Anda di halaman 1dari 5

EPIDEMIOLOGI HIV DAN AIDS

DISUSUN OLEH:
RETNO DWI LESTARI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
2020
RESUME
EPIDEMIOLOGI HIV/AIDS
A. SEJARAH HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency virus) dan AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome) merupakan permasalah darurat untuk seluruh dunia dimana
kasus ini pertamakali dilaporkan di Los Angeles (Dr.Gotlibb, 1981) dimana kasus
pertama ditemukan pada lima orang remaja yang aktif melakukan aktivitas
seksual dan merupakan homoseksual. Gejala yang ditimbulkan antara lain
penurunan imunitas dan infeksi Pneumonicystis Carinii Pneumonia (PCP).
Sedangkan di Indonesia kasus pertama dilaporkan di Bali pada tahun 1987
diamna terdapat seorang warga negara asing yang telah terdiagnosa HIV 2 tahun
sebelumnya dan merupakan homoseksual.
Berdasarkan laporan United Nations Programme on HIV and AIDS
(UNAIDS) pada tahun 2014 diketahui bahwa 35 juta orang didunia hidup dengan
HIV dan 19 juta diantaranya tidak tahu bahwa dirinya positif menderita HIV. Di
tahun 2016 prevalensi HIV dan AIDS mengalami penurunan dari 0,40 per 1.000
populasi menjadi 0,26 per 1.000 populasi. Di akhir tahun 2017 penderita HIV
diseluruh dunia mencapai 36,9 juta jiwa, dengan 940.000 meninggal, 1,8 juta jiwa
baru terinfeksi atau 5.000 orang terinfeksi perharinya (UNAIDS, 2018). Pada
tahun 2019 jumlah penderita HIV diseluruh dunia adalah 38 juta jiwa dengan
81% mengetahui status terinfeksi HIV dan 7,1 juta diantaranya tidak mengetahui
status terinfeksi HIV. Selain itu 36,2 juta orang dengan HIV-AIDS (ODHA)
merupakan usia dewasa dan 1,8 juta diantaranya merupakan anak-anak dengan
usia 0-14 tahun. Dari jumlah ini pula diketahui bahwa 1,7 juta diantaranya
merupakan kasus baru dan 690.000 jiwa meninggal akibat HIV-AIDS
(UNAIDS,2020).
Berdasarkan data UNAIDS pada tahun 2019 yang dilansir pada laman resmi
UNAIDS tahun 2020 dapat diketahui bahwa kasus baru HIV telah menurun 40%
sejak puncak terjadinya kasus ini di tahun 1998 yakni dari 2,8 juta menjadi 1,7
juta kasus. Hal ini berbanding lurus dengan penurunan angka kematian akibat
AIDS sebanyak 60% sejak puncaknya di tahun 2004 dengan jumlah 1,7 juta
menjadi 690.000. United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS)
melaporkan penurunan kasus sejak 10 tahun terakhir, dimana terjadi penurunan
23% untuk kasus baru dan 39% untuk angka kematian akibat AIDS
(UNAIDS,2020). Berdasarkan analisa yang telah dilakukan UNAIDS (2020)
terkait HIV-AIDS sebagai dampak pandemi Covid-19 dimana akan terjadi
peningkatan biaya ekspor obat antiretroviral (ARV) sebanyak 10-25% yang
apabila selama 6 bulan akan terjadi gangguan pengobatan maka dapat
menyebabkan lebih dari 500.000 kematian akibat AIDS, dan terjadi peningkatan
kasus infeksi HIV pada anak dibeberapa negara seperti Melawai (162%), Uganda
(139%), Zimbawe (106%), dan Mozambik (83%).
Di Indonesia menurut laporan ........... (SIHA) 2015 jumlah penderita HIV
mencapai 30.935 jiwa, dengan 7.123 jiwa berusia 0-24 tahun, 21.810 jiwa berusia
25-49 tahun dan 2.002 berusia diatas 50 tahun, selain itu 59,4% merupakan laki-
laki dan 40,6% perempuan. Angka ini mengalami perubahan di tahun 2016
menjadi 41.250, dengan 63,3% laki-laki, 36,7% perempuan, 9.973 jiwa berusia 0-
24 tahun, 28.602 jiwa berusia 25-49 tahun, dan 2.675 berusia diatas 50 tahun. Di
tahum 2017 angkanya bertambah menjadi 48.300 jiwa dengan 63,6% laki-laki
serta 36,4% perempuan. Sedangkan jika berdasar usia 11.307 jiwa berusia 0-24
tahun, 33.448 jiwa berusia 25-49 tahun, dan 3.545 jiwa berusia diatas 50 tahun.
Tahun 2018 jumlah penderita HIV bertambah menjadi 46.659 dengan persentase
63,8% laki-laki dan 36,2% perempuan, jumlah penderita HIV yang berusia 0-24
tahun sebanyak 9.949 jiwa, 32.847 jiwa berusia 25-49 tahun, dan 3.863 berusia
diatas 50 tahun. Di tahun 2019 penderita HIV bertambah menjadi 50.282 jiwa,
dengan 10.491 jiwa diantaranya berusia 0-24 tahun, 35.393 jiwa berusia 25-49
tahun dan 4.398 jiwa berusia diatas 50 tahun (P2P, 2019). Meskipun prevalensi
jumlah penderita HIV di Indonesia mencapai 0,19 per 1.000 populasi akan tetapi
berdasarkan laporan UNAIDS (2018) kepada WHO (2018) angka ini masih
dibawah angka global (0,26 per 1.000 populasi). Meski demikian hal ini bukan
berarti baik bai Indonesia karena Indonesia berada diatas rata-rata angka HIV
negara Asia Tenggara (0,08 per 1.000 populasi) dan menduduki urutan tertinggi
ketiga jumlah penderita baru terbanyak di Asia Pasifik setelah India dan China
(Utami, 2018).
Di Sumatera Selatan kasus HIV berjumlah 175 jiwa pada tahun 2015,
kemudian menurun pada tahun 2016 menjadi 115 jiwa, dan kembali bertambah
menjadi 170 jiwa di tahun 2017, dan 435 kasus dengan jumlah laki-laki 317 kasus
dan jumlah perempuan 118 kasus, HIV terbanyak untuk kategori umur pada laki-
laki usia 20-29 Tahun dengan jumlah 123 kasus dan untuk kategori umur pada
perempuan usia 30-39 Tahun dengan jumlah 48 kasus (Dinkes Sumsel, 2019).
Sedangkan rata-rata kasus AIDS di Sumatera Selatan sejak 1987-2019 adalah
14,23% per 100.000 penduduk dengan jumlah kasus 1.209 dan 113 diantaranya
meninggal dunia (P2P, 2019). Prevalensi HIV AIDS di Sumatera Selatan juga
memenuhi target nasional yakni dibawah 0,5 persen (0,3%).
Ada beberapa kabupaten yang berada diwilayah Sumatera Selatan salah
satunya adalah Kabupaten Banyuasin. Berdasarkan laporan dinas kesehatan
Banyuasin (2018) tahun 2014 ditemukan 4 penderita positif HIV dengan 3
penderita laki-laki dan 1 perempuan. Pada tahun 2015 ditemukan 3 orang
penderita HIV. Tahun 2016 ditemukan lagi 4 penderita HIV dan 2 penderita
AIDS degan jenis kelamin laki-laki dan dua penderita AIDS tersebut meninggal.
Tahun 2017 ditemukan 11 yang keseluruhannya berjenis kelamin laki-laki dan 2
penderita AIDS. Tahun 2018 ditemukan 11 penderita HIV dengan 9 orang
berjenis kelamin laki-laki dan 2 orang berjenis kelamin perempuan.
Dalam epidemiologi HIV AIDS dikenal istilah triad epidemiologi, yakni:
 Agent : Virus HIV termasuk Netrovirus yang sangat mudah mengalami
mutasi. Sebagaimana Virus lainnya sirus HIV AIDS akan mati bila
dipanaskan sampai temperatur 60° selama 30 menit, dapat dihancurkan
dengan detergen yang dikonsentrasikan dan dapat dinonaktifkan dengan
radiasi yang digunakan untuk mensterilkan peralatan medis atau
peralatan lain.
 Host : Transmisi utama penyebaran virus HIV mealui transmisi seksual
baik homoseksual dengan kelompok umur muda/seksual paling aktif
(20-30 tahun) yang merupakan penderita terbanyak.
 Environment : Lingkungan biologis sosial, ekonomi, budaya dan agama
sangat menentukan penyebaran HIV AIDS.
Secara umum transmisi atau penyebaran HIV AIDS dapat dilakukan melalui
2 yaitu:
 Kontak seksual (Ano-Genital, Ora-Genital, dan Genito-Genital/
Heteroseksual)
 Non seksual (Parental dan transplasental)
Masa inkubasi virus HIV AIDS bervariasi untuk setiap penderita dan tidak
semua penderita HIV akan menjadi AIDS (hanya 10-30%). 1-3 bulan merupakan
waktu penularan hingga terdeteksi (window period), namun waktu dari tertular
HIV hingga terdiagnosa sebagai AIDS sekitar < 1 tahun hingga 15 tahun atau
lebih. Pencegahan HIV AIDS dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya
adalah menghindari sumber transmisi baik secara seksual maupun nonseksual.
Selain itu pemutusan rantai HIV AIDS bukan hanya dapat dilakukan di dua aspek
)agent dan host) tetapi environment juga memiliki peran penting dalam
pemutusan mata rantai HIV AIDS.

Anda mungkin juga menyukai