN 0.661 0.792
SEO 0.654 0.661 0.777
SI 0.589 0.606 0.469 0.787

Berdasarkan pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai akar AVE untuk semua

variabel Orientasi Kewirausahaan Sosial (SEO), Modal Sosial, Kinerja BUMDes, dan

Inovasi Sosial menunjukkan nilai AVE yang dimiliki masing-masing variabel

tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai hubungan antar variabel. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa setiap variabel memiliki validitas diskriminan

dikatakan valid.
Tabel 4. 2 Cross Loading
ESC KIN SEO SI
ESC1 0.801 0.472 0.530 0.509
ESC2 0.829 0.554 0.622 0.459
ESC3 0.821 0.554 0.477 0.433
ESC4 0.843 0.556 0.448 0.508
ESC5 0.702 0.506 0.545 0.446
KIN1 0.645 0.839 0.593 0.492
KIN2 0.458 0.784 0.441 0.428
KIN3 0.445 0.769 0.430 0.484
KIN4 0.519 0.775 0.599 0.511
SEO1 0.522 0.555 0.754 0.372
SEO2 0.534 0.459 0.838 0.346
SEO3 0.520 0.515 0.771 0.342
SEO4 0.452 0.510 0.741 0.391
SI1 0.465 0.460 0.347 0.862
SI3 0.306 0.373 0.130 0.724
SI4 0.539 0.594 0.477 0.796
SI6 0.487 0.430 0.433 0.758
Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukkan nilai indikator dari setiap konstruk

seluruh variabel menunjukkan nilai > 0,5 yang artinya nilai korelasi antara indikator

dan konstruk memiliki perbandingan yang lebih tinggi dibanding dengan nilai

indikator konstruk lainnya. Nilai konstruk dengan rentang 0.5-0.6 masih dapat

dikatakan diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa setiap konstruk pada

tabel di atas dapat dikatakan valid karena seluruh indikator memiliki koefisien yang

lebih besar dari 0.5.


7. Reliabilitas

Tabel 4. 3 Cronbach Alpha dan Composite Reliability

Cronbach's alpha Composite reliability (rho_a)


ESC 0.859 0.861
KIN 0.803 0.812
SEO 0.780 0.779
SI 0.797 0.816

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa cronbach’s alpha dan composite

reliability untuk semua konstruk pada penelitian ini memiliki nilai >0,7 (Ghozali

& Latan, 2015). Dengan demikian disimpulkan bahwa syarat reliabilitas pada

penelitian ini terpenuhi atau seluruh konstruk pada penelitian ini reliabel.

8. Evaluasi Model Struktural

Tabel 4.4 Adjusted R-Square


R Square R Square Adjusted
Inovasi Sosial (SI) 0.396 0.371
Kinerja (KIN) 0.581 0.568

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan hasil pengujian nilai Adjusted R- Square

(R2) untuk variabel inovasi sosial (SI) memiliki nilai sebesar 0,371 atau 37,1%

artinya orientasi kewirausahaan dan modal sosial menjelaskan 37,1% variasi inovasi

sosial, sedangkan untuk KIN yaitu memiliki nilai sebesar 0,568 atau 56,8% artinya

orientasi kewirausahaan sosial, modal manusia dan inovasi sosial menjelaskan

56,8% variasi kinerja dan sisanya dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.
Tabel 4. 4 Path Coefficient
Hipotesis Original Keterangan
sample (O) T statistics P values
SEO -> KIN H1 0.357 3.757 0.000 Terdukung
ESC -> KIN H2 0.259 2.432 0.015 Terdukung
SEO -> SI H3 Tidak
0.139 1.161 0.123 Terdukung
ESC -> SI H4 0.449 3.676 0.000 Terdukung
SI -> KIN H5 0.286 3.562 0.000 Terdukung
SEO -> SI -> KIN H6 Tidak
0.040 1.066 0.143 Terdukung
ESC -> SI-> KIN H7 0.128 2.346 0.009 Terdukung

a. Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Sosial terhadap Kinerja BUMDes


Berdasarkan tabel 4.11 pengujian hipotesis pertama yaitu pengaruh Orientasi

Kewirausahaan Sosial terhadap Kinerja BUMDes Gunung Kidul menunjukkan nilai

original sampel positif sebesar 0.357 dengan nilai t-statistik 3.757 > 1,66 dan

probability value (p-value) adalah 0.000 < 0,05 maka H1 diterima. Artinya,

Orientasi Kewirausahaan Sosial berpengaruh positif terhadap Kinerja BUMDes

yang ada di Kabupaten Gunung Kidul.

H1 diterima. Artinya Orientasi Kewirausahaan Sosial berpengaruh positif terhadap

Kinerja BUMDes.

b. Pengaruh Modal Sosial terhadap Kinerja BUMDes

Berdasarkan tabel 4.11 pengujian hipotesis kedua yaitu pengaruh Modal Sosial

terhadap Kinerja BUMDes Gunung Kidul menunjukkan nilai original sampel

positif sebesar 0.259 dengan nilai t-statistik 2.432 > 1,66 dan probability value

(p-value)
adalah 0.000 < 0,05 maka H2 diterima. Artinya, Modal Sosial berpengaruh positif

terhadap Kinerja BUMDes yang ada di Kabupaten Gunung Kidul.

H2 diterima. Artinya Modal Sosial berpengaruh positif terhadap Kinerja BUMDes.

c. Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Sosial terhadap Inovasi Sosial

Berdasarkan tabel 4.11 pengujian hipotesis ketiga yaitu pengaruh Orientasi

Kewirausahaan Sosial terhadap Inovasi Sosial menunjukkan nilai original sampel

positif sebesar 0.139 dengan nilai t-statistik 1.161 < 1,66 dan probability value (p-

value) adalah 0.123 > 0,05 maka H3 ditolak. Artinya, Orientasi Kewirausahaan

Sosial tidak berpengaruh terhadap Inovasi Sosial.

H3 ditolak. Artinya Orientasi Kewirausahaan Sosial tidak berpengaruh terhadap

Inovasi Sosial.

d. Pengaruh Modal Sosial terhadap Inovasi Sosial

Berdasarkan tabel 4.11 pengujian hipotesis keempat yaitu pengaruh Modal Sosial

terhadap Inovasi Sosial menunjukkan nilai original sampel positif sebesar 0.449

dengan nilai t-statistik 3.676 > 1,66 dan probability value (p-value) adalah 0.000 <

0,05 maka H4 diterima. Artinya, Modal Sosial berpengaruh positif terhadap Inovasi

Sosial.

H4 diterima. Artinya Modal Sosial berpengaruh positif terhadap Inovasi Sosial.

e. Pengaruh Inovasi Sosial terhadap Kinerja BUMDes

Berdasarkan tabel 4.11 pengujian hipotesis kelima yaitu pengaruh Inovasi Sosial

terhadap Kinerja BUMDes Gunung Kidul menunjukkan nilai original sampel

positif
sebesar 0.286 dengan nilai t-statistik 3.562 > 1,66 dan probability value (p-value)

adalah 0.001 < 0,05 maka H5 diterima. Artinya, Inovasi Sosial berpengaruh positif

terhadap Kinerja BUMDes yang ada di Kabupaten Gunung Kidul.

H5 diterma. Artinya, Inovasi Sosial berpengaruh positif terhadap Kinerja BUMDes

f. Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Sosial terhadap Kinerja BUMDes yang

dimediasi oleh Inovasi Sosial

Berdasarkan tabel 4.11 pengujian hipotesis keenam yaitu pengaruh Orientasi

Kewirausahaan Sosial terhadap Kinerja BUMDes yang dimediasi oleh Inovasi

Sosial menunjukkan nilai original sampel positif sebesar 0.040 dengan nilai t-

statistik 1.066

< 1,66 dan probability value (p-value) adalah 0.143 > 0,05 maka H6 ditolak.

Artinya, Inovasi Sosial tidak memediasi pengaruh Orientasi Kewirausahaan Sosial

terhadap Kinerja BUMDes yang ada di Kabupaten Gunung Kidul.

H6 ditolak. Artinya, Inovasi Sosial tidak memediasi pengaruh Orientasi

Kewirausahaan Sosial terhadap Kinerja BUMDes yang ada di Kabupaten Gunung

Kidul.

G. Pengaruh Modal sosial terhadap Kinerja BUMDes yang dimediasi oleh Inovasi

Sosial

Berdasarkan tabel 4.11 pengujian hipotesis ketujuh yaitu pengaruh Modal Sosial

terhadap Kinerja BUMDes yang dimediasi oleh Inovasi Sosial menunjukkan nilai

original sampel negatif sebesar 0.128 dengan nilai t-statistik 2.346 > 1,66 dan

probability value (p-value) adalah 0.009 < 0,05 maka H7 diterima. Artinya, Inovasi
Sosial memediasi pengaruh Modal Sosial terhadap Kinerja BUMDes yang ada di

Kabupaten Gunung Kidul.

H7 diterima. Artinya, Inovasi Sosial memediasi pengaruh Modal Sosial terhadap

Kinerja BUMDes yang ada di Kabupaten Gunung Kidul.

Pembahasan

1. Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Sosial terhadap Kinerja BUMDes

Hasil uji hipotesis pertama pada variabel Orientasi Kewirausahaan Sosial

dan kinerja BUMDes menunjukan bahwa hipotesis pertama (H1) diterima.

Hasil ini menunjukan bahwa Orientasi Kewirausahaan Sosial berpengaruh

positif terhadap Kinerja BUMDes di Kabupaten Gunung Kidul. Dengan

demikian semakin tinggi orientasi kewirausahaan sosial yang dimiliki

pengelola semakin meningkat pula Kinerja BUMDes tersebut.

Hal ini sejalan dengan teori RBV bahwa keunggulan kompetitif dapat

meningkatkan kualitas kinerja yang ingin dicapai melalui sumberdaya

organisasi (Reswanda, 2012). penelitian sebelumnya mengenai pengaruh

orientasi kewirausahaan sosial terhadap kinerja badan usaha yang diteliti oleh

Basri et al., (2021) bahwa orientasi kewirausahaan sosial berpengaruh positif

terhadap kinerja BUMDes. Adapun penelitian lain Jiwa & Madiarsa, (2019);

Abas et al., (2019) menemukan bahwa adanya pengaruh positif antara Orientasi

Kewirausahaan Sosial terhadap kinerja badan usaha.


2. Pengaruh Modal Sosial terhadap Kinerja BUMDes

Hasil uji kedua pertama pada variabel Modal Sosial dan kinerja BUMDes

menunjukan bahwa hipotesis kedua (H2) diterima. Hasil ini menunjukan bahwa

Modal Sosial berpengaruh positif terhadap Kinerja BUMDes di Kabupaten

Gunung Kidul. Dengan demikian semakin tinggi semakin tinggi modal sosial

yang dimiliki pengelola maka semakin meningkat juga kinerja BUMDes

tersebut. Hal ini sejalan dengan teori RBV yang menjelaskan bahwa

kemampuan organisasi untuk menjalin kerjasama dan berjejaring dengan

organisasi lainnya merupakan sumber daya yang penting dan jarang dimiliki

oleh setiap organisasi lainnya (Lestari et al., 2021).

Dengan modal sosial yang baik, pengelola BUMDes akan dapat mampu

menjalin hubungan dengan berbagai pihak, seperti kepada masyarakat atau

organisasi lain. Selain itu juga pengelola yang memiliki modal sosial yang baik

akan dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri sendiri ataupun rasa

kepercayaan masyarakat terhadap BUMDes sehingga hal tersebut dapat

mengakibatkan meningkatnya kinerja dari BUMDes tersebut. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian terdahulu yang pernah diteliti oleh Akintimehin et al.,

(2019); Rapih, (2015); Talebi et al., (2017); Yani et al., (2020) menunjukkan

bahwa Modal Sosial mempengaruhi Kinerja Usaha. Dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa Modal Sosial berpengaruh positif terhadap kinerja

BUMDes.
3. Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Sosial terhadap Inovasi Sosial

Hasil uji hipotesis ketiga pada variabel Orientasi Kewirausahaan Sosial

dan Inovasi Sosial menunjukan bahwa hipotesis ketiga (H3) ditolak. Hasil ini

menunjukan bahwa Orientasi Kewirausahaan Sosial tidak berpengaruh terhadap

Inovasi Sosial pada BUMDes di Kabupaten Gunung Kidul. Yang artinya

meskipun semakin baik orientasi kewirausahaan tidak akan menjamin untuk

peningkatan inovasi suatu usaha. Karena inovasi adalah suatu hal yang harus

diimbangi dengan kreatifitas seseorang, jadi selain memiliki orientasi

kewirausahaan yang baik ada banyak faktor-faktor lain yang dapat membantu

meningkatkan inovasi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh faktor usia dari

para pengelola BUMDes yang ada di Kabupaten Gunung Kidul. Berdasarkan data

karakteristik responden yaitu sekitar 59% berusia 36-50 tahun.yang mana pada usia

tersebut seseorang sudah mulai sulit untuk berinovasi atau sulit meciptakan produk

baru, berbeda dengan kaum muda yang lebih stabil dan lebih responsif dengan

perubahan sehingga tentunya hal ini berpengaruh pada Inovasi dalam suatu

produk.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ryiadi & Yasa (2016) menemukan bahwa orientasi kewirausahaan sosial

berpengaruh positif signifikan terhadap inovasi sosial. Namun penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfulailah & Soehari, (2020)

yang menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan tidak berpengaruh positif

terhadap
inovasi sosial. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab ditolaknya hipotesis,

yaitu karena faktor lingkungan yang dimana tiap responden memiliki

karakteristik masing-masing. Dengan kata lain variabel Orientasi

Kewirausahaan Sosial belum dapat mempengaruhi inovasi sosial.

4. Pengaruh Modal Sosial terhadap Inovasi Sosial

Hasil uji hipotesis keempat pada variabel Modal Sosial dan Inovasi Sosial

menunjukan bahwa hipotesis empat (H4) diterima. Hasil ini menunjukan bahwa

Modal Sosial berpengaruh positif terhadap Inovasi Sosial pada BUMDes di

Kabupaten Gunung Kidul. Dengan demikian semakin tinggi orientasi

kewirausahaan sosial pengelola BUMDes maka inovasi sosial akan semakin

tinggi dan sebaliknya.

Dari perspektif teori RBV menyatakan bahwa kemampuan organisasi untuk

menjalin kerjasama dan berjejaring dengan organisasi lainnya merupakan

sumber daya yang penting yang tidak dimiliki oleh setiap organisasi lainnya

(Lestari et al., 2021). Hasil penelitian ini masih sejalan dengan hasil penelitian

sebelumnya. Adapun penelitian sebelumnya yang pernah diteliti oleh Pertiwi &

Nugroho, (2020); Budiarti, (2021) menemukan bahwa modal sosial

berpengaruh positif terhadap inovasi. Sehingga dari uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa modal sosial dapat mempengaruhi inovasi sosial.

5. Pengaruh Inovasi Sosial terhadap kinerja BUMDes


Hasil uji hipotesis kelima pada variabel Inovasi Sosial menunjukan bahwa

hipotesis lima (H5) diterima. Hasil ini menunjukan bahwa Inovasi Sosial

berpengaruh positif terhadap kinerja BUMDes di Kabupaten Gunung Kidul.

Hal ini memberikan arti bahwa semakin tinggi inovasi sosial yang dimiliki

pengelola semakin meningkat pula Kinerja BUMDes.

Hasil penelitian ini masih berkaitan dengan teori Resourced Base View

(RBV) yang menjelaskan bahwa sumberdaya yang mampu menghasilkan

keunggulan bersaing berkelanjutan yaitu sumberdaya yang bernilai, langka atau

unik, sulit untuk ditiru, dan tidak ada substitusinya (Puryantini et al., 2017).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Abas et al., (2019) menemukan

bahwa adanya pengaruh positif antara inovasi sosial terhadap kinerja

perusahaan. Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Al-Ansari et al., (2013)

menemukan bahwa adanya pengaruh positif antara inovasi sosial terhadap

kinerja usaha. Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa inovasi

soial berpengaruh signifikan terhadap kinerja BUMDes.

6. Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Sosial tehadap Kinerja BUMDes

yang dimediasi oleh Inovasi Sosial

Hasil uji hipotesis keenam pada penelitian ini menampilkan bahwa Inovasi

Sosial tidak memediasi pengaruh positif orientasi kewirausahaan sosial

terhadap kinerja BUMDes. Hal tersebut dibuktikan ketika penyebaran kuisoner

dilakukan. Hanya sebagian BUMDes yang memiliki jenis usaha yang berbeda

atau yang belum dimiliki oleh BUMDes lain. Sehingga pengelola BUMDes

perlu
meningkatkan lagi inovasinya agar dapat menciptakan produk atau layanan baru

yang disukai masyarakat dan juga tidak takut mengambil resiko supaya

BUMDes dapat selangkah lebih maju dari BUMDes lainnya.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Djayadiningrat et al., (2017); Dewi & Suparna, (2017) yang menyatakan bahwa

Inovasi produk mampu memediasi variabel Orientasi Kewirausahaan secara

signifikan terhadap kinerja pemasaran UMKM. Namun penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfulailah & Soehari, (2020) yang

menyatakan bahwa Inovasi tidak dapat memediasi pengaruh Orientasi

kewirausahaan terhadap kinerja usaha di pasar glodok. Hal ini menjadi faktor

penyebab ditolaknya hipotesis, yaitu karena faktor lingkungan yang dimana tiap

responden memiliki karakteristik masing-masing. Dengan kata lain variabel

Orientasi Kewirausahaan Sosial dapat berpengaruh terhadap kinerja tanpa

adanya faktor lain yang memediasi.

7. Pengaruh Modal Sosial tehadap Kinerja BUMDes yang dimediasi oleh

Inovasi Sosial

Hasil uji hipotesis ketujuh pada variabel Modal Sosial dan variabel mediasi

Inovasi Sosial berpengaruh terhadap kinerja BUMDes. Hal ini menunjukan

bahwa hipotesis tujuh (H7) diterima. Yang artinya Inovasi Sosial dapat

memediasi pengaruh antara modal sosial terhadap kinerja BUMDes di

Kabupaten Gunung Kidul. Dengan demikian semakin tinggi modal sosial yang
dimiliki oleh BUMDes maka semakin tinggi juga inovasi sosial nya, hal ini

secara tidak langsung akan dapat meningkatkan kinerja dari BUMDes tersebut.

Hal ini sejalan dengan teori Resource-Based View (RBV) menyatakan

bahwa sumber daya yang unik jika dijalankan dengan baik akan menjadi

keunggulan dalam peningkatan kinerja usaha (Lestari et al., 2021). Jamshidi &

Kenarsari (2015) berpendapat bahwa modal sosial dapat meningkatkan perilaku

inovatif (basri et al., 2021).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Abas et al., (2019) yang

meneliti tentang pengaruh inovasi sosial terhadap kinerja perusahaan pada

perusahaan sosial di Pakistan, menunjukan bahwa inovasi sosial memediasi

pengaruh modal sosial terhadap kinerja perusahaan sosial. Sehingga dari uraian

diatas dapat disimpulkan bahwa modal social pada pengelola BUMDes mampu

membangun inovasi-inovasi untuk membuat perubahan yang baru sehingga

dengan hal tersebut secara tidak langsung akan mampu meningkatkan kinerja

BUMDes.

SIMPULAN DAN SARAN

a. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai

hubungan orientasi kewirausahaan sosial dan modal sosial terhadap kinerja


Badan Usaha Milik Desa yang dimediasi oleh inovasi sosial di Kabupaten

Gunung Kidul. Data penelitian menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Orientasi kewirausahaan sosial berpengaruh positif terhadap kinerja

BUMDes di Kabupaten Gunung kidul.

2. Modal sosial berpengaruh positif terhadap kinerja BUMDes di

Kabupaten Gunung Kidul.

3. Orientasi kewirausahaan sosial tidak berpengaruh positif terhadap inovasi

sosial.

4. Modal sosial berpengaruh positif terhadap inovasi sosial.

5. Inovasi sosial berpengaruh positif terhadap kinerja BUMDes di

Kabupaten Gunung Kidul.

6. Inovasi sosial tidak memediasi pengaruh orientasi kewirausahaan sosial

terhadap kinerja BUMDes di Kabupaten Gunung kidul.

7. Inovasi sosial memediasi pengaruh modal sosial terhadap kinerja

BUMDes di Kabupaten Gunung kidul.

b. Saran

1. Orientasi kewirausahaan sosial dari pengelola BUMDes dan modal yang

terkoneksi dengan baik merupakan faktor penting yang dapat menunjang

kinerja BUMDes
2. Pengelola BUMDes harus mulai berani mengmbil resiko dan mencoba

untuk menciptakan suatu produk atau layanan yang tidak hanya bersifat

umum karena diperlukannya terobosan baru untuk meningkatkan

keberlanjutan ekonomi dengan penyediaan produk atau layanan sosial

kepada penerima manfaat yaitu masyarakat yang lebih luas selepas era

pandemi kemarin.

3. Pemerintah desa harus lebih konsisten dan terbuka dalam menjaga

hubungan koneksi dengan pengelola BUMDes karena tidak

berkembangnya inovasi sosial dimasyarakat disebabkan oleh pengelola

BUMDes yang takut untuk mengambil resiko akan produk atau layanan

baru.
DAFTAR PUSTAKA

Abas, J., Arshad, D., & Subramaniam, C. (2019). Social capital and social enterprise
performance in Pakistan social innovationAbas, J., Arshad, D., & Subramaniam,
C. (2019). Social capital and social enterprise performance in Pakistan social
innovation as a proposed mediator. Social Science and Humanit. Social Science
and Humanities Journal, 3(4), 1089–1095.

Akintimehin, O. O., Eniola, A. A., Alabi, O. J., Eluyela, D. F., Okere, W., & Ozordi,
E. (2019). Social capital and its effect on business performance in the Nigeria
informal sector. Heliyon, 5(7), e02024.

Al-Ansari, Y., Pervan, S., & Xu, J. (2013). Innovation and business performance of
SMEs: the case of Dubai. Education, Business and Society: Contemporary
Middle Eastern Issues.

Alfiansyah, A. (2021). Status Badan Usaha Milik Desa Sebagai Badan Hukum Atas
Diundangkannya Undang-Undang Cipta Kerja. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan
Pendidikan), 5(2).

Alfulailah, F., & Soehari, T. D. (2020). Pengaruh Inovasi, Teknologi Informasi, dan
Orientasi Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha. Akademika, 9(2).

Arief, M., Thoyib, A., Sudiro, A., & Rohman, F. (2013). The effect of entrepreneurial
orientation on the firm performance through strategic flexibility: A study on the
SMEs cluster in Malang. Journal of Management Research, 5(3), 44.

Basri, Y. M., Yasni, H., Azhar, A., Hanif, R. A., & Abdurrahman, R. (2021). Human
Capital, Social Capital, And Innovation Capability In Performance Of Village-
Owned Enterprises. Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 13(2), 315–332.

Dewi, N. W. P. N., & Suparna, G. (2017). Peran Inovasi dalam Memediasi Pengaruh
Orientasi Kewirausahaan terhadap Keunggulan Bersaing Industri Kain Endek.
Udayana University.

Djayadiningrat, A. F., Sukaatmadja, I. P. G., & Yasa, N. N. K. (2017). Peran Inovasi


Produk Memediasi Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Pemasaran IMK
Sektor Industri Makanan Kota Denpasar. E-Jurnal Manajemen Unud, 6(9),
4978– 5004.

Efizudin, A. (2022). Kemendes Proyeksikan Semua Desa Punya Bumdes pada 2028.
Republika.Co.Id. https://www.republika.co.id/berita/rcbzke428/kemendes-
proyeksikan-semua-desa-punya-bumdes-pada-2028#:~:text=Dengan 57.288 desa
memiliki Bumdes,74.953 desa di seluruh Indonesia.

Ghozali, I., & Latan, H. (2015). Partial least squares konsep, teknik dan aplikasi
menggunakan program smartpls 3.0 untuk penelitian empiris. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP.

Godepok. (2021). Minim perhatian, UKM Maju Mandiri Mati Suri akibat Pandemi
COVID-19. Godepok.Com. https://www.godepok.com/gunung-kidul/pr-
2451542417/minim-perhatian-ukm-bumdes-maju-mandiri-mati-suri-akibat-
covid19

Hahury, J. F. (2017). Implementasi tugas kepala desa dalam pembangunan


berdasarkan undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa. FOKUS:
Publikasi Ilmiah Untuk Mahasiswa, Staf Pengajar Dan Alumni Universitas
Kapuas Sintang, 15(1).

Jiwa, I. D. N. A., & Madiarsa, I. M. (2019). Orientasi Kewirausahaan, Nilai-Nilai


Budaya Dan Kinerja Badan Usaha Milik Desa Di Kabupaten Buleleng. Jurnal
Mitra Manajemen, 3(4), 355–369.

Khairunnisa, M. (2017). Pengaruh Strategi Resource Based View Dan Orientasi


Kewirausahaan Terhadap Keunggulan Bersaing Pada Briel Singlet Jumper
Bandung. Universitas Komputer Indonesia.

Lestari, D. A., Savitri, E., & Natariasari, R. (2021). Kinerja UMKM Ditinjau dari
Budaya Organisasi, Orientasi Kewirausahaan, Manajemen Kualitas Total, dan
Modal Sosial. CURRENT: Jurnal Kajian Akuntansi Dan Bisnis Terkini, 2(2),
217–238.

Lukiastuti, F. (2012). Pengaruh orientasi wirausaha dan kapabilitas jejaring usaha


terhadap peningkatan kinerja ukm dengan komitmen perilaku sebagai variabel
interviening (Studi empiris pada sentra UKM batik di Sragen, Jawa Tengah).
Jurnal Organisasi Dan Manajemen, 8(2), 155–175.

Pertiwi, M. T. M., & Nugroho, S. P. (2020). Pengaruh modal manusia (human


capital) dan modal sosial (social capital) terhadap kinerja organisasi dengan
kapabilitas inovasi sebagai variabel mediasi (studi kasus pada pdam tirta
makmur kabupaten sukoharjo). Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai