Anda di halaman 1dari 4

Edukasi pemberdayaan sampah dapur untuk buatan pupuk kompos

Penyuluhan edukasi penyakit dan pencegahan DBD

Penyuluhan edukasi penyakit dan pencegahan Hipertensi

Posyandu Balita dan Lansia

Edukasi pencegahan merokok

Program pelayanan KB dan pemeriksaan IVA

Penyuluhan edukasi penyakit dan pencegahan HIV-AIDS pada remaja

BIAS- Bulan Imunisasi Anak Sekolah

Medical screening, Jalan santai Hari Kesehatan Nasional

Puskesmas keliling desa Kerekeh, Brang Pelat

Bakti sosial IDI Sumbawa- puskesmas Utan

Workshop KPP PIS-PK

--------------------

Judul laporan

Penyuluhan edukasi penyakit dan pencegahan Tuberkulosis

Latar belakang

Tuberkulosis sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat didunia walaupun upaya
strategi DOTS telah diterapkan sejak tahun 1995. Diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB tahun 2012
dimana 1,1 juta orang diantaranya adalah tb dengan HIV positif. Meskipun jumlah kasus TB dan
jumlah kematian akibat TB tetap tinggi untuk penyakit, sebenarnya bisa dicegah dan disembuhkan
menunjukkan keberhasilan dalam pengendalian TB. Peningkatan angka insidensi TB secara global
telah berhasil dihentikan dan menunjukkan tren penurunan hingga 2% per-tahunnya dan angka
kematian juga berhasil diturunkan hingga 45%.

Permasalahan

Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis. Kasus dan
kematian akibat TB sangat tinggi mencapai 2,9 juta kasus pada tahun 2012 dengan kasus kematian
akibat TB mencapai 410.000 kasus

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Penyuluhan tentang penyakit, penularan, dan pencegahan Tuberkulosis disampaikan di kantor Desa
se-Kecamatan Unter Iwes.
Metodepenyampaian: seminar dan mini talkshow

Sasaran: Pembentukan kader TB di masing-masing desa.

Pelaksanaan

Kader TB yang telah ditentukan diberikan pengetahuan lebih dalam tentang penyakit, pencegahan,
kontrol berobat TB, penanganan efek samping pengobatan OAT, dan pengawas minum obat.

Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan kontrol melalui Kader TB. Diharapkan jumlah pasien TB yang kontrol berobat datang
ke puskesmas semakin meningkat sampai dinyatakan sembuh.

Judul laporan

Edukasi konsumsi garam beryodium

Latar belakang

Garam merupakan salah satu bumbu yang wajib digunakan hampir pada setiap masakan.
Penggunaan garam layaknya harus diperkaya kandungan yodium. Yodium merupakan salah satu
mineral yang merupakan komponen mikronutrien yang diperlukan oleh tubuh. Jumlah garam
beryodium yang dianjurkan dikonsumsi perharinya sekitar 6 gram perharinya.

Ada 2 cara pengecekan kandungan yodium dalam garam yang biasa dikonsumsi:

1. dapat dilakukan di puskesmas/ fasilitas kesehatan dengan meneteskan cairan iodium pada
garam yang biasa dikonsumsi, hingga berubah warna ungu.
2. dapat pula dilakukan mandiri dirumah dengan memarut singkong, kemudian air sisa parutan
singkong dicampurkan dengan 5-6 sendok garam, dan ditetesi 2-3 sendok makan cuka.
Apabila muncul warna ungu, garam dapur tersebut mengandung yodium dan layak di
konsumsi

Permasalahan

Kasus Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) di Indonesia semakin meningkat. Diperkirakan sekitar
140 juta masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi garam tanpa yodium. GAKY menyebabkan
gangguan hormonal di kelenjar tiroid, sehingga menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid,
terganggunya hormon pertumbuhan, terganggunya perkembangan pertumbuhan sel saraf,
perkembangan kecerdasan dan mental, hingga gangguan kecerdasan.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Penyuluhan tentang penggunaan garam beryodium disampaikan di Posyandu Balita Desa Pungka

Metodepenyampaian: seminar dan tanya jawab


Sasaran: masyarakat Desa Pungka.

Pengecekan yodium dalam garam dilakukan di posyandu dengan tetesan iodida oleh petugas

Edukasi tentang cara pengecekan garam beryodium mandiri dirumah.

Pelaksanaan

Penyampaian materi kepada masyarakat

Monitoring dan evaluasi

ibu-ibu desa pungka datag ke posyandu dan membawa garam dapur yang biasa di konsumsi untuk
dilakukan pengecekan kadar yodium di garam yang digunakan.

Judul laporan

Penyuluhan edukasi penyakit dan pencegahan Demam Berdarah Dengue

Latar belakang

Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit infeksi oleh virus dengue, yang
diperantarai oleh vektor nyamuk Aedes Aegypti (Aedes Sp). Penularan antara satu individu dengan
yang lain apabila host (manusia) digigit oleh vektor (nyamuk) yang sudah terinfeksi virus Dengue.
Vektor sendiri merupakan spesies yang berkembang biak dengan cepat dengan jumlah yang banyak.
Infeksi oleh virus dengue sendiri masih menjadi salah satu masalah di dunia, karena didapatkan
hampir 390 juta kasus setiap tahunnya, terutama di daerah tropis dan sub-tropis. Demam Berdarah
dengue dapat ditandai dengan gejala khas demam dengue disertai ada/atau tidaknya perdarahan,
yang ditandai dengan mimisan, gusi berdarah, bintik merah di kulit dan/atau perdarahan lainnya.

Pencegahan DBD sendiri cukup mudah dengan memutuskan siklus rantai perkembang-biakkan
vektor nyamuk DBD, dengan program 3M+

1. Mengubur barang bekas


2. Menguras bak penampungan air bersih secara rutin
3. Menutup bak penampungan air
4. Mengoleskan lotion anti-nyamuk.

Permasalahan ahan

Di seluruh dunia didapatkan 390 juta kasus setiap tahunnya, yang mana menurut data WHO 75%
kasus merupakan beban di wilayah Asia Pasifik tahun 2004 dan 2010. Indonesia sendiri menempati
urutan ke 2 dari 30 negara endemis DBD. Kasus di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 68.407
kasus. Data kasus DBD yang dilaporkan di NTB tahun 2017 mencapai 1.527 kasus dengan jumlah
mortalitas 4 kasus akibat DBD.
Banyak masyarakat yang kurang memperhatikan lingkungan tempat tinggal. Budaya buang sampah
sembarangan juga masih kentara di lingkungan. Sehingga risiko penyebaran vektor semakin tinggi
dan angka kejadian infeksi virus dengue semakin meningkat di masyarakat.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Penyuluhan tentang penyakit, pencegahan, dan penularan demam berdarah dengue disampaikan di
Posyandu Balita dan Lansia desa Pungka

Metode penyampaian: interaktif mini talkshow

Sasaran: ibu rumah tangga di desa Pungka

Pelaksanaan

Penyuluhan tentang penyakit, pencegahan, dan penularan demam berdarah dengue disampaikan di
Posyandu Balita dan Lansia desa Pungka

Metode penyampaian: interaktif mini talkshow

Sasaran: ibu rumah tangga di desa Pungka

Monitoring dan evaluasi

Kasus demam berdarah di Desa Pungka menurun

Masyarakat lebih peduli dan sigap dalam menjaga lingkungan sekitar dan menanamkan pola pikir
baru yaitu mencegah daripada mengobati penyakit DBD dengan program 3 M+.

Anda mungkin juga menyukai