Anda di halaman 1dari 17

RANGKUMAN PERTEMUAN 1 - 7

Dibuat Untuk Memenenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah

Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial

Dosen Pengampu : Muhammad Kholis Hamdy, S.Sos.I., MInt.Dev.

Disusun Oleh :

Raka Winata Putra (11220541000099)

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022 / 2023
PERTEMUAN KE – 1
(Sejarah dan Perkembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial serta Hubungan Ilmu
Kesejahteraan)

Dalam pertemuan pertama membahas mengenai “Sejarah dan Perkembangan Ilmu


Kesejahteraan Sosial serta Hubungan Ilmu Kesejahteraan”. Kesejahteraan Sosial sendiri ialah
suatu kondisi yang harus diwujudkan bagi seluruh warga negara dalam memenuhi kebutuhan
material, spiritual, serta sosial agar dapat hidup dengan layak dan mampu mengembangkan
diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Ilmu Kesejahteraan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai - nilai, prinsip,
aturan, dan lebih dari sekedar teori karena dibarengi dengan praktek langsung lapangan yang
terjun untuk menganalisis, mengobservasi, menelaah, dan mencari solusi atas sebuah masalah
dari masalah - masalah sosial.
Sejarah keberadaan Ilmu Kesejahteraan Sosial tidak dapat dilepaskan dengan sejarah
keberadaan Pekerjaan Sosial. Karena diantara keduanya saling berketerkaitan. Pada awalnya
praktek pekerjaan sosial hanya bersifat charity dan belum profesional namun seiring
perkembangannya hingga sekarang pekerjaan sosial sudah menjadi sebuah profesi.
Dalam literatur 'barat' sering kali dikaitkan kondisi Eropa pada abad ke - 13 sampai
abad ke - 18. Pada periode itu pemerintah Inggris telah mengeluarkan beberapa peraturan
perundangan untuk menangani isu kemiskinan (Poor Law) yang ada pada saat itu. Undang
undang Kemiskinan yang paling terkenal pada periode itu adalah “Elizabethan Poor Law”
yang dikeluarkan pada 1601 (Friedlander, 1980: 14-15) dan (Zastrow, 2010:10-11) yang
membahas tiga kelompok orang miskin, yaitu :
1. Orang - orang miskin yang kondisi fisiknya masih kuat (the able- bodied poor).
2. Orang - orang miskin yang kondisi fisiknya buruk (the impotent poor).
3. Anak - anak yang masih tergantung pad orang yang lebih mapan (dependent
children).
 Tujuan Kesejahteraan Sosial : Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti
tercapainya standar kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan
relasi-relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.
 Fungsi Kesejahteraan Sosial :
1. Fungsi Pencegahan (preventive).
2. Fungsi Penyembuhan (curative).
3. Fungsi Pengembangan (development).
4. Fungsi Penunjang (support).
Selanjutnya, Pembangunan sosial adalah sebuah proses perubahan sosial yang
terencana dan didesain dengan tujuan untuk mengangkat kesejahteraan penduduk menyeluruh
dengan menggabungkannya dengan proses pembangunan ekonomi yang dinamis.
 Karakteristik dari Pembangunan Sosial :
1. Terkait dengan pembangunan ekonomi.
2. Memiliki fokus yang interdisiplin dari beragam ilmu sosial.
3. Menunjukkan pembangunan sebagai suatu proses.
4. Proses perubahannya bergerak atau dinamis.
5. Proses pembangunan sosial bersifat intervensionisme.
6. Menekankan pada populasi sebagai sebuah kesatuan.
7. Bertujuan untuk mendukung terwujudnya kesejahteraan sosial.
 Pembangunan sosial terdapat 3 strategi yang bisa dilakukan, yaitu :
1. Pembangunan sosial oleh Individu
2. Pembangunan Sosial melalui Komunitas
3. Pembangunan Sosial oleh Pemerintah
 4 pendekatan dalam mengupayakan kesejahteraan sosial menurut Midgley di
antaranya :
1. Filantropi Sosial
2. Pekerja Sosial
3. Administrasi Sosial
4. Pembangunan Sosial
 Paradigma Kesejahteraan Sosial
1. Paradigma Residual (Paradigma Pembangunan Kesejahteraan Sosial secara Residual)
2. Paradigma Institusional atau Model Kesejahteraan Institusional
3. Paradigma Developmental atau Model Kesejahteraan
4. Model Kesejahteraan Radikal/Konflik (Radical/Conflict Model of Welfare)
PERTEMUAN KE – 2
(Usaha Kesejahteraan Sosial, Pekerjaan Sosial, Lembaga Kesejahteraan Sosial,
Keterampilan Pekerja Sosial Profesional)

Pada pertemuan Ke – 2 ini membahas mengenai “Usaha Kesejahteraan Sosial,


Pekerjaan Sosial, Lembaga Kesejahteraan Sosial, Keterampilan Pekerja Sosial Profesional”.
Kesejahteraan sosial adalah studi tentang lembaga - lembaga, program - program, personel,
dan kebijakan - kebijakan yang memusatkan pada pemberian pelayanan - pelayanan sosial
kepada individu - individu, kelompok - kelompok, dan masyarakat - masyarakat. Pekerjaan
sosial tentu memiliki kegiatan pemberian pelayanan sosial agar individu mampu menjalankan
fungsi sosialnya di masyarakat sebagai biasanya.
Usaha kesejahteraan sosial merupakan kegiatan - kegiatan terorganisasi dan
merupakan kegiatan yang kongkrit untuk menjawab masalah - masalah kebutuhan
masyarakat dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, usaha kesejahteraan sosial itu sendiri
dapat ditunjukan pada individu, kelompok, dan masyarakat.
 Tujuan Usaha Kesejahteraan Sosial
1. Tujuan Kemanusiaan dan Keadilan Sosial (Humanitarian and Social Justice Goal).
2. Tujuan yang terkait dengan Pengendalian Sosial (Social Control Goal).
3. Tujuan yang terkait dengan Pembangunan Ekonomi (Ekonomi Development Goal).
Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)
Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS), adalah organisasi sosial atau perkumpulan
sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
Menurut dari Permensos No. 184 tahun 2011 tentang lembaga kesejahteraan sosial
dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. LKS berbadan hukum.
2. LKS tidak berbadan hukum.
3. LKS asing.
Contohnya : UNICEF, LKS Lanjut Usia Cerdas dari Yayasan Pemberdayaan
Masyarakat Indonesia Cerdas.
Persyaratan bagi LKS untuk melakukan pendaftaran yaitu harus mempunyai :
a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Keterangan domisili dari lurah / kepala desa setempat.
c. Struktur organisasi Lembaga.
d. Nama, alamat, dan telepon pengurus dan anggota.
Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga harus mempunyai :
a. Program kerja di bidang kesejahteraan social.
b. Modal kerja untuk pelaksanaan kegiatan.
c. Sumber daya manusia.
d. Kelengkapan sarana dan prasarana.
Pertemuan Ke – 3
(Pekerjaan Sosial sebagai Profesi, Nilai – Nilai dan Etika dalam Praktek Kesejahteraan
Sosial dan Setting Praktek Pekerjaan Sosial)

Pada pertemuan kali ini membahas mengenai “Pekerjaan Sosial sebagai Profesi, Nilai
– Nilai dan Etika dalam Praktek Kesejahteraan Sosial dan Setting Praktek Pekerjaan Sosial”.
Pekerja sosial (social worker) merupakan profesi yang memberikan bantuan ataupun
pertolongan berupa pelayanan pada individu, kelompok, maupun masyarakat yang
membutuhkan. Pekerja sosial juga bisa dimaknai sebagai profesi pelayanan sosial yang
bermuara pada kerja kemanusiaan, atau disebut dengan istilah helping profession.
Tujuan pekerjaan sosial yang paling utama adalah keberfungsian sosial, keberfungsian
sosial ialah fokus utama dari pekerjaan sosial, dilevel individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Peran pekerjaan social yaitu untuk meningkatkan keberfungsian sosial melalui
berbagai model intervensi ini sekaligus yang membedakannya dengan profesi lain.
Pekerjaan sosial profesional dibangun di atas berbagai disiplin ilmu, termasuk
psikologi, sosiologi, ilmu politik, ekonomi, biologi, psikiatri, konseling, dan antropologi.
 Macam – Macam Pekerja Sosial
1. Pekerja Sosial Anak dan Keluarga
Pekerja sosial anak dan keluarga menempatkan anak-anak di panti asuhan bila
diperlukan, memantau kesejahteraan mereka dan membantu orang dewasa dalam
proses mengadopsi atau menjadi orang tua asuh. Jenis pekerja sosial ini dapat
dipekerjakan oleh sekolah, lembaga pemerintah, dan lembaga asuh.
2. Pekerja Sosial Medis dan Kesehatan Masyarakat
Pekerja sosial membantu dengan menyediakan mekanisme koping, konseling dan
rujukan medis kepada pasien dan keluarganya. Seorang pekerja sosial kesehatan
masyarakat berusaha untuk membatasi penyebaran penyakit dan membantu
masyarakat mengatasi penyakit dan bencana yang meluas. Pekerja sosial medis dapat
bekerja untuk rumah sakit, lembaga sosial kepemerintahan, dan penyedia layanan
kesehatan.
3. Pekerja sosial kesehatan mental dan penyalahgunaan zat
Pekerja sosial ini menangani program penjangkauan dan pencegahan untuk
menemukan individu yang membutuhkan dan memberikan perawatan tepat waktu.
Pekerja sosial kesehatan mental dan penyalahgunaan zat dapat dipekerjakan oleh
rumah sakit, fasilitas perawatan perumahan, organisasi sosial kemasyarakatan dan
lembaga pemerintah.
4. Pekerja Sosial Disabilitas
Pekerja sosial disabilitas mengkhususkan diri dalam memberikan bantuan kepada
individu yang memiliki disabilitas fisik atau mental.
5. Pekerja Sosial Forensik

 Nilai dan etika dalam profesi pekerjaan sosial akan menjadi acuan dalam melaksanakan
tugas dan kewajiban pekerja sosial itu sendiri. Pada prinsipnya, nilai yang menjadi
cakupan pekerjaan sosial, yaitu :
1. Nilai Pelayanan.
2. Nilai Keadilan Sosial.
3. Nilai Martabat.
4. Nilai Pentingnya Relasi Antar Manusia.
5. Nilai Integritas.
6. Nilai Kompetensi.
 Beberapa prinsip pekerjaan sosial, yaitu :
1. Acceptance.
2. Non – Judgemental.
3. Individualization.
4. Self Determination.
5. Genuine / Congruence.
6. Mengontrol Keterlibatan Emosional.
7. Kerahasiaan (Confidentiality).
Pertemuan Ke – 4
“Peraturan Perundang – Undangan Sosial (Social Legislation)”

Dalam pertemuan Ke – 4 membahas mengenai “Peraturan Perundang – Undangan


Sosial (Social Legislation)”. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya, dan Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna
memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan
sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.
Perundang-undangan sosial memiliki urgensi sebagai penegas secara legal kewajiban
negara dalam memperhatikan, mengurus, dan menangani isu masalah sosial di masyarakat.
dibuatnya peraturan perundang – undangan sosial menjadi penting karena negara memiliki
tanggung jawab untuk memajukan kehidupan yang layak dan sejahtera bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Peraturan perundang-undangan sosial (Social Legistlation) dapat didefinisikan
sebagai produk dari kebijakan sosial yang dikeluarkan oleh pemerintah. Peraturan perundang
– undangan sosial dapat diartikan sebagai suatu bentuk peraturan perundang undangan dalam
bidang sosial yang bertujuan untuk melindungi dan menjamin hak-hak PMKS (Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial) dalam rangka mencapai Kesejahteraan Sosial.
Kesejahteraan Sosial harus didukung oleh peraturan perundang undangan yang
berfungsi sebagai :
1. Landasan/dasar hukum bagi pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial;
2. Pemberi arah kepada pemerintah dalam menetapkan kebijakan pelaksanaan tugas
umum pemerintahan dan tugas pembangunan di bidang kesejahteraan sosial.
3. Sebagai alat kontrol atau kendali pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial.
 Landasan hukum yang menjadi latar belakang peraturan perundang – undangan sosial,
antara lain :
1. Amanat Konstitusi (Pembukaan Undang – Undang Dasar).
2. Sila Ke – 5 Pancasila.
3. Undang – Undang Dasar 1945.
4. Meningkatnya Kuantitas dan Kualitas Permasalahan Sosial
5. Adanya himbauan dari PBB agar negara - negara anggotanya membuat peraturan
tentang perlindungan hak warga negara.
6. Terjadinya perubahan dari waktu ke waktu.
7. Daya ikat dari Perundang – Undangan seahrusnya difokuskan ke khusus bukan umum
dan lebih spesifik.
 Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial adalah
sebagai berikut :
1) Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kemandirian.
2) Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kelangsungan hidup.
3) Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah
kesejahteraan sosial.
4) Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia usaha dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan.
5) Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan.
6) Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
 Undang – undang terkait dengan peraturan perundang – undangan sosial, antara lain
adalah:
1) Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan
Sosial.
2) Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 Tentang. Ketentuan-
ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.
3) Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang
Cacat.
4) Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia.
5) Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
6) Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana.
7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.
8) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2004 Tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional.
9) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2011 Tentang Penanganan
Fakir Miskin.
10) Undang – Undang Republik Indonesia Nonor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak.
11) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak.
12) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT),
13) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO),
14) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2011 tentang Pengesahan
Konvensi Mengenai Hak hak Penyandang Disabilitas.
 Fungsi dari peraturan perundang – undangan sosial antara lain adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan aksesibilitas perlindungan sosial untuk menjamin pemenuhan
kebutuhan dasar, pelayanan sosial, pemberdayaan sosial, dan jaminan kesejahteraan
sosial bagi PMKS.
2. Mengembangkan perlindungan dan jaminan sosial bagi PMKS.
3. Meningkatkan penyelenggaraan perlindungan sosial dalam bentuk bantuan sosial,
rehabilitasi, pemberdayaan, dan jaminan sebagai metode penanggulangan
kemiskinan.
4. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan kesejahteraan
sosial.
5. Sebagai payung hukum atau rambu-rambu untuk menjalankan tugas Profesi
Pekerjaan Sosial.
6. Memberikan pedoman atau acuan dalam menjalankan Profesi Pekerjaan Sosial
7. Meningkatkan mutu praktek pekerjaan sosial dan pelayanan sosial.
8. Meningkatkan harkat dan martabat serta tanggung jawab pekerja sosial.
 Perbedaan Perundang – Undangan Sosial dengan Perundang – Udangan lainnya antara
lain:
1. Substansi atau materi muatannya
2. Ruang lingkup atau daya ikat
3. Sanksi bagi para pelanggarnya
4. Pelaksana Perundang - Undangan Sosial
 Dalam pelaksanan Pembangunan Kesejahteraan Sosial harus didukung oleh peraturan
perundang - undangan yang berfungsi sebagai :
1. Landasan / dasar hukum bagi pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial,
2. Pemberi arah kepada pemerintah dalam menetapkan kebijakan pelaksanaan tugas
umum pemerintahan dan tugas pembangunan di bidang kesejahteraan sosial.
3. Sebagai alat kontrol atau kendali pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial.
 Landasan hukum yang menjadi latar belakang peraturan perundang – undangan sosial
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Amanat Konstitusi.
2. Sila ke-5 Pancasila.
3. Meningkatnya kuantitas dan kualitas permasalahan sosial.
4. Inisiatif dari pemerintah dan sebagai langkah antisipasi di masa depan 5. Adanya
himbauan PBB agar negara-negara anggotanya mebuat peraturan tentang
perlindungan hak-hak warga negara.
5. Perubahan dari waktu ke waktu .
6. Daya ikat dari Perundang – Undangan dianggap kurang spesifik, seharusnya
Perundang – Undangan difokuskan ke khusus bukan umum.
Pertemuan Ke – 5
(Isu – Isu dalam Kesejahteraan Konteks Indonesia)

Pada pertemuan kali ini membahas mengenai “Isu – Isu dalam Kesejahteraan Konteks
Indonesia”. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah tindakan terhadap orang-
orang, terutama perempuan. Tindakan tersebut menyebabkan kesengsaraan atau penderitaan
fisik, seksual, atau psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman
melakukan tindakan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan dengan melanggaran
hukum dalam rumah tangga.
Kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya menjangkau hubungan antara suami
dengan istri dalam rumah tangga, namun termasuk juga kekerasan yang terjadi pada pihak
lain yang berada dalam lingkup rumah tangga. Pihak lain tersebut adalah :
1) Suami, isteri, dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri).
2) Orang - orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan suami, istri dan anak
karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian yang
menetap dalam rumah tangga tersebut.
3) Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga
tersebut.
 Bentuk – Bentuk KDRT
1. Kekerasan Fisik
2. Kekerasan Psikis
 Ancaman hukuman bagi pelaku kekerasan fisik dalam rumah tangga meliputi :
1) Pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak Rp 15 juta bagi
yang melakukan kekerasan fisik dalam rumah tangga
2) Pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau denda paling banyak Rp 30 juta jika
kekerasan fisik tersebut menyebabkan korban jatuh sakit atau luka berat
3) Pidana penjara paling lama 15 tahun atau denda paling banyak Rp 45 juta jika
kekerasan fisik tersebut menyebabkan korban meninggal
4) Pidana penjara paling lama empat bulan atau denda paling banyak Rp 5 juta jika
kekerasan fisik tersebut dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan atau
kegiatan sehari-hari.
 Ancaman hukuman bagi pelaku kekerasan psikis dalam rumah tangga meliputi :
1) Pidana penjara paling lama tiga tahun atau denda paling banyak Rp 9 juta bagi setiap
orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam rumah tangga.
2) Pidana penjara paling lama empat bulan atau denda paling banyak Rp 3 juta jika
kekerasan psikis tersebut dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan atau
kegiatan sehari-hari.
 Ancaman hukuman bagi pelaku kekerasan seksual dalam rumah tangga meliputi :
1) Pidana penjara paling lama 12 tahun atau denda paling banyak Rp 36 juta bagi setiap
orang yang melakukan pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang
yang menetap dalam lingkup rumah tangga.
2) Pidana penjara selama empat tahun hingga 15 tahun atau denda sebanyak Rp 12 juta
hingga Rp 300 juta bagi setiap orang yang memaksa orang dalam lingkup rumah
tangganya melakukan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial
atau tujuan tertentu
3) Pidana penjara selama lima tahun hingga 20 tahun atau denda mulai dari Rp 25 juta
hingga Rp 500 juta jika kekerasan seksual tersebut menyebabkan korban menderita
luka yang tidak dapat sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau
kejiwaan sekurang kurangnya selama sebulan atau satu tahun tidak berturut-turut,
gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau mengakibatkan tidak berfungsinya
alat reproduksi.
 Ancaman hukuman bagi pelaku penelantaran rumah tangga meliputi :
1) Pidana penjara paling lama tiga tahun atau denda paling banyak Rp 15 juta bagi
setiap orang yang menelantarkan orang lain dalam rumah tangganya atau yang
membatasi keluarganya untuk bekerja sehingga menimbulkan ketergantungan
ekonomi.
 Lembaga Pengaduan KDRT
1) Komnas Perempuan.
2) Komnas HAM.
3) Lembaga Penegak Hukum, seperti Polisi dan Kejaksaan.
 Upaya Mencegah Tindak KDRT
1) Memperkuat Jaringan Sosial.
2) Memperkuat Fondasi dan Bangunan Ekonomi Keluarga.
3) Mengamalkan Ajaran Agama.
 Jenis – Jenis Kemiskinan
1) Kemiskinan Absolut.
2) Kemiskinan Relatif.
3) Kemiskinan Kultural.
4) Kemiskinan Struktural
 Dampak-Dampak Kemiskinan
1. Tingginya tingkat kriminalitas.
2. Tertutupnya akses pendidikan.
3. Tingginya tingkat pengangguran.
4. Pelayanan kesehatan yang memburuk.
5. Tingginya angka kematian.
6. Negara dinyatakan pailit.
 Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari kemiskinan, yaitu:
1. Bantuan dari pemerintah dan pengusaha untuk menciptakan lapangan kerja.
2. Memudahkan akses pendidikan jangan sampai ada siswa putus sekolah.
3. Pendidikan wirausaha.
4. Mempermudah akses pelayanan kesehatan.
5. Menstabilkan pertahanan dan keamanan.
6. Mengurangi hutang luar negeri.
7. Bantuan regulasi pemerintah.
Pertemuan Ke – 6
(Isu-isu Kesejahteraan Sosial Internasional)

Globalisasi ialah suatu proses integrasi dunia di mana bangsa - bangsa, ekonomi,
budaya, dan proses - proses politik semakin terkena pengaruh - pengaruh internasional dan
orang menjadi sadar tentang peranan pengaruh - pengaruh itu dalam kehidupan mereka
sehari - hari.
 Faktor yang memengaruhi globalisasi
1. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
2. Adanya integrasi ekonomi dunia.
3. Perubahan politik dunia.
Pokok utama, peran, dan tugas pekerja sosial dalam upaya penanganan persoalan
sosial global pada dasarnya bisa dibagi menjadi dua yaitu peranan langsung dan peranan
tidak langsung. Secara langsung, peran pekerja sosial adalah ikut serta menangani masalah-
masalah sosial internasional yang disebabkan globalisasi seperti perdagangan manusia.
Secara tidak langsung, peran pekerja sosial diarahkan pada keterlibatan dalam analisis dan
perancangan kebijakan sosial internasional.
Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, penampungan, pengiriman,
pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan
kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan
di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
tereksploitasi.
 Faktor penyebab perdagangan manusia
1. Faktor ekonomi.
2. Kurangnya kesadaran.
3. Kurangnya pengetahuan.
4. Lemahnya penegakan hukum.
 Anak-anak atau perempuan yang diperdagangkan untuk eksploitasi seksual selalu
mengalami trauma. Para korban trafficking biasanya mengalami hal - hal sebagai berikut :
1. Ingatan kenangan yang mencekam, seperti gambaran atau ingatan traumatis.
2. Merasakan peristiwa itu terjadi kembali (flashback).
3. Merasa terganggu ketika memikirkan atau mengingat trauma (melalui apa yang
dilihat, didengar, dicicipi, dicium atau dirasakan pada kulit atau lidahnya).
4. ketakutan, merasa dalam bahaya secara menerus.
5. Kesulitan mengendalikan emosi atau perasaan karena ingatan traumatis yang tidak
terkendali.
 Model-model treatment tingkah laku diantaranya:
1. Terapi tingkah laku (Behavior Therapy).
2. Konseling Trauma (Trauma Counseling).
3. Program Reintegrasi Sosial (Social Re-Integration).
 Ciri - ciri pekerjaan sosial dalam konteks internasional
1. Adanya pekerjaan sosial hampir di seluruh negara di seluruh dunia.
2. Adanya kerangka pengetahuan, keterampilan dan nilai yang bersifat universal.
3. Adanya standar global tentang pendidikan dan pelatihan sebagai pedoman
penyelenggaraan di seluruh dunia.
4. Adanya organisasi yang mewadahi pekerja sosial dan sekolah pekerjaan sosial di
seluruh dunia seperti IFSW (International Federation of Social Workers).
5. Adanya standar global mengenai komitmen etika universal yang dijadikan sebagai
acuan menyusun kode etik pekerja sosial di negara masing-masing.
 Syarat - Syarat Pekerja Sosial
a. Memahami teori-teori utama dan konsep pekerjaan sosial internasional.
b. Menyadari peranan praktik dan peluang-peluang bagi pekerja sosial dalam bantuan
dan pembangunan internasional.
c. Menyadari aspek ketergantungan global yang mempengaruhi isu kesejahteraan sosial
domestik dan kaitan pengetahuan yang ada.
d. Memahami peranan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam penetapan standar
bagi kebijakan kesejahteraan sosial internasional.
e. Menyadari dampak kebijakan nasional terhadap kondisi kesejahteraan sosial di
negara lain dan dampak reciprocal terhadap kebijakan negara lain.
f. Menghargai aspek internasional dari keanekaragaman budaya.
g. Memiliki pengetahuan tentang data global dan lintas negara mengenai peksos.
h. Memiliki kemampuan mengatasi nilai dalam praktik pekerjaan sosial internasional.
Pertemuan Ke – 7

Anda mungkin juga menyukai