Anda di halaman 1dari 10

UJIAN TENGAH SEMESTER

Take Home Test

Mata Kuliah : Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial

Judul Tugas : Perspektif Tentang Penyelenggaraan Usaha Kesejahteraan Sosial Di


Indonesia

Dosen Pengajar :

Dr. Susilahati, M.Si


Muhammad Sahrul, S. Sos, M. Si.

Disusun Oleh :

Nama : Yulia Herman Damayanti


Npm : 2018110013

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PRODI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
APRIL TAHUN 2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ i
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3
Pengertian sistem usaha kesejahteraan sosial anak .................................................................. 3
Pengertian program kesejahteraan sosial anak ........................................................................ 3
Pengertian Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak .................................................................... 3
Contoh LKSA .......................................................................................................................... 3
Contoh kasus LKSA ................................................................................................................ 4
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 8

i|Page
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu Kesejahteraan Sosial adalah suatu ilmu terapan yang mengkaji dan
mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, antara lain melalui pengelolaan masalah sosial,
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat, dan pemaksimalan kesempatan anggota masyarakat
untuk berkembang.1
Profesi pekerja sosial adalah orang-orang yang memiliki keahlian/kemampuan,
pengetahuan dan keterampilan yang didapat dari pendidikan dan pelatihan. Ilmu, keahlian
dan keterampilan yang dimiliki oleh para profesi pekerja sosial digunakan untuk membantu
orang lain menyelesaikan masalah sosialnya, memperbaiki dan mencegah terjadinya
disfungsi sosial, melayani masyarakat, meningkatkan keberfungsian sosial. Meningkatkan
taraf hidup masyarakat dan sebagainya. Pekerja sosial juga membantu orang-orang yang
vulnerable atau orang-orang rentan terhadap ketidakberfungsian sosial. Contoh masyarakat
rentan adalah anak-anak, lansia dan disabilitas.
Usaha kesejahteraan sosial sesungguhnya merupakan pengembangan lembaga sosial
tradisional untuk menyediakan layanan berbagai kondisi dari ketergantungan kelompok
rentan dan disabilitas di tengah masyarakat luas. Di dalam negara kesejahteraan, masalah
sosial yang terjadi bukan hanya tanggung jawab individu, kelompok dan masyarakat, tetapi
menjadi tanggung jawab bersama, yakni merupakan tanggung jawab negara.2
Jadi, peran pekerja sosial dalam sistem usaha kesejahteraan sosial adalah untuk
melakukan perencanaan kesejahteraan sosial, memperbaiki dan meningkatkan kehidupan
sosial, mengembangkan sumber daya manusia, melakukan penyembuhan sosial, rehabilitasi
sosial, mencegah timbulnya masalah sosial, memberdayakan kelompok rentan dan lain-lain.
Selain itu profesi pekerja sosial juga berfungsi untuk mencegah timbulnya masalah
sosial dari interaksi antar anggota masyarakat, mengembangan dan memelihara serta
memperkuat sistem usaha kesejahteraan sosial, meningkatkan keberfungsian sosial dan
berbagai kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial. Dengan kata lain,
pekerja sosial berupaya untuk memaksimalkan semua potensi yang ada guna mencapai
kesejahteraan hidup masyarakatnya.

1
Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial, (Jakarta, Rajawali Pers, 2015). Hlm 23.
2
Purwowibowo. 2013. Peran Pekerja Sosial Dalam Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial Di Era Milenium.
Makalah

1|Page
Badan-badan sosial yang menyelenggarakan sistem usaha kesejahteraan sosial, antara
lain:
1. Badan-badan sosial pemerintah, yaitu badan-badan sosial yang didirikan dan
diselenggarakan oleh pemerintah. Misalnya, kantor-kantor sosial, lembaga rehabilitasi
penderita cacat, rumah pendidikan anak negara, panti asuhan pemerintah dan
sebagainya
2. Badan-badan sosial non pemerintah (swasta), yaitu badan-badan sosial yang didirikan
dan diselenggarakan serta dibiayai oleh masyarakat atau swasta. Misalnya, yayasan
penderita anak-anak cacat, yayasan penderita anak-anak tuli-bisu, lembaga sosial desa
dan sebagainya
3. Badan-badan sosial campuran, yaitu badan-badan sosial yang didirikan oleh
pemerintah bersama swasta, sedang pembiayaan mungkin dipikul bersama, atau
mungkin oleh salah satu pihak saja. Misalnya, Biro Penasihat Perkawinan (BP4),
Badan Pelaksana Pembangunan Masyarakat Desa (BPPMD), lembaga keluarga
berencana dan sebagainya.3
Jadi, yang berhak menyelenggarakan atau membangun badan-badan sosial itu bukan
hanya pemerintah saja ataupun hanya pihak swasta saja. Tetapi kedua-duanya berhak untuk
menyelenggarakan atau membangun badan-badan sosial, namun tidak boleh bertentangan
dengan hukum dan harus mematuhi peraturan yang ada.
Adapun beberapa jenis-jenis usaha kesejahteraan sosial yang ada di Indonesia, antara
lain:
1. Usaha kesejahteraan anak dan keluarga
2. Usaha kesejahteraan bagi mereka yang menghadapi kesulitan ekonomi
3. Usaha kesejahteraan bagi penderita cacat mental, fisik dan cacat sosial
4. Usaha kesejahteraan masyarakat
5. Usaha kesejahteraan kelompok
6. Usaha kesejahteraan yang diselenggarakan dalam rangka usaha lain yang
berhubungan dengan kesejahteraan sosial atau yang berkaitan dengan bidang-
bidang lain.4

3
H. Rohiman Notowidagdo, Pengantar Kesejahteraan Sosial Berwawasan Iman dan Taqwa.
4
Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Bandung, Refika Aditama, 2012), hlm 18.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan kali ini, saya ingin membahas mengenai sistem usaha
kesejahteraan sosial anak di Indonesia. Sebelumnya saya ingin memberi tahu dulu apa itu
kesejahteraan sosial anak, program kesejahteraan sosial anak dan lembaga kesejahteraan
sosial anak. Kesejahteraan sosial anak adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual dan sosial anak agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga
dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) adalah upaya yang terarah, terpadu dan
berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk
pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak, yang meliputi bantuan pemenuhan
kebutuhan dasar, aksebilitas pelayanan sosial dasar, peningkatan potensi diri dan kreativitas
anak, penguatan orangtua/keluarga dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak.
Sedangkan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) adalah organisasi sosial atau
perkumpulan sosial yang melaksanakan program kesejahteraan sosial anak, yang dibentuk
oleh masyarakat atau difasilitasi oleh pemerintah, baik yang berbadan hukum maupun yang
tidak berbadan hukum.5
Jadi, Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak itu membuat dan melaksanakan sebuah
program atau pelayanan sosial untuk anak yang memiliki masalah sosial atau
ketidakberfungsian sosial, sehingga anak itu mencapai kesejahteraaan sosialnya untuk bisa
mengembangkan dirinya dan dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan baik kembali.
Menurut saya, penyelenggaraan sistem usaha kesejahteraan sosial anak di Indonesia
masih terbilang cukup, tetapi masih harus terus ditingkatkan lagi kinerja dan kualitasnya.
Terbilang cukup karena di Indonesia sudah banyak terdapat lembaga-lembaga kesejahteraan
sosial anak, tetapi masih terdapat beberapa lembaga-lembaga yang kinerjanya tidak
profesional ataupun kelayakannya kurang dan ilegal.
Berikut ini merupakan beberapa Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang sudah
memiliki fasilitas yang mumpuni dan juga sudah terakreditasi, yaitu, LKSA SOS Desa
Taruna, LKSA Panti Asuhan Putra Muhammadiyah, LKSA Putri Aisyiyah, LKSA Bina

5
Mulia Astuti dan Ruaida Murni dan Ahmad Suhendi, Kebijakan Kesejahteraan Dan Perlindungan Anak,
(Jakarta, P3KS Press, 2013), hlm. 8.

3|Page
Insani, Panti Asuhan Yayasan Sayap Ibu, Panti Sosial Marsudi Putra Handayani UPT
Kemensos RI, Panti Asuhan Taman Pendidikan Anak, dan lain-lain.6
Beberapa lembaga-lembaga diatas merupakan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
yang legal, professional, sudah memiliki fasilitas yang baik dan sudah terakreditasi oleh
pemerintah. Namun ternyata masih ada juga lembaga-lembaga yang kualitasnya belum
mumpuni, seperti misalnya lembaga tersebut didirikan oleh orang-orang yang kurang
professional atau yang melakukan praktek tanpa dasar pengetahuan dan teori, dan juga orang-
orang yang mengambil keuntungan pribadi dari panti asuhan yang didirikan.
Contohnya adalah seperti kasus berikut ini. Kepolisian Resor Kota Pekanbaru
menetapkan pemilik Panti Asuhan Yayasan Tunas Bangsa, Lili Rahmawati, sebagai
tersangka kasus penganiayaan yang berujung meninggalnya seorang balita, Muhammad Zikli,
2 bulan. Lili ditetapkan sebagai tersangka dugaan kasus penganiayaan. Lili dianggap sebagai
orang yang paling bertanggung jawab atas meninggalnya Zikli yang dititipkan di Panti
Asuhan Yayasan Tunas Bangsa. Di sekujur tubuh Zikli ditemukan luka akibat benda tumpul
pada bagian pelipis, perut dan punggung. Bekas luka juga ditemukan di bagian tangan, kaki
dan kemaluan korban. Lili dijerat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak sebagaimana diubah menjadi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014,
dengan ancaman 10 tahun penjara. Sebelum meninggal dunia, korban sempat dirawat di
RSUD Arifin Achmad. Berdasarkan hasil sidak yang dilakukan Lembaga Perlindungan Anak
Riau, ternyata kondisi Panti Asuhan Yayasan Tunas Bangsa tidak layak disebut sebagai panti
asuhan. Di panti asuhan ditemukan makanan dari sumbangan donatur yang telah kadaluarsa.
Barang sumbangan dari donatur terlihat menumpuk begitu saja sehingga berkesan seperti
tumpukan sampah.7
Dari kasus tersebut terlihat bahwa pemilik Panti Asuhan Yayasan Tunas Bangsa
dalam mengelola panti asuhan dan mengasuh anak-anak asuhnya tidak didasarkan pada
kerangka pengetahuan dan teori tentang psikologi perkembangan anak, pola asuhan anak dan
teori mengenai manajemen Organisasi Pelayanan Sosial. Akibatnya, Lili yang bukan pekerja
sosial tidak mampu mengasuh dan merawat anak asuhnya sesuai dengan perkembangan
psikis mereka. Lili tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang pola asuhan dan

6
Pusat Pengembangan Profesi Pekerjaan Sosial Kementerian Sosial RI. P4s.kemsos.go.id/index/php. (diakses
pada 10 April 2019)
7
Sugeng Puji Leksono dan Mira Wuryantari, Implementasi Teori, Teknik Dan Prinsip Pekerjaan Sosial, (Malang,
Intrans Publishing, 2017), hlm 29.

4|Page
perawatan anak. Inilah yang menyebabkan lembaga sosial yang didirikan oleh Lili tidak
dapat dikategorikan sebagai lembaga sosial professional. Lili tidak memiliki pengetahuan
dasar dan teori dalam mengasuh dan merawat anak serta bagaimana cara menjalankan
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dengan baik, maka pemilik panti tersebut tidak
menerapkan metode yang baik, yang seharusnya diberikan dalam mengasuh dan merawat
anak. Dalam pengimplikasiannya, pemilik panti tidak mampu menjalankan perannya sebagai
orang tua pengganti, melaksanakan pekerjaan dengan asal-asalan hanya berdasarkan dengan
intuisi dan rutinitas. Sebagai pemilik panti asuhan, Lili telah melanggar nilai-nilai dalam
pemberian layanan sosial. Nilai yang dilanggar adalah nilai-nilai tentang kemanusiaan dan
pelanggaran hak asasi manusia.
Contoh lainnya adalah di Panti Asuhan Samuel. Panti asuhan ini diduga melakukan
penganiayaan terhadap anak-anak asuhnya dan juga diduga menggunakan uang hasil
sumbangan donatur untuk kepentingan pribadi. Karena kasus tersebut akhirnya Panti Asuhan
Samuel yang berlokasi di Summarecon Gading Serpong, Tangerang ditutup permanen oleh
pemerintah.
Awal mula kejadian ini adalah saat donatur melihat anak panti yang kurus dan tidak
terurus dan donatur juga sempat menemukan luka di sejumlah bagian tubuh anak. Padahal
donatur ini sering memberikan sumbangan ke panti asuhan tersebut. Kemudian, ada tujuh
anak yang berhasil lari saat mendapat izin untuk ke warung internet. Kesempatan itu
langsung dimanfaatkan untuk melarikan diri ke rumah donatur. Pemerintah setempat
menduga sumbangan para donatur dimanfaatkan untuk kekayaan pemilik panti, bukan untuk
anak-anak asuh panti.8
Dari kasus tersebut menunjukan bahwa masih banyak panti-panti asuhan sosial di
Indonesia yang ilegal, tidak memiliki perizinan resmi dan kurang layak untuk menjadi
lembaga sosial. Masih banyak juga panti-panti asuhan yang mengambil sumbangan dari para
donatur untuk keuntungan pribadi, bukan untuk kepentingan anak-anak asuh panti.
Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat ribuan panti asuhan masih banyak
yang ilegal dan tidak layak huni. Ketua Komnas PA menjelaskan, di Jakarta ada 1.200 panti
asuhan. Di Jabodetabek 3.000-an panti asuhan, tetapi baru 38 persen yang layak dari
pelayanan dan mempunyai izin resmi. Ketua Komnas PA juga menyampaikan masih banyak
oknum yang memanfaatkan panti asuhan untuk mendulang uang demi kepentingan pribadi.9

8
Cerita Terbongkarnya Penganiayaan di Panti Asuhan Samuel, m.tribunnews.com (diakses pada 10 April 2019)
9
Ribuan Panti Asuhan Masih Belum Layak dan Ilegal, metro.sindonews.com (diakses pada 10 April 2019)

5|Page
Pernyataan dari ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak tersebut menjadi bukti,
bahwa di Indonesia masih banyak terdapat Lembaga Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial
Anak yang masih ilegal atau belum mendapatkan izin resmi dari pemerintah, dan juga belum
terakreditasi. Di wilayah Jakarta dan Jabodetabek saja jumlah panti asuhan yang masih ilegal
sudah ribuan, itu belum termasuk jumlah di daerah-daerah lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah dan masyarakat harus lebih berhati-hati dan
lebih memperhatikan kondisi Lembaga-lembaga Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial Anak
yang ada, agar lembaga-lembaga tersebut dapat berjalan sebagaimana fungsinya dan tidak
dipegang oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Pemerintah harus lebih
memperhatikan lagi mengenai perizinan yang dimiliki oleh Lembaga Sistem Usaha
Kesejahteraan Sosial, maupun perizinan yang dimiliki oleh lembaga-lembaga sosial lainnya.
Meskipun masih banyak terdapat lembaga-lembaga yang ilegal, tetapi banyak juga
Lembaga Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial di Indonesia yang legal, sudah memiliki izin
resmi dan juga sudah terakreditasi, serta memiliki pekerja-pekerja sosial yang professional,
dan pekerja-pekerja lainnya yang bertugas dengan baik.
Contohnya seperti Panti Asuhan Yayasan Sayap Ibu. Di panti ini anak-anak asuh
diperlakukan dengan baik, para orang tua asuh memperlakukan anak-anak panti seperti
selayaknya anak sendiri, anak-anak asuh juga dipenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Panti
Asuhan Sayap Ibu juga memiliki pekerja sosial yang professional, dan panti asuhan ini sudah
terakreditasi, sudah memiliki izin resmi dan tentunya sudah legal.
Dan juga contoh lainnya adalah LKSA Bina Insani. Anak-anak asuh ditempat ini
diberikan nuansa layaknya keluarga sendiri, yang tidak lain dimaksudkan untuk
terlaksananya proses pendidikan dengan maksimal, tatanan nilai dan moral serta disiplin juga
diatur sedemikian rupa agar mereka benar-benar bisa terbentuk sama seperti anak-anak yang
lainnya. LKSA Bina Insani mengharuskan para pengasuhnya agar bisa berperan seperti orang
tua anak-anak asuh yang berada di tempat tersebut. LKSA Bina Insani adalah Lembaga
Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial Anak yang menampung anak-anak yatim dan dhuafa
yang memberikan ruang belajar atau sekolah bagi para anak asuhnya.
Jika Lembaga Usaha Kesejahteraan Sosial Anak di Indonesia telah berfungsi dengan
baik dan maksimal, maka anak-anak yang terlantar atau pun anak-anak yang kurang
beruntung dan anak-anak yang memiliki masalah pada keberfungsian sosialnya dapat
ditangani dan dirawat secara benar, sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang seperti
anak-anak pada umumnya. Dan juga mereka bisa merasakan hidup yang sejahtera, dan
memiliki kehidupan yang layak.

6|Page
BAB III
KESIMPULAN
Sistem usaha kesejahteraan sosial adalah pelayanan yang terorganisir, yang di
dalamnya terdapat pelayanan sosial, tujuannya untuk membantu orang lain dalam
menyelesaikan masalahnya dan dapat menjalankan fungsi sosialnya kembali. Yang
menjalankan sistem usaha kesejahteraan sosial adalah lembaga-lembaga sosial, yang di
dalamnya terdapat pekerja sosial yang dapat memberikan pelayanan dengan baik dan juga
professional.

Begitu juga dengan sistem usaha kesejahteraan sosial anak, dimana sistem usaha
kesejahteraan ini dijalankan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), yang
memberikan pelayanan kepada anak-anak terlantar atau anak-anak yang kurang beruntung
dan memiliki masalah keberfungsian sosial. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
memberikian pelayanan kepada anak-anak asuh agar mereka dapat kembali menjalankan
fungsi sosialnya, dapat hidup seperti anak-anak umumya, dapat mengembangkan potensi
yang mereka miliki dan juga dapat mensejahterakan hidup anak-anak asuh tersebut.

Di Indonesia sudah banyak terdapat Lembaga-lembaga Sistem Usaha Kesejahteraan


Sosial Anak yang terakreditasi dan memiliki izin, serta memiliki fasilitas yang layak dan juga
para pekerja yang professional. Tetapi banyak juga Lembaga-lembaga Sistem Usaha
kesejahteraan Sosial Anak yang masih ilegal dan tidak mempunyai izin resmi, bahkan ada
yang mengambil keuntungan pribadi dari lembaga-lembaga sosial yang mereka dirikan.

Pemerintah dan masyarakat diharapkan lebih perduli dan memperhatikan lagi


Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang ada disekitar, khususnya pemerintah harus lebih
teliti mengenai perizinan dan fakta kebenaran mengenai Lembaga-lembaga Sistem Usaha
Kesejahteraan Sosial Anak, agar semakin meminimalisir oknum-oknum yang berniat tidak
baik, agar anak-anak yang kurang beruntung dirawat di tempat dan di tangan orang yang
tepat. Bila Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak di Indonesia sudah berfungsi secara
maksimal, maka anak-anak yang kurang beruntung dan memiliki masalah sosial dapat
dirawat dengan baik dan mereka bisa merasakan kehidupan yang layak, serta mereka tetap
bisa tumbuh seperti anak-anak umunya dan mereka bisa mengembangkan potensi yang
mereka miliki.

7|Page
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. 2015. Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Astuti, Mulia. Ruaida Murni. dan Ahmad Suhendi. 2013. Kebijakan Kesejahteraan Dan
Perlindungan Anak. Jakarta: P3KS Press.
Fahrudin, Adi. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Leksono, Sugeng Puji dan Mira Wuryantari. 2017. Implementasi Teori, Teknik Dan Prinsip
Pekerjaan Sosial. Malang: Intrans Publishing.
Notowidagdo, Rohiman. Pengantar Kesejahteraan Sosial Berwawasan Iman dan Taqwa.
Purwowibowo. 2013. Peran Pekerja Sosial Dalam Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial Di
Era Milenium. Makalah.
Cerita Terbongkarnya Penganiayaan di Panti Asuhan Samuel. https://www.tribunnews.com
(diakses pada 10 April 2019).

Pusat Pengembangan Profesi Pekerjaan Sosial Kementerian Sosial RI.


https://www.p4s.kemsos.go.id/index/php. (diakses pada 10 April 2019).

Ribuan Panti Asuhan Masih Belum Layak dan Ilegal. https://www. metro.sindonews.com
(diakses pada 10 April 2019).

8|Page

Anda mungkin juga menyukai