Oleh :
Tania Savitri, dr.
Zulhida Yuni, dr.
Widya Ainun Nisa, dr.
Ricky Rachmano Fitrawan, dr.
Yoyok Sugiono, dr.
Pembimbing :
Wahyu Widarti, dr.
Wahana :
PuskesmasKalitidu
PUSKESMAS KALITIDU
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOJONEGORO
2016
18
BAB 1
PENDAHULUAN
dan
tidak
diketahui
(3,2%).
Proporsi
kasus
AIDS
tertinggi
19
Jawa Timur menempati peringkat kedua dengan jumlah infeksi HIV tertinggi seIndonesia yang dilaporkan selama tahun 1987-2014, yaitu 19.249 kasus. Jawa
Timur juga menempati peringkat kedua dengan jumlah kumulatif AIDS terbanyak
se-Indonesia yang dilaporkan selama tahun 1987-2014, yaitu 8.976 kasus (Ditjen
PP & PL, Kemenkes RI, 2014).
Kasus HIV/AIDS pada remaja di Indonesia setiap tahun pun perlu mendapatkan
perhatian. Proporsi kasus AIDS tertinggi dalam laporan triwulan pertama
tahun2011 dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (47,2%), dimana
padakelompok umur tersebut, sebagian masuk pada kelompok remaja (15-24
tahun)(Bekti, 2010).
Hasil survei BKKBN menyebutkan bahwa karakteristik umur klienpotensial yang
rawan tertular HIV/AIDS terbanyak adalah kelompok remaja yaitu31% yang
terdiri 7% berumur di bawah 20 tahun dan 24% berumur antara 20-24tahun.
Koordinator Kampanye Yayasan AIDS Indonesia menyebutkan bahwaremaja
merupakan populasi yang paling berisiko terkena HIV/AIDS karenaremaja
menjadi sasaran empuk untuk menjadi konsumen pelanggan narkotika danindustri
seks (Kompas, 2009).
Remaja merupakan kelompok yang rentan terhadap IMS (Infeksi Menular
Seksual) dengan jumlah terbesar mengidap HIV/AIDS. Masa remaja sangat
eratkaitannya dengan perkembangan psikis pada periode pubertas dan diiringi
denganperkembangan seksual. Remaja juga mengalami perubahan yang
mencakupperubahan fisik dan emosional yang kemudian tercermin dalam sikap
danperilaku. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi rentan terhadap
masalahperilaku berisiko dalam penularan HIV/AIDS (Soetjiningsih (ed), 2004).
Kasus
HIV/AIDS
pada
remaja
tidak
terlepas
dari
perkembangan
20
kesehatanreproduksi terutama kemungkinan terjadinya penularan penyakit
menular seksualtermasuk HIV/AIDS pada pasangannya (Kusuma, 2010).
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan akan gaya hidup yang berisiko sudah
dilakukan. Pada Riskesdas 2010, pemerintah mengumpulkan data tentang
pengetahuan HIV/AIDS pada responden usia 15 tahun ke atas di 33 propinsi.
Sebanyak 21,6% responden berusia 15 24 tahun. Terdapat 57,5% responden di
Indonesia dan 53,5% responden di Jawa Timur yang pernah mendengar
HIV/AIDS. Di Indonesia sendiri, sebanyak 46,6% responden tahu mengenai cara
penularan melalui transfusi darah, 51,4% tahu mengenai penularan melalui
penggunaan jarum suntik, dan 53,6% tahu mengenai cara penularan melalui
hubungan seksual (Riskesdas, 2010).
Namun hanya sedikit sekali penduduk di Indonesia yang mengetahui mengenai
penularan HIV dari ibu ke anak (38,1% tahu penularan selama kehamilan, 39,0%
tahu penularan saat persalinan, dan 37,4% tahu penularaan saat menyusui). Dan
ternyata, persentase penduduk dengan persepsi benar tentang cara penularan HIV
masih rendah (23,5%-35,6%). Sebagian besar penduduk masih menganggap HIV
dapat menular dengan membeli sayuran segar dari penjual yang terinfeksi HIV,
makan sepiring dengan penderita AIDS, makan makanan yang disiapkan oleh
ODHA, dan melalui gigitan nyamuk. Di Jawa Timur sendiri, angka-angka tersebut
tidak jauh berbeda dengan presentase di Indonesia (Riskesdas, 2010).
21
1.2 Masalah Penelitian
Jawa Timur secara konsisten selalu menempati peringkat kedua dengan kasus HIV
dan AIDS se-Indonesia. Selain itu, kasus HIV/AIDS pada remaja cukup tinggi.
Hal ini dikarenakan remaja dianggap sebagai kelompok yang rentan terhadap IMS
dan penyalahgunaan narkoba akibat gaya hidup yang berisiko. Meskipun
presentase penduduk dengan pengetahuan akan HIV/AIDS sudah cukup tinggi,
namun kasus infeksi masih cukup tinggi dan ternyata masih terdapat persepsi
yang salah.
Oleh karena itu, peneliti merasa perlu adanya pengukuran mengenai pengetahuan
siswa-siswi setingkat SMA/MA di Jawa Timur dan peningkatan pengetahuan
mengenai HIV/AIDS sebagai upaya menurunkan penularan HIV/AIDS sekaligus
meluruskan persepsi yang masih salah melalui penyuluhan HIV/AIDS.
tingkat
pengetahuan
HIV/AIDS
siswa-siswi
setingkat
tingkat
pengetahuan
HIV/AIDS
siswa-siswi
setingkat
22
1.4.1 Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
bagibanyak pihak seperti pemberi pelayanan kesehatan, keluarga, dan
masyarakat.Bagi pemberi pelayanan kesehatan, penelitian ini dapat menjadi acuan
dalammenyusun strategi promosi kesehatan mengenai HIV/AIDS khususnya
padaremaja. Hasil penelitian ini juga memberi wacana bagi keluarga dan
masyarakattentang hubungan tingkat pengetahuan HIV/AIDS dan sikap remaja
terhadapperilaku seksual sehingga keluarga dan masyarakat diharapkan mampu
menjadipanutan dalam membentuk sikap remaja terhadap perilaku seksual
pranikah.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data atau masukan bagi
institusipendidikan untuk lebih memperhatikan pengetahuan siswa tentang
HIV/AIDS danmeningkatkan bimbingan serta konseling dari guru mengenai
perilaku seksualpranikah yang tidak berisiko kepada siswa. Hasil penelitian ini
juga diharapkandapat mengarahkan institusi pendidikan untuk mengembangkan
kurikulummengenai kesehatan reproduksi termasuk materi tentang HIV/AIDS
danpencegahannya melalui perilaku seksual pranikah remaja yang tidak berisiko.
1.4.3 Manfaat Metodologis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan data dasar bagi
penelitianselanjutnya tentang hubungan tingkat pengetahuan HIV/AIDS.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HIV/AIDS
HIV/AIDS merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia. Jumlah kasus HIV mengalami peningkatan yang cukup signifikan
beberapa tahun terakhir. Hal ini membuat peneliti berkeinginan untuk melakukan
penelitian terkait dengan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS. Pada subbab
ini, peneliti akan menguraikan tentang sejarah HIV/AIDS, pathogenesis, transmisi
dan cara penularan, tanda dan gejala, serta pencegahan.
2.1.1 Sejarah
Kasus pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun 1981. Meskipun demikian,
dari beberapa literatur sebelumnya ditemukan kasus yang cocok dengan definisi
surveilans AIDS pada tahun 1950 dan 1960-an di Amerika Serikat. Kasus AIDS
pertama di Indonesia dilaporkan secara resmi oleh Departemen Kesehatan tahun
1987 yaitu pada seorang wisatawan laki-laki asing warga negara Belanda di Bali.
Kasus kedua infeksi HIV ditemukan pada bulan Maret 1986 di RS Cipto
Mangunkusumo. Penderitanya adalah pasien hemophilia dan termasuk jenis
nonprogressor,artinya kondisi kesehatan dan kekebalannya cukup baik selama 17
tahun tanpa pengobatan, dan sudah dikonfirmasi dengan Western Blot, sertamasih
berobat jalan di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2002 (Sudoyo etal.,
2006). Kasus ketiga adalah seorang pria Indonesia yang meninggal pada
bulanJuni 1988 di Denpasar (Wartono, Chanif, Maryati, dan Subandrio, 1999).
2.1.2 Patogenesis
Acquired Imunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah penyakit pada manusia
yangmenyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
HumanImunodeficiency Virus (HIV). Penyebab AIDS adalah HIV yang
24
merupakanretrovirus RNA berselubung mengandung enzim reverse transcriptase.
HIV akanmenyerang sel-sel darah putih jika HIV masuk ke dalam peredaran
darahseseorang. Sel darah putih akan mengalami kerusakan yang berdampak
padamelemahnya
kekebalan
tubuh
seseorang.
HIV/AIDS
kemudian
25
d. Hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang terinfeksi
HIVdapat terjadi pada heteroseksual maupun homoseksual. Pada
homoseksualpria,
anal
intercourse
meningkatkankemungkinan
pada
atau
mukosa
anal
manipulation
rektum
dan
akan
selanjutnya
26
2.1.4 Tanda dan Gejala
Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala apapun,dapat
terlihat sehat dari luar dan biasanya tidak mengetahui bahwa dirinya
sudahterinfeksi HIV (Komisi Penanggulangan AIDS, 2011). Orang tersebut
akanmenjadi pembawa dan penular HIV kepada orang lain. Wartono, Chanif,
Maryati,dan Subandrio (1999) membagi kelompok orang-orang tanpa gejala ini
menjadi 2kelompok, yaitu:
a. Kelompok yang sudah terinfeksi HIV tetapi tanpa gejala dan tes
darahnyanegatif. Pada tahap dini ini, antibodi terhadap HIV belum
terbentuk. Waktuantara masuknya HIV ke dalam peredaran darah dan
terbentuknya antiboditerhadap HIV disebut windowed period. Periode
ini memerlukan waktuantara 15 hari sampai 3 bulan setelah terinfeksi HIV.
b. Kelompok yang sudah terinfeksi HIV tanpa gejala tetapi tes darah
positif.Keadaan tanpa gejala seperti ini dapat berjalan lama sampai 5 tahun
ataulebih.Gejala awal infeksi HIV sama dengan gejala serangan penyakit
yang disebabkanoleh virus, seperti: demam tinggi, malaise, flu, radang
tenggorokan, sakit kepala,nyeri perut, pegal-pegal, sangat lelah dan terasa
meriang. Setelah beberapa harisampai dengan sekitar 2 (dua) minggu
kemudian gejalanya hilang dan masuk kefase laten (fase tenang disebut
juga fase inkubasi). Beberapa tahun sampai dengansekitar 10 (sepuluh)
tahun kemudian baru muncul tanda dan gejala sebagaipenderita AIDS
(Komisi Penanggulangan AIDS, 2011).
Tanda dan gejala AIDS yang utama di antaranya: diare kronis yang tidak
jelaspenyebabnya yang berlangsung sampai berbulan-bulan berat badan
menurundrastis, dan demam tinggi lebih dari 1 bulan. AIDS juga memiliki gejala
tambahanberupa infeksi yang tidak kunjung sembuh pada mulut dan
kerongkongan;kelainan kulit dan iritasi (gatal); pembesaran kelenjar getah bening
di seluruhtubuh seperti di bawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha;
batukberkepanjangan lebih dari 1 bulan; pucat dan lemah; gusi sering berdarah;
danberkeringat waktu malam hari (Komisi Penanggulangan AIDS, 2011).
27
2.1.5 Pencegahan
Pencegahan HIV/AIDS berdasarkan sumber dari Komisi Penanggulangan
AIDS(2011), dapat dilakukan melalui upaya sebagai berikut:
a. Pencegahan
dalam
hubungan
seksual
dapat
dilakukan
dengan
tepatdan
konsisten
selama
melakukan
dapat
hubungan
seksual
dilakukan
dengan
28
informasi barudengan menggunakan pengetahuan. Dalam subbab ini, peneliti
akan menguraikanmengenai definisi pengetahuan, tingkat pengetahuan, dan
faktor-faktor
yangmempengaruhi
pengetahuan.Pengetahuan
adalah
hasil
dan
penemuan
adalah
proses
kreatifuntuk
mempertahankan
benar;
aplikasi
(application)
sebagai
kemampuan
untuk
29
mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain pengalaman,tingkat pendidikan,
keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial (Ngudi, Muryani,Nuraini, &
Ritianawati, 2010). Semakin banyak pengalaman seseorang yangdiperoleh dari
pengalaman sendiri maupun orang lain yang ada di sekitarnyasemakin luas pula
pengetahuan orang tersebut. Seseorang yang berpendidikanlebih tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan denganseseorang yang
tingkat pendidikannya lebih rendah. Keyakinan yang diperolehsecara turuntemurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu juga dapatmempengaruhi
pengetahuan seseorang. Semakin banyak fasilitas-fasilitas sebagaisumber
infromasi seperti radio, televisi, majalah, koran, dan buku maka semakinbanyak
pula pengetahuan yang didapat. Seseorang yang berpenghasilan cukupbesar akan
mampu menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasiyang dapat
menambah pengetahuan. Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalamkeluarga juga
dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang.
Merakou et al. (2002) menyebutkan bahwa jenis kelamin, usia, bidang ilmu
disekolah,
dan
jumlah
sumber
informasi
merupakan
faktor
yang
Berbagai
penelitian
tentang
30
faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan
31
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain yang dipakai pada penelitian ini adalah studi potonglintang (crosssectional) yang bertujuan untuk mengetahui propor sitingka tpengetahuan
HIV/AIDS pada siswa-siswi setingkat SMA/MA. Tingkat pengetahuan HIV/AIDS
akan
diukur
dengan
pengetahuandianggapbaikbilaskor
menggunakan
yang
berhubungandengantingkatpengetahuan
pendapatan
kuesioner.
dicapai>18,75.Faktor-faktor
HIV/AIDS
Tingkat
yang
sepertijeniskelamin,
orang
tua,
danriwayatpendidikanseksualjugadiukurdenganmenggunakankuesioner.
Untukmengetahuiperbedaantingkatpengetahuan HIV/AIDS setelahpenyuluhan,
pengukurantingkatpengetahuandilakukansebelumdansesudahpenyuluhan
HIV/AIDS yang diberikanolehpeneliti.
32
3.3.3. Sampel Penelitian
Sampeldalampenelitianinimerupakansiswa-siswikelas 10-12 di MA AlMaali, SMAN 1 Bojoneoro, MA Kalitidu, SMK Muhammadiyah, dan
SMAN 1 Kalitidu yang memenuhikriteriainklusidaneksklusi.
3.4. Kriteria Drop Out
1
Data tidaklengkap
33
Rumus
yang
digunakanuntukmenentukanbesar
sampel
padapenelitiancross
sectionalialah:
Z 2 xpxq
d2
n=
n =
Kriteriadropout: 10% x 95,87
Total sampel: 95,87 + 9,587
= 95,87
= 9,587
= 105,457
= 106
HIV/AIDS
dimulai,
penelitiakanmemintarespondenmengisikuesioneruntukkebutuhanpenilaiantingkatp
engetahuan
HIV/AIDS.
Penelitikemudianmemberikanpenyuluhan.Setelahpenyuluhanselesaidilaksanakan,
penelitimemintarespondenuntukmengisikuesioner yang samasekalilagi.
3.6.3
Data
Analisis Data
yang
didapatkanmelaluikuesionerdientrimenggunakanSPSS
11.5danselanjutnyaakandilakukan
untukmencaritahuapakahterdapatmissing
dilakukanmelaluidistribusifrekuensi.
3.6.4 Penyajian Data
proses
editing
data.
dancleaning
Penyajian
data
34
Data
akandisajikansecaradeskriptif.
kategorikdapatdisajikanmelaluibeberapacarasepertipersentase,
diagram bar.Data numerikbisadisajikandalambentuk histogram.
Data
pie
chart,atau
19
3. 7.
Batasan Operasional
AlatUkur
Tingkat
Segalainformasi
Pengetahuan
diketahuidandimengertiolehsiswa-
HIV/AIDS
siswisetingkat
SMA/MA
HIV/AIDS,
termasuktandadangejala,
yang Kuesioner
HasilUku
Kuesionerdinilaidenganmenggunak
r
1
carapenularan, danpencegahan.
Jeniskelamin
Cara Ukur
Status biologisresponden
Kuesioner
Jenis
Data
:baik Kateg
(>18,75)
orik
a. 16 pertanyaanpositifdengan (1) 0
nomi
nal
yaanpadakuesioner
Kateg
:perempua orik
n
1
nomi
:laki- nal
Pendapatan
Memintarespondenmenjawabpertan
laki
0:
orang tua
tuadalamsatubulan,
yaanpadakuesioner
Rp1.462.0 orik
UMK
(Upah
dibandingkandengan
Minimum
Kabupaten)
00,00.
< Kateg
nomi
20
1:
nal
Rp1.462.0
Riwayatpendidik
Pernahatautidakrespondenmendapatkanpen
anseksual
didikanseksualsebelum
diambildanpenyuluhandilaksanakan
data
Kuesioner
Memintarespondenmenjawabpertan
00,00.
1 :pernah
Kateg
yaanpadakuesioner
orik
:tidakpern
nomi
ah
nal
19
3.8.
KerangkaAlurPenelitian
Memenuhikriteriainklusidandanloloskriteriaeksklusi
Tidakmasukdalamsubjek penelitian
Sampelpenelitian
Penelitimemberikanpenyuluhan
Pembuatanlaporan
Ya
Tidak
20
a. Patnistik E. GubernurJatimTetapkan UMK 2016 [Internet]. Indonesia: PT. Kompas Cyber
Media; 21 Nov 2015 [cited on 18 Aug 2016]. Available from:
http://regional.kompas.com/read/2015/11/21/05000061/Gubernur.Jatim.Tetapkan.UMK.2
016