Kriteria diagnosis sindrom frailty menurut The Frailty Task Force dari
American Geriatric Society adalah bila terdapat tiga dari lima gejala
berikut:
• penurunan berat badan yang tidak diinginkan (4-5 kg dalam 1 tahun)
• kelelahan yang disadari sendiri
• kelemahan (kekuatan genggam tangan pada tangan dominan)
• kecepatan berjalan yang kurang
• penurunan aktivitas fisik (< 20% dari pengeluaran kalori.
PENDAHULUAN
Prevalensi frailty di dunia 7% pada usia lanjut di masyarakat
berusia 65 tahun ke atas mencapai 30% pada usia lanjut 80 tahun
atau lebih.
• Peneliti menjelaskan alasan adanya subjek yang Drop Out (DO), beserta
alasannya, walaupun kurang detail (hanya dijelaskan mundur atas
permintaan sendiri), dan tidak ikut dimasukkan dalam analisis penelitian
• Terdapat pengawasan yang berkala dan objektif yang dilakukan oleh staf
perwat, yaitu 5 kali/minggu dalam bentuk CRF (Case Record Form)
Semua staf perawat dan fisioterapis telah menjalani training Good Clinical
Practice.
1. Regimen olahraga
• PRE -> teridiri atas 4 series latihan resistens dengan bantuan elastik
band resistive terstandarisasi terdiri atas 3x10 penarikan band
pada tiap kelompok otot (fleksi dan ekstensi lutut kanan dan kiri, felsi
dan ekstensi panggul kanan dan kiri)
.
Elastik band resistive yang sudah dikalibrasi (Thera-BandR colour-
coding system) dialokasikan sesuai dengan kemampuan subjek
Kode warna kuning (50 cm stretch, 2 kali lipatan band setara dengan
20 N) dan merah (50 cm stretch, 2 kali lipatan band setara dengan 30
N).
PENILAIAN VALIDITAS/KESAHIHAN
3. Suplementasi Nutrisi NUTRIDRINKR, rasa strawberry diberikan
1 kali sehari selama 7 minggu, erdiri atas 300 kkali setiap 200 ml
(terdiri atas 49% karbohidrat, 35% lipid, 16% protein, 25% mineral an
vitamin) compliance dipastikan oleh perawat yang sudah terlatih
kemudian didokumentasikan dalam CRF/Case Report Form.
• Perbaikan mobilitas tertinggi pada Grup III dengan skor Tinneti dan
6-MW (13,1 ± 3,3 pada skor Tinetti-Balance, p=0,01; dan 299±110
pada skor 6 MW test, p=0,002))
PENILAIAN KEPENTINGAN/IMPORTANCE
Subjek yang diteliti dalam penelitian lansia frail yang berasal dari panti
jompo dan yang hidup mandiri menyerupai keadaan lansia di
Indonesia karena compliance lansia biasanya akan lebih baik jika
dilakukan di panti jompo dan sekitar 25,2% lansia Indonesia mengalami
frail.
Angka drop out 12% maka penelitian ini dapat diterapkan pada
sampel terpilih di Indonesia (batas toleransi 10-20%).
.
PENILAIAN APPLICABILITY/KEMAMPUAN
TERAPAN
• Peneliti menjelaskan alasan adanya subjek yang Drop Out (DO), beserta
alasannya, walaupun kurang detail (hanya dijelaskan mundur atas permintaan
sendiri), dan tidak ikut dimasukkan dalam analisis penelitian
• Intervensi dan outcome yang diberikan menggunakan instumen yang jelas dan
terstandarisasi, serta dijelaskan dengan detail oleh peneliti
• Terdapat pengawasan yang berkala dan objektif yang dilakukan oleh staf
perwat, yaitu 5 kali/minggu dalam bentuk CRF (Case Record Form)
PERBANDINGAN DENGAN PENELITIAN LAIN
• Penelitian oleh Buchner et al menyatakan bahwa frailty
merupakan keadaan penurunan fungsi fisik dan terkait dengan
kemungkinan disabilitas, dimana penurunan aktivitas dan diet yang
inadekuat menjadi kontribusi utama. Sehingga dibutuhkan perbaikan
pada mobilitas, kekuatan otot, dan status nutrisi
1.Setiati S, Aryana S, Seto E, Sunarti S, Widajanti N, Dwipa L, et al. Frailty Status and
Its Associated Factors Among Indonesian Elderly People. Inovation in Aging.
2017:1;386
2.Setiati S. Geriatric Medicine, Sarkopenia, Frailty, dan Kualitas Hidup Pasien Usia
Lanjut : Tantangan Masa Depan Pendidikan, Penelitian dan Pelayanan Kedokteran di
Indonesia. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Indonesia. December
2013:1(3);234-241
PICO
Patients/Population
• Lansia frail dengan usia 60-95 tahun
Intervention
• Pemberian intervensi PER dan suplementasi nutrisi
Comparison
• Pemberian intervensi Standard Exercise dan suplementasi plasebo
Outcome
• Perubahan pada kapasitas fungsional (kekuatan otot, kemampuan berjalan
dan keseimbangan)
CHECK LIST UMUM STRUKTUR
DAN ISI MAKALAH (Sudigdo, 2014)
No Kriteria Ya (Ya)
Tidak ada (Tidak)
TR (Tidak relevan)
Judul Makalah
1 Tidak terlalu panjang atau terlalu pendek Ya
2 Menggambarkan isi utama penelitian Ya
3 Cukup menarik Ya
Metode
16 Disebutkan desain, tempat dan waktu penelitian Ya
Hasil
37 Ketepatan numerik dinyatakan dengan benar Ya
38 Penulisan tabel dilakukan dengan tepat Ya
39 Tabel dan ilustrasi informatif dan memang diperlukan Ya
LAIN-LAIN
67 Bahasa yang baik dan benar, enak dibaca, Ya
informatif dan efektif
68 Makalah ditulis dengan ejaan yang taat azas Ya
CHECKLIST OXFORD
1a. R- Was the assignment of patients to treatments randomised?
What is best? Where do I find the information?
Centralised computer randomisation is ideal The Methods should tell you how patients
and often used in multi-centred trials. were allocated to groups and whether or not
Smaller trials may use an independent randomisation was concealed.
person (e.g, the hospital pharmacy) to
“police” the randomization.
Comment: Total adalah 80 subjek setelah 7 minggu (38 dari panti jompo dan 42 yang tinggal
mandiri). Alasan subjek yang DO adalah 10 karena keinginan sendiri, dan 1 karena kejadian serius
akibat regimen olahraga
CHECKLIST OXFORD
3. M - Were measures objective or were the patients and clinicians kept “blind” to which
treatment was being received?
What is best? Where do I find the information?
It is ideal if the study is ‘double-blinded’ – First, look in the Methods section to see if
that is, both patients and investigators are there is some mention of masking of
unaware of treatment allocation. If the treatments, eg., placebos with the same
outcome is objective (eg., death) then appearance or sham therapy. Second, the
blinding is less critical. If the outcome is Methods section should describe how the
subjective (eg., symptoms or function) then outcome was assessed and whether the
blinding of the outcome assessor is critical. assessor/s were aware of the patients'
treatment.
• Terdapat perbedaan bermakna pada kekuatan otot di semua kelompok gerakan, antara grup I dan grup II
dibandingkan dengan Grup III dan IV, p< 0,05. Tetapi peningkatan tersebut tidak berkorelasi dengan
kemampuan berjalan
PRE merupakan regimen yang dapat meningkatakan kekuatan otot, dengan atau tanpa suplementasi nutrisi
• Perbaikan mobilitas tertinggi pada Grup III dengan skor Tinneti dan 6-MW (13,1 ± 3,3 pada skor Tinetti-
Balance, p=0,01; dan 299±110 pada skor 6 MW test, p=0,002))
• Terdapat perbaikan yang signifikan dalam mobilitas (dengan 6 MW test) hpada grup yang diberikan regimen
SE setelah 7 minggu (Grup III 36,4 ± 55,1, p=0,009 ; Grup IV 35,7 ± 58,9, p=0,01)
• Terdapat perbaikan yang signifikan dalam perbaikan otot kaki pada kelompok yang diberikan regimen PRE
(Grup I dan Grup II) setelah 7 minggu, rerata 3,5-6,6 N/otot, p<0,05
CHECKLIST OXFORD
What is the measure? What does it mean?
Perubahan setelah dengan sebelum intervensi.
Perubahan pada kapasitas fungsional (kekuatan otot, kemampuan berjalan, dan keseimbangan)
Absolute Risk Reduction (ARR) = risk of the outcome in the The absolute risk reduction tells us the absolute difference in the rates of events
control group - risk of the outcome in the treatment group. This is between the two groups and gives an indication of the baseline risk and
also known as the absolute risk difference. treatment effect. An ARR of 0 means that there is no difference between the two
groups thus, the treatment had no effect.
The questions that you should ask before you decide to apply the results of the study to
your patient are:
• Is my patient so different to those in the study that the results cannot apply? Yes
(Karakteristik subjek serupa dengan kondisi di Indonesia, termasuk compliance)
• Is the treatment feasible in my setting? Yes (Dapat laksana, dan bukan merupaka hal
yang baru di Indonesia)
• Will the potential benefits of treatment outweigh the potential harms of treatment for my
patient? Yes (Studi ini sejalan dengan tata laksana komprehensif pada pasien geriatric)
THANK YOU