Anda di halaman 1dari 32

REFERAT

Hubungan Antara Obesitas dengan Hipertensi


di Panti Werdha STW RIA Pembangunan Cibubur

Disusun Oleh :
Suharlyn Putri Arnelia
406162038

Pembimbing :
Dr. dr. Noer Saelan Tadjudin, SpKJ

KEPANITERAAN ILMU GERIATRI


PERIODE 31 DESEMBER 2018 – 2 FEBRUARI 2019
SASANA TRESNA WERDHA RIA PEMBANGUNAN CIBUBUR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penulis telah diberi kesempatan untuk
menyusun referat dengan judul “Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi di Panti
Werdha STW RIA Pembangunan Cibubur”. Adapun tujuan penulisan referat ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang “Hubungan Antara Proses Penuaan dengan
Insomnia dan Depresi”. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan penulis kesehatan dan kesempatan
untuk dapat menjalani kepaniteraan klinik Ilmu Geriatri di Sasana Tresna Werdha Ria
Pembangunan Cibubur,
2. Direktur STW RIA Pembangunan Cibubur yang telah memberikan kesempatan untuk
mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik Ilmu Geriatri di Sasana Tresna Werdha Ria
Pembangunan Cibubur,
3. Dr. dr. Noer Saelan Tadjudin, Sp.KJ, dokter pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan serta pengajaran baik selama penulisan referat maupun
selama penulis mengikuti kepaniteraan klinik Ilmu Geriatri di Sasana Tresna Werdha
Ria Pembangunan Cibubur,
4. Keluarga yang selalu membantu dan memberikan dukungan dalam menjalani
kepaniteraan klinik Ilmu Geriatri di Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan
Cibubur,
5. Teman-teman dari Universitas Tarumanagara yang telah banyak membantu dalam
penulisan referat ini.
Walaupun penulis mendapat berbagai kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bantuan,
dorongan, bimbingan serta motivasi-motivasi yang diberikan oleh banyak pihak, maka
penulis dapat menyelesaikan referat ini tepat pada waktunya. Akhir kata, semoga referat ini
dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

Jakarta, Januari 2019

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian lanjut usia menurut Undang-Undang (UU) Nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia (lansia) adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun. Undang-undang Nomor 13 tahun 1998
pada pasal 1 ayat 3 dan 4 mengkategorikan lanjut usia menjadi dua kategori, yaitu pada ayat
3 lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa dan pada ayat 4 lanjut usia tidak
potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.1
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Usia lanjut
(elderly) 60-74 tahun, Usia tua (old) 75-90 tahun dan Usia sangat lanjut (very old) diatas 90
tahun. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi tahun 2017, terdapat 23,66 juta jiwa penduduk
di Indonesia (9,03%) diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025
(33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta). Struktur umur penduduk
Indonesia tahun 2017 menunjukan bahwa penduduk dengan usia 0-4 tahun sekitar 9,11%,
penduduk usia 5-9 tahun sekitar 9,06%, penduduk usia 10-44 tahun sekitar 56,18%,
penduduk usia 45-59 tahun sekitar 16,62%, dan penduduk usia 60 tahun keatas sekitar
9,03%.2
Dengan bertambahnya usia, tubuh akan mengalami proses kemunduran sel-sel yang
dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik dan timbulnya berbagai macam
penyakit degeneratif, berikut sepuluh penyakit terbanyak pada lansia tahun 2013 yaitu,
hipertensi, arthritis, stok, penyakit paru obstruksi kronik, diabetes melitus, kanker, penyakit
jantung koroner, batu ginjal, gagal jantung, gagal ginjal.3
Hipertensi merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi kinerja
berbagai organ. Hipertensi juga menjadi suatu faktor resiko penting terhadap terjadinya
penyakit seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke. Apabila tidak

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

ditanggulangi secara tepat, akan terjadi banyak kerusakan organ tubuh. Hipertensi disebut
sebagai silent killer karena dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ tanpa gejala yang
khas.4 Hipertensi pada usia lanjut mempunyai beberapa kekhususan, umumnya disertai
dengan faktor risiko yang lebih berat, sering disertai penyakit-penyakit lain yang
mempengaruhi penanganan seperti dosis obat, pemilihan obat, efek samping atau komplikasi
karena pengobatan lebih sering terjadi, terdapat komplikasi organ target, kepatuhan berobat
yang kurang, sering tidak mencapai target pengobatan dan lain-lain. Kesemua ini menjadikan
hipertensi usia lanjut tergolong dalam risiko kardiovaskular yang tinggi atau sangat tinggi.
Oleh karena itu penanganan hipertensi pada usia lanjut membutuhkan perhatian yang besar.5
Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi, salah satunya adalah
obesitas. Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi
jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat menggangu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar
dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah berat
badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah
banyak.6

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1 Pernyataan masalah
 Tingginya kejadian hipertensi pada lansia

1.1.1 Pertanyaan masalah


 Berapa proporsi responden obesitas di Panti Werdha STW Cibubur?
 Berapa proporsi responden hipertensi di Panti Werdha STW Cibubur?
 Bagaimana hubungan antara obesitas dengan hipertensi?

1.3 Hipotesis Penelitian


Terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan hipertensi

1.4 Tujuan Penelitian


Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri
Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

1.4.1 Tujuan umum


Diturunkan kejadian hipertensi dikalangan lansia

1.4.2 Tujuan khusus


 Diketahuinya proporsi responden obesitas di Panti Werdha STW Cibubur
 Diketahuinya proporsi responden hipertensi di Panti Werdha STW Cibubur.
 Diketahuinya hubungan antara obesitas dengan hipertensi.

1.5 Manfaat Penelitian


 Responden dapat mengetahui bila menderita obesitas atau tidak.
 Responden dapat mengetahui bila menderita hipertensi atau tidak.
 Peneliti mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam melaksanakan penelitian,
serta memperluas wawasan dalam bidang kesehatan masyarakat terutama yang
berkaitan dengan bidang kesehatan masyarakat.
 Pihak pengelola panti mengetahui obesitas dan hipertensi para lansia.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan manfiestasi gangguan keseimbangan hemodinamik kardiovaskular,
yang mana penyebabnya merupakan multifaktor, sehingga tidak bisa diterangkan dengan
hanya satu mekanisme tunggal.7 Semua definisi hipertensi adalah angka kesepakatan
berdasarkan bukti klinis atau berdasarkan konsensus atau berdasar epidemiologi studi meta
analisis. Yang paling penting ialah tekanan darah harus persistens diatas atau sama dengan
140/90 mmHg.7

2.1.2 Epidemiologi Hipertensi


Menurut data World Health Organization (WHO), prevalensi hipertensi di dunia tahun 2010
adalah 31,1%. Prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 20 tahun di Asia Tenggara tahun
2010 lebih tinggi pada wanita (29,5%) dibanding pria (26,4%).8 Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 prevalensi hipertensi terdapat 25,8% dari total penduduk
Indonesia atau sekitar 65 juta jiwa yang mengalami hipertensi.9
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Mahmood pada tahun 2014 didapatkan
sebanyak 78% hipertensi pada pria dan 65% hipertensi pada wanita berhubungan dengan
obesitas.10 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Delmi di Indonesia tahun 2012,
didapatkan individu obesitas yang mengalami hipertensi sebesar 27,5% jauh lebih tinggi dari
pada pasien individu yang memiliki berat badan normal, yaitu sebesar 12,5%.11

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi


Klasifikasi derajat hipertensi dibagi menjadi tiga, yaitu:12
1. Berdasarkan penyebab:
a) Hipertensi Primer

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

Disebut juga hipertensi esensial, ialah hipertensi yang penyebabnya tidak


diketahui (idiopatik). Hipertensi primer dapat didiagnosa apabila tidak
ditemukannya penyebab sekunder. Diderita sekitar 90-95% orang dewasa.
b) Hipertensi Sekunder
Hipertensi yang diketahui penyebabnya, terjadi pada sekitar 2-10% dari pasien
hipertensi. Penyebabnya hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal, pembuluh
darah, dan sistem endokrin atau hormonal.
2. Berdasarkan bentuk hipertensi:
a) Hipertensi sistolik terisolasi (Isolated sistolyc hypertension)
b) Hipertensi diastolik terisolasi (Isolated Diastolyc Hypertension)
c) Hipertensi campuran (Hipertensi sistolik dan diastolik yang meninggi)
3. Berdasarkan keparahan :
Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi untuk usia > 18 tahun [JNC 7]
Klasifikasi Tekanan sistolik Tekanan diastolik
Normal <120 dan <80
Pre-hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi grade 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi grade 2 ≥160 atau ≥90
Hipertensi sistolik terisolasi 140 dan <90

2.2.1 Faktor Risiko Hipertensi


Beberapa faktor yang diperkirakan memicu terjadinya hipertensi primer, antara lain genetik,
peningkatan kerja saraf simpatis, respon terhadap stres, produksi berlebihan dari sodium-
retaining hormones and vasoconstrictors, konsumsi natrium secara berlebihan dalam jangka
panjang, kurangnya konsumsi kalium dan kalsium, peningkatan sekresi renin, angiotensin II,
dan aldosterone, dan obesitas.13 Faktor risiko hipertensi sekunder antara lain obstructive
sleep apnoe (OSA), penyakit parenkim ginjal, stenosis pembuluh arteri ginjal,
aldosteronisme primer, gangguan tiroid, Cushing’s Syndrome, phaeochromocytoma,
koarktasi aorta.14

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

2.2.2 Patofisiologi Hipertensi


Tekanan darah adalah hasil perkalian dari curah jantung dan tahanan perifer. Pada orang
dengan hipertensi, terjadi peningkatan pada curah jantung atau tahanan perifer, maupun
keduanya. Pada proses penuaan (ageing), peningkatan tahanan perifer dan peningkatan
kekakuan pembuluh darah lebih sering ditemukan sebagai penyebab dari hipertensi.
Pada penderita hipertensi, ditemukan peningkatan tonus pembuluh darah yang akibat
rangsangan berlebihan dari α-adenoreceptor dan peningkatan sekresi dari angiotensin atau
endothelin yang mengakibatkan peningkatan massa pada otot polos pembuluh darah yang
berujung terjadinya vascular remodelling. Didapatkan juga adanya peningkatan kalsium di
dalam otot polos pembuluh darah sehingga pembuluh darah berkonstriksi. Pada hipertensi
primer didapatkan ekskresi abnormal dari natrium sehingga menyebabkan tekanan darah
terganggu.
Sistem saraf otonom memiliki peran besar terhadap regulasi tekanan darah. Terjadi
peningkatan sekresi dan sensitivitas dari norepinefrin berfungsi sebagai vasokonstriktor.
Selain itu, mekanisme baroreseptor juga berperan pada orang yang memiliki hipertensi.
Misalnya jika orang tersebut tekanan darahnya lebih meningkat lagi dari nilai awal yang
memang sudah lebih tinggi dari normal, maka mekanisme baroreseptor akan menurunkannya
ke titik awal tersebut.15

Gambar 2.1 Patogenesis hipertensi menurut Kaplan.7

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

Berbeda dengan usia yang lebih muda, pasien hipertensi pada usia lanjut sering sudah
mengalami pengurangan elastisitas arteri atau terjadi proses sklerosis terutma pad aarteri
yang besar, sehingga mengakibatkan tekanan sistolik yang lebih tinggi dan tekanan diastolik
yang lebih rendah atau kenaikan dari tekanan nadi. Hal ini menyebabkan suatu keadaan yang
dikenal sebagai hipertensi sistolik terisolasi.
Pada usia lanjut juga sering mengalami disregulasi sistem saraf otonom sehingga
menyebabkan hipotensi ortostatik dan ortostatik hipertensi. Komplikasi lain seperti
kerusakan mikrovaskular pada ginjal juga menjadi salah satu penyebab penyakit ginjal
kronik yang berakibat berkurangnya fungsi tubulus dalam mengatur keseimbangan natrium
dan kalium. Fungsi ginjal yang menurun secara progresif pada usia lanjut dapat terjadi karena
proses glomerulosklerosis dan fibrosis interstitial yang menyebabkan kenaikan tekanan darah
melalui mekanisme peningkatan natrium intrasel, penurunan pertukaran ion natrium-kalsium,
dan ekspansi volume darah. Peningkatan tekanan darah oleh karena adanya penyebab
sekunder perlu dipertimbangkan, seperti adanya stenosis arteri renalis yang diakibatkan oleh
lesi aterosklerosis, aldosteronisme primer, Obstructive sleep apnea, dan tirotoksikosis.
Penyebab kenaikan tekanan darah yang lain adalah gaya hidup berlebihan, kebiasaan
minuman keras, merokok, konsumsi kafein, obat-obat AINS, pemakaian steroid, narktoika,
asupan kurang kalsium, vitamin D dan C.7

2.2.3 Manifestasi Klinis


Gejala hipertensi yang paling sering muncul adalah nyeri kepala. Hipertensi yang meningkat
dengan cepat dapat menimbulkan gejala seperti somnolen, rasa bingung, gangguan
penglihatan, mual dan muntah. Gejala lain hipertensi antara lain kepala pada pagi hari,
mimisan, detak jantung yang tidak teratur, bunyi berdengung pada telinga, rasa lelah, gelisah,
nyeri dada, tremor otot.16

2.2.4 Diagnosis Hipertensi


Hipertensi dapat didiagnosis dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dapat diajukan pertanyaan mengenai berat badan,

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

konsumsi garam dan kolesterol harian, aktivitas fisik, psikososial stresor, konsumsi alkohol,
obat, merokok, riwayat keluarga mhipertensi, penyakit kardiovaskuler, penyakit
serebrovaskuler, riwayat sleep apnoe, diabetes mellitus, dan dislipidemia.17
Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan pengukuran tekanan darah. Tekanan darah
dapat diukur dengan menggunakan dua metode, yaitu secara manual (metode auskultasi) dan
menggunakan alat ukur otomatis. Mengukur tekanan darah secara manual lebih
direkomendasikan karena menghasilkan pengukuran yang lebih akurat. Pada metode
pengukuran tekanan darah dengan menggunakan stetoskop (auskultasi), bunyi pertama
(timbulnya bunyi) dan terakhir (hilangnya bunyi) Korotkoff disebut sebagai tekanan darah
sistolik dan diastolik secara berurutan.18 Pemeriksaan lainnya seperti pengukuran tinggi dan
berat badan, lingkar pinggang, pemeriksaan mata dan jantung. Mengukur lingkar pinggang
untuk mengetahui adanya sindrom metabolik atau resiko mengidap diabetes tipe 2. Pasien
berisiko tinggi apabila pria lingkar pinggang >102 cm dan wanita >88 cm. Pada pemeriksaan
funduskopi dapat ditemukan peningkatan reflex cahaya arteriol, hemoragik, eksudat, dan
papiledema. Tanda-tanda gagal jantung sebagai komplikasi dari hipertensi dapat
diindikasikan dengan vena jugularis yang melebar, bunyi ronkhi basah pada pemeriksaan
jantung, pembesaran hati, dan edema perifer.19,20

2.2.5 Tatalaksana Hipertensi


Tujuan utama tatalaksana hipertensi yakni menurunkan tekanan darah < 140/90 mmHg atau
< 130/80 mmHg untuk pasien dengan diabetes atau gagal ginjal kronik. Namun pada
kenyataannya kebanyakan pasien memerlukan dua macam obat untuk mencapai hasil yang
diinginkan.21
2.2.5.1 Tatalaksana Non-Farmakologi
Beberapa tatalaksana non-farmakologi yang dapat dilakukan, antara lain:19,21
1 Menurunkan berat badan pada pasien yang obesitas. Mengkontrol berat badan sampai
dengan hasil IMT 18,5–24,9 kg/m2 . Dengan menurunkan berat badan dapat
menurunkan 5-20 mmHg/10kg BB

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

2 Mengatur diet garam yaitu <100 mmol perhari (2,4 gram sodium atau 6g sodium
klorida) yang mana dapat menurunkan tekanan darah 2-8 mmHg
3 Olahraga teratur yaitu minimal 30 menit setiap kali olahraga sebanyak 3-4 kali
seminggu dan dapat menurunkan tekanan darah 3-7 mmHg
4 Batasi konsumsi alkohol untuk pria < 30ml/hari, perempuan <15 ml/hari
5 Berhenti merokok pada pasien yang aktif merokok
6 Makan banyak buah dan sayuran dengan Dietery Approach to Stop Hypertension
(DASH) dapat mengurangi tekanan darah 8-14 mmHg

2.2.5.2 Tatalaksana Farmakologi


Tatalaksana hipertensi pada penderita penyakit jantung dan pembuluh darah ditujukan pada
pencegahan kematian, infark miokard, stroke, pengurangan frekuensi dan durasi iskemia
miokard dan memperbaiki tanda dan gejala. Target tekanan darah yang telah banyak
direkomendasikan adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik < 90 mmHg.12

Gambar 2.2
Algoritma
Penatalaksanaan
Hipertensi.12

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

Tabel 2.2 Tatalaksana Farmakologi Hipertensi19

2.2.7 Komplikasi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, umumnya yang ditemui pada pasien
hipertensi adalah serebral (otak); stroke atau transient ischemic attack. Gangguan
penglihatan (retinopati), penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer, penyakit jantung;
hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokard, gagal jantung.7

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

2.3 Obesitas
Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak berlebihan di jaringan adiposa sehingga
dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Lemak daerah abdomen terdiri dari lemak subkutan
dan lemak intra-abdominal yang dapat diukur dengan pemeriksaan computed tomography
(CT) dan magnetic resonance imaging (MRI). Mobilisasi asam lemak bebas lebih cepat dari
daerah viseral dibandingkan lemak daerah subkutan.7

2.3.1 Epidemiologi
Berdasarkan data Riskesdas 2013 prevalensi obesitas dewasa menurut IMT/U didapatkan
tertinggi di provinsi Sulawesi Utara (24,0%) dan terendah di Nusa Tenggara Timur (6,2%).
Sedangkan prevalensi obesitas sentral tertinggi terdapat di DKI Jakarta (39,7%) dan terendah
di Nusa Tenggara Timur (15,2%).9

2.3.2 Faktor penyebab obesitas


Faktor-faktor penyebab obesitas diantaranya adalah lingkungan, genetik, sosioekonomi,
kebiasaan makan, dan pola hidup.7 Pola makan yang tinggi akan kandungan lemak (lemak
hewani), gula, produk hewani, dan rendahnya konsumsi karbohidrat komplek, serat, sayur
dan buah. Pola hidup seperti kurangnya aktivitas fisik dan banyaknya waktu luang yang
sering digunakan untuk menonton televisi.22

2.3.3 Klasifikasi obesitas


Berikut klasifikasi berat badan lebih dan obesitas menurut World Health Organization
(WHO) dan Asia Pasifik.7
Tabel 2.3 Klasifikasi Berat Badan Lebih Dan Obesitas Pada Orang Dewasa
Berdasarkan IMT Menurut WHO7
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat badan kurang < 18,5
Kisaran normal 18,5 – 24,9
Berat badan lebih > 25
Pra-Obes 25,0 – 29,9
Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri
Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

Obes tingkat I 30,0 – 34,9


Obes tingkat II 35,0 – 39,9
Obes tingkat III > 40

Tabel 2.4 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar
Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik7
Risiko Ko-Morbiditas

IMT Lingkar Perut


Klasifikasi
(kg/m2) < 90 cm (laki-laki) ≥ 90 cm (laki-laki)
< 80 cm (Perempuan) ≥ 80 cm (Perempuan)
Berat badan kurang < 18,5 Rendah (risiko meningkat Sedang
pada masalah klinis lain)
Kisaran Normal 18,5 – 22,9 sedang Meningkat
Berat badan lebih ≥ 23,0
Berat badan berisiko 23,0 – 24,9 Meningkat moderat
Obesitas I 25,0 – 29,9 Moderat berat
Obesitas II ≥ 30,0 Berat Sangat berat

Sumber: WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity


and its Treatment.

2.3.4 Pemeriksaan obesitas


Dalam menentukkan status gizi dewasa dapat diukur berdasarkan Indeks Massa Tubuh
(IMT), komposit tinggi badan (TB) dan IMT/Umur (U), pengukuran lingkar perut. Hubungan
antara lemak tubuh dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh dan proporsi tubuh, sehingga IMT
belum tentu menunjukkan kegemukan yang sama bagi semua populasi. Dalam menentukan
jumlah lemak tubuh dapat ditentukan in vivo dengan cara menimbang di bawah permukaan
air, Dual Energy X-Ray Absorptiometry (DEXA), mengukur tebal lipatan kulit.7
Pengukuran lingkar perut pada obesitas sentral dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti pemeriksaan CT, MRI, dan mengukur rasio antara lingkar perut dan lingkar pinggul.
Menurut WHO, pengukuran lingkar perut sebaiknya diukur pada pertengahan antara batas
bawah iga dan krista iliaka dengan menggunakan pita secara horizontal pada saat akhir
Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri
Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

ekspirasi dengan kedua tungkai dilebarkan sebesar 20-30 cm, selama pengukuran subyek
tidak menahan perutnya. Batas lingkar perut laki-laki adalah > 90 cm, sedangkan pada
perempuan adalah >80 cm, dinyatakan sebagai obesitas sentral.7,9

2.3.5 Manajemen berat badan


Penurunan berat badan dapat mengurangi faktor risiko diabetes, penyakit kardiovaskular,
menurunkan tekanan darah, mengurangi serum trigliserida, kolesterol total dan low-density
lipoproteins (LDL), serta meningkatkan kolesterol HDL. Empat pilar dalam menurunkan
berat badan yaitu diet rendah kalori, aktivitas fisik, perubahan perilaku dan obat-
obatan/pembedahan. Penurunan berat badan harus SMART; Specific, Measurable,
Achievable, Realistic, and Time limited. Tujuan menurunkan berat badan adalah mengurangi
berat badan sekitar 10% dari berat badan awal. Batas waktu untuk menurunkan berat badan
sebesar 10% adalah selama enam bulan terapi. Pasien yang tidak mampu mencapai
penurunan berat badan yang signifikan, dapat dilakukan pencegahan kenaikan berat badan
lebih lanjut..7

Gambar 2.3 Algoritma


Tatalaksana Obesitas.24

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

2.3.5.1 Strategi penurunan dan pemeliharaan berat badan


tiga elemen utama dalam menurunkan berat badan pada obesitas, yaitu kebiasaan makan,
aktivitas fisik, dan modifikasi gaya hidup. Berikut berbagai strategi yang dapat dilakukan
dalam menurunkan berat badan.7,24
 Terapi diet
Bertujuan untuk membuat defisit kalori sebesar 500-1000 kcal/hari, namun sebelum
melakukan terapi diet sebaiknya diukur kebutuhan energi basal terlebih dahulu.
Pengukuran kebutuhan energi basal dapat menggunakan rumus Harris-Benedict,
yaitu7:
Laki-laki: B.E.E = 66.5 + (13,75 x kg) + (5.003 x cm) – (6.775 x usia)
Wanita: B.E.E = 655.1 + (9.563 x kg) + (1.850 x cm) – (4.676 x usia)
Jenis asupan yang dapat diberikan pada obesitas adalah porsi kecil, perbanyak
konsumsi buah dan sayur, perbanyak konsumsi gandum utuh, kurangi makanan yang
digoreng, dan makanan yang mengandung lemak, hal tersebut bertujuan untuk
menurunkan konsentrasi kolesterol LDL. Referensi diet makronutrien yang
dikeluarkan oleh Institute of Medicine merekomendasikan bahwa 45–65% kalori
berasal dari karbohidrat, 20–35% lemak, dan 10–35% protein, sedangkan untuk
asupan serat harian 38g (pria) dan 25g (wanita) untuk orang di atas 50 tahun dan 30g
(pria) dan 21g (wanita) untuk mereka yang berusia di bawah 50 tahun.24
 Aktivitas fisik
Pada pasien obesitas terapi aktivitas fisik harus dimulai secara perlahan, dan
intensitas ditingkatkan secara bertahap. Aktivitas fisik dapat dimulai dengan berjalan
selama 30 menit dalam 3 kali seminggu dan ditingkatkan intensitasnya selama 45
menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu.7
 Terapi perilaku
Kognitif terapi bertujuan untuk membantu perubahan pola makan dan aktivitas fisik,
hal yang dapat dilakukan seperti mencatat, menimbang dan mengatur makanan dan
aktivitas hariannya. Selain itu dapat dilakukan manajemen stres, kontrol stimulus
Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri
Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

seperti menggunakan piring yang lebih kecil pada saat makan, tidak makan sambil
menonton televisi, serta dukungan sosial.24
 Farmakoterapi
Sibutramin ditambah dengan diet rendah kalori dan aktivitas fisik terbukti dapat
menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Sibutramin tidak diberikan pada
pasien dengan riwayat hipertensi, penyakit jantung, dan riwayat stroke dikarenakan
dapat efek samping dari obat ini adalah meningkatkan tekanan darah dan denyut
jantung. Orlistat dapat menghambat absorpsi lemak sebanyak 30%, pada pemberian
obat ini diperlukan penggantian vitamin larut lemak karena terjadi malabsorpsi
parsial.7
 Terapi bedah
Terapi ini hanya diberikan pada pasien obesitas berat BMI > 40 atau > 35 dengan
kondisi komorbid, dan pada pasien gagal terapi farmakoterapi dan menderita
komplikasi obesitas. Terapi bedah tersebut adalah bedah gastrointestinal (restriksi
gastrik lambung vertical gastric) atau bypass gastric (Roux-en Y).7

2.3.6 Komplikasi obesitas


Komplikasi pada obesitas diantaranya adalah hipertensi, toleransi glukosa terganggu,
diabetes melitus, dislipidemia, sindrom metabolik, penyakit jantung, obstructive sleep apnea,
gangguan reproduksi, osteoarthritis, dan kanker.23 Toleransi glukosa terganggu dan diabetes
melitus tipe 2 terjadi dikarenakan resistensi insulin. Resistensi insulin dikaitkan dengan
peningkatan sintesis hati dari VLDL dan gangguan lipoprotein lipase, yaitu enzim yang
terlibat dalam pembentukan HDL. Manifestasi dari dislipidemia pada obesitas seperti
menurunnya high density lipoprotein (HDL) dan peningkatan trigliserida. Hal tersebut
dikarenakan resistensi insulin. Pembersihan Very low density lipoprotein (VLDL) dalam
plasma berhubungan dengan sintesis hati dan katabolisme oleh lipoprotein lipase.
Obstructive Sleep Apnea pada obesitas terjadi karena peningkatan jaringan lemak di
sepanjang lumen jalan nafas, sehingga meningkatkan terjadinya gagal nafas.23

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

Gangguan reproduksi wanita seperti polycystic ovary syndrome (PCOS), ditandai


dengan anovulasi, hiperandrogenisme dan ovarium polikistik. Hal ini dikarenakan
peningkatan lemak viseral dikaitkan dengan hiperandrogenisme pada pasien PCOS, selain itu
penurunan resistensi insulin akibat dari penurunan berat badan atau obat dapat meningkatkan
sensitivitas insulin perifer sehingga meningkatkan terjadinya penyimpangan hormonal dan
ovulasi. Pada pria, obesitas sentral dikaitkan dengan impoten dan infertilitas. 23
Mekanisme osteoarthritis pada pasien obesitas disebabkan karena regangan kronis
pada sendi terkait dengan berlebihnya berat badan. Hal ini meningkat pada laki-laki dan
perempuan berusia diatas 65 tahun. Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker
rahim dan payudara, diduga karena tingginya kadar estrogen yang disintesis dari jaringan
lemak pada wanita gemuk.23

2.4 Kerangka Konsep

Obesitas Variabel bebas

Hipertensi Variabel tergantung

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain potong lintang.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di STW Ria Pembangunan Cibubur Periode Januari 2019
3.3 Populasi dan sampel
Populasi target penelitian ini adalah semua lansia (berusia diatas 60 tahun).
Populasi terjangkau penelitian ini adalah semua lansia yang berada di STW Ria
Pembangunan Cibubur Periode Januari 2019.
Sampel penelitian ini adalah semua lansia yang berada di STW Ria Pembangunan Cibubur
Periode Januari 2019 dan memenuhi kriteria inklusi
3.4 Perkiraan Besar Sampel
Dalam penelitian yang membedakan besarnya resiko antara dua proporsi dengan metode
potong lintang, rumus besar sampel minimal yang digunakan adalah:
Zα = 1,96 pada α = 5%
Zβ = 0,84 pada power = 80%
P1 = 0,418 (Proporsi responden kelompok tidak obesitas tetapi menderita hipertensi)
P2 = 0,718 clinical judgement Pproporsi responden kelompok tidak obesitas dan menderita
hipertensi)
(𝑧𝛼 √2𝑃𝑄 + 𝑧𝛽 √𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2 )2
𝑛1 = 𝑛2 =
(𝑃1 − 𝑃2)2
𝑛1 = 𝑛2 = 42 (𝑝𝑒𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑎𝑛)
Jumlah sampel minimal = n1 + n2 = 42 + 42 = 84 responden
Total responden yang diperlukan dalam penelitian ini berjumlah 74 responden.
Teknik pengambilan sampel dengan cara non-random consecutive sampling.
3.5 Kriteria Inklusi
Semua responden usia diatas 60 tahun

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

3.6 Cara Kerja Penelitian


Penelitian ini dilakukan oleh dua orang peneliti setelah meminta izin dari kepala Panti Sasana
Tresna Werdha Ria Cibubur, dan meminta informed consent dari para responden. Penelitian
ini dibantu oleh beberapa petugas dan dokter muda yang berada di Panti Sasana Tresna
Werdha Ria Cibubur. Pertama peneliti menanyakan kesediaan dari responden yang telah
memenuhi kriteria inklusi. Langkah selanjutnya berupa anamnesa data demografi, serta
pemeriksaan tekanan darah
3.7 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini, variabel tergantungnya adalah hipertensi sedangkan variabel bebas yang
diteliti adalah obesitas
3.8 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medis, sfignomamometer, dan
stetoskop
3.9 Definisi Operasional
1. Obesitas
 Definisi: akumulasi lemak berlebihan di jaringan adiposa
 Cara ukur: responden datang ke tempat pemeriksaan dan dilakukan pengukuran
berat badan dengan pakaian minimal dan tidak bertumpu pada benda apapun.
Selanjutnya pengukuran tinggi badan dengan pandangan lurus kedepan dan
bagian tumit serta punggung atas menyentuh dinding
 Alat ukur: timbangan dan microtoise
 Hasil ukur: kg/m2
 Skala ukur: data numerik, skala interval
2. Hipertensi
 Definisi: Tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg atau tekanan darah diastolic
diatas 90 mmgH
 Cara ukur: Responden datang ke tempat pemeriksaan dalam keadaan duduk
tenang selama 5 menit kemudian diukur tekanan darahnya sebanyak 1 kali.
Manset diletakan di lengan sebelah kanan, lalu manset dikencangkan. Dengan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri
Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

menggunakan stetoskop, dengarkan denyut nadi arteri brakialis, kemudian


sfigmomanometer dipompa sampai denyut nadi tidak terdengar lagi. Turunkan
perlahan-lahan, maka saat terdengar denyut nadi pertama merupakan tekanan
sistolik, dan saat denyut nadi menghilang merupakan tekanan diastolik.
 Alat ukur: tensi meter merek Riester dan stetoskop merek Litman
 Hasil ukur: 1. hipertensi dan 2 Tidak hipertensi
 Skala ukur: data kategorik, skala nominal

3.10. Analisis Data


3.10.1 Analisis asosiasi statistik
Analisis asosiasi statistik menggunakan uji statistik chi square, karena variabel bebas
bersifat kategorik dan variabel tergantung bersifat kategorik. Jika tidak memenuhi
syarat dari chi square maka dilakukan uji alternative berupa uji Fisher Exact.
Asosiasi statistik dikatakan bermakna apabila p-value < 0,05 dan dikatakan tidak
bermakna apabila p-value ≥ 0,05. Kemaknaan menunjukkan adanya hubungan
hubungan secara statistik antara kedua variabel yang diteliti.
3.10.2 Analisis asosiasi epidemiologi
Analisis asosiasi epidemiologi didapatkan dengan menghitung Prevalence Ratio (PR)
dikarenakan desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dan sifat kedua
variabel yang diteliti adalah kategorik.
Hipertensi Hipertensi
Obesitas a b
Tidak Obesitas c d
P1 adalah proporsi responden kelompok tidak obesitas tetapi menderita hipertensi
(c/c+d)
P2 adalah proporsi responden kelompok tidak obesitas dan menderita hipertensi
(a/a+b)
Prevalence Ratio (PR) = P2/P1
Jika PR = 1, berarti resiko kelompok tidak obesitas dengan yang obesitas adalah sama
besarnya untuk terkena hipertensi
Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri
Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

Jika PR > 1, berarti resiko kelompok obesitas lebih besar untuk terkena hipertensi
dibanding dengan yang kelompok tidak obesitas
Jika PR < 1, berarti resiko kelompok obesitas lebih kecil unuk terkena hipertensi
dibanding dengan yang tidak obesitas

3.11 Alur Penelitian


E
Responden datang Tidak obesitas

K
Obesitas E
L
U
Ditanyakan
kesediaannya
Tidak bersedia A
mengikuti penelitian R
Bersedia

Dilakukan anamnesis Dilakukan pengisian


data demografi kuesioner

Diperoleh data Diperoleh data


demografi responden insomnia

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1. Karakteristik Responden STW Cibubur Periode Januari 2019


Penelitian dilaksanakan di STW Ria Pembangunan Cibubur pada Januari 2019 dan
didapatkan 63 responden. Diketahui dari hasil analisa, responden didominasi oleh Perempuan
sebanyak 44 (69.8%) responden, kelompok usia antara 75 hingga 90 tahun sebanyak 35
(55.6%), beragama Islam 57 (90.5%), serta status pernikahan duda/janda akibat meninggal.
Rata-rata berat badan responden sebesar 55.62 (10.62) kg, tinggi badan sebesar 157.54 (7.58)
cm dan indeks massa tubuh (IMT) 22.43 (3.73) kg/m2. Ditinjau dari segi status gizi,
didapatkan obesitas sebanyak 10 (14.9%) responden dan tidak obesitas sebanyak 53 (84,1)
responden. Ditinjau dari segi hipertensi (HT) didapatkan 4 (11,7%) responden mengalami
HT tidak terkontrol, 47 (74.6%) responden mengalami HT terkontrol dan 12 (19,0%)
responden tidak mengalami HT.

Tabel 4.1. Karakteristik Responden STW Cibubur periode Januari 2019


Parameter N (%) Mean (SD) Med (Min – Max)
Jenis Kelamin
 Laki-Laki 19 (30.2%)
 Perempuan 44 (69.8%)
Usia 78.65 (8.25) 78 (60 – 97)
 Elderly 6 (9.5%)
 Old 35 (55.6%)
 Very Old 22 (34.9%)
Agama
 Islam 57 (90.5%)
 Katholik 4 (6.3%)
 Kristen 2 (3.2%)
Status Pernikahan
 Duda/ janda akibat meninggal 31 (49.2%)
 Duda/ janda akibat bercerai 16 (25.4%)
 Masih menikah dengan yang 2 (3.2%)
pertama
 Tidak menikah 14 (22.2%)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

Pendidikan
 SD 6 (9.5%)
 SMP 8 (12.7%)
 SMA 19 (30.2%)
 D3 8 (12.7%)
 S1 19 (30.2%)
 S2 1 (1.6%)
1 (1.6%)
 S3
Berat Badan 55.62 (10.62) 54.5 (22.9 – 85.00)
Tinggi Badan 157.54 (7.58) 157 (136 – 174)
IMT 22.43 (3.73) 21.88 (12.38 – 34.15)
 Obesitas 10 (14.9%)
 Tidak Obesitas 53 (84,1)
TDS 116.98 (8.16) 120 (100 – 140)
TDD 72.06 (7.65) 70 (60 – 90)
 HT Tidak Terkontrol 4 (6.3%)
 HT Terkontrol 47 (74.6%)
 Normal 12 (19.0%)

4.2 Perbedaan Rerata Tekanan Darah pada kelompok obesitas dan tidak obesitas di
STW Cibubur
Berdasarkan uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov dan Shapiro Wilk
didapatkan sebaran data yang normal. Berdasarkan uji statistik Independent Sample T-test,
tidak didapatkan perbedaan rerata IMT yang bermakna antara kelompok HT dan tidak HT (p-
value = 0.106). Perbedaan rerata IMT antar kelompok HT dan tidak HT sebesar 1,94 (1,18)
kg/m2.

Parameter IMT P
N Normalitas Mean (SD) Mean
Difference
Tekanan Hipertensi 51 0,089** 22,71 (3,96) 1,94 (1,18)
0,106****
Darah Tidak 12 0,097* 20,77 (1,93) (-0,422 – 4,3)
Hipertensi
* Uji Normalitas menggunakan Shapiro Wilk; ** Uji Normalitas menggunakan Kolmogorov
Smirnov, *** Levene test menunjukkan variasi normal (0.106) ; **** Uji menggunakan
independent t-test

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

4.3 Hubungan Klasifikasi Obesitas dengan Hipertensi


Berdasarkan uji statistik Fisher Exact, didapatkan hubungan tidak bermakna antara obesitas
dengan kejadian hipertensi (p-value = 0.186) dimana secara epidemiologi didapatkan bahwa
responden dengan obesitas memiliki risiko 1.293 kali (PR = 1.293) lebih tinggi untuk
mengalami hipertensi daripada responden tidak obesitas.

Parameter Hipertensi PR IK (95%) p


Iya Tidak Lower Upper
Obesitas Obesitas 10 0 1,293 1,117 1,495 0.186
(100%) (0%)
Tidak 41 12
Obesitas (77,4%) (22,6%)
* Analisa menggunakan Fisher Exact

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Temuan Penelitian
Dari hasil analisis, uji statistik Fisher Exact, didapatkan hubungan tidak bermakna antara
obesitas dengan kejadian hipertensi (p-value = 0.186) dimana secara epidemiologi
didapatkan bahwa responden dengan obesitas memiliki risiko 1.293 kali (PR = 1.293) lebih
tinggi untuk mengalami hipertensi daripada responden tidak obesitas. Penelitian kedua yang
sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian dari Sri Agustina, Siska Mayang Sari, Reni
Savita berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI
PADA LANSIA DI ATAS UMUR 65 TAHUN” dengan hasil penelitian dari 87 responden
lansia rawat jalan di Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru yang dilakukan pemeriksaan
dengan melakukan wawancara dengan kuesioner, mengukur tekanan darah dan mengukur
IMT. Gambaran yang diperoleh adalah lansia dengan obesitas yang memiliki hipertensi
61,5%, sedangkan yang tidak obesitas 71,6%. Dari hasil analisis menggunakan uji Fisher,
didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi (p-
value = 0.518) dimana secara epidemiologi didapatkan bahwa responden dengan obesitas
memiliki risiko 0,634 kali (OR = 0,634) lebih tinggi untuk mengalami hipertensi daripada
responden tidak obesitas. Tidak terdapatnya hubungan tersebut kemungkinan disebabkan
oleh adanya faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap hipertensi seperti keturunan,
olahraga, stres, merokok, dan jenis kelamin. Sedikit perbedaan terjadi hanyalah dikarenakan
faktor demografi dan faktor wilayah dari tempat pengambil sampel.25
Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian dari Fany Ilyasa
Gusti, Ridha Abduh, Budiastutik Indah yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA
OBESITAS, POLA MAKAN, AKTIFITAS FISIK, MEROKOK DAN LAMA TIDUR
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA” dengan hasil penelitian dari 150
responden lansia rawat jalan di Desa Limbung Dusun Mulyorejo dan Dusun Sido Mulyo
yang dilakukan pemeriksaan dengan melakukan wawancara dengan kuesioner dan mengukur
lingkar perit dengan tali pita. Gambaran yang diperoleh adalah lansia dengan obesitas yang
memiliki hipertensi 30,2%, sedangkan yang tidak obesitas 69,8%. Dari hasil analisis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

menggunakan uji Chi Square, didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara obesitas
dengan kejadian hipertensi (p-value = 0.119) dimana secara epidemiologi didapatkan bahwa
responden dengan obesitas memiliki risiko 1.808 kali (OR = 1.808) lebih tinggi untuk
mengalami hipertensi daripada responden tidak obesitas. Tidak terdapatnya hubungan
tersebut kemungkinan disebabkan rutinitas responden sebagai petani yang mengeluarkan
kalori dan energi lebih banyak. Sedikit perbedaan terjadi hanyalah dikarenakan faktor
demografi dan faktor wilayah dari tempat pengambil sampel.26 Penelitian ketiga yang sejalan
dengan penelitian ini adalah penelitian dari Grelvan Iftan Suangga yang berjudul
“HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT
PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN” dengan hasil dari 68 pasien rawat jalan
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin yang diperoleh dari rekam medik,
gambaran obesitas dengan hipertensi adalah 55.9%, berat badan normal dengan hipertensi
adalah 33.8%, dan gambaran berat badan kurang dengan hipertensi adalah 10.3%. Dari hasil
analisis menggunakan uji Spearman’s rank, didapatkan hubungan yang bermakna antara
obesitas dengan kejadian hipertensi (p-value = 0.597.) dimana secara epidemiologi
didapatkan bahwa responden dengan obesitas memiliki risiko 0,532 kali (R = 0,532) lebih
tinggi untuk mengalami hipertensi daripada responden tidak obesitas. Sedikit perbedaan
terjadi hanyalah dikarenakan faktor demografi dan faktor wilayah dari tempat pengambil
sampel.27
Penelitian yang tidak sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian dari Iva Yana
Kembuan, Grace Kandou, Wulan P.J. Kaunang yang berjudul “HUBUNGAN OBESITAS
DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI PADA PASIEN POLIKLINIK PUSKESMAS
TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
” dengan hasil analisis
menggunakan uji statistik kepada 124 responden rawat jalan di poliklinik umum puskesmas
touluaan kabupaten minahasa tenggara, diperoleh hasil hubungan yang bermakna antara
obesitas dengan kejadian hipertensi (p-value = 0.000) dengan nilai OR 3,48, hal tersebut
menunjukkan bahwa responden yang mengalami obesitas berisiko 3,4 kali mengalami
hipertensi dibandingkan yang tidak obesitas.28 Penelitian lain yang tidak sesuai dengan
penelitian ini adalah penelitian dari Maidatul Hasanah, Dyah Widodo, Esti Widiani yang

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

berjudul “HUBUNGAN OBESITAS DENGAN HIPERTENSI PADA MASYARAKAT DI


WILAYAH RW 13 DUSUN MOJOSARI DESA NGENEP KECAMATAN
KARANGPLOSO” dengan hasil penelitian ini, responden yang obesitas dengan hipertensi,
sebanyak 42 orang (64%) dari total 66 responden. Hasil uji Spearman’s rank menunjukkan
bahwa p-value = 0.000 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara obesitas dengan kejadian hipertensi di Dusun Mojosari Desa Ngenep Kecamatan
Karangploso.29

5.2 Keterbatasan Penelitian


5.2.1 Bias seleksi
Dalam penelitian ini, bias seleksi dapat disingkirkan dikarenakan metode pengambilan
sampel menggunakan cara non-random consecutive sampling.
5.2.2 Bias informasi
Dalam penelitian ini, kemungkinan terdapat bias informasi dari peneliti dapat dihindari
dikarenakan pengukuran umur, obesitas dan hipertensi dilakukan oleh dua orang peneliti
yang berbeda, dan bias responden dapat dihindari, dikarenakan pengukuran hipertensi
dilakukan dengan metode pemeriksaan fisik.
5.2.3 Bias Perancu
Dalam penelitian ini, bias perancu tidak dapat dihindari. Faktor perancu potensial meliputi
jenis kelamin, ras, pola makan, penyakit tertentu, dukungan keluaga dan konsumsi obat-
obatan tertentu. Untuk menyingkirkan bias perancu perlu dilakukan analisa multivariat.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
 Proporsi responden yang hipertensi di STW Ria Pembangunan Cibubur adalah 51
(80.9%) responden
 Proporsi responden obesitas dan menderita hipertensi di STW Ria Pembangunan
Cibubur adalah 10 (100%) responden
 Hubungan antara obesitas dengan hipertensi di STW Ria Pembangunan Cibubur
adalah berdasarkan uji statistik Fisher Exact, didapatkan hubungan tidak bermakna
antara obesitas dengan kejadian hipertensi (p-value = 0.186) dimana secara
epidemiologi didapatkan bahwa responden dengan obesitas memiliki risiko 1.293 kali
(PR = 1.293) lebih tinggi untuk mengalami hipertensi daripada responden yang tidak
obesitas.

6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk
dilaksanakan, yaitu:
Kepada responden:
 Menganjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat untuk mencegah timbulnya faktor
risiko yang dapat dimodifikasi
Kepada panti:
 Memberikan kegiatan untuk menekan angka obesitas dan hipertensi.
 Melakukan skrining berkala perihal kejadian obesitas
Kepada peneliti selanjutnya:
 Dilakukan analisa multivariat yang lebih mendalam

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

DAFTAR PUSTAKA

1 Republik Indonesia. 1998. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998, Nomor 190. Sekretariat Negara.
Jakarta.
2 Kemenkes RI Pusat Data dan Informasi. Analisis Lansia di Indonesia. Kemenkes RI. Jakarta.
2017.
3 Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. INFODATIN (2014). Hipertensi. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
4 WHO. Raised Blood Pressure.
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/ Accessed
November 20, 2013
5 The Seventh Repot of the Joint national Comitte on Prevention, detection, evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure. 2004
6 Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease. 8th
ed. Philadelphia : Saunders, An imprint of Elsevier Inc. 2010 : 438-442.
7 Setiati S, Alwi I. Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2018.
8 World Health Organization (2018). World Health Statistic 2018. Luxembourg: WHO.
9 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta.
10 Mahmood Syed S, Levy Daniel, Vasan Ramachandran S (2014). The Framingham Heart Study
and The Epidemiology of Cardiovascular Disease : A Historical Perspective. Available at :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4159698/
11 Sulastri Delmi, Elmatris, Ramadhani Rahmi (2012). Hubungan Obesitas dengan Kejadian
Hipertensi pada Masyarakat Etnis Minangkabau di Kota Padang. Majalah Kedokteran Andalas
No.2. Vol. 36
12 Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (2015). Pedoman Tatalaksana
Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. Jakarta: Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia.
13 Oparil S. Pathogenesis Of Hypertension. Annals of Internal Medicine. 2003;139(9):761-777.
14 Rimoldi S. Secondary Arterial Hypertension: When, Who, And How To Screen?. European Heart
Journal Advance Access. 2013;:1-12.
15 DPhil PSear J. Hypertension : Pathophysiology And Treatment. Continuing Education in
Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri
Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

Anaesthesia, Critical Care & Pain [Internet]. 2004 [cited 12 December 2018];4(3). Available
from: https://ceaccp.oxfordjournals.org/content/4/3/71.full.pdf
16 Hypertension [Internet]. World Health Organisation Regional Office for South-East Asia. 2016
[cited 12 December 2018]. Available from:
http://www.searo.who.int/entity/noncommunicable_diseases/media/non_communicable_diseases
_hypertension_fs.pdf
17 Kenning IKerandi H. Health Care Guideline Hypertension Diagnosis and Treatment [Internet].
Institute for Clinical Systems Improvement. 2014 [cited 12 December 2018]. Available from:
https://www.icsi.org/_asset/wjqy4g/HTN.pdf
18 Unsworth J. Man Versus Machine : The Importance Of Manual Blood Pressure Measurement
Skills Amongst Registered Nurses. Journal of Hospital Administration. 2015;4(6):61-67.
19 Weber M. Clinical Practice Guidelines For The Management Of Hypertension In The
Community. The Journal of Clinical Hypertension. 2010;:1-13.
20 Kasper, Braunwald, Fauci, et al. Harrison’s principles of internal medicine 17th edition. New
York: McGrawHill:2008
21 Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, et al. Seventh Report
of Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
[Internet]. 2003 [cited 12 December 2018]. Available from:
http://hyper.ahajournals.org/content/hypertensionaha/42/6/1206.full.pdf
22 Chan Ruth, Woo Jean (2010). Prevention of Overweight and Obesity: How Effective is the
Current Public Health Approach. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2872299/
23 Malawi Medical Journal (2014). Complication of Obesity in Adults: A short review of the
literature. Liverpool: Malawi Wellcome Liverpool Trust.
24 Robert F. Kushner (2015). Harrison’s Principles of Internal Medicine : Evaluation and
Management of Obesity, pp. 2392. New York.
25 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA
LANSIA DI ATAS UMUR 65 TAHUN
26 HUBUNGAN ANTARA OBESITAS, POLA MAKAN, AKTIFITAS FISIK,
MEROKOK DAN LAMA TIDUR DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA
LANSIA

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi Suharlyn Putri Arnelia (406162038)

27 Grelvan Iftan Suangga. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Hipertensi Di Rumah
Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin
28 Hubungan Obesitas Dengan Penyakit Hipertensi Pada Pasien Poliklinik Puskesmas
Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara
29 Hubungan Obesitas Dengan Hipertensi Pada Masyarakat Di Wilayah Rw 13 Dusun
Mojosari Desa Ngenep Kecamatan Karangploso

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019

Anda mungkin juga menyukai