Anda di halaman 1dari 6

EPIDEMIOLOGI HIV DAN AIDS

DISUSUN OLEH:

ERLINA ROSIDA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI NERS

2020
EPIDEMIOLOGI HIV/AIDS
A. SEJARAH HIV/AIDS
AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for Disease
Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis
(sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh
Pneumocystis jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles.Dua spesies
HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 lebih
mematikan dan lebih mudah masuk kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas
infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit dimasukan dan kebanyakan berada di Afrika
Barat. Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata. Asal HIV-1 berasal dari simpanse
Pan troglodytes troglodytes yang ditemukan di Kamerun selatan. HIV-2 berasal dari
Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon, dan
Kamerun. Banyak ahli berpendapat bahwa HIV masuk ke dalam tubuh manusia akibat
kontak dengan primata lainnya.
Berdasarkan laporan United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) pada
tahun 2014 diketahui bahwa 35 juta orang didunia hidup dengan HIV dan 19 juta
diantaranya tidak tahu bahwa dirinya positif menderita HIV. Di tahun 2016 prevalensi
HIV dan AIDS mengalami penurunan dari 0,40 per 1.000 populasi menjadi 0,26 per
1.000 populasi. Di akhir tahun 2017 penderita HIV diseluruh dunia mencapai 36,9 juta
jiwa, dengan 940.000 meninggal, 1,8 juta jiwa baru terinfeksi atau 5.000 orang terinfeksi
perharinya (UNAIDS, 2018). Pada tahun 2019 jumlah penderita HIV diseluruh dunia
adalah 38 juta jiwa dengan 81% mengetahui status terinfeksi HIV dan 7,1 juta
diantaranya tidak mengetahui status terinfeksi HIV. Selain itu 36,2 juta orang dengan
HIV-AIDS (ODHA) merupakan usia dewasa dan 1,8 juta diantaranya merupakan anak-
anak dengan usia 0-14 tahun. Dari jumlah ini pula diketahui bahwa 1,7 juta diantaranya
merupakan kasus baru dan 690.000 jiwa meninggal akibat HIV-AIDS (UNAIDS,2020).
Berdasarkan laporan United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) pada
tahun 2014 diketahui bahwa 35 juta orang didunia hidup dengan HIV dan 19 juta
diantaranya tidak tahu bahwa dirinya positif menderita HIV. Di tahun 2016 prevalensi
HIV dan AIDS mengalami penurunan dari 0,40 per 1.000 populasi menjadi 0,26 per
1.000 populasi. Di akhir tahun 2017 penderita HIV diseluruh dunia mencapai 36,9 juta
jiwa, dengan 940.000 meninggal, 1,8 juta jiwa baru terinfeksi atau 5.000 orang terinfeksi
perharinya (UNAIDS, 2018). Pada tahun 2019 jumlah penderita HIV diseluruh dunia
adalah 38 juta jiwa dengan 81% mengetahui status terinfeksi HIV dan 7,1 juta
diantaranya tidak mengetahui status terinfeksi HIV. Selain itu 36,2 juta orang dengan
HIV-AIDS (ODHA) merupakan usia dewasa dan 1,8 juta diantaranya merupakan anak-
anak dengan usia 0-14 tahun. Dari jumlah ini pula diketahui bahwa 1,7 juta diantaranya
merupakan kasus baru dan 690.000 jiwa meninggal akibat HIV-AIDS (UNAIDS,2020).
Kasus Aids pertama di indonesia dilaporkan di bali pada april 1987 yaitu seorang
wisatawan belanda yang meninggal di RSUP Asangla denpasar pada awalnya HIV/HIDS
terjadi pada pekerja seks komersial dan pelanggannya dan kaum homoseksual.
HIV/AIDS di Indonesia telah bergerak dengan laju yang sangat mengkhawatirkan,
hampir semua Provinsi di Indonesia ditemukan kasus HIV/AIDS. Pada tahun 2013
pengidap HIV sebanyak 29.037, sedangkan kasus AIDS yaitu 5608 orang, yang
meninggal 726 orang. Laporan terakhir yang diperoleh sampai dengan bulan September
2014 kasus HIV ada penurunan kasus yaitu 22.869 kasus dan AIDS 1876 kasus, yang
meninggal juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 211 kasus.
Peningkatan kasus HIV/AIDS di Indonesia diakibatkan faktor risiko penularan yang
masih tinggi. Berdasarkan laporan Ditjen PP & PL Kemenkes RI sampai dengan bulan
September tahun 2014 penyebaran kasus paling tinggi dengan heteroseksual yaitu 34.305
orang (61,94 %). Berdasarkan umur yang paling tinggi adalah umur 20 – 29 tahun yaitu
18.352 orang (32,89 %).
Di Sumatera Selatan kasus HIV berjumlah 175 jiwa pada tahun 2015, kemudian
menurun pada tahun 2016 menjadi 115 jiwa, dan kembali bertambah menjadi 170 jiwa di
tahun 2017, dan 435 kasus dengan jumlah laki-laki 317 kasus dan jumlah perempuan 118
kasus, HIV terbanyak untuk kategori umur pada laki-laki usia 20-29 Tahun dengan
jumlah 123 kasus dan untuk kategori umur pada perempuan usia 30-39 Tahun dengan
jumlah 48 kasus (Dinkes Sumsel, 2019).Sedangkan rata-rata kasus AIDS di Sumatera
Selatan sejak 1987-2019 adalah 14,23% per 100.000 penduduk dengan jumlah kasus
1.209 dan 113 diantaranya meninggal dunia (P2P, 2019). Prevalensi HIV AIDS di
Sumatera Selatan juga memenuhi target nasional yakni dibawah 0,5 persen (0,3%).
Ada beberapa kabupaten yang berada diwilayah Sumatera Selatan salah satunya
adalah kabupaten musi rawas sebanyak 34 warga tersebar diberbagai wilayah di musi
rawas dipastikan mengidap penyakit HIV/AIDS, jumlah ini tak bergeser selama 5 tahun
terakhir ini. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau, sejak tahun 2010
sampai dengan 1 Desember 2016 jumlah pengidap HIV/AIDS tetap berada pada angka
34 pengidap. secara komulatif dari tahun 2010 sampai 2016 terdapat 34 orang HIV/AIDS
positif. Pada Sepanjang Januari-Juni 2019, 524 orang check ke Rumah Sakit Siti Aisyah.
Hasilnya, tiga laki-laki dan seorang perempuan dinyatakan positif. Sementara di
Kabupaten Mura, sembilan orang pengidap HIV mayoritas merupakan sopir dan pekerja
seks komersial. Bahkan, 2019 ini saja sudah ada 3 orang positif terjangkit HIV.
Pada epidemiologi HIV / AIDS akan diuraikan mengenai faktor agent, faktor host dan
faktor environment.
A. Penyebab penyakit (Agent) HIV merupakan virus penyebab AIDS termasuk
golongan retrovirus yang muda mengalami mutasi, sehingga sulit membuat obat
yang dapat membunuh virus tersebut. Virus HIV sangat lemah dan muda mati di luar
tubuh. HIV termasuk virus yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air
mendidih, sinar matahari dan berbagai desinfektan.2-34
B. Tuan rumah (Host)
Distribusi golongan umur penderita HIV/AIDS di Amerika, Eropa, Afrika maupun
di Asia tidak jauh berbeda. Kelompok terbesar berada pada umur 15-45 tahun,
mereka termasuk kelompok umur yang aktif melakukan hubungan seksual. Hal ini
membuktikan bahwa transmisi seksual baik homo maupun heteroseksual merupakan
pola transmisi utama.Kelompok masyarakat berisiko tinggi adalah mereka yang
melakukan hubungan seksual dengan banyak mitra seks, kaum homoseksual atau
biseksual. Di Cina 2009-2010 ada 57,9% 2011-2012 menjadi 69,0% kelompok
homoseksual sangat meningkat dan menjadi rute dominan transmisi HIV di Cina,
laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) antara kelompok usia 21-30
tahun yang sudah menikah 42,4%, sedangkan yang belum menikah 61,6%.12
C. Faktor lingkungan (Environment)
Faktor lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi luar yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan suatu organisasi,seperti halnya penyakit HIV/AIDS.
Faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi kejadian HIV/AIDS pada laki-laki
umur 25-44 tahun adalah: transfusi darah (pendonor maupun penerima), penggunaan
narkoba, kebiasaan konsumsi alkohol, ketersediaan sarana di pelayanan kesehatan
(kondom), faktor sosial budaya dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan,
akses ke tempat PSK, akses ke pelayanan kesehatan.
Beberapa metode penularan HIV antara lain adalah melalui:
1. Hubungan seks
2. Penggunaan jarum suntik
3. Kehamilan, persalinan atau menyusui
4. Transfusi darah
Masa inkubasi virus HIV AIDS bervariasi untuk setiap penderita dan tidak semua
penderita HIV akan menjadi AIDS (hanya 10-30%). 1-3 bulan merupakan waktu
penularan hingga terdeteksi (window period), namun waktu dari tertular HIV hingga
terdiagnosa sebagai AIDS sekitar < 1 tahun hingga 15 tahun atau lebih. Pencegahan HIV
AIDS dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah menghindari sumber
transmisi baik secara seksual maupun nonseksual. Selain itu pemutusan rantai HIV AIDS
bukan hanya dapat dilakukan di dua aspek )agent dan host) tetapi environment juga
memiliki peran penting dalam pemutusan mata rantai HIV AIDS.
DAFTAR PUSTAKA

bobsusilo. (2016). situasi HIV/AIDS pada tahun 1987-2016. Jakarta: pusat data informasi kementrian RI.

https://www.kemkes.go.id/ diakses pada tanggal 13 oktober 2020

https://kabarsumatera.com/2016/ diakses tanggal 13 oktober 2020

https://pusdatin.kemkes.go.id/ diakses pada tanggal 13 oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai