BAB I
PENDAHULUAN
baik dari sebelumnya untuk kesejahteraan bersama. Karena itu baik atau tidak nya
suatu pembangunan tidak dilihat dari segi fisiknya namun juga harus diimbangi
hal ini sangat berpengaruh terhadap ekonomi dan stabilitas suatu pemerintah.
diatasi namun hal ini harus dapat ditekan serendah mungkin dan pemerintah
sarana sosial.
sarana untuk orang cacat, bimbingan dan latihan keterampilan. Orang dapat
orang miskin dapat memetik manfaat dari program rehabilitasi semacam itu, dan
2
banyak orang yang dapat dihindarkan dari kemiskinan dari program sejenis itu.
Seiring dengan upaya itu, terdapat pula usaha penciptaan lingkungan masyarakat
sebagai tempat yang memudahkan bagi para penyandang cacat tubuh. (horton dan
yang di bentuk pada tahun 2017. Berdasarkan PERDA (peraturan daerah) Kota
Bandung no. 8 tahun 2016. Selain itu juga dibentuk berdasarkan peraturan
walikota Bandung no. 1383 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan, organisasi,
tugas, dan fungsi serta tata kerja dinas sosial dan penanggulangan kemiskinan
kota Bandung.
Dalam susunan struktur organisasi dinas sosial tersebut ada Divisi kerja
UPT Pusat Kesejahteraan Sosial yang dibentuk untuk memudahkan warga miskin
dan rentan miskin di daerah terkait untuk menjangkau layanan perlindungan sosial
atau dinas sosial diharapkan menyediakan kontribusi aturan dan anggaran untuk
pelaksanaan puskesos.
3
Dalam UPT PUSKESOS Kota Bandung ini ada pekerja sosial yang
khusus dibidang ilmu pengetahuan, kemampuan dan nilai agar dapat kembali
berfungsi secara sosial. Beragam praktek telah dilakukan oleh pekerja sosial di
ketunaan sosial dan penyimpangan prilaku, (5) korban bencana, (6) keterasingan,
serta (7) korban tindak kekerasan, marjinal, perdagangan orang, eksploitasi dan
diskriminasi.
MTHM. yang saya wawancari jenis PMKS tersebut bisa bertambah seiring
dengan berjalannya waktu dan modernitas akan muncul jenis PMKS baru
terhadap munculnya jenis PMKS baru seperti yang beliau tuturkan misalnya anak
kecil yang lebih suka bermain gadget (hand phone) dan main game play station,
pkl menjadi asisten pekerja sosial yang secara langsung dan ikut serta dalam
segala hal kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial pada senin, 2 Juli 2018 di
dinas sosial kota Bandung, pada saat itu ada 4 orang PMKS diantaranya anak
jalanan dan pengemis yang saya wawancarai satu persatu alasan mereka turun ke
seorang serabutan atau pekerja panggilan tidak menentu dan tidak mencukupi
oleh PMKS itu sendiri. Dengan alasan faktor ekonomi kebanyakan PMKS yang
telah terkena razia terus di rehabilisasi sosial, diberi motivasi, pelatihan dan
pengalaman baru atau keahlian untuk memulai usaha sendiri agar dapat
5
jalanan.
dilakukan dinas sosial, dan solusi yang sudah dilakukan oleh dinas sosial untuk
1.2.1. Program kerja yang dilakukan pekerja sosial kurang maksimal untuk
PMKS
1.2.2. PMKS yang keluar masuk rehabilitasi dinas sosial kota Bandung
1.3.2. Apa program para pekerja sosial yang dilakuakan di panti rehabilitasi
1.3.3. Apa saja faktor pendorong dan penghambat dalam proses rehabilitasi
sebagai berikut:
kegunaan utama, yaitu (1) Kegunaan Praktis dan (2) Kegunaan Akademis.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi atau
dapat dikembangkan lebih lanjut khusunya bagi permasalah yang ada saat ini di
7
daerah kota Bandung bidang kesejahteraan sosial. Sebagai masukan juga untuk
Sosial Kota Bandung, termasuk para pekerja yang ada di dalamnya serta
a) Bagi Penulis
(PMKS).
Lembaga sosial adalah sistem hubungan sosial atau tata kelakuan yang
bidang sosial yang di bangun adalah Pusat Kesejahteraan Sosial yang ada dalam
ini, maka penulis memfokuskan pada Pekerja Sosial (PekSos) yang ada pada
satuan kerja Divisi UPT Pusat Kesejahteraan Sosial Kota Bandung yang
Sosial ini berperan sebagai pemberdaya PMKS yang mempunyai tugas untuk
merasakan peran dari Pekerja Sosial terhadap kehidupan Sosial Mereka supaya
bisa hidup normal seperti masyarakat pada umumnya. Dan lebih termotivasi bagi
para PMKS supaya ingin belajar dan keahlian untuk mendapatkan kerja yang
layak juga agar mereka bisa diterima dimasyarakat dan bisa berinteraksi dengan
yang berkaitan dengan status atau kedudukan sosial seseorang dalam suatu
kelompok atau situasi sosial. Konsep ini dapat dijelaskan lagi dengan melihat
harapan pelaku-pelakunya. aneka peran perlu dibedakan dari susunan peran (role
set), suatu Peran sosial tidak terjadi secara sendirian. Suatu peran biasanya
berkaitan dengan peran-peran lain yang saling melengkapi. Kelompok peran yang
saling melengkapi ini dikenal sebagai susunan peran. Sebagai contoh, susunan
peran seorang dokter terdiri dari pasien, perawat, bidan, pekerja sosial, dan
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) terletak pada pola sikap dan interaksi pada
keduanya yang berwujud peraturan serta kebijakan baik dari pihak lembaga yaitu
Pekerja Sosial maupun dari Penyandang Masalah Kesejahteraan Sendiri. Hal itu
(Pemeliharaan).
diantara lembaga (Pekerja Sosial) kepada PMKS dalam melindungi atau merawat
PMKS tersebut sejahtera dan bisa hidup serta berbaur sebagaimana masyarakat
pada umumnya. Program-program dan aturan yang ada di Dinas Sosial Dan
tersebut merupakan sarana untuk mengatur hak dan kewajiban antara Dinas Sosial
yang di dalamnya ada pekerja sosial dan PMKS yang terdapat di Dinas Tersebut.
sistem (Raho, 2007:53). Fungsi ini menurut Talcott parson dibutuhkan oleh semua
hidupnya, fungsi ini bagian dari unit analisis Talcott parson yang disebutnya
dengan AGIL. AGIL adalah singkatan dari Adaptation (A). Goal Attainment (G),
terkait lingkungan yang memenuhi syarat sebagai sebuah sistem sosial. Keragka
Sosial Dan penanggulangan Kemiskinan ini adapun dari fungsi-fungsi dari AGIL
tersebut, yakni:
Pertama, Adaptation yaitu fungsi yang dimiliki oleh semua sistem untuk
tersebut. contoh konkritnya adalah mengenai peraturan Dinas Sosial atau dari
pekerja sosial dan respon PMKS. Dinas sosial ataupun UPT Pusat Kesejahteraan
dengan keadaan PMKS dan para PMKS juga harus beradaptasi dengan peraturan-
peraturan dari dinas atau UPT Pusat Kesejahteraan Sosial demi tercapainya
11
kelangsungan hidup mereka. Jika keduanya saling beradaptasi satu sama lain,
Kedua, Goal Attainment yaitu fungsi yang dimiliki oleh sebuah sistem untuk
yang menangani atau mengurusi para PMKS dalam hal ini Dinas Sosial Dan
dalam keduanya tidak dapat menentukan tujuannya sama maka tentunya Para
PMKS atau pihak Dinas Sosial itu tidak akan dapat menjalankan fungsinya.
Ketiga, Integration yaitu fungsi yang dimiliki oleh sistem dalam rangka
aktor didalamnya. Fungsi ini juga berperan dalam mengelola hubungan ketiga
pihak Dinas Sosial yang merupakan tata tertib maupun hal yang berkaitan dengan
norma kesejahteraan para PMKS sebagai output dari hasil tersebut (Integration).
mengawasi kelembagaan dengan baik maka lembaga tersebut akan baik. Dalam
hal ini Dinas Sosial ataupun di divisi UPT Pusat Kesejahteraan Sosialnya, jika
pemeliharaan Dinas Sosial tersebut tidak baik dan proses dalam mensejahterakan
12
PMKS tidak baik, maka lembaga tersebut tidak akan baik pula sebaliknya, jika
pemeliharaan Dinas Sosial baik dan dalam proses mensejahterakan PMKS nya
baik, maka keadaan Dinas Sosial tersebut pasti akan baik dan akan terciptanya
Gambar 1.1
Latencty Integration
menekankan pada hirarki yang jelas. Pada tingkatan yang paling rendah yaitu
pada lingkungan organis, sampai pada tingkat yang paling tinggi, realitas terakhir
dan pada tingkatan integrasi menurut sistem Parsons terjadi atas dua cara.
13
atau kekuatan yang diperlakukan untuk kegiatan yang lebih tinggi. Kedua, tingkat
akan lebih terjamin kehidupannya jika ada suatu lembaga yang bertanggung jawab
yakni Dinas Sosial Dan Penanggulangan Kemiskinan Divisi Kerja UPT Pusat
Kesejahteaan Sosial Kota Bandung. Dinas tersebut mempunyai peran dan fungsi
Gambar 1.2
Pekerja Sosial
Kesejahteraan
Struktur Fungsional
PMKS
Motivasi
14
BAB II
PEMBAHASAN
sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data
terdahulu yang mendekati relevan dengan judul atau masalah yang peneliti tulis,
Antapani Kota Bandung). Hasil penelitian menunjukan: (1) upaya yang dilakukan
masyarakat agar taraf hidupnya lebih baik dan sejahtera (Ibrahim, Skripsi, 2017).
yang dilakukan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sama halnnya
PMKS dengan kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh dinas sosial kota
bandung. Yang jadi perbedaan nya dari penelitian ini objeknya hanya masyarakat
miskin dan tidak melalui lembaga seperti dinas sosial dalam pelaksanaan
programnya.
masyarakat (LPM) di Desa Cibeunying berawal pada tahun 2007 yang dilatar
masih sangat minim pihak desa tergerak untuk mendirikan suatu lembaga
berkontribusi sebagai kelompok usaha penyedia lapangan kerja baru dan sebagai
capai LPM sejatinya adalah untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat baik
adalah masalah penelitian saya tentang bagaimana kontribusi pekerja sosial dalam
dimana lebih ke bersifat dorongan secara psikologis namun juga dibantu dengan
dan penanganan kesejahteraan sosial sejuah ini belum efektif dalam menjalankan
aspek sumber daya manusia dinas sosial Kota Bandung kekurangan dalam
menangani gelandangan dan pengemis. Sumber daya dari segi fasilitas dinas
sosial belum memadai 100% selesai sehingga banyak gelandangan dan pengemis
yang sudah ditertibkan oleh SATPOL PP kembali lagi turun kejalan (Pitria,
Skripsi, 2017).
17
program yang dilakuakan Dinas Sosial berdasarkan kebijakan praturan daerah dan
dalam pelaksanaan kerjanya. Sehingga PMKS yang terjaring razia dan telah
secara garis besar program kegiatan pembinaan yang diadakan di BRSBK ini
yang dialami oleh para klien. Misalnya, setelah mendapatkan pembinaan, para
pembinaan ini adalah dengan tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang
dari instansi-instansi terkait serta adanya semangat dan keinginan yang kuat dari
profesi. Jadi pekerja sosial yang dibicarakan di sini adalah pekerja sosial
Menurut studi kurikulum yang di sponsori oleh the Council on Social Work
Education dalam tahun 1959 dinyatakan bahwa, pekerja sosial berusaha untuk
to resolve their social problems, to restore and enhance their social functioning.”
Pekerja sosial diartikan sebagai sebuah metode lembaga sosial yang membantu
Siporin menyatakan bahwa pekerjaan sosial adalah suatu institusi sosial, suatu
profesi pelayanan manusia, dan suatu seni praktik teknis dan ilmiah. Dalam meta-
19
dalam bentuk apa yang disebut sebagai praktik pekerjaan sosial (Fahrudin,
2012:61).
Dalam tahun 1915, Abraham Flexner dalam konferensi tentang amal dan
sosial belum merupakan suatu profesi. Atas dasar ini, mereka berusaha dengan
psikoanalisis ini merasa bahwa pengetahuan ini dapat diterapkan dalam pekerjaan
sosial. Para pekerja sosial yang lain juga berusaha mencari landasan ilmu
pengetahuan lain yang dapat memperkuat status pekerjaan sosial sebagai profesi.
Dalam tahun 1957, Ernest Greenwood menulis artikel tentang atribut suatu
berikut:
ataupun praktikal.
kompetensi profesional.
4. Suatu profesi mempunyai kode etik pengaturan yang mengikat, yang dapat
anggota-anggotanya.
pelayanan-pelayanannya.
sekarang ini dapat dinilai apakah sudah merupakan profesi atau belum (Fahrudin,
2012:63-65)
keterampilan. Tetapi kalau kita teliti lebih jauh, sikap dan keterampilan sudah
adalah kecenderungan yang relatif bertahan lama dari seorang individu untuk
mengamati, merasakan, berfikir, dan bertindak dalam suatu cara tertentu terhadap
berikut:
pekerjaan sosial akan mempelajari pengetahuan, nilai-nilai serta etika, dan metode
serta teknik pekerjaan sosial dari lembaga pendidikan tersebut. setelah semua itu
dipelajari dan dikuasai, maka dalam diri calon pekerja sosial ini akan terbentuk
oleh nilai-nilai yang diyakini dan dianut), dan “keterampilan” (dilandasi oleh
metode dan teknik yang telah di pelajari dan dikuasai). Dengan berpedoman pada
ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya, serta dibimbing oleh nilai-nilai yang
masyarakat.
sosial yang memberikan arah yang lebih luas. Tujuan praktik pekerjaan sosial
kesempatan.
23
pelanyanan.
Selain keempat tujuan itu, Zastrow (2008) juga menambahkan empat tujuan
berikut:
klien, tetapi yang lebih ditekankan dan dikemukakan pada klien adalah
kemampuan yang ada pada klien lebih dapat mendorong mereka untuk
dan kekurangan-kekurangannya.
2. Bekerja secara kolaboratif. Ini sesuai dengan salah satu prinsip dalam
hasilnya. Klien dipandang sebagai kolega, atau bahkan sebagai ahli dan
(Fahrudin, 2012:69-70).
25
2.3. Motivasi
Motivasi didefinisikan dari kata motif yaitu sebagai upaya yang mendorong
kepada seseorang insividu atau kelompok untuk melakukan sesuatu yang lebih
baik. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari alam dan didalam subjek
juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi intern atau ke siapsiagaan. Maka
motivasi dapat diartikan sebagai upaya atau daya penggerak yang telah menjadi
aktif. terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak
dalam diri seseorang yang akan ditandai dengan munculnya feeling dan didahului
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
3. Motivasi akan diransang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.
dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan
perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirancang oleh faktor dari luar
tetapi motivasi itu adalah tumbuh didalam diri seseorang (Sardiman, 2012:73-75).
dorongan dasar atau internal dan intensif diluar indivisu atau hadiah. Motivasi
Pendapat lain mengenai motivasi juga dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono
suatu dorongan yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu, dan juga
27
sebagai pemberi arah dalam tingkah lakunya, salah satunya dorongan seseorang
untuk belajar.
seseorang mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Motivasi juga dapat
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang
28
tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar ini
dapat menjadi jalan agar mampu menuju arah yang ingin dicapai. Sebagai
motivasi adalah memberikan arah dalam meraih apa yang diinginkan, menentukan
sikap atau tingkah laku yang akan dilakukan untuk mendapatkan apa yang
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini akan dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif
a. Motif-motif bawaan.
Yang dimaksud dengan motiv bawaan adalah motif yang dibawa sejak
lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari sebagai contoh misalnya:
drives.
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan
yang oleh karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan, tidak dapat
jasmani, rohani dan maupun sosial secara memadai dan wajar. Hambatan,
dan bencana alam maupun bencana sosial (muslim dan Sismoro, Jurnal DASI, No.
2, Juni 2014:46).
atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat
memadai dan wajar. Saat ini terdapat 26 jenis PMKS, (Asyhari dan Handoyo,
Tabel 1.1
18 Korban trafficking
19 Korban tindak kekerasan
20 Pekerja migran bermasalah sosial (PMBS)
21 Korban bencana alam
22 Korban bencana sosial
23 Perempuan rawan sosial ekonomi
24 Fakir miskin
25 Keluarga bermasalah sosial psikologis
26 Komunitas adat terpencil
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
untuk memahami suatu gejala yang dialami oleh masyarakat dengan cara
penelitian ini dilakukan atau masalah sosial tersebut bersifat aktual, serta
selidiki sebagaimana adanya serta diiringi dengan interpretasi rasional yang tepat.
Metode ini sangat cocok dengan masalah penelitian penulis yang hendak
observasi ataupun wawancara kepada kepala UPT Pusat Kesejahteraan Sosial dan
para pekerja sosial yang merupakan bagian dari divisi kerja dinas sosial serta para
33
penelitiannya.
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data tersebut menjadi data
penelitian yang bersangkutan. Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain. Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dimana data dapat di
peroleh. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data yaitu:
Data primer penelitian ini di dapat melalui lokasi penelitian yaitu dari
observasi dan wawancara yang penulis lakukan kepada kepala UPT Pusat
Data sekunder yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diangkat dan
Sumber data sekunder ini diambil dari buku-buku, surat kabar, internet, skripsi
pengumpulan data yang sesuai dengan jenis penelitian tersebut yang digunakan
4.4.1. Observasi
perilaku.
3. Mampu menentukan realitas serta peraturan yang berasal dari falsafah atau
perbedaan dari data yang diperoleh dalam suatu studi dengan data studi dari
bertindak dalam norma masyarakat yang relatif dari seorang ke orang lain,
mengamati bentuk dinamika tingkah laku alamiah. Dan kedua dari tujuan
sosial, kemudian dapat diperoleh cara-cara lain. Berkaitan dengan hal ini sering
terhadap fenomena di lokasi penelitian, perubahan dan simbol apa saja yang
sering terjadi. Metode ini dilakukan sebagai bentuk usaha pengumpulan data di
secara langsung dari sumber primer, khususnya untuk melihat keadaan PMKS dan
pekerja sosial. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipasi yang disesuaikan dengan objek atau sasaran yang diamati. Peneliti
melibatkan diri secara langsung dalam aktivitas pekerja sosial untuk melakukan
pengamatan dan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan
4.4.2. Wawancara
mengumpulkan data tentang berbagai hal dari seseorang atau sekumpulan orang
secara lisan dan langsung. Wawancara adalah mencakup cara yang diperlukan
seseorang untuk suatu tugas tertentu untuk mendapatkan keterangan secara lisan
dari seorang responden dengan bercakap-cakap tatap muka dengan orang itu
(Koentjaraningrat (1983:129).
wawancara tidak hanya sekali atau dua kali, melainkan berulang-ulang dengan
intensitas yang tinggi. Peneliti tidak hanya “percaya dengan begitu saja” pada apa
pengamatan. Itulah sebabnya cek dan ricek dilakukan secara silih berganti dari
yang dapat menarik sebanyak mungkin keterangan dari informan dan dapat
amat terbatas oleh kemampuan tenaga, tidak hanya di responden, tetapi juga dari
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara. Mulyana dan Junaedi
(2010:181)
dialami dan dilihat oleh informan. Wawancara ditunjukkan kepada ketua upt pusat
kesejahteraan sosial dan anggota (pekerja sosial) serta PMKS yang ada dalam
dalam hal ini peneliti ikut serta dalam aktivitas pekerja sosial sambil bertanya-
4.4.3. Dokumentasi
mengenai suatu hal kejadian yang berkaitan dengan masalah penyelidikan, hal ini
dilakukan terutama untuk melengkapi dan menguatkan data yang diperoleh baik
dari observasi, maupun wawancara. Di samping itu data yang diperoleh dari
foto-foto. Tentu foto yang dipersilahkan dalam penelitian ini adalah foto saat
pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
memfokuskan kepada hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, flowhart, dan sejenisnya.
Dan yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif
3.4.3. Kesimpulan
berlangsung, sesuai dengan gambar siklus analisis data yang disebutkan di muka
tadi, prosesnya tidaklah “sekali jadi”, melainkan berinteraktif, secara bolak balik.
kerja UPT Pusat Kesejahteraan Sosial Kota bandung di Jl. BBK Karet Derwati
Tabel 1.2
Jadwal Penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bandung. Kelurahan Rancacili merupakan salah satu bagian dar wilayah timur
Kota Bandung dengan memiliki luas lahan sebesar 160 Ha. Secara administrasi
wilayah datar berombak sebesar 100% dari total keseluruhan luas wilayah ditinjau
dari sudut ketinggian tanah. Kelurahan Rancacili berada pada ketinggian 500 M
diatas permukaan air laut, suhu maksimum dan minimum di Kelurahan Rancacili
sebesar 28-32 C. Sedangkan dilihat dari segi hujan berkisar 874 mm/h dan jumlah
hari dengan jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak 45 hari ( Rusun
menyediakan pemukimanan untuk warga atau bisa yang dsebut juga sebagai
Rusun Rancacili, mereka yang tidak mampu membeli rumah akan dberikan suatu
42
kemudahan. Karena rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia juga
sebagai sarana kebutuhan ekonomi, adapun gambar dibawah ini merupakan lokasi
Wawancara dengan ketua UPT Puskesos Handian.SS., MTHM. (20, juni 2019)
mengatakan:
Tepat pada tanggal 27 Desember 2018 Puskesos Kota Bandung sudah kita
bangun sekaligus kantor Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan
(Dinsosnangkis). Maka juga bisa dikatakan disini merupakan pusat
rehabilitasi dan rumah singgah bagi 26 jenis PMKS, yang terjaring oleh
kami akan ditempatkan digedungnya masing-masing. Jadi yang paling
penting adalah gedung sebesar ini adalah efektifitas pemanfaatannya.
Gambar 4.1 Gedung Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kota Bandung
tahun 2017. Berdasarkan PERDA (Peraturan Daerah) Kota Bandung No. 8 tahun
2016. Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Bandung yang
diterbitkan pada 16 November 2016. Selain itu Dinas Sosial dan Penanggulangan
43
No. 1385 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan, organisasi, tugas, dan fungsi
serta tata kerja Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kota Bandung.
sendiri di bentuk pada tahun 2017 pada awalnya tempat ini berada di Sindangsirna
PERDA (Peraturan Daerah) Kota Bandung No. 160 tahun 2017 tentang
pembentukan kedudukan, tugas, dan fungsi susunan organisasi serta tata kerja unit
UPT Pusat Pelayanan Kesejahteraan Sosial dan Rehabilitasi Sosial pada Dinas
yaitu
1 UPT Pusat Pelayanan Kesejahteraan Sosial dan Rehabiltasi Sosial pada Dinas
4.1.3. Visi Dan Misi Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kota
Bandung
Sementara seperti apa yang kita ketahui bahwa Visi Kota Bandung itu
sosial serta ditandai dengan adanya kesejahteraan sosial masyarakat yang semakin
Kemiskinan Kota Bandung adalah “Kesejahteraan Sosial dari, oleh, dan untuk
Sosial dari, oleh, dan untuk Masyarakat menuju Bandung yang Bebas
atas, yakni :
47
wajar.
penanganan dalam panti maupun luar panti, bantuan bagi korban bencana,
dilakukan secara terus menerus sehingga kualitas data yang ada dapat
Kota Bandung
Adapun sasaran yang ingin dicapai oleh Dinas Sosial dan Penanggulangan
1. Warga miskin dan rentan mskin yang terdapat atau tidak terdapat dalam
basis data terpadu yang dihasilkan melalui PBDT 2015 atau yang ada dalam
Desa/Kelurahan setempat
kerja dan pembagian tugas. adapun bagan kepegawaian Dinas Sosial dan
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Sosial dan Penanganan Kemiskinan Kota
Bandung.
Kota Bandung
mengoptimalkan berbagai sumber daya baik sumber daya manusia maupun sarana
penunjang yang dimiliki oleh Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kota
Bandung dalam mencapai target kinerja selama 5 (lima) tahun. Jumlah pegawai
yang ada pada Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kota Bandung saat
ini sebanyak 42 orang. Untuk penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran
Eselon Pelaksana
NO PD Fungsional Jumlah
II III IV IV III II I
berdasarkan Pendidikan
Pendidikan
NO PD Jumlah
S3 S2 S1 D3 SMA SMP SD
NO NAMA BARANG
Jumlah Keterangan
2. Kendaraan roda 4 10
3. Kendaraan roda 2 10
4. Computer 100
5. Ac 69
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Kantor Dinas Sosial dan Penanggulangan
Kemiskinan
serta peralatan kantor lainnya seperti filling cabinet, meja, kursi, lemari, dll.
52
sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun
sosial secara baik dan wajar. Dalam wawancara dengan Ruli Insani Adhitya
memelihara fakir miskin dan anak terlantar. Seperti yang dimaksud dalam
dalam menjamin terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar warga negara yang
bahwa PMKS tidak tersu selamanya menjadi PMKS. mereka juga harus
mampu keluar dari zona mereka menjadi PMKS dan mereka
diproyeksikan untuk bisa mandiri. (Handian, wawancara, 20 juni 2019)
Sering kali kita jumpai dengan keadaan yang kurang lazim seperti dilampu merah,
atau pabrik. Keadaan ini mendorong penduduk desa untuk berurbanisasi dengan
maksud untuk merubah nasib, tapi sayangnya mereka tidak membekali diri
dengan pendidikan dan keterampilan yang memadai. Sehingga keadaan ini akan
Bandung
kelompok yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat
akan ada juga jenis PMKS dari anak atau keluarga teroris (Handian,
wawancara, 20 juni 2019)
berkembang di masyarakat pada tahun 2017 adalah balita terlantar (360 jiwa),
anak terlantar (6.643 jiwa), anak korban tindak kekerasan (19 jiwa), anak jalanan
(4.821 jiwa), anak cacat (484 jiwa), wanita rawan sosial ekonomi (5.868 jiwa),
tuna susila (116 jiwa), pengemis (4.126 jiwa), gelandangan (948 jiwa), korban
narkotika (363 jiwa), keluarga berumah tidak layak huni (27.041 keluarga),
salah satu prioritas Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kota Bandung.
untuk penanganan PMKS. Dalam wawancara dengan Pak Handian selaku kepala
dengan rumah tidak layak huni, dan pengidap HIV-Aids. Peningkatan jumlah
anak jalanan, anak nakal, tuna susila, pengemis, gelandangan, dan masyarakat
besar.
55
dengan relatif tingginya Indeks Pembangunan Manusia (dalam hal ini pendidikan
dan kesehatan), tidak serta merta melepaskan Kota Bandung dari berbagai
masih banyaknya mereka yang menjadi gelandangan, anak jalanan atau mereka
yang bekerja di sepanjang atau sekitaran jalan dan stopan lampu merah dengan
harapan mereka mendapatkan iba dari orang lain. Dan masih banyak juga mereka
yang bekerja sebagai wanita rawan sosial, akibat dari belum maksimalnya
hal ini masih terlihat pada tingginya jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan
Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi pada tahap awal di Dinas
Sosial Kota Bandung bahwa jumlah PMKS yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota
Bandung hanya terdiri dari kategori anak jalanan, gelandangan, pengemis dan
wanita rawan sosial ekonomi. Sedangkan untuk kategori lainnya, Dinas Sosial
sebagai berikut:
Tabel 4.4
PMKS
kesejahteraan sosial bukanlah suatu hal yang mudah karena permasalahan yang
sebagaian besar diantara mereka merupakan penduduk miskin yang tidak mampu
57
terjadinya berbagai permasalahan sosial yang diderita oleh para PMKS ini sangat
bervariasi, hal tersebut kita dapat kelompokan ke dalam 2 (dua) kelompok besar
yaitu yang dikarenakan faktor eksternal dan internal, faktor eksternal diantaranya
Sosial Kota Bandung sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal
maupun eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal disini ialah kebijakan
pemerintah Kota Bandung dalam bidang lain yang sekiranya memiliki dampak
atau mempengaruhi baik secara langsung terhadap kinerja pelayanan sosial yang
faktor eksternal disini ialah kebijakan pemerintah pusat atau provinsi menyangkut
trauma.
yang lannya sebagaimana yang disampaikan oleh Ruli Insan Adhitya selaku
apakah di rehabilitasi atau cukup dengan di beri motivasi atau dikasih tahu sesuai
dengan kondisi PMKS tersebut. Selain itu, biasanya klien diperoleh dengan cara
Serah Diri, yakni dengan datang sendiri ke Balai/Panti Rehabilitasi Sosial melalui
keberadaan dan fungsi dari Balai/Panti Rehabilitasi Sosial ini. Juga, klien ini
serta arahan kepada klien untuk mendapatkan perlindungan serta bimbingan agar
mereka bisa hidup layak seperti masyarakat pada umumnya sehingga mereka
tidak lagi hidup menggelandang. menurut Ahmad Zulkifli selaku asisten kepala
Dinas Sosial kota Bandung bekerja sama dengan Satpol PP, Polri dan
jajaran TNI untuk melakuakan penjangkauan atau penjaringan pada hari
sabtu-minggu yang rutin dilakukan setiap kali melakukan penjaringan
untuk daerah sekitaran Samsat Soekarno Hatta dan sepajang rel di jalan
tera saja stidaknya menjaring 15-20 PMKS. Selain penjaringan, Puskesos
Kota Bandung juga melayani rujukan dari tingkat kelurahan. Guna
memenuhi operasional Puskesos ini, Dinsosnangkis menyiapkan 3 bus,
microbus 2 unit, dan mobil operasiona 5 unit karna tidak semua daerah
kita bisa jangkau ketika melakuakan penjaringan.
jika PMKS yang didapati di jalanan mencoba melawan atau kabur penjaring juga
akan tegas dengan menangkap secara paksa karna ketika melakukan penjaringan
biasanya suka ada laporan dari masyrakat terkait adanya PMKS yang
melakukan penjaringan. Baik itu dilakukan secara formal oleh instansi Dinas
Sosial dengan cara sosialisasi program, maupun secara informal oleh para pekerja
sosial yang sengaja “nongkrong” di tempat umum yang biasanya selalu diwarnai
secara sistematis, terarah dan terencana atas dasar pendekatan pekerjaan sosial
Kepala asissten ketua UPT Pusat Kesejahteraan Sosial (20 juni 2019)
mengatakan:
lebih 4 bulan per angkatan mulai dari klien masuk sampai berakhirnya waktu yang
berdasarkan pada buku acuan (pedoman) yang dikeluarkan oleh Pemerintah yang
meliputi :
dihadapi. Selain itu, kegiatan sosialisasi ini juga dapat dilakukan dengan
2. Motivasi
pengemis dan PMKS yang lainnya yang termasuk kepada usia produktif yang
di berikan oleh pekerja sosial supaya para PMKS bisa menjalani hidup
dengan lebih baik dan tidak melanggar serta menganggu ketertiban umum.
Setelah keluar dari Panti Rehabilitasi ini pun mereka tidak mempunyai
pemikiran untuk kembali lagi ke jalanan karna sudah diberikan motivasi serta
pelatihan soft skill lainnya yang bisa mereka gunakan untuk mencari uang
3. Seleksi
pengemis, gelandangan dan orang terlantar sebagai calon klien dalam Balai.
Seleksi calon klien ini didasarkan atas data dan informasi yang diperoleh.
Kriteria seleksi ini meliputi : seleksi psikososial oleh Pekerja Sosial, seleksi
kasus yang dihadiri oleh pekerja sosial, pimpinan panti, dokter, psikolog, dan
hanya menguji kembali beberapa temuan tentang kebutuhan dan potensi calon
4. Kontrak
pelayanan yang diberikan kepada calon klien. Pada kontrak ini dijelaskan
harus terhadap aturan dan norma yang di terapkan oleh Dinas Sosial dan panti
5. Assesment
pengalaman, perasaan, dan masalah yang dihadapi serta potensi yang dimiliki
oleh para pengemis, gelandangan dan orang terlantar. Kegiatan Assesment ini
keadaan yang dialami oleh para pengemis, gelandangan dan orang terlantar
prinsip dan konsep yang tetap dalam profesi pekerjaan sosial. Penilaian
didalamnya, antara lain tes kemampuan, tes psikososial, catatan kasus, tes
dan bakat yang dimiliki dari klien tersebut. Selain itu, mereka juga diberikan
jalani selama berada di Balai. Hal ini dimaksudkan agar terciptanya suasana
pola kegiatan pembinaan, rehabilitasi serta pelayanan yang akan dijalani oleh
para klien selama berada di dalam Balai. Yakni kegiatan pembinaan dan
2 Tahapan Resosialisasi
tahapan yang paling penting, karena tahapan ini merupakan tahap peringanan
beban dari sebuah Balai dalam kegiatan yang bertujuan untuk mempersiapkan
masyarakat.
di dalam Balai.
67
3 Tahapan Penyaluran
atau sektor usaha sesuai dengan bakat dan keterampilan yang dimiliki. Jenis
5 Tahapan Evaluasi
bahwa satu tahun terakhir ini kegiatan tersebut diberhentikan dengan alasan
para klien pada dasarnya sudah merasa siap dan mempunyai kemampuan
6 Tahapan Terminasi
Ruly Insani adhitya selaku Pekerja Sosial (20 Juni 2019) mengatakan:
Karna disini kita terbatas waktu untuk penangan PMKS sendiri dari 2
minggu sampai 1 bulan kita tidak bisa terus menerus menampung atau
merehabnya disini karna setiap minggu masuk PMKS baru yang terjaring
di jalanan. Ketika sudah dirasa sudah mempunyai keahlian dan motivasi
untuk hidup secara layak tidak turun lagi ke jalan kita kembalikan lagi ke
pihak keluarga.
Adapun dibawah ini terdapat tujuan dan sasaran jangka menenegah pelayan
Tabel 4.5
Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan
Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kota Bandung
69
FORMULASI
N INDIKATO TARGE
TUJUAN SASARAN PERHITUNGA SATUAN
O R T
N
1 Meningkatny Meningkatny Persentase Jumlah PMKS % 32
a PMKS a pelayanan PMKS yang yang
yang terhadap terlayani memperoleh
mengalami PMKS layanan
perubahan dibanding dengan
perilaku jumlah total
PMKS dikali
100%
2 Meningkatka Meningkatny Persentase Jumlah warga % 50
n kualitas a pemenuhan warga miskin miskin yang
pelayanan hak dasar yang memperoleh
bagi warga warga miskin terpenuhi pelayanan dasar
miskin kebutuhan dibanding dengan
dasarnya jumlah warga
miskin yang ada
dikali 100%
Guna mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh Dinas Sosial dan
Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kota Bandung selama tahun 2013-
2018 :
Jalanan
Program/Kegiatan Urusan Wajib Sosial adapun jenis program dan kegiatan yang
71
yaitu :
yaitu:
lainnya
miskin
Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan Sosial
yaitu :
terlantar
anak
putus sekolah
4. Program pembinaan para penyandang cacat dan eks-trauma yang terdiri dari
trauma
asuhan/jompo
73
jompo,
Narkoba dan Penyakit Sosial lainnya), yang terdiri dari beberapa kegiatan
yaitu :
penyakit sosial
penyakit sosial
penyakit sosial
sebagai pendamping sosial bagi masyarakat, mitra bagi pemerintah atau institusi,
nah itukan banyak faktor dari klien nya mungkin ini cuman butuh
waktu yang lebih.
Adapun tugas yang lain memberdayakan dan sebagai agen perubahan,
1) Preventif
2) Kuratif Reahabilitatif
keberfungsian sosial
3) Pengembangan
keterampilan dan nilai. Pekerja sosial profesional mempunyai tugas dan peran
terhadap anak yang dijatuhi pidana. Berdasarkan pasar 68 ayat (1) undang-undang
76
nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak, tugas pokoknya
2015 tentang pedoman rehabilitasi sosial anak yang berhadapan dengan hukum
tenaga kesejahteraan sosial yang dilatih dibidang penanganan ABH pada LKPS
77
yang diterapkan oleh mentri, baik diluar maupun didalam lembaga untuk
mendampingi ABH”.
dengan mekanisme:
b. Mempelajari kasus
Rehabilitasi sosial ABH yang dilakukan oleh pekerja sosial dan tenaga
e) Bimbingan fisik.
g) Pelayanan aksebilitas.
78
i) Bimbingan resosialisasi.
sesuai dengan tahapannya. Prilaku-prilaku yang muncul saat anak tidak dapat
1) Body of Knowledge
kerangka pengetahuan yang berisi, berasal dari atau diramu dari konsep-konsep
penelitian dan praktek sehingga benar-benar memiliki keunikan. Oleh sebab itu
banyak dikemukakan para ahli, salah satunya menurut Charles Zastrow dalam
mencakup:
2) Body of Skill
3) Body of Value
standar prilaku, yang diangkat dari nilai-nilai luhur, falsafah hidup dan pandangan
dengan klien, dengan lembaga tempat bekerja, dengan pekerja lain serta
masyarakat luas.
80
Kerangka nilai diperoleh dan dihayati oleh seorang pekerja sosial melalui
terhadap kerangka nilai membantu pekerja sosial dalam merumuskan “apa yang
diinginkan.
Setiap pelaksanaan dalam suatu kegiatan tentu saja didalamnya selalu ada
bentuk harapan dan tantangan. Atau dengan kata lain ada sejumlah faktor
difungsikan serta dioptimalkan agar berjalan secara efektif dan efisien sehingga
dengan adanya faktor penghambat ini tidak berarti kegiatan menjadi terhenti, tidak
berjalan, atau bahkan gagal. Akan tetapi, dengan lebih memberdayakan faktor
kekurangan yang ada. Oleh karena itu, pada pelaksanaan kegiatan program Balai
kegiatan di Dinas Sosial dan Penanggulangan Kota Bandung ini dimana dalam
tersendiri yang kemudian mereka ini memiliki keinginan yang kuat untuk
rawan sosial yang menjadi klien di Panti Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial
Tindak Kekerasan
dengan adanya semangat serta keinginan yang kuat dari para klien dalam
83
disampaikan oleh para pekerja sosial sangat lamban untuk diterima oleh
yang akan didapat oleh para klien. Atau bahkan dirasa tidak cukup
untuk merubah secara total segala pola tingkah laku para pengemis yang
3 Adanya rasa tidak betah atau merasa dirinya bukan sebagai seorang
Sehingga membuat mereka ingin segara pulang dan tidak betah di panti
kadang membuat mereka ingin segara pulang dan tidak ingin tinggal
lama di panti rehabiltasi sosial.
Dari hasil penelitian ini untuk mencari sebuah jawaban dari rumusan
masalah selain diperlukannya data persentase dari Dinas Sosial diperlukan pula
dijadikan sample. Hal ini tentunya bertujuan untuk melihat sejauh mana hasil
Dinas Sosial Kota Bandung itu sendiri, dan penelitian ini ingin meninjau sejauh
mana perubahan yang telah diperoleh klien dari kegiatan program rehabilitasi
sosial tersebut. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menghadirkan hasil wawancara
Asep Nuryana. selaku Pekerja sosial Madya yang juga bertugas sebagai
diadakan oleh pihak Dinas Sosial sedikit banyak memberikan perubahan terhadap
klien. Klien telah mengalami peningkatam serta adanya rasa ingin berhenti
berbagai keterampilan yang bisa mereka aplikasikan setelah keluar dari Panti
86
Surat Yasin setiap malam jum’at, juga mereka sedikit demi sedikit dapat merubah
pola tingkah lakunya yang pada awalnya jauh dari kata “baik”. Seperti misalnya
mereka bisa meredam amarah ketika terjadi perselisihan antar sesama klien,
karena pada mulanya mereka sering melakukan tindak kekerasan bahkan sering
menggunakan senjata tajam ketika terjadi pertengkaran antar mereka. Hal ini
seperti yang pernah dialami oleh beberapa klien yang pada waktu itu sempat
kehilangan sandalnya. Yang pada akhirnya mereka dipanggil oleh pihak Panti
Rehabilitasi dan diberikan sanksi dan juga peringatan keras berupa ancaman
dikeluarkan dari Balai atau berhadapan dengan pihak berwajib (Wawancara Asep
Nuryana, pada hari Rabu, 6 Maret 2019). Intinya, setelah mendapatkan pembinaan
dan pelatihan selama kurang lebih empat bulan, para klien ini sudah dapat
memahami serta bisa mengatur pola hidupnya menjadi lebih baik lagi. Sehingga
Walaupun proses dari peningkatan itu tidak signifikan, tetapi hal tersebut
menjadi keberhasilan yang cukup lumayan. Hal ini dikarenakan latar belakang
dari para klien tersebut sangat berbeda dan bervariasi. Kebanyakan mereka tidak
pendidikan yang kurang. Maka tidak aneh pada waktu pertama masuk Panti atau
Balai pelatihan, diantara mereka masih ada yang tidak bisa baca tulis, terlebih lagi
ekonomi.
1
Asep Nuryana (Pekerja Sosial Madya), Hasil Wawanacara , pada hari Rabu, 6 Maret 2019
pukul 09.40 WIB
87
Ibu Neneng ini merupakan salah satu warga asli Bandung. Kini, beliau berusia 52
peniliti. Sebelum ia berada di Balai dan Panti Rehabilitasi Sosial, beliau ini
hingga bangku SD saja, bahkan beberapa dari anaknya tersebut tidak sempat
yang pada waktu itu hanya berprofesi sebagai tukang becak. Sehingga,
dengan berjalannya waktu terdapat suatu kejadian diaman terjadi krisis ekonomi
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada akhirnya, 2 tahun yang lalu sepasang suami
istri ini berpindah profesi sebagai pengemis. Hal ini tentu saja dilakukan terpaksa
mereka bisa meraup hasil yang lumayan ketimbang dengan penghasilan yang
didapat sebagai tukang becak. Oleh karenanya, mereka mencoba untuk konsisten
dengan berprofesi sebagai pengemis. Namun, pada saat pergantian awal tahun
teaptnya sehari setelah tahun baru 2019, Ibu Neneng ini tertangkap razia oleh
keterangan dan dikirim ke Panti dan Balai Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial dan
Panti atau Balai Rehabilitasi sosial tersebut. Anaknya-anaknya yang masih kecil
selama berada di balai/panti rehabilitasi sosial. Namun hal tersebut mau tidak mau
harus beliau lalui juga. Selang 3 bulan tinggal di balai dan panti rehabilitasi sosial
Kota Bandung, beliau menuturkan kepada peniliti bahwa beliau ini sudah
bimbingan, kini beliau tidak pernah lagi meninggalkan shalat lima waktu,
mengikuti kegiatan baca Surat Yasin setiap malam jum’at, bahkan beliau sudah
karena memikirkan untuk makan hari ini saja beliau sulit. Yang ada difikirannya
hanya bagaimana beliau bisa menyambung hidup. Oleh karenanya, beliau hanya
itu, beliau juga menuturkan bahwa setelah mengikuti salah satu program kegiatan
di Balai dan Panti Rehabilitasi Sosial, akhirnya sekarang ia sudah menjadi ahli
pembuat kue. Dan hasil belajarnya ini akan beliau aplikasikan setelah ia keluar
dari balai nanti dengan membuka warung kecil, dan menjualnya sebagai sumber
2
Neneng, (Penyadang Masalah Kesejahteraan Sosial) pada hari Rabu, 6 Maret 2019 Pukul
13.00
89
saja hal ini tidak selalu dapat dilalui dengan mulus. Awalnya Bu Neneng ini
merasa tidak betah berada di balai ini karena beliau selalu teringat dengan
anaknya yang masih kecil yang beliau titipkan kepada orangtuanya. Kesedihan
dengan bimbingan mental berupa konseling yang beliau jalani, akhirnya beliau
sedikit bisa merasa tenang karena bisa mencurahkan segala isi perasaannya
kepada para pekerja sosial. Dengan itu, beliau mendapatkan motivasi serta
dorongan yang kuat agar bisa tetap bertahan demi masa depan anak-anaknya juga
kelak.3
Adapun klien kedua yang sempat menjadi subjek penelitian penulis yaitu
Bapak Imran. Sekarang beliau berusia 36 tahun dan merupakan warga asli
kabupaten Garut. Pada dasarnya, klien yang berada di balai dan Panti Rehabilitasi
sosial ini mempunyai latar belakang yang berbeda. dengan Ibu Neneng ini,
Semasa remaja, beliau sering berkelana menyusuri jalan dengan menaiki bis-bis
jurusan luar kota. Hingga pada akhirnya beliau memutuskan untuk tinggal di
Penyanyi Jalanan (KPJ) di Bandung, namun hal ini tidak berlangsung lama.
Sehingga beliau tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak untuk
3
Neneng (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), Hasil Wawanacara , pada hari Rabu,
6 Maret 2019 pukul 10.00 WIB
90
menghidupi keluarganya. Oleh karenanya, Bapak Imran ini tetap bekerja menjadi
seorang pengamen jalanan, bahkan sesekali beliau ini suka mengemis dengan
membawa anaknya sebagai media agar banyak dermawan yang merasa iba
padanya. Sampai suatu saat, beliau tertangkap saat ada penjaringan di Jalan
Jakarta pada bulan februari lalu. Awalnya Bapak Imran ini sempat menolak untuk
masuk Panti Rehabilitasi sosial. Namun setelah diberikan arahan dan motivasi
Rehabilitasi Sosial, setelah melihat pemaparan program yang dibuat oleh Dinas
tertarik dengan program yang diadakan di balai dan panti Rehabilitasi sosial
tersebut.
dan enak berada didalam balai dan panti Rehabilitasi sosial ini, sudah diberi
tempat tinggal yang cukup layak, bahan makanan dijamin, serta kebutuhan sehari-
haripun disediakan. Awalnya beliau ini termasuk orang yang jarang mengikuti
oleh rekannya yang lain. Namun, setelah Bapak Imran ini mendapat teguran dari
masih perlu diajak oleh salah satu rekannya. Setelah kurang lebih satu bulan
berada di balai dan Panti Reahbilitasi sosial, beliau pun merasakan perubahan
menjadi program favoritnya. Dimana, beliau menuturkan bahwa pada saat seperti
ini mereka bisa berkumpul bersama di sebuah rumah singgah. Menurutnya, ini
91
merupakan suatu ajang silaturahmi dan juga kesempatan dimana mereka bisa
kesenangan tersendiri, yakni kehadirannya ini bisa diakui oleh rekannya yang lain
Setelah 1 bulan berada di balai dan Panti Rehabilitasi Sosial ini, kini Bapak
Asep Iqbal dia adalah seorang pengemis yang terjaring di Pasar Baru beliau masih
berusia 12 Tahun. Asep iqbal ini berasal dari daerah Cimahi yang awalnya
keluarganya yang berada di bawah garis kemiskinan membuat Asep Iqbal tidak
Sejak dulu, tentunya Asep ini tentunya tidak ingin dirinya bernasib menjadi
ayahnya untuk menjadi pemulung. karena pada dasarnya ini adalah satu bentuk
4
Imran (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), Hasil Wawanacara , pada hari Rabu, 6
Maret 2019 pukul 10.30 WIB
92
bisa mendapatkan uang Kurang lebih 200ribu perhari. Dan itu membuat Asep
seorang Pengemis. Asep dan teman-temannya menaiki bis dari Cimahi menuju
tertangkap saat adanya perjaringan yang diadakan oleh Dinas sosial dan
Rehabilitasi Sosial Kota Bandung. Selama berada didalam Balai, Asep ini dikenal
sebagai anak yang pendiam dan baik serta merupakan salah satu klien yang rajin
Selain itu, selama dua minggu berada di Panti dan balai Rehabilitasi Sosial
Dinas Sosial Kota Bandung ini, Asep sering mengikuti kegiatan-kegiatan rohani
seperti pengajian, baca tulis Al-Qur’an, praktek ibadah, dan sebagainya. Kegiatan
ini merupakan salah satu program yang digemarinya. Menurutnya, materi yang
maupun tanya jawab. Maklum saja, beliau ini sudah lama tidak bergaul dengan
kegiatan-kegiatan seperti ini, karena beliau hanya tinggal di jalanan yang jauh dari
peroleh selama bersekolah sampai SD kelas 4 pun sebagian ada yang sudah lupa.
Untuk itu, menurut Asep dengan adanya kesempatan mengikuti kegiatan rohani di
Balai dan Panti Rehabilitasi sosial ini tidak boleh disia-siakan begitu saja. Karena
selain hal ini dapat memberikan ketenangan batin, juga kegiatan ini termasuk
salah satu kewajiban sebagai seorang muslim untuk bekal kita dihari depan5
dapat disimpulkan bahwa secara garis besar program kegiatan pembinaan dan
Kota Bandung ini sangat berpengaruh terhadap klien/PMKS, terlepas dari sedikit
Pada dasarnya, dari sekian banyak program yang diadakan di Dinas Sosial
soft skill dan pemberian motivasi. Hal ini berdasarkan pada keterangan bahwa
pemahaman tentang keagamaan dan pelatihan soft skill ini merupakan basic
keagamaan, pelatihan soft skill dan pemberian motivasi ini. Namun disamping itu,
5
Asep Iqbal (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), Hasil Wawanacara , pada hari
Jum’at, 8 Maret 2019 pukul 09.00 WIB
94
kegiatan lainnya pun tentunya berpengaruh banyak terhadap perubahan para klien.
Hal ini bisa dilihat dari keterampilan yang dihasilkan oleh para klien.
Dengan kata lain, program yang diadakan di Balai dan Panti Rehabilitasi
Sosial Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kota Bandung ini dapat
khususnya para pengemis, gelandangan dan orang terlantar ini dalam mencapai
taraf hidup, kehidupan dan penghidupan yang layak sesuai dengan harkat dan
sosialnya6
6
Handian (Kepala Bagian Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), Hasil Wawanacara ,
pada hari Rabu, 13 Maret 2019 pukul 14.00 WIB
95
Daftar Pustaka
2012)
Bernard Raho, SVD. Teori Sosiologi Modern, 2007, (Jakarta: Prestasi Pustaka)
Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: rajawali pers,
2012)
Gramedia,1983)
M. Taufiq Rahman, Glosari Teori Sosial, ( Bandung : Ibnu Sina Press, 2011)
Indonesia, 2016)
96
J.Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan,
Black James J & Champion Dean J, Metode dan Masalah Penelitian Sosial,
Persada, 2001)
Neng Yeni Pitria, 2017, Implementasi Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2012 Tentang
Imas Siti Masitoh, 2010, Pola Pembinaan Lembaga Sosial Terhadap Para Pengemis:
M. farid Asyhari, Pambudi Handoyo, 2016, “ Peran Dinas Sosial Kabupaten Blitar
Mengatasi PMKS)
Muslim, Heri Sismoro, 2014, “Perancangan Sistem Informasi Berbasis web Data