dr.Gustomo., SP.A
Presentan:
• Kasus Sindroma Nefrotik Amerika dan Inggris terdapat 2-7 kasus baru per
100.000 anak per tahun, dengan prevalensi, dengan prevalensi berkisar
12 – 16 kasus per 100.000 anak.
Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
Biakan urin hanya dilakukan bila didapatkan gejala klinis yang mengarah kepada infeksi saluran kemih.
2. Protein urin kuantitatif
dapat menggunakan urin 24 jam atau rasio protein/kreatinin pada urin pertama pagi hari
3. Pemeriksaan darah
Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit,
trombosit, hematokrit, LED) Albumin dan kolesterol serum
Ureum, kreatinin serta klirens kreatinin dengan cara klasik atau dengan rumus Schwartz
Kadar komplemen C3; bila dicurigai lupus eritematosus sistemik
pemeriksaan ditambah dengan komplemen C4, ANA (anti nuclear antibody), dan anti ds-DNA
Manifestasi klinis
Proteinuria massif
- protein urin > 40 mg/m2LPB/jam atau >50mg/kgBB/24 jam
- rasio protein kreatinin urin >2,5
- pemeriksaan Esbach kadar protein dalam urin 24 jam >2 g
- secara semikuantitatif dengan pemeriksaan Bang atau Dipstick menunjukkan proteinurin ≥+2
Hipoalbuminemia
- kadar albumin dalam serum ↓ hingga mencapai <2,5 g/dL
Edema
Hiperlipidemia
- kolesterol total darah ↑ (>200 mg/dL)
Hipertensi
Hematuria
Disfungsi renal
Extrarenal symptoms
- rash
- arthralgia
- fever
Depressed serum complement levels
Batasan
Remisi. : proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4 mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu
Relaps. : proteinuria ≥ 2+ (proteinuria >40 mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu
Relaps jarang. : relaps kurang dari 2 x dalam 6 bulan pertama setelah respons awal atau kurang dari 4 x per tahun pengamat
Relaps sering. (frequent relaps): relaps ≥ 2 x dalam 6 bulan pertama setelah respons awal atau ≥ 4 x dalam periode 1 tahun
Dependen steroid. : relaps 2 x berurutan pada saat dosis steroid diturunkan (alternating) atau dalam 14 hari setelah
pengobatan dihentikan
Resisten steroid. : tidak terjadi remisi pada pengobatan prednison dosis penuh (full dose) 2 mg/kgbb/hari selama 4 minggu.
Sensitif steroid. : remisi terjadi pada pemberian prednison dosis penuh selama 4 minggu
Diagnosis Banding
protein losing enteropathy
hepatic failure
protein malnutrition
heart failure
acute glomerulonephritis
chronic glomerulonephritis
Manajemen
Anak dengan manifestasi klinis SN pertama kali → dirawat
Tujuan :
- mempercepat pemeriksaan
- evaluasi pengaturan diit
- penanggulangan edema
- memulai pengobatan steroid
- edukasi orangtua
2. Trombosis
heparin secara subkutan
dilanjutkan dengan warfarin selama 6 bulan atau lebih
3. Hiperlipidemia
pengurangan diit lemak
mempertahankan berat badan normal
obat penurun lipid inhibitor HMGCoA reductase (statin)
4. Hipokalsemia
Suplementasi kalsium 250 – 500 mg/hari
Vitamin D (125 – 250 IU)
Tatalaksana Komplikasi Sindroma
Nefrotik
5. Hipovolemia
Infus NaCl fisiologis 15-20 mL/kgbb dalam 20-30 menit
Disusul albumin 1 g/kgbb atau
Plasma 20 mL/kgbb (tetesan lambat 10 tetes per menit)
Jika hypovolemia telah teratasi dan pasien tetap oliguria, diberikan furosemide 1-2 mg/kgbb intravena
6. Hipertensi
• Inhibitor ACE,
• ARB,
• CCB,
• Antagonis B adrenergic
Sindrom nefrotik dengan dengan hipertensi, hematuria nyata persisten, penurunan fungsi ginjal, atau disertai
Sindrom nefrotik dengan komplikasi edema refrakter, thrombosis, infeksi berat, toksik steroid
60-70% mengalami kambuh yang setengah di antaranya berbentuk kambuh sering atau ketergantungan steroid
SN resisten steroid
Prognosis
60-70% mengalami kambuh yang setengah di antaranya berbentuk kambuh sering atau ketergantungan steroid
SN resisten steroid
2
Glomerulonephritis
Akut
Pasca Streptococcus
Definisi
GNAPS adalah suatu bentuk peradangan glomerulus yang secara histopatologi
menunjukkan proliferasi dan inflamasi glomeruli yang didahului oleh infeksi
group A β-hemolytic streptococci (GABHS) dan ditandai dengan gejala nefritik
seperti :
- hematuria
- edema
- hipertensi
- oliguria
Yang terjadi secara akut
Epidemiologi
Paling sering terjadi pada usia 6 – 7 tahun
Penelitian multisenter di Indonesia memperlihatkan sebaran usia 2,5 – 15 tahun dengan rerata usia
tertinggi 8,46
Jarang pada usia di bawah 2 tahun
Laki-laki : perempuan = 1, 34 : 1.
Di negara sedang berkembang insiden GNAPS masih banyak dijumpai.
Di Indonesia & Kashmir, GNAPS lebih banyak ditemukan pada golongan sosial ekonomi rendah,
masing – masing 68,9% & 66,9%.
Etiologi
Lingkungan (higienitas)
Sosial ekonomi
cuaca
- streptococcal pharyngitis cold-weather months
- pyoderma warm-weather months
Tonsilitis/faringiti
piodermi
s
Proses imunologik
Antigen NAPlr berikatan NAPlr berikatan Antigen SPEB (antigen Infiltrasi sel-sel
dengan antibody anti NAPlr dengan plasmin nefritogenik) bersama limfosit & makrofag
(soluble antigen-antbody dengan IgG
complex)
Meningkatkan proses Membentuk electron Mengeluarkan sitokin
inflamasi dense deposit
Larut dalam darah
subepithelial
Meningkatkan proses (HUMPS) Merusak membran
Mengendap pada inflamasi basalis glomerulus
glomerulus
Reaksi radang glomerulus
Filtrasi glomerulus
berkurang
Reabsorpsi di tubulus
proksimal berkurang
Tubulus distalis
meningkatkan reabsorpsi
Edema Hipertensi
Manifestasi Klinis
Simptomatik
Periode Laten
- periode antara infeksi streptokokus dan timbulnya gejala klinik
- ISPA (1-2 minggu), piodermi (3 minggu)
Edema
- umumnya pertama kali timbul, menghilang pada akhir minggu pertama
- paling sering di daerah periorbital (edema palpebra)
- disusul daerah tungkai
- retensi cairan hebat → daerah perut (asites) & genitalia eksterna (edema skrotum/vulva)
- edema bersifat pitting
Hematuria
- urin tampak coklat kemerah-merahan atau seperti teh pekat, air cucian d daging atau berwarna
seperti cola
Hipertensi
- 60-70% kasus GNAPS
Manifestasi Klinis
Oliguria
- 5-10% kasus GNAPS
produksi urin < 350 ml/m2 LPB/hari
Gejala Kardiovaskular
bendungan sirkulasi
- 20-70% kasus GNAPS
- Edema paru (batuk, sesak napas, sianosis)
Pucat
Malaise
Letargi
Anoreksia
Diagnosis
Kriteria :
1. Secara klinik diagnosis GNAPS dapat ditegakkan bila dijumpai full blown case dengan gejala-gejala
hematuria, hipertensi, edema, oliguria yang merupakan gejala-gejala khas GNAPS
2. Untuk menunjang diagnosis klinik, dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa ASTO (meningkat) & C3
(menurun) dan pemeriksaan lain berupa adanya torak eritrosit, hematuria & proteinuria.
3. Diagnosis pasti ditegakkan bila biakan positif untuk streptokokus ß hemolitikus grup A.
GNAPS asimtomatik, diagnosis berdasarkan atas kelainan sedimen urin (hematuria mikroskopik), proteinuria
dan adanya epidemi/kontak dengan penderita GNAPS.
Pemeriksaan Penunjang
1. Urin
Proteinuria
- Kualitatif → negative sampai ++
- Kuantitatif → kurang dari 2 gram/m2 LPB/24 jam
Hematuria Mikroskopik
- adanya eritrosit dalam urin
Diagnosis
2. Darah
Reaksi Serologis
- Titer ASO ↑
- dimulai pada hari ke-10 – 14 sesudah infeksi streptokokus
Aktivitas Komplemen
- kadar C3 menurun
Laju Endap Darah
- Meningkat
Diagnois Banding
1. Penyakit Ginjal
Glomerulonefritis kronik eksaserbasi akut
Penyakit ginjal dengan manifestasi hematuria
- glomerulonephritis fokal
- nefritis herediter (sindrom Alport)
- IgA-IgG nefropati
- benign recurrent hematuria
Rapidly progressive glomerulonefritis (RPGN)
2. Penyakit-penyakit Sistemik
purpura Henoch-Schoenlein
eritematosus
Endokarditis bacterial subakut
3. Penyakit-penyakit Infeksi
varicella
morbili
parotitis
Tatalaksana
1. Istirahat
istirahat di tempat tidur terutama bila dijumpai komplikasi
2. Diet
Edema berat makanan tanpa garam
Edema ringan garam 0,5-1 g/hari
protein dibatasi bila kadar ureum meninggi 0,5-1 g/kgbb/hari
oliguria/anuria jumlah cairan yg masuk harus seimbang dengan pengeluaran
Asupan cairan = jumlah urin + insensible water loss (20-25 ml/kgbb/hari) + jumlah keperluan cairan pada setiap
kenaikan suhu dari normal (10ml/kgbb/hari)
3. Antibiotik
Golongan penisilin untuk eradikasi kuman
- Amoksisilin 50 mg/kgbb dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari
jika alergi golongan penisilin
- eritromisin dosis 30 mg/kgbb/hari
Tatalaksana
4. Simptomatik
a. Bendungan sirkulasi
- pembatasan cairan
- edema paru akut diuretik (furosemide)
- jika tidak berhasil dialisis peritoneal
b. Gangguan ginjal akut
- asidosis natrium bikarbonat
-hiperkalemia Ca glukonas / Kayexalate
5. Hipertensi
hipertensi sedang/berat tanpa tanda-tanda serebral
- kaptopril (0,3-2 mg/kgbb/hari)
- furosemid
- nifedipin sublingual (0,25-0,5 mg/kgbb/hari)
Edema paru
2.
Pustaka
Rheault M, Wenderfer S. Evolving Epidemiology of Pediatric Glomerular Disease. Clinical Journal of the American
Society of Nephrology. Vol 13: 2018. 1-2.
Alatas H, Tambunan T, Trihono PP. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi 2. Badan Penerbit IDAI, Jakarta: 2002. 381-
422.
3. Zitelli, Davis. Atlas of Pediatric Physical Diagnosis. Elsevier. 7th Edition. 2018; 510-20.
4. Alatas H, Tambunan T. Konsensus Tata Laksana Sindrom Nefrotik Idiopatik pada Anak. Edisi 2. Badan Penerbit
IDAI, Jakarta: 2012. 1-20.
5. Geme Joseph St, Kliegman Robert M. Nelson Essential of Pediatrics. Elsevier. 21th Edition. 2019; 10826-50.
6. Marcdante Karen J, Kliegman Robert M. Nelson Essential of Pediatrics. Elsevier. 20th Edition. 2016; 2521-28.
7. Garna H, Nataprawira MH. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 5th ed. Garna H, Nataprawira
MH, editors. Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran/RSUP Dr.
Hasan Sadikin; 2012. 812-21.
8. Nilawati GAP. Profil Sindrom Nefrotik Pada Ruang Perawatan Anak. Sari Pediatri, 2012;14(4): 269-72
9. Todd A Florin, Stephen Ludwig. Netter’s Pediatrics. Elsevier. 1st Edition. 2011; 385-9
10. Rauf Syarifuddin, Albar Husein, Aras Jusli. Konsensus Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus. Badan
Penerbit IDAI. Jakarta:2012;3-15.
11. Pardede Sudung O. Sindrom Nefrotik Kongenital Sari Pediatri. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Jakarta: 2005;7(3):114-24
12. Lumbanbatu SM. Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus pada Anak. Vol.5, Sari Pediatri. 2016;5(2):58.
13. Arsid R, Praja A, Sabir M, Program MP. Glomerulonefritis akut pasca streptococcus. Jurnla Med Prof.
2019;1(2):98–104.