KAJIAN TEORI
1
program yang dijalankan yang berguna untuk membantu memulihkan
orang yang memiliki penyakit kronis baik dari fisik ataupun psikologisnya
(Astutik, 2014 : 9) .
2
c. Membantu individu untuk mencapai kemandirian secara mental,
fisik, psikis dan sosial sehingga mencapai keseimbangan antara apa
yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan olehnya.
3
3. Adanya bimbingan keterampilan diberikan untuk membantu
memahami kemampuan dan mengembangkan keterampilannya
sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. Sehingga individu
mampu mandiri dalam hidup bermasyarakat dan berguna bagi nusa
dan bangsa.
4. Bimbingan dan penyuluhan diberikan kepada keluarga dan
lingkungan sosial dimana klien berada.bimbingan dan penyuluhan
ini dimaksudkan untuk memberikan kesadaran kepada keluarga
dan masyarakat sekitar mengenai tujuan dari rehabilitasi sosial
sehingga mampu berpartisipasi dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi klien.
4
di dalamnya terdapat berbagai perogram-perogram pelayanan sosial bagi
kelompok-kelompok kurang beruntung (disadvantaged groups) yakni
yang memerlukan pelayanan menuju kesejahteraan sosial seperti keluarga
miskin, anak terlantar, pekerja anak, korban HIV/AIDS, Penyelahagunaan
Narkoba dan kelompok-kelompok rentan lainnya baik secara ekonomi
maupun psikososial.
5
Pada dasarnya kandungan dari pelayanan sosial dapat diklasifikasikan
menurut ruang lingkup sasarannya yaitu individu, kelompok, dan
masyarakat. Sementara itu dilihat dari substansinya pelayanan sosial yang
diberikan kepada masyarakat bergerak di sekitar (1) sosialisasi dan
pengembangan, (2) terapi, bantuan dan rehabilitasi, (3) akses, informasi
dan nasehat. Pada dasarnya bentuk pelayanan yang baik adalah pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat
(Soetomo, 2015 : 224).
6
2. Menganalisis, memprediksi kemunculan masalah sosial dan
mengambil tindakan untuk mencegah dampak yang lebih besar
atau tindakan preventif.
3. Mendorong kondisi yang memungkinkan tumbuhnya
perkembangan ke tingkat yang lebih baik atau usaha
developmental.
7
dan tindak lanjut. Tahapan-tahapan tersebut akan diuraikan sebagai berikut
(Widati, 1984 : 31) :
8
1) Pendekatan awal, yang terdiri dari :
a) Sosialisasi dan konsultasi, yaitu berupa upaya menjalin
kerja sama dalam bentuk penyampaian informasi
mengenai lembaga rehabilitasi sosial, untuk memperoleh
dukungan data dan sumber yang mendukung pelayanan
rehabilitasi sosial.
b) Identifikasi, merupakan upaya mengenal dan memahami
masalah calon penerima pelayanan.
c) Motivasi, yaitu upaya penumbuhan kesadaran dan minat
penerima pelayanan serta dukungan orang tua untuk
mengikuti rehabilitasi sosial.
d) Seleksi dan penerimaan yaitu upaya pemilihan dan
penetapan calon penerima pelayanan kemudian
melakukan kegiatan registrasi dan penetapan calon
penerima pelayanan rehabilitasi sosial.
2) Pengungkapan dan pemahaman masalah merupakan kegiatan
mengumpulkan, menganalisis, dan merumuskan masalah,
kebutuhan, potensi dan sumber yang dapat dimanfaatkan dalam
pelayana rehabilitasi sosial.
3) Penyusunan rencana pemecahan masalah, yaitu kegiatan
penetapan rencana kegiatan bagi penerima pelayanan yang
meliputi :
a) Membuat skala prioritas kebutuhan
b) Menentukan jenis layanan dan rujukan sesuai
kebutuhan penerima pelayanan.
c) Membuat kesepakatan jadwal pelaksanaan pemecahan
masalah.
4) Kegiatan pemecahan masalah, merupakan pelaksanaan
pemecahan masalah bagi penerima pelayanan.
5) Resosialisasi, yaitu upaya pengembalian penerima pelayanaan ke
keluarga dan masyarakat.
9
6) Terminasi, merupakan kegiatan pemutusan pemberian pelayanan
rehabilitasi sosial, yang meliputi :
a) Identifikasi keberhasilan yang telah dicapai dari
penerima pelayanan dari aspek bio psikososial dan
spritual.
b) Kunjungan kepada keluarga dan pihak terkait dengan
kehidupan penerima pekayanan.
7) Bimbingan lanjut, merupakan kegiatan pemantapan kemandirian
penerima pelayanan setelah memperoleh pelayanan rehabilitasi
sosial.
10
mengatasi masalah psikososial agar dapat meningkatkan
keberfungsian sosial.
g) Pelayanan aksesibiltas, yaitu peneyedian kemudahan bagi
penerima pelayanan guna mewujdukan kesamaan hak dan
kesempatan dalam segala aspek kehidupan.
h) Bantuan sosial dan asistensi sosial, yaitu upaya yang dilakukan
berupan pemberian bantuan kepada penerima pelayanan yang
mengalami guncangan dan kerentanan sosial agar dapat hidup
secara wajar.
i) Bimbingan resosialisasi, merupakan kegiatan untuk
mempersiapkan penerima pelayanan agar dapat diterima
kembali ke dalam keluarga dan masyarakat.
j) Bimbingan lanjut, merupakan kegiatan pemantapan
kemandirian penerima pelayanan setelah memperoleh
pelayanan rehabilitasi sosial.
k) Rujukan, merupakan pengalihan layanan kepada pihak lain
agar penerima pelayanan memperoleh pelayanan lanjutan atau
sesuai kebutuhan.
11
B. Bimbingan Karir
12
Sementara bimbingan karir menurut Winkel (1997) merupakan
bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan,
memilih lapangan pekerjaan atau jabatan profesi tertentu, serta membekali
diri agar siap memangku jabatan yang telah dimasuki. Adapun bimbingan
karir islam menurut Tohari, dkk (1992) adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu agar dalam proses dalam mencari pekerjaan dan bekerja
senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat
mencapai kebahagaian di dunia dan akhirat. Lebih lanjut pengertian karir
adalah perkembangan dan kemajuan seseorang dalam kehidupannya, baik
dalam pendidikan atau belajar, pekerjaan, jabatan, maupun kegiatan hidup
lainnya.
13
Seperti firman Allah dalam QS. At-Taubah : 105 yang berbunyi :
ِ ع ِل ِم ْالغَ ْي
ب َوال ه
ِشهدَة َ لى َ ع َملُكُ ْم َو َرسُولُهُ َو ْال ُمؤْ ِمنُ ْونَ َو
َ ِست ُ َرد ُّْونَ إ سيَ َرى ه
َ َُّللا َ ََوقُ ِل اْ ْع َملُ ْوا ف
)١٠٥( َفَيُنَبِئُكُ ْم بِ َما كُ ْنت ُ ْم ت َ ْع َملُ ْون
Sabda Rasulullah:
14
2. Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan
yang ada dalam masyarakat.
3. Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan
potensi yang ada dalam dirinya, mengetahui jenis-jenis pendidikan
dan latihan yang diperlukan bagi suatu bidang tertentu, serta
memahami hubungan usaha dirinya yang sekarang dengan masa
depannya.
4. Menemukan hambatan-hambatan yang timbul yang disebabkan
oleh dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan
untuk dapat mengatasi hambatan-hamabatan tersebut.
5. Individu mampu merencanakan masa depannya serta menemukan
karir dan kehidupannya yang serasi dan sesuai.
15
Asas ini sesuai dengan etos kerja islami yang menyeimbangkan kerja
duniawi dengan kerja ukhrawi, antara kerja untuk keperluan jasmaniah
dan untuk keperluan mental ruhaniah.
Dalil mengenai ini, antara lain sabda Nabi Muhammad SAW :
Bekerjalah untuk duniawimu seolah-olah kamu akan hidup selama-
lamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati
esok”. (HR. Ibnu ‘Askir)
b. Asas bekerja sebagai tugas dan kewajiban mulia.
Menurut islam, seseorang dianjurkan untuk bekerja dan orang yang
mendapatkan penghasilan atau nafkah dari hasil bekerjanya dengan
usaha yang halal dan baik tergolong ke dalam orang yang mulia.
Seperti dalam sabda Nabi Muhammad SAW berikut :
“Tiadalah seseorang yang memakan sesuatu makanan yang lebih baik
daripada memakan dari hasil usaha tangannya. Dan sesungguhnya
Nabi Allah Dawud AS makan dari usaha tangan beliau.(HR. Al-
Bukhari dari Miqdan ‘Alaihissalam)
c. Asas melakukan pekerjaan yang halal dan baik.
Pekerjaan hendaklah yang halal dan baik serta diperoleh dari cara yang
halal dan baik pula. Asas ini menjadi landasan pekerja para
pembimbing sekaligus materi bimbingan yang diberikan kepada klien
yang dibimbing.
d. Asas hubungan kerja yang manusiawi.
Semua pihak yang terlibat dalam pekerjaan hendaknya saling
memperlakukannya sesuai dengan kodrat, hakikat, dan martabatnya
sebagai manusia, termasuk memperhatikan apa yang menjadi
kebutuhan masing-masing.
16
mengenai peluang kerja yang tersedia. Klien dapat diberikan instrumen
asesment saat melakukan perencanaan karir. Para konselor lembaga kerja
bekerjasama dengan konselor di sekolah untuk memfasiltasi perencanaan
karir dan transisi anak-anak muda dari sekolah menuju kerja.
17
menyelesaikan permasalahan karirnya dengan tujuan untuk
membantu konseli dalam mengentaskan masalah yang dihadainya.
e. Bantuan internet (on-line assistance), kegiatan ini untuk memenuhi
ketersedian informasi karir secara cepat melalui website yang dapat
diakses oleh konseli kapan dan dimana saja.
f. Tindak lanjut (follow-up), merupakan suatu kegiatan setelah
pelaksanaan bimbingan karir dalam bentuk evaluasi atau referal
disesuaikan dengan kebutuhan konseli.
18
Selain itu terdapat juga faktor eksternal yang menekan dan menuntut
individu saat ini yaitu ketatnya persaingan dan sempitnya lapangan
pekerjaan, terlebih lagi berkaitan dengan era pasar bebas membuat
angkatan kerja muda tidak mudah untuk memasukinya. Individu yang
ingin mencapai menang dalam persaingan tidak cukup mengandalkan
keahlian dan keterampilan teknis semata, sedangkan individu yang
mengalami kegagalan akan mengalami frustasi karena bagi individu
tersebut pekerjaan adalah satu-satunya tujuan hidup (Madjid, 1995 : 27).
19
mempertimbangkan mengenai keterampilan yang hendak diambil,
kemudian mencari informasi, menjajagi berbagai alternatif sampai pada
keputusan karir yang mantap sangat terkait dengan konsep diri yang
dimilikinya.
Kelima tahap ini dipandang sebagai acuan bagi timbulnya sikap dan
perilaku yang menyangkut keterlibatan individuterhadap karir, yang
20
tampak dalam tugas-tugas perkembangan karir. Berkaitan dengan tugas-
tugas perkembangan karir Donald Super mengembangkan konsep
kematangan vokasional atau keterampilan yang menunjuk kepada
keberhasilan seseorang menyelesaikan semua tugas perkembangan
vokasional yang khas pada tugas perkembangan tertentu. Indikasi
kematangan vokasional adalah adanya kemampuan untuk membuat
rencana, kerelaan untuk memikul tanggungjawab, serta kesadaran akan
segala faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam
membuat pemilihan dan pemantapan jabatan (Widarto, 2015 : 3).
Terutama pada usia remaja dan dewasa muda salah satu yang harus
diperjuangkan remaja adalah memperoleh kemandirian (autonomy).
Banyak para ahli berpandangan bahwa usia remaja, seiring berlangsung
dan memuncaknya proses perubahan fisik, kognisi, afeksi, sosial dan
moral dan mulai matangnya pribadi dalam memasuki dewasa awal maka
tuntutan terhadap lingkungan akan semakin tinggi sejalan dengan
tingginya kebutuhan akan pengaturan diri sendiri dan kemandirian
(Steinberg, 1993).
21
faktor peluang atau kesempatan memegang peranan yang sangat penting.
Meskipun individu telah menentukan karirnya berdasarkan minat, bakat,
dan nilai yang ia yakini, tetapi jika peluang pekerjaan tidak ada maka karir
yang dicita-citakan tidak akan terwujud.
C. Klien Binaan
Menurut Wiliis (2009) Klien adalah individu yang diberikan bantuan
profesional oleh seorang konselor atas permintaan dirinya sendiri atau
orang lain. menurut Rogers klien adalah individu yang datang pada
konselor dalam keadaan cemas dengan masalah yang sedang dihadapinya.
Klien merupakan pihak yang dibantu karena kebutuhannya mengenai
masalah yang sedang dialami. Semua individu yang diberikan bantuan
oleh orang yang profesional atas permintaan sendiri atau permintaan orang
lain disebut klien (Willis, 2014 : 111).
Terdapat dua tipe klien, yaitu klien yang datang dengan kemauannya
sendiri, menyadari dirinya membutuhkan bantuan, dia sadar bahwa dalam
dirinya terdapat masalah dan kekurangan yang membutuhkan bantuan
orang ahli. Adapula klien yang kurang menyadari akan masalah yang
dialaminya, dan mungkin dikirim kepada konselor atau pekerja sosial
berdasarkan perantara orang lain. Berikut ini akan diuraikan berbagai jenis
atau ragam klien (Willis, 2014 : 116) :
1) Klien Sukarela
Klien sukarela adalah klien yang datang atas kesadaran sendiri,
berhubung ada maksud dan tujuannya. Mungkin klien tersebut
22
ingin memperoleh informasi, menginginkan penjelasan mengenai
persoalan yang dihadapinya, tentang karir atau lanjutan studi dan
sebagainya.
Secara umum terdapat ciri-ciri klien sukarela diantaranya :
a) Hadir atas kehendak sendiri
b) Segera dapat menyesuaikan diri dengan orang lain di
tempat rehabilitasi.
c) Mudah terbuka, seperti mudah mengatakan persoalannya.
d) Bersungguh-sungguh mengikuti proses layanan.
e) Berusaha mengemukakan sesuatu dengan jelas.
f) Sikap bersahabat, mengharapkan bantuan.
g) Berusaha mengungkapkan rahasia walaupun menyakitkan.
2) Klien Terpaksa
Klien terpaksa adalah klien yang kehadirannya bukan atas
keinginannya sendiri, datang atas dorongan pihak lain. Klien ini
datang dikarenakan dianggap perilakunya kurang sesuai dengan
aturan lingkungan masyarakat sekitar. Terdapat karakteristik dari
klien terpaksa, diantaranya :
a) Bersifat tertutup
b) Enggan berbicara
c) Curiga terhadap orang lain terutama konselor
d) Kurang bersahabat
e) Menolak secara halus bantuan atau proses layanan yang
akan diberikan.
Berdasarkan jenis klien di atas terdapat sasaran klien binaan yang akan
diberikan pelayanan rehabilitasi sosial dalam penelitian ini terfokus
kepada anak jalanan.
23
jalanan baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat-
tempat umum lainnya seperti lingkungan pasar, pertokoan dan pusat-pusat
keramaian lainnya. Anak jalanan lebih mengacu kepada ana-anak
tunawisma yang tinggal di wilayah jalanan. Sedangkan menurut PBB,
anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya
dijalanan untuk bekerja, bermain atau beraktivitas lain. Anak jalanan
tinggal di jalanan karena dicampakkan atau tercampakkan dari keluarga
yang tidak mampu menanggung beban karena kemiskinan dan kehancuran
keluarganya.
Sedangkan menurut Dwi Astutik anak jalanan adalah dilihat dari usia
sekitar 6-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar di jalanan karena
sebab tertentu, anak-anak tersebut tinggal di jalanan menjadi pengamen,
pemulung, serta penyemir sepatu atau yang lainnya. Terdapat pengertian
lain mengenai anak jalanan berdasarkan pengertian secara sosiologis dan
ekonomi. Pengertian secara sosiologis anak jalanan merupakan
sekelompok anak yang mengeluarkan biaya atau berkeliaran di jalanan.
Sedangkan menurut pengertian ekonomi anak jalanan adalah sekelompok
anak yang mencari nafkah di jalanan karena membutuhkan uang untuk
menghidupi dirinya (Nugroho, 2000 : 78).
24
2. Kategori dan Karakteristik Anak Jalanan
Ada beberapa pengelompokkan anak jalanan berdasarkan hubungan
anak dengan keluarga diantaranya. Kategori pertama anak-anak yang
mempunyai kegiatan di jalanan dan masih memiliki hubungan dengan
keluarga. Kedua yaitu anak-anak yang masih tinggal dengan orang tua dan
senantiasa pulang ke rumah setiap hari namun anak-anak tersebut bekerja
dan mencari nafkah di jalanan. Ketiga anak-anak yang menghabiskan
semua waktunya di jalanan dan sudah tidak ada lagi hubungan dengan
keluarganya.
25
b) Anak jalanan yang bekerja di jalanan
Anak ini adalah anak yang sering bergaul dengan temannya yang
hidup dijalanan sehingga anak ini rentan untuk hidup dijalanan juga.
Umumya mereka masih sekolah dan putus sekolah, dan masih ada
hubungan teratur (tinggal) dengan orang tuanya.Jenis pekerjaan anak
jalanan dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:
26
1) Usaha dagang yang terdiri atas pedagang asongan, penjual koran,
majalah, serta menjual sapu atau lap kaca mobil.
2) Usaha di bidang jasa yang terdiri atas pembersih bus, pengelap
kaca mobil, pengatur lalu lintas, kuli angkut pasar, ojek payung,
tukang semir sepatu dan kenek.
3) Pengamen. Dalam hal ini menyanyikan lagu dengan berbagai
macam alat musik seperti gitar, kecrekan, suling bambu, gendang,
radio karaoke dan lain-lain.
4) Kerja serabutan yaitu anak jalanan yang tidak mempunyai
pekerjaan tetap, dapat berubah-ubah sesuai dengan keinginan
mereka.
Anak jalanan ini adalah anak yang sudah beranjak dewasa yang
kebanyakan mereka sudah menemukan jati dirinya apakah itu positif atau
negatif dan kriteria anak ini antara lain sebagai berikut:
27