3. Dimensi Sosial
Hooyman dan Kiyak (1999) mengatakan bahwa proses penuaan sosial (social aging)
merupakan perubahan peranan dan hubungan individu dalam struktur sosial, misalnya
dengan keluarga dan kawan-kawan, dalam peranan yang berbayar dan tak berbayar, dan
dengan organisasi termasuk kumpulan keagamaan dan politik. Seperti halnya proses penuaan
biologi dan psikologi, dalam proses penuaan sosial ini peranan sosial para lanjut usia dan
hubungan mereka juga berkurang. Hal ini mencakup kehilangan dari fungsi-
fungsi pemeliharaan anak, kehilangan dari peranan kakek-nenek, kehilangan pekerjaan, dan
beberapa peranan lainnya. Disini menunjukkan adanya bukti bahwa dampak negatif
dari”kehilangan peranan” dan isolasi sosial. Tampaknya, hilangnya sumber-sumber yang
progresif cenderung menimbulkan perasaan kehilangan bantuan. Perasaan ini pada
gilirannya, menimbulkan adanya kebimbangan pada orang lanjut usia yang mencoba untuk
mengatasinya, dengan cara-cara penyesuaian yang berbeda, beberapa diantaranya bahkan
gagal.
Stres sebagai hasil dari perubahan yang drastik seperti hilangnya penghasilan, kematian dari
pasangan hidupnya atau relokasi dari berbagai pilihan menimbulkan shock pada orang lanjut
usia dan menyebabkan penyimpangan perilaku, emosional dan fisik. Kurang penting untuk
dilontarkan, beberapa dari penyimpangan ini mungkin dapat dicegah dengan praktik dan
kebijakan sosial yang akan menggantikan lingkungan sosialnya lebih simpatik untuk orang-
orang lanjut usia.
Adaptasi dan penyesuaian pada lanjut usia yang penting adalah sebagian tergantung pada
sejarah kehidupannya, akibat perubahan yang begitu besar dan mendadak seperti perubahan
status, sifat hubungan-hubungan yang terdahulu dan caranya dalam mengatasi krisis
kehidupan yang lalu, juga tergantung pada kemauan dari masyarakat untuk memberikan
pelayanan dan dukungan sebelum atau selama mengalami krisis.
Secara individual, orang lanjut usia secara dramatis dipengaruhi oleh interaksi mereka
dengan orang-orang lainnya melalui sistem mikro, mezzo, dan makro.
Sistem mikro yakni interaksi antara individu lanjut usia dengan lingkungan terdekat, seperti
dengan keluarga atau lembaga pelayanan dimana mereka tinggal. Sistem mezzo, merupakan
interaksi lanjut usia dengan lingkungan di luar keluarga/lembaga, seperti dengan masyarakat
setempat, dan sistem makro dimana individu lanjut usia berada dalam lingkungan masyarakat
yang lebih luas.
Bimbingan sosial adalah rangkaian kegiatan terencana, terarah, terstruktur dan sistematik
untuk membimbing dan memberikan arah kepada klien dalam meningkatkan kemampuan,
motivasi dan peranannya dalam rangka memperkuat keberfungsian sosialnya. Bimbingan
sosial dalam konteks pelayanan bagi lanjut usia adalah “proses pelayanan yang ditujukkan
kepada lanjut usia agar mampu mengembangkan relasi sosial yang positif dan menjalankan
peranan sosialnya dalam unit pelayanan sosial lanjut usia, dan dalam lingkungan
masyarakat”.
5. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki lanjut usia seoptimal
mungkin.
6. Mengenal dan menentukan tujuan, rencana hidup serta kesulitan-kesulitan lanjut usia.
8. Mendayagunakan segala kekuatan dan kemampuan lajut usia maupun sistem sumber
kesejahteraan sosial untuk kepentingan pemecahan masalahnya.
9. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungan lanjut usia, baik
dengan keluarga maupun lingkungan sosialnya.
3. Fungsi penyesuaian, yaitu membantu lanjut usia dalam menemukan penyesuaian diri
dan perkembangannya secara optimal dalam berelasi dengan lingkungan sosialnya.
4. Fungsi rujukan, yaitu membantu lanjut usia, keluarga dan atau lembaga pelayanan
dalam memilih dan memantapkan jenis pelayanan yang sesuai dengan karakteristik,
permasalahan serta kebutuhan lanjut usia.
3. Edukatif
Yaitu bimbingan sosial yang dilakukan oleh pekerja sosial kepada lanjut usia dengan
memperhatikan pendidikan orang dewasa
1. BimbinganPengembangan
Yaitu bimbingan sosial yang dilakukan oleh pekerja sosial dengan lebih memfokuskan pada
perkembangan optimal seluruh aspek kepribadian lanjut usia dengan strategi/upaya pokoknya
pada pemberian kemudahan perkembangan melalui rekayasa lingkungan.
1. Outreach (perluasan jangkauan)
Outreach digunakan sebagai upaya untuk lebih menjangkau lanjut usia secara keseluruhan
baik yang mengalami permasalahan maupun yang tidak bermasalah. Dalam hal ini termasuk
semua lanjut usia terkait dengan aspek kepribadiannya dalam konteks kehidupannya,
termasuk masalah, target intervensi, setting, metode, dan lamanya waktu layanan.
Pendekatan individual kepada lanjut usia dapat dilakukan melalui beberapa bentuk bimbingan
sosial, diantaranya :
1) Pendampingan
6) Konseling
1. Pendekatan secara kelompok baik dengan lanjut usia, keluarga dan lingkungan
sosialnya
Pendekatan secara kelompok kepada lanjut usia dapat dilakukan melalui beberapa bentuk
bimbingan sosial, diantaranya;
1) Kelompok Bantu Diri (Self Help Group), merupakan kelompok kecil yang terstruktur
yang berintegrasi secara sukarela untuk saling menolong dan berbagi pengalaman
Pendekatan berbasis masyarakat kepada lanjut usia dapat dilakukan melalui beberapa bentuk
bimbingan sosial, diantaranya :
1) Promosi sosial
3) Pemberdayaan
Pekerja sosial melakukan upaya bagi lanjut usia potensial untuk mampu mendayagunakan
potensi diri dan sistem sumber kesejahteraan sosial sehingga mempunyai kemandirian dalam
meraih kesempatan kerja
4) Pengembangan jaringan/kemitraan
Pekerja sosial melakukan kemitraan dengan berbagai instansi terkait yang memiliki sumber
daya (manusia, sarana prasarana serta dana) agar terjadi sinergi dalam pemberian pelayanan
bimbingan sosial kepada lanjut usia
5) Penggalangan dana
Pekerja sosial melakukan pendekatan kepada pihak-pihak penyandang dana, termasuk dunia
usaha agar tersedia dana yang dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan bimbingan sosial lanjut
usia
Teknik yang dilakukan dalam bimbingan sosial bagi lanjut usia meliputi;
Bertujuan untuk mengibur para lansia seningga meningkatkan gairah hidup dan
dapat mengenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong, musik dengan gamelan
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya
dengan bermain bersama binatang. Misalnya : mempunyai peliharaan kucing, ayam,
dll
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti menggadakan cerdas cermat,
mengisi TTS, tebak-tebakan, puzzle, dll
h. Life Review Terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan
pengalaman hidupnya. Misalnya : bercerita di masa mudanya
i. Rekreasi
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga
mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah
keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang
dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi
dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah
tersebut digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga
mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing
terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan
keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti
yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2
(kerja), dan fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan
hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan
bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh
perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga,
meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi
batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi
keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang
selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang
timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang
berkesinambungan.