Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASLAH

Pekerja social adalah suatu kegiatan professional untuk membantu individu-individu,


kelompok-kelompok dan masyarakat untuk meningkatkan atau memperbaiki kemampuan mereka
dalam melaksanakan fungsi sosialnya serta menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan
mereka mencapai tujuannya. Tahapan intervensi atau pelaksanaa program merupakan rangkaian
kegiatan proses pertolongan dalam pekerjaan sosial setelah kegiatan perencanan.

Bentuk nyata kegiatan peraktek pekerja sosial bersama masyarakat tersebut biasa disebut
dengan pelaksanaan intervensi.pelaksanaan intervensi adalah tindakan nyata atau tindakan konkrit
yang berada dalam masyarakat untuk melaksanakan program tersebut seara konsisten, termasuk
didalamnya dukungan ketersedian anggaran dan profesionalisme pelaksanaan rencana.

Jadi, intervensi merupakan tahap yang sangat penting dari pekerjaan sosial. Dalam
melakukan intervensi ini, pekerja sosial tentunya membutuhkan kerjasama dari kelayan dalam
menyeseikan masalah kelayan tersebut,juga tentunya kerjasama dari berbagai pihak baik itu
masyarak setempat, maupun berbagai sistem sumber yang dapat di gunakan.

1.2 TUJUAN
Mengetahui dan memahami intervensi dalam peraktek pertolongan pekerja sosial
berdasarkan landasan konseptual dari intervensi itu sendiri.
BAB II
ISI LAPORAN
2.1 TINJAUAN KONSEPTUAL
2.1.1 Pengertian Intervensi
Intervensi sosial dapat diartikan sebagai sebagai cara atau strategi memberikan bantuan
kepada masyarakat(individu, Kelompok, komunitas). Intervensi sosial merupakan metode yang
digunakan dalam praktik di lapangan pada bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial.
Pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial adalah dua bidang yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan seseorang melalui upaya memfungsikan kembali fungsi sosialnya.
Intervensi sosial adalah upaya perubahan terencana terhadap individu, kelompok, maupun
komunitas. Dikatakan perubahan terencana agar upaya bantuan yang diberikan dapat dievaluasi
dan diukur keberhasilannya. Intervensi sosial dapat pula diartikan sebagai suatu upaya untuk
memperbaiki keberfungsian sosial dari kelompok sasaran perubahan, dalam hal ini,
individu, keluarga, dan kelompok. Keberfungsian sosial menunjuk pada kondisi di mana seseorang
dapat berperan sebagaimana seharusnya sesuai dengan harapan lingkungan dan peran yang
dimilikinya.
Intervensi Pekerjaan Sosial adalah aktivitas profesional Pekerjaan Sosial yang
dikenakan/ditujukan kepada orang, baik secara individu, kelompok, maupun masyarakat, baik
yang bersifat residual ataupun institusional, baik langsung maupun tidak langsung, baik preventif,
kuratif-rehabilitatif, developmental-edukatif, maupun preventif, yang dilandasi oleh seperangkat
ilmu pengetahuan dan ketrampilan, dan kode etik profesi.

2.1.3 Tujuan dari Intervensi


Tujuan utama dari intervensi sosial adalah memperbaiki fungsi sosial orang (individu,
kelompok, masyarakat) yang merupakan sasaran perubahan. Ketika fungsi sosial seseorang
berfungsi dengan baik, diasumsikan bahwa kondisi sejahtera akan semakin mudah dicapai.
Kondisi sejahtera dapat terwujud manakala jarak antara harapan dan kenyataan tidak terlalu lebar.
Melalui intervensi sosial, hambatan-hambatan sosial yang dihadapi kelompok sasaran perubahan
akan diatasi. Dengan kata lain, intervensi sosial berupaya memperkecil jarak antara harapan
lingkungan dengan kondisi riil klien.
2.1.4 Fungsi Intervensi
Fungsi dilakukannya intervensi dalam pekerjaan sosial, diantaranya :
a. Mencari penyelesaian dari kelayan masalah secara langsung yang tentunya dengan metode-
metode pekerjaan sosial.
b. Menghubungkan kelayan dengan sistem sumber.
c. Membantu kelayan menghadapi masalahanya.
d. Menggali potensi dari dalam diri kelayan sehingga bisa membantunya untuk menyelesaikan
masalahnya.
2.1.5 Prinsip Intervensi
Beberapa prinsip dari pekerjaan sosial dalam melaksanakan praktek pertolongan,
diantaranya :
a. Memberikan pelayanan yang menjunjung tinggi harkat dan martabat lansia.
b. Melaksanakan hak asasi lansia.
c. Memberikan kesempatan kepada lansia untuk mendapatkan hak menentukan pilihan bagi dirinya
sendiri.
d. Memberikan pelayanan yang didasarkan pada kebutuhan sesungguhnya.
e. Menguapayakan kehidupan lansia lebih bermakna bagi diri, keluarga dan masyarakat.
f. Menciptakan suasana kehidupan dalam panti yang bersifat kekeluargaan.
g. Menjamin terlaksananya pelayanan bagi lansia yang disesuaikan dengan perkembangan
pelayanan lansia secara terus menerus dan meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak.
h. Menerapkan pendekatan antar disiplin dan profesi.
i. Memasyarakatkan informasi tentang aksesibilitas bagi lansia.
2.1.6 Pelayanan dalam Intervensi
Beberapa pelayanan yang diberikan adalah:
a. Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial diberikan kepada klien dalam rangka menciptakan hubungan sosial dan
penyesuaian sosial secara serasi dan harmonis di antara lansia, lansia dengan keluarganya, lansia
dengan petugas serta dengan masyarakat sekitar.
b. Pelayanan Fisik
Pelayanan fisik diberikan kepada klien dalam kerangka memperkuat daya tahan
fisik.Pelayanan ini diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan fisioterapi, penyediaan menu
makanan tambahan, klinik lansia, kebugaran, sarana dan prasarana hidup sehari-hari dan
sebagainya.dihadapi.
c. Pelayanan Psikososial
Pelayanan ini diberikan kepada klien dalam rangka menciptakan situasi sosial psikologis
yang memungkinkan tumbuhnya perasaan aman, nyaman, senang dan mampu beradaptasidengan
lingkungan sosialnya.
d. Pelayanan Keterampilan
Pelayanan ini diberikan tidak saja untuk pengisian waktu lauang, melainkan untuk
meningkatkan produktivitas agar ia dapat menambah penghasilannya.
e. Pelayanan Spiritual/Keagamaan
Pelayanan ini diberikan dalam rangka memperkuat mental spiritual dan kerohanian
terutama dalam melaksanakan peribadatan seharihari. Pelayanan yang diberikan antara lain
penyediaan sarana dan prasarana ibadah, bimbingan rohani, dan lain-lain. Pelayanan spiritual ini
sangat penting untuk dilakukan mengingat bahwa pada masa tua seringkali klien dihantui berbagai
perasaan tidak berharga dan ketakutan-ketakutan sehubungan dengan penurunan fungsi-fungsi
fisik dan sosial. Dengan adanya pelayanan spiritual diharapkan klien menyadari akan situasi yang
dihadapinya sehingga muncul ketenangan dan kedamaian dalam perasaannya. Muncul kembali
kepercayaan dirinya, dapat menjalankan ibadat dengan tenang dan tetap dapat beraktivitas sesuai
dengan kemampuannya.
f. Pelayanan Pendampingan
Pelayanan ini diberikan dengan cara mendampingi lansia dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari.
g. Pelayanan Bantuan Hukum
Pelayanan ini diberikan kepada lansia yang mengalami tindak kekerasan, baik dalam
pelayanan maupun dalam keluarganya.
2.1.7 Macam macam Intervensi

A. Intervensi Makro

Menurut Dubois & Miley (2014:71) level intervensi makro dalam pekerjaan sosial meliputi
lingkungan, komunitas dan masyarakat untuk mencapai perubahan sosial. Praktek pekerjaan sosial
dalam ranah makro memerlukan pengetahuan tentang standar komunitas dan nilai, dan
ketrampilan memobilisasi komunitas yang dibutuhkan dalam memprakarsai pemecahan masalah.
Sedangkan menurut Zastow & Ashman (2004:12-13), sistem makro mengenai sistem yang lebih
besar daripada kelompok kecl. Orientasi makro berfokus pada sosial, politik, dan kondisi ekonomi
dan kebijakan yang berpengaruh bagi orang banyak dalam mengakses sumber dan hidup yang
berkualitas.
Praktek kerja sosial makro adalah upaya untuk membantu klien dengan mengintervensi
sistem yang besar. Contohnya termasuk melobi untuk mengubah undang-undang perawatan
kesehatan, mengorganisir kelompok aktivis negara-lebar atau advokasi untuk perubahan kebijakan
sosial skala besar. Praktek pekerjaan sosial makro adalah salah satu perbedaan utama antara
pekerjaan sosial dan profesi membantu lainnya, seperti terapi kejiwaan. Praktek pekerjaan sosial
makro memberdayakan klien dengan melibatkan mereka dalam perubahan yang sistemik.
B. Intervensi Makro

Menurut Dobuis & Miley (2014:69) intervensi mikro dalam pekerjaan sosial meliputi
individu, keluarga atau dalam kelompok kecil untuk memfasilitasi perubahan perilaku individu
atau dalam relasinya dengan orang lain. Lebih lanjut menurut Dubois dan Miley menyatakan
bahwa individu sering mencari layanan pekerja sosial karena pengalaman pahit mereka dalam
penyesuain diri, relasi interpersonal, atau karena stress dari lingkungan. Focus perubahan dan
level mikro ini adalah menciptakan keberfungsian individu. Berbeda halnya menurut Zastrow &
Ashman (2004:12) yang menyebutkan bahwa ranah mikro hanya meliputi individual saja. Sistem
dalam ranah mikro ini memerlukan interaksi dari sistem biologis, psikologis dan sosial dari
individu. Orientasi dari ranah mikro dalam praktek pekerjaan sosial focus pada kebutuhan
individu, masalah dan kekuata

Level intervensi dibagi menjadi tiga:


1. Level Mikro (individu, keluarga dan kelompok kecil)
2. Level Mezzo/ Low Level Macro Intervention (organisasi, komunitas lokal)
3. Level Makro/ High Level Macro Intervention (masyarakat luas, pengembangan kebijakan
sosial, perundang-undangan sosial)
Model klasifikasi (intervensi) yang lain:
1. Tingkat Individu, keluarga dan kelompok kecil
2. Tingkat Organisasi
3. Tingkat Komunitas Lokal
4. Tingkat Masyarakat Luas (regional, propinsi, nasional)
5. Tingkat Global

Tahap-tahap Casework (Intervensi Level Mikro):


1. Penyadaran akan adanya masalah
2. Penjalinan relasi lebih mendalam dengan caseworker
3. Motivasi
4. Konseptualisasi Masalah
5. Eksplorasi Strategi Mengatasi Masalah
6. Seleksi Strategi Mengatasi Masalah
7. Implementasi
8. Evaluasi

Model-model intervensi level keluarga


1. Model-Model Psikodinamik
2. Model-Model Eksperiensial
3. Model-Model Transgenerasional
4. Model Struktural
5. Model-Model Strategis
6. Model Milan
7. Model-Model Kognitif-Perilaku

Anda mungkin juga menyukai