Anda di halaman 1dari 32

i

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS

PROGRAM PENEMUAN DAN PENANGANAN KASUS BARU


TB BTA POSITIF DI PUSKESMAS WANGON I

Disusun oleh:
Nuhaidah Anandra Putri
G1A015010

Pembimbing:
dr. Tulus Budi Purwanto

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2019

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS

PROGRAM PENEMUAN DAN PENANGANAN KASUS BARU


TB BTA POSITIF DI PUSKESMAS WANGON I

Disusun untuk Memenuhi Syarat Ujian Kepaniteraan Klinik


Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh:
Nuhaidah Anandra Putri
G1A015010

Telah dipresentasikan dan disetujui


Tanggal, April 2019

Pembimbing Lapangan

dr. Tulus Budi Purwanto


NIP. 19820327 200903 1 006

ii
iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan .................................................................................................. 3
D. Manfaat ................................................................................................ 4
II. ANALISIS SITUASI
A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I...5
B. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat ........................ 8
III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS
A. Analisis Sistem pada Program Kesehatan ............................................ 15
B. Analisis SWOT .................................................................................... 19
IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH
A. Pembahasan Isu Strategis ...................................................................... 22
B. Alternatif Pemecahan Masalah .............................................................. 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 25
B. Saran ...................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 27

iii
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit menular disebabkan oleh infeksi bakteri
basil Mycobacterium tuberculosis yang sering menyerang paru-paru (TB paru),
tetapi bisa juga menginfeksi organ lain (TB luar paru). Penyakitnya ini
menyebar ketika orang yang menderita TB paru mengeluarkan bakteri ke udara,
misalnya dengan batuk (WHO, 2018). Pada waktu batuk atau bersin, pasien
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei /
percik renik). Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup udara yang
mengandung percikan dahak yang infeksius (Kemenkes, 2016).
Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB
telah dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995. TB adalah salah satu dari
10 penyebab utama kematian di seluruh dunia. Pada 2017, 10 juta orang
menderita TB dan 1,6 juta orang meninggal karena penyakit ini (termasuk 0,3
juta di antaranya orang dengan HIV). TB adalah pembunuh utama orang HIV-
positif. Pada tahun 2017, diperkirakan 1 juta anak menderita TB dan 230.000
anak meninggal karena TB (termasuk anak dengan HIV) (WHO, 2018).
TB yang resistan terhadap multi-obat (TB-MDR) tetap menjadi krisis
kesehatan masyarakat dan ancaman keamanan kesehatan. WHO
memperkirakan ada 558.000 kasus baru dengan resistansi terhadap rifampisin,
obat lini pertama yang paling efektif. WHO memperkirakan ada 23.000 kasus
MDR/RR di Indonesia. Pada tahun 2017 kasus TB yang tercatat di program ada
sejumlah 442.000 kasus yang mana dari kasus tersebut diperkirakan ada 8.600-
15.000 MDR/RR TB, (perkiraan 2,4% dari kasus baru dan 13% dari pasien TB
yang diobati sebelumnya), tetapi cakupan yang diobati baru sekitar 27,36%
(Kemenkes, 2019).
Secara global, kejadian TB menurun sekitar 2% per tahun. Hal ini perlu
dipercepat hingga penurunan tahunan 4-5% untuk mencapai target Program
Nasional Penaggulangan TB sesuai dengan target eliminasi global adalah
2

Eliminasi TB pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun 2050 (Kemenkes,
2016).
WHO memperkirakan insiden TB di Indonesia tahun 2017 sebesar
842.000 atau 319 per 100.000 penduduk sedangkan TB-HIV sebesar 36.000
kasus per tahun atau 14 per 100.000 penduduk. Kematian karena TB
diperkirakan sebesar 107.000 atau 40 per 100.000 penduduk, dan kematian TB-
HIV sebesar 9.400 atau 3,6 per 100.000 penduduk. Jumlah kasus tertinggi yang
dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar, yaitu Jawa
Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah (Kemenkes, 2019).
Penemuan kasus baru TB BTA positif di Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2017 sebanyak 143 kasus per 100.000 penduduk dengan total 49.616
kasus baru. Penemuan kasus baru TB BTA positif ini meningkat dari tahun
sebelumnya yang sebanyak 60,91 kasus per 100.000 penduduk. Tahun 2017
Penemuan kasus baru TB BTA positif tertinggi adalah di Kota Magelang
sebanyak 284 kasus. Kabupaten Banyumas menempati urutan ke-16 dengan
penemuan jumlah kasus baru TB BTA positif sebanyak 64,6 kasus per 100.000
penduduk (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2017).
Wilayah Kecamatan Wangon dibagi menjadi 2 wilayah kerja puskesmas.
Jumlah Penduduk wilayah kerja Puskesmas Wangon I tahun 2018 cukup besar,
yaitu sebesar 71.133 jiwa (Profil Puskesmas Wangon I, 2018). Jumlah pasien
baru TB paru BTA positif yang ditemukan di Wilayah Puskesmas Wangon I
tahun 2018 adalah 41 kasus dengan perkiraan jumlah kasus baru BTA positif
sebanyak 108 kasus, sehingga persentase kasus baru BTA positif sebesar 38%.
Angka Penemuan Penderita TB Paru BTA positif (Case Detection Rate/CDR)
di Puskesmas Wangon I pada bulan Desember tahun 2018 sebesar 38%.
Dibandingkan tahun 2017, angka penemuan penderita pasien TB paru BTA
positif/Case Detection Rate (CDR) sebesar 43,29%, dengan demikian CDR
pada tahun 2018 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Data tersebut
menunjukan CDR penemuan kasus baru TB BTA positif Puskesmas Wangon
I masih belum mencapai target nasional sebesar 70% dan target Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas 100% (Standar Pelayanan Minimal
Puskemas Wangon I, 2018).
3

Strategi penemuan pasien TB dapat dilakukan secara pasif, intensif, aktif,


dan masif. Upaya penemuan pasien TB harus didukung dengan kegiatan
promosi yang aktif, sehingga semua terduga TB dapat ditemukan secara dini.
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif intensif di fasilitas kesehatan
dengan jejaring layanan TB melalui Public-Private Mix (PPM), dan kolaborasi
berupa kegiatan TB-HIV, TB-DM (Diabetes Mellitus), TB-Gizi, Pendekatan
Praktis Kesehatan paru (PAL = Practical Approach to Lung health),
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Manajemen Terpadu Dewasa Sakit
(MTDS). Penemuan pasien TB secara aktif dan/atau masif berbasis keluarga
dan masyarakat, dapat dibantu oleh kader dari posyandu, pos TB desa, tokoh
masyarakat, dan tokoh agama (Kemenkes, 2016).
Salah satu permasalahan yang saat ini dihadapi Puskesmas Wangon I
adalah penemuan dan penanganan kasus TB BTA positif yang masih belum
mencapai target. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya deteksi secara aktif
dan kedisiplinan pengobatan TB dengan melibatkan masyarakat, terutama
kader kesehatan yang masih belum berjalan dengan maksimal. Penemuan
kasus lebih mengandalkan pasien yang berkunjung ke Balai Pengobatan (BP)
yang memiliki tanda dan gejala TB.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa perlu dilakukan evaluasi
mengenai penyebab program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
(P2M) TB Puskesmas Wangon I yang belum memenuhi target pada tahun
2018, dengan harapan tercapainya hasil yang memuaskan di tahun berikutnya.
Evaluasi kali ini berupa analisis dengan pendekatan sistem (input, proses, dan
output) pada program P2M TB dengan melihat data sekunder, serta melakukan
pengamatan langsung mengenai kegiatan Penemuan Pasien Baru TB BTA
Positif di Puskesmas Wangon I.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cakupan dan target program penemuan dan penanganan kasus
baru TB BTA positif di Puskesmas Wangon I?
2. Bagaimana permasalahan yang terjadi dalam program penemuan dan
penanganan kasus baru TB BTA positif di Puskesmas Wangon I ?
4

3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan program


penemuan dan penanganan kasus baru TB BTA positif di Puskesmas
Wangon I?

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah-masalah yang terjadi di Puskesmas I Wangon terkait
pelaksanaan program penemuan dan penanganan kasus baru TB BTA
positif
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui cakupan dan target program penemuan dan penanganan
kasus baru TB BTA positif di Puskesmas Wangon I
b. Mengetahui permasalahan yang terjadi dalam program penemuan dan
penanganan kasus baru TB BTA positif di Puskesmas Wangon I
c. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan
penemuan dan penanganan kasus baru TB BTA positif di Puskesmas
Wangon I

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat praktis
a. Menjadi dasar ataupun masukan bagi Puskesmas dalam mengambil
kebijakan jangka panjang dalam upaya pemberantasan penyakit TB.
b. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk meningkatkan upaya
kinerja dalam peningkatan 5 program esensial upaya kesehatan
masyarakat Puskesmas Wangon I khususnya pada bagian P2M TB.
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas dalam melakukan
evaluasi kinerja program P2M yaitu Penemuan Pasien Baru TB BTA
Positif di Puskesmas Wangon I.
d. Sebagai bahan untuk perbaikan salah satu program kerja P2M yaitu
Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif kearah yang lebih baik guna
mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya
dan individu pada khususnya di wilayah kerja Puskesmas Wangon I.
5

2. Manfaat teoritis
a. Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pihak yang
membutuhkan.
b. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menganalisa suatu
permasalahan kesehatan dalam 5 program esensial upaya kesehatan
masyarakat Puskesmas.
c. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menentukan pemecahan
permalahan kesehatan dalam 5 program esensial upaya kesehatan
masyarakat Puskesmas.
6

II. ANALISIS SITUASI

A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Puskesmas dan Wilayah Kerja Puskesmas


Wangon I
1. Keadaan Geografis
Puskesmas 1 Wangon adalah salah satu bagian dari wilayah kabupaten
Banyumas, dengan luas wilayah kerja kurang lebih 40 km2. Wilayah kerja
Puskesmas 1 Wangon terdiri atas 7 desa, dengan desa yang memiliki
wilayah paling luas yaitu Randegan dengan luas 10,4 km2, dan yang
tersempit adalah Banteran dengan luas 2,5 km2.

Gambar 2.1 Peta Desa Wilayah Kerja Puskesmas 1 Wangon

Batas Wilayah Puskesmas 1 Wangon:


1. Utara : Wilayah Puskesmas II Wangon
2. Selatan : Wilayah Kabupaten Cilacap
3. Timur : Wilayah Puskesmas Jatilawang
4. Barat : Wilayah Puskesmas Lumbir.
Luas lapangan lahan di wilayah Puskesmas 1 Wangon dirinci sebagai
berikut:
1. Tanah Sawah : 8.625,00 Ha
2. Tanah Pekarangan : 57,16 Ha
3. Tanah tegalan : 1.889,79 Ha
4. Tanah Hutan Negara : 209,00 Ha
5. Tanah Perkebunan Rakyat : 85,00 Ha
6. Lain-lain : 241,00 Ha
7

2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas 1 Wangon Tahun
2015-2018 dari data statistik Kecamatan Wangon, Pada Tahun 2018
jumlah penduduk tertinggi terdapat di Desa Klapagading Kulon yaitu
11.899 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah ada pada Desa
Banteran yaitu sebanyak 5524 jiwa.
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon
Tahun 2018 Desa Klapagading Kulon memiliki kepadatan penduduk
tertinggi yakni 3390 jiwa per km², sedangkan kepadatan penduduk
terendah terdapat pada Desa Rawaheng sebesar 574 jiwa per km².
c. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Tahun 2018 Desa Klapagading Kulon merupakan desa
dengan jumlah penduduk terbanyak di wilayah Puskesmas Wangon I
dengan jumlah laki-laki 5987 jiwa dan perempuan sebanyak 5912 jiwa.
d. Kelompok Usia
Di wilayah kerja Puskesmas Wangon I jumlah pertumbuhan
penduduk yang masih tinggi dan tingkat kelahiran yang meningkat setiap
tahunnya. Pada Tahun 2018 Kelompok usia 5-9 tahun merupakan
kategori dengan jumlah penduduk terbanyak sebesar 2483 jiwa laki-laki
dan 2.286 jiwa perempuan.
3. Deskripsi Situasi dan Kondisi Puskesmas
a. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di Puskesmas Wangon I,
diantaranya:
1) Puskesmas 1
2) Puskesmas Keliling 1
3) PKD 13
4) Posyandu 80
5) Rumah bersalin 3
6) Balai Pengobatan 2
8

7) Klinik Pratama 2
8) Apotek 3
9) Praktik Dokter 8
b. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas I Wangon
Jenis dan jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Wangon I sesuai
Permenkes No 75 tahun 2014 sebagai berikut :
1. Tenaga Dokter
Puskesmas Wangon I memiliki 5 orang dokter umum (1 PNS,
3 Pegawai Non PNS BLUD). Rasio tenaga medis puskesmas
terhadap penduduk sebesar 6,6 per 100.000 penduduk.
2. Tenaga Dokter Gigi
Puskesmas Wangon I memiliki 1 orang dokter gigi (Pegawai
PNS BLUD).
3. Tenaga Perawat
Saat ini jumlah perawat di Puskesmas Wangon I sebanyak 15
orang Perawat Umum (10 PNS dan 5 Non PNS BLUD), dan 2 orang
perawat gigi (1 PNS dan Non PNS BLUD).
4. Tenaga Bidan
Jumlah tenaga bidan di Puskesmas Wangon I sebanyak 20
orang terdiri, dari 18 orang PNS, 1 orang Pegawai Non PNS BLUD
dan 1 orang PTT Kemenkes RI.
5. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Puskesmas Wangon I memiliki 2 orang tenaga Sarjana
Kesehatan Masyarakat (S.KM).
6. Tenaga Kesehatan Lingkungan
Tahun 2018 jumlah tenaga sanitaria di Puskesmas Wangon I
sebanyak 2 orang PNS.
7. Tenaga Ahli Laboratorium Medik
Tenaga teknisi medis di Puskesmas Wangon I sebanyak 1
orang analis laboratorium PNS.
9

8. Tenaga Gizi
Jumlah tenaga gizi di Puskesmas Wangon I sebanyak 2 orang
nutrisionis, terdiri dari 1 orang PNS dan 1 orang Non PNS. Hal ini
sesuai dengan standar Puskesmas Rawat Inap dengan pelayanan gizi
klinik dan gizi masyarakat.
9. Tenaga Kefarmasian
Tenaga farmasi di Puskesmas Wangon I terdiri dari 1 orang
apoteker (Non PNS) dan 1 assisten apoteker (PNS).
c. Sumber Daya Kesahatan Lainnya
Berdasarkan data tahun 2018 diwilayah kerja Puskesmas 1
Wangon terdapat 80 posyandu. Adapun menurut strata posyandu adalah
sebagai berikut:
a. Posyandu Madya : 19 atau sekitar 23,75% dari seluruh Posyandu.
b. Posyandu Purnama : 60 atau skeitar 75% dari seluruh Posyandu.
c. Posyandu Mandiri : 1 atau 1,25% dari seluruh Posyandu.
Jumlah posyandu aktif di wilayah Puskesmas 1 Wangon adalah
76,25% yang menunjukkan sudah terpenuhinya target presentase
Posyandu Aktif (Purnama dan Mandiri) pada tahun 2017 sebesar 40%
dari jumlah posyandu yang ada.
B. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat
Untuk memberikan gambaran derajat kesehatan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon pada tahun 2018 terdapat beberapa
indikator yang dapat digunakan. Indikator yang disajikan yaitu situasi angka
kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) dan status gizi.
1. Mortalitas
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat
dilihat dari kejadian kematian di masyarakat. Di samping itu kejadian
kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan
kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung
dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan
10

tingkat kematian dan penyakit-penyakit yang terjadi pada periode


tahun 2018 akan diuraikan di bawah ini :
a. Angka Kematian Bayi
Jumlah kasus kematian Bayi di Wilayah Puskesmas 1 Wangon
Tahun 2018 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, Angka
Kematian Bayi Tahun 2018 sebanyak 13 kasus.
b. Angka Kematian Ibu
Angka kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas Wangon I
tidak ada kematian ibu atau 0%..
2. Mobiditas
a. Tuberkulosis
Jumlah Angka Kesembuhan (Cure Rate) Penderita TB Paru
BTA (+) di Tahun 2018 sebesar 53,66% menurun dibandingkan
tahun 2017 yang mencapai 100%.
b. Pneumonia
Cakupan penemuan pneumonia dan ditangani selama tahun
2018 di Puskesmas 1 Wangon ditemukan sebanyak 37.2%
meningkat dibandingkan tahun 2017 sebesar 27%.
c. Penyakit HIV/AIDS
Trend kasus HIV dan AIDSmengalami peningkatan pada
tahun 2018 sebanyak 2 kasus HIV dan 6 kasus AIDS sedangkan
pada tahun 2017 sebanyak 2 kasus (HIV) dan 2 kasus (AIDS)
setelah pada tahun sebelumnya tahun 2016 1 kasus.
d. Penyakit Diare
Angka kasus diare yang ditangani pada semua umur di
wilayah kerja puskesmas Wangon I mengalami penurunan di tahun
2018 yaitu 54.5% dibandingkan tahun 2017 yaitu 65.2%.
e. Penyakit Kusta
Di puskesmas Wangon I tidak ada kasus kusta selama tahun
2018 atau 0%.
11

f. Hepatitis B
Kasus hepatitis B di wilayah kerja puskesmas Wangon I
mengalami peningkatan di tahun 2018 yaitu 13 kasus dibandingkan
tahun 2017 yaitu 0 kasus.
g. DBD
Jumlah kasus DBD pada tahun 2018 mengalami peningkatan
yaitu 3 kasus dibandingkan pada tahun 2017 jumlha kasus DBD di
wilayah kerja puskesmas Wangon I tidak ada.
h. Malaria
Jumlah kasus malaria pada tahun 2018 mengalami
peningkatan yaitu 1 kasus dibandingkan pada tahun 2017 jumlah
kasus malaria di wilayah kerja puskesmas Wangon I tidak ada.
i. Deteksi Kanker leher rahim dan kanker payudara
Persentase pemeriksaan leher rahim dan payudara pada tahun
2018 mengalami penurunan yaitu 0.3% dibandingkan pada tahun
2017 (1%) dan 2016 (2%).
Persentase IVA positif mengalami peningkatan di tahun 2018
yaitu 3.6% dibandingkan tahun 2017 dan 2016 yaitu 0%,
sedangkan tumor/benjolan juga mengalami peningkatan dari
2.35% di tahun 2017 menjadi pada tahun 2018.
3. Status Gizi
a. Angka Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Angka Kasus Balita Bawah Garis Merah di Wilayah Kerja
Puskesmas 1 Wangon Tahun 2018 sebesar 0,76% meningkat
dari tahun sebelumnya di Tahun 2017 yaitu 0,6%.
b. Angka Balita Gizi Buruk
Angka Kasus Balita Gizi Buruk yang ditemukan di
Wilayah Kerja Puskesmas 1 Wangon Tahun 2018 sebesar 2
balita meningkat sama dengan dtahun sebelumnya yaitu 2 balita
di taun 2017.
12

c. Cakupan Asi Eksklusif


Cakupan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Wangon I pada tahun 2018 sebesar 67,4% meningkat di banding
tahun 2017 sebesar 33,1%.
d. Angka kasus Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Angka Kasus BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas 1
Wangon tahun 2018 sebesar 7,1% menurun dibandingkan tahun
2017 angka kasusnya sebesar 8,3%.
4. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Seorang ibu memiliki peran yang sangat besar dalam pertumbuhan
bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami
seorang ibu apalagi yang sedang hamil bisa berpengaruh terhadap
kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa
pertumbuhan bayi dan anaknya.
a. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil
Cakupan K1 di Tahun 2018 sebanyak 92.6% menurun dai
tahun 2017 106,1% dan dari tahun 2016 99,2%. Sedangkan
Cakupan K4 di tahun 2018 sebesar 84.5% menurun dari tahun 2017
sebesar 96,6% dan dari tahun 2016 sebesar 92,5.
b. Persalinan yang di tolong oleh Tenaga Kesehatan (Nakes)
Persalinan yang ditolong oleh nakes di wilayah kerja
Puskesmas 1 Wangon pada tahun 2018 sebesar 87.8% menurun
dibandingkan tahun 2017 sebesar 97,6% (1024 kasus) dan dari
tahun 2016 sebesar 94,2%.
c. Komplikasi Neonatal yang ditangani
Persentase Persalinan komplikasi neonatal dan ditangani
oleh nakes pada Tahun 2018 sebesar 81.2% menurun dibandingkan
tahun sebelumnya yang mencapai 100%.
d. Ibu Hamil Mendapatkan Tablet Fe
Pada tahun 2018 cakupan Ibu hamil yang mendapatkan Fe3
sebesar 84.5%, menurun dibandingkan tahun 2017 (96.6%) dan
tahun 2016 (94.4%).
13

e. Pelayanan Keluarga Berencana


Cakupan layanan KB 2018 di wilayah kerja Puskesmas 1
Wangon PUS lebih banyak memilih menggunakan KB suntik yaitu
37.9%. Persentase peserta KB aktif di wilayah Kerja Puskesmas 1
Wangon di Tahun 2018 sebesar 72.4% menurun dibandingkan
tahun 2017 76,4% dan dari tahun 2016 yang mencapai 79,4%.
f. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi
untuk bayi berumur 0-1 tahun (BCG,DPT,Polio,Campak,HB),
imunisasi untuk WUS/ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD
(kelas 1: DT dan kelas 2-3: TT).
Cakupan imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja
Puskesmas 1 Wangon pada tahun 2018 sebesar 94.3% meningkat
dari tahun 2017 sebesar 93.08% dan dari tahun 2016 yang
persentasenya sebesar 90,7%. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap
Tahun 2018 ini belum sesuai dengan yang target cakupannya yakni
100%. Desa / kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
sebanyak 7 desa sudah mencapai 100%.
g. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
1. Cakupan Rawat Jalan dan Rawat Inap
Cakupan kunjungan rawat jalan di Puskesmas 1 Wangon
tahun 2018 sebanyak 44.581 atau sekitar 73.7% dari jumlah
penduduk. Sedangkan cakupan rawat inap pada tahun 2018
adalah sebanyak 1.454 atau sekitar 2,4%.
2. Kemampuan Laboratorium Kesehatan
Puskesmas 1 Wangon adalah Puskesmas Rawat Inap yang
telah dilengkapi sarana laboratorium kesehatan sederhana.
Hanya karena keterbatasan sumber daya sehingga pelayanan
laboratorium hanya bisa diakses pada saat jam kerja.
h. Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
Program lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan
mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan
14

sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan


lintas sektor berwawasan kesehatan. Beberapa indikator dalam
menilai kesehatan lingkungan di wilayah kerja puskesmas 1
Wangon yaitu:
1) Presentase rumah sehat
Presentase rumah sehat di wilayah kerja puskesmas 1
Wangon tahun 2018 sebesar 90.83% meningkat
dibandingkan tahun 2017 sebesar 81.9%.
2) Akses air minum layak
Cakupan kelayakan air minum di wiayah kerja puskesmas 1
Wangon tahun 2018 sebesar 76.19%, meningkat
dibandingkan tahun 2017 (64%).
3) Akses sanitasi layak (jamban sehat)
Presentasi penduduk dengan akses jamban sehat di wiayah
kerja puskesmas 1 Wangon tahun 2018 sebesar 95.7%,
menurun dibandingkan tahun 2017 (96.8%)
4) Desa STBM
Desa STBM di wiayah kerja puskesmas 1 Wangon tahun
2018 sudah 100%.
5. Perilaku Hidup Masyarakat
Persentase rumah tangga ber-PHBS di wilayah kerja Puskesmas
1 Wangon tahun 2018 sama dengan tahun 2017, yakni 93,1%.
Berdasarkan indikator kinerja puskemas di kabupaten banyumas tahun
2018, target rumah tangga ber-PHBS sebesar 75% sehingga puskesmas
1 Wangon sudah memenuhi indikator kinerja puskesmas.
6. Perbaikan Gizi Masyarakat
a. Pemantauan Pertumbuhan Balita
Persentase Balita yang datang dan ditimbang di wilayah kerja
Puskesmas 1 Wangon mengalami penurunan, pada Tahun 2018
persentasenya sebesar 79.4% menurun dari tahun 2017 yang
mencapai 84%.
b. Pelayanan Gizi
15

1) Pemberian Kapsul Vitamin A pada bayi dan balita


Balita yang diberikan Vitamin A pada tahun 2018
mencapai 100% sama dengan tahun sebelumnya yang telah
mencapai 100%. Standar Pelayanan Minimal untuk balita
mendapat kapsul Vit. A sebanyak 2x sebesar 100%, dengan
demikian cakupan balita yang mendapatkan kapsul Vit. A telah
memenuhi target SPM.
2) Ibu nifas mendapat Kapsul Vit. A
Cakupan ibu nifas mendapat kapsul Vit. A adalah cakupan ibu
nifas yang mendapat kapsul Vit.A dosis tinggi (200.000 SI)
pada periode 40 hari setelah melahirkan. Didapatkan bahwa
cakupan ibu nifas yang mendapat Vit.A pada tahun 2018
(87.8%) menurun dibandingkan tahun 2017 (97,61%) dan 2016
(94.06%). Perlunya kerjasama lintas program maupun lintas
sektoral speerti kader posyandu, aparat desa dan lainnya agar
ibu bersalin semakin tahu pentingnya Vit. A dan
mempermudah akses ibu hamil mendapatkan Vit. A.

III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. ANALISIS SISTEM PADA PROGRAM KESEHATAN


16

1. Input
a. Man (Tenaga Kesehatan)
Jumlah tenaga kesehatan dalam program penemuan kasus TB paru
di Puskesmas Wangon I tahun 2018 saat ini berjumlah 7 orang yang
terdiri dari 1 dokter penanggung jawab, 4 perawat, 1 apoteker, dan 1
petugas laboratorium.
b. Money (Sumber Dana)
Sumber anggaran kesehatan Puskesmas I Wangon terdiri atas
APBD Kabupaten Banyumas, APBN dan Dana BOK (Bantuan
Operasional Kesehatan). APBD terdiri atas Dana Belanja Langsung dan
Dana Belanja Tidak Langsung.APBN terdisi atas Dana Alokasi Umum
(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dana konsentrasi dan Dana Tugas
Pembantuan Kabupaten/Kota.
Dana untuk kegiatan program penemuan kasus TB paru
Puskesmas Wangon I berasal dari Dinas Kesehatan berupa BOK
(Bantuan Operasional Kesehatan), dan Bantuan Layanan Umum Daerah
(BLUD)
c. Material (Sarana Kesehatan).
Sarana di wilayah kerja Puskesmas Wangon I untuk menunjang
pelaksanaan program penemuan kasus baru TB BTA positif yaitu
terdiri dari pot sputum, masker, transportasi, alat tulis, dan obat-obatan.
Puskesmas Wangon I menyediakan tempat pelayanan TB tersendiri
yang buka setiap hari Jum’at dan Sabtu.
Program penemuan kasus baru TB BTA positif ditunjang dengan
memanfaatkan berbagai media seperti banner TB yang dipasang di
depan puskesmas, poster TB yang ditempel di tempat umum atau
bahkan pembagian leaflet kepada masyarakat wilayah kerja Puskesmas
Wangon I serta kader TB.

d. Metode
Metode pelaksanaan program penemuan dan penanganan pasien
TB BTA positif dilakukan oleh dokter - dokter puskesmas, bidan desa,
17

perawat, dan kader TB. Petugas TB juga melakukan kegiatan home visit
dengan memeriksa dahak pada anggota keluarga penderita TB, tetangga
penderita TB, serta pada orang dengan suspek TB. Penemuan kasus baru
TB utamanya dilaksanakan di Puskesmas Wangon I pada saat pasien
memeriksakan diri ke Balai Pengobatan.
Saat pasien dicurigai menderita TB, dokter menganjurkan
pemeriksaan dahak SPS kepada pasien di laboratorium. Spesimen dahak
dikemas dengan benar, kemudian petugas TB menjalankan da mengisi
aplikasi SITRUST dengan lengkap. Spesimen dahak diambil kurir dari
pegawai kantor pos untuk dikirim ke RS Margono. Hasil pemeriksaan
dahak akan diinformasikan melalui whatsapp.
Setelah terdiagnosis TB, pasien diberikan pengobatan TB dan
diedukasi mengenai penyakit TB, penularan, pencegahan dan proses
pengobatannya, serta menentukan PMO (Pengawas Minum Obat) yang
biasanya merupakan keluarga pasien, tugas ini dilakukan oleh petugas
pemegang program P2M TB. Petugas TB di Puskesmas juga bertugas
memantau pasien tiap bulannya agar pasien tidak putus obat. Apabila
diperlukan, petugas TB melaksanakan kegiatan deteksi dini terduga TB,
dan kunjungan rumah untuk monitoring.
e. Minute
Pelaksanaan program penemuan dan penanganan kasus baru TB
dengan menjaring penderita TB dilakukan setiap hari pada saat
pengobatan di Balai Pengobatan Puskesmas. Selain itu juga melibatkan
pelaporan kasus dari bidan desa, kader TB, tenaga kesehatan, serta dari
masyarakat. Pemantauan pengobatan TB dilaksanakan setiap bulannya
pada saat pasien mengambil obat.

f. Market
18

Sasaran pada pelaksanaan program pemberantasan TB dan


pemantauan pengobatan TB ditujukan kepada seluruh masyarakat desa
di wilayah kerja Puskesmas Wangon I.
2. Proses
a. Perencanaan (P1)
Program P2M sudah memiliki perencanaaan yang baik yaitu :
1) Membuat tempat pelayanan TB tersendiri
2) Penyuluhan penyakit TB
3) Kunjungan rumah penderita TB
4) Mmeriksa sputum pada orang serumah penderita TB, pada penderita
TB memeriksa sputum pada lingkungan penderita TB memeriksa
sputum pada
5) membuat spanduk berhubungan dengan inovasi TB
6) membuat leaflet
7) Penambahan slogan:
Semula TOSS TB (Temukan Obati Sampai Sembuh TB) di
tambah SIKAT TB:
Terdiri dari tiga poin kata
- SI : sampaikan informasi ( penyuluhan)
- K : kunjungan (kunjungan rumah penderita TB)
- AT : agar tidak tertular TB (konseling)
Jadi slogan inovasi TB : TOSS TB SIKAT TB
b. Penggerakan dan Pelaksanaan Program (P2)
Penggerakan dan Pelaksanaan program/kegiatan merupakan
kegiatan lanjutan dari RPK. Penggerakan pelaksanaan
program/kegiatan dapat dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya
adalah rapat dinas, pengarahan pada saat apel pegawai, pelaksanaan
kegiatan dari setiap program sesuai penjadwalan pada Rencana
Pelaksanaan Kegiatan bulanan, maupun dilakukan melalui forum yang
dibentuk khusus untuk itu (Kemenkes, 2016).
Tim Puskesmas Wangon I bekerjasama dengan masyarakat, dan
bidan desa, untuk menindaklanjuti program penemuan dan penanganan
19

kasus baru TB BTA positif. Promosi peningkatan cakupan penemuan


kasus baru TB di wilayah kerja Puskesmas I Wangon diselenggarakan
melalui kerja sama lintas program yaitu kerjasama dengan program gizi
dan promkes.
Pelaksanaan program penemuan dan penanganan kasus baru TB
BTA positif di Puskesmas Wangon I dibantu oleh 5 kader TB yang
sudah dilatih oleh Dinas Kesehatan. Jumlah kader masih sangat kurang
karena Puskesmas Wangon I memilihi wilayah kerja 7 desa dan jumlah
penduduk sebesar 71.133 jiwa.
Tempat pelayanan TB tersendiri di Puskesmas Wangon I sudah
berjalan dengan baik. Tempat pelayanan buka setiap hari Kamis ,Jum'at,
dan Sabtu. Tempat pelayanan yang terpisah diharapkan dapat mecegah
penularan TB pada pasien lain.
Penyuluhan terkait penyakit TB sudah berjalan dengan bantuan
dari staff promosi kesehatan, maupun dokter-dokter di Puskesmas
Wangon I saat melakukan kegiatan Posyandu Lansia. Kegiatan
penyuluhan yang akan datang belum terjadwalkan.
Pelaksanaan aktif penjaring suspek TB dilakukan oleh
pemegang program TB dan dengan bantuan kader TB. Penjaringan
pasien TB dilakukan dengan mengunjungi rumah penderita TB,
memeriksa sputum pada orang serumah pada penderita TB, serta
memeriksa sputum pada lingkungan penderita TB.
Pelaksanaan pembuatan banner berhubungan dengan inovasi
TB, pembuatan leaflet, dan penambahan slogan dibuat oleh pemegang
program TB. Banner dipasang di depan Puskesmas Wangon I sebagai
bentuk edukasi kepada masyarakat yang berobat ke Puskesmas Wangon
I untuk lebih waspada terhadap penyakit TB.
c. Pengawasan Pengendalian dan Penilaian (P3)
Pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen
untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program. Pemantauan
dilaksanakan secara berkala dan terus menerus, untuk dapat segera
mendeteksi bila ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang telah
20

direncanakan, supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan segera.


Evaluasi dilakukan setelah suatu jarak-waktu (interval) lebih lama,
biasanya setiap 6 bulan s/d 1 tahun. Dengan evaluasi dapat dinilai sejauh
mana tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya dicapai. Dalam
mengukur keberhasilan tersebut diperlukan indikator. Indikator TB
secara nasional yaitu angka penemuan pasien TB BTA positif (CDR) dan
angka keberhasilan pengobatan (Succes Rate) serta didukung beberapa
indikator proses pencapaian indikator nasional seperti angka
kesembuhan, angka penjaringan suspek, proporsi pasien TB BTA positif
diantara suspek yang diperiksa dahaknya, proporsi pasien TB paru BTA
positif diantara seluruh pasien TB paru, angka nitifikasi kasus, angka
konversi, angka kesembuhan, angka kesalahan laboratorium.
Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan perencanaan
program. Seluruh kegiatan harus dimonitor baik dari aspek masukan
(input), proses, maupun keluaran (output). Cara pemantauan dilakukan
dengan menelaah laporan, pengamatan langsung dan wawancara dengan
petugas pelaksana maupun dengan masyarakat sasaran.
Pengawasan dan pengendalian program TB di Puskesmas Wangon I
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Wilayah Banyumas dan Puskesmas
Wangon I khususnya dari bidang P2M. Pengawasan dan evaluasi
program dilaksanakan setiap 3 bulan sekali dalam rapat pleno Puskesmas
I Wangon serta dalam rapat koordinasi di Dinas Kesehatan Banyumas.

3. Output
Output program penemuan dan penanganan kasus baru TB BTA
positif di Puskesmas Wangon I yaitu tercapainya penemuan kasus baru TB
paru (BTA positif) yang ditemukan paling sedikit 70% dari perkiraan dan
menyembuhkan 85% dari semua pasien TB serta mempertahankannya.
Berdasarkan Rekapan Data di Puskesmas Wangon I, pada tahun
2018 jumlah penemuan kasus baru TB BTA (+) adalah 41 pasien dari yang
seharusnya 108 orang terduga (suspek). Angka Penemuan Penderita TB
Paru BTA positif (Case Detection Rate/CDR) di Puskesmas Wangon I pada
21

tahun 2018 sebesar 38% dari target target strategi Indonesia bebas TB
sebesar 70% dan target Kabupaten Banyumas 100%. Belum tercapainya
jumlah case finding penderita TB secara menyeluruh pada tahun 2018
merupakan hal yang menjadi perhatian utama.
4. Impact
Diharapkan peningkatan angka temuan pasien baru TB BTA positif
di Puskesmas Wangon I mencapai target nasional dan target dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas
5. Outcome
Dampak program yang diharapkan adalah menurunnya angka
morbiditas dan mortalitas akibat penyakit menular khususnya TB di
Puskesmas Wangon I.
Setelah tercapainya angka penemuan dan angka kesembuhan, maka
TB tidak akan menjadi masalah kesehatan masyarakat.

B. ANALISIS STRENGTH, WEAKNESS, OPPORTUNITY, THREAT


(SWOT)
1. Strength
a. Sumber dana
Sumber dana dalam pelaksanaan program P2M TB Paru sudah
disiapkan dari pemerintah, yaitu sumber Dana Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) dan dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Dana BOK berasal dari Kementerian Kesehatan. Sumber dana ini dapat
digunakan untuk kegiatan promotif dan preventif seperti penyuluhan,
pelacakan kasus TB Paru, dan pemantauan kasus TB Paru. Dapat juga
digunakan untuk uang ganti transportasi setelah melakukan kegiatan
Pengawasan Minum Obat (PMO), kunjungan kasus drop out, perbaikan
gizi pasien TB berupa pemberian makanan tambahan. Dari segi
keuangan, alokasi anggaran bagi program Penemuan kasus TB BTA
22

positif di Wangon telah ditentukan rinciannya pada awal tahun,


sehingga tidak didapatkan kebutuhan dana mendadak yang dapat
mengganggu jalannya operasional puskesmas.
b. Sarana dan prasarana
Kebutuhan logistik seperti pengadaan obat TB Paru sudah
tercukupi. Sarana reagen untuk pemeriksaan bakteriologis TB Paru,
spuit dan pelarut obat, selalu ada dan tersedia di Puskesmas Wangon I.
Hal tersebut didapatkan dari pemerintah langsung maupun dalam bentuk
dana. Pencatatan dan pelaporan kasus TB di Puskesmas Wangon I juga
sudah baik dan lengkap.
c. Program P2M TB di Puskesmas
Kegiatan P2M TB Paru di Puskesmas Wangon I meliputi
kegiatan yang dilakukan di dalam puskesmas maupun di luar
puskesmas. Kegiatan di dalam puskesmas sudah berjalan cukup baik
seperti pemeriksaan oleh dokter di Balai Pengobatan, pemeriksaan
bakteriologis TB Paru melalui sputum, dan konseling TB Paru oleh
seorang petugas P2M TB, serta pemberian obat rutin.
Pasien dengan keluhan klasik TB akan dilakukan pemeriksaan
sputum 3 kali yaitu sewaktu, pagi, sewaktu (SPS) oleh analis
laboratorium, kemudian pasien yang terdiagnosis TB Paru BTA positif
diberikan konseling dan edukasi terkait penyakit, pencegahan,
pengobatan pasien TB paru dan diminta agar memeriksakan keluarga ke
puskesmas karena ada kemungkinan tertular. Apabila didapatkan kasus
– kasus yang tidak dapat didiagnosa ataupun ditangani di Puskesmas,
segera dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih memadai dan
berkompetensi.
Kegiatan di luar puskesmas untuk menemukan kasus TB baru
dilakukan dengan melakukan home visit. Keluarga penderita TB dan
tetangga sekitarnya radius 5-10 meter dilakukan pemeriksaan dahak
yang dibantu oleh petugas TB, kader TB, dan bidan desa.
2. Weakness
a. Sumber daya petugas kesehatan
23

Pada program pengendalian TB di Puskesmas Wangon I terdiri


dari 7 tenaga kesehatan. Namun tugas kerja yang diberikan melebihi
kemampuan dari petugas, sehingga apabila petugas sedang tidak di
lokasi, maka program tidak berjalan. Kegiatan pelacakan aktif di luar
puskesmas terhadap kelompok rentan (keluarga, lingkungan yang
kontak erat dengan pasien TB BTA positif, lingkungan kumuh,
lingkungan dengan prevalensi penyakit imunodefisiensi seperti HIV,
Diabetes Melitus tinggi) juga sulit dilaksanakan dengan baik karena
kurang memberdayakan sumber daya tenaga P2M TB.
b. Program P2M TB
Sistem screening pasien dan keluarga sebagian besar masih
dilakukan secara pasif, yaitu berdasarkan pasien yang datang ke balai
pengobatan. Deteksi aktif kasus TB Paru sudah dilakukan namun masih
jarang.
c. Kerjasama antar pelayanan kesehatan
Fasilitas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Wangon I selain dari
puskesmas terdiri dari rumah sakit, klinik, dan praktek pribadi dokter.
Pelaporan kasus TB dari fasilitas kesehatan lain terutama klinik swasta
masih kurang.
3. Opportunity
a. Bantuan dana sudah disiapkan dari pemerintah untuk penyediaan sarana
dan prasarana laboratorium dan pengobatan, melakukan penyuluhan TB
Paru, serta melakukan pelacakan dan pemantauan kasus TB Paru di tiap
desa.
b. Masyarakat sudah tidak dipungut biaya untuk pemberian obat
tuberkulosis.
c. Terdapat pemantauan dari Dinas Kesehatan terkait penyakit menular.
d. Kerja sama lintas sektoral dengan Rumah Sakit Umum Daerah. terdekat
dalam rangka menegakkan diagnosis dan pengobatan pasien TB.
4. Threat
a. Pengetahuan masyarakat yang masih rendah terkait Tuberkulosis,
sehingga penemuan kasus TB BTA positif belum mencapai target.
24

b. Sikap dan kesadaran masyarakat yang masih kurang terkait penyakit TB


yang bersifat menular, sehingga ketika satu anggota keluarga terkena
TB, tidak berinisiatif memeriksakan anggota keluarga yang lain. Pasien
juga tidak melaksanakaan perintah dari petugas kesehatan untuk selalu
memakai masker. Hal ini meningkatkan risiko penularan TB baik ke
keluarga maupun tetangga disekitar rumah pasien.
c. Keadaan sosial ekonomi dan pola kebiasaan hidup bersih dan sehat
(PHBS) masyarakat yang masih rendah, serta sulit diubah, sehingga
dapat meningkatkan risiko penularan TB.
d. Adanya penderita yang berobat langsung ke pelayanan kesehatan
tingkat lanjut (rumah sakit dan praktik dokter spesialis) dan layanan
kesehatan pribadi (praktik dokter dan mantri mandiri), sehingga masih
memungkinkan pendataan penemuan kasus TB ada yang terlewatkan.

IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF


PEMECAHAN MASALAH

A. Pembahasan Isu Strategis


Angka penemuan kasus atau Case Detection Rate Tuberkulosis (TB)
BTA Positif adalah prosentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan
dan diobati dibanding jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada
dalam wilayah tersebut. Target penemuan kasus Tuberkulosis (TB) BTA Positif
secara nasional 70% dan target yang ditetapkan pemerintah Kabupaten
Banyumas 100%.
Berdasarkan Rekapan Data Capaian Program Kesehatan di Puskesmas
Wangon I, pada tahun 2018 jumlah penemuan kasus baru TB BTA (+) adalah
42 pasien dari yang seharusnya 108 orang terduga (suspek). Angka Penemuan
Penderita TB Paru BTA positif (Case Detection Rate/CDR) di Puskesmas
Wangon I pada tahun 2018 sebesar 38%. Data tersebut menunjukkan belum
25

tercapainya jumlah case finding penderita TB secara menyeluruh pada tahun


2018. Hal ini menjadi perhatian utama.
Berdasarkan hasil analisis SWOT, dapat diketahui bahwa program
penemuan kasus Tuberkulosis (TB) BTA Positif di Puskesmas Wangon I masih
kurang maksimal. Hal ini terlihat dari beberapa weakness mulai dari input,
proses, dan output. Kekuatan yang dimiliki Puskesmas dalam upaya
meningkatkan P2M TB adalah tersedianya dana dan sarana penemuan kasus TB
BTA positif yang didapat dari Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan
BLUD. Namun, pendanaan yang tersedia belum didukung oleh faktor lain.
Sistem case finding pasien TB yang sebagian besar masih dilakukan
secara pasif dirasa masih kurang efektif karena tidak memenuhi target
penemuan pasien TB di PuskemasWangon I. sehingga pelaksanaan penjaringan
kasus TB di desa belum terlaksana secara maksimal. Apabila kader TB lebih
diberdayakan, maka petugas TB terbantu dalam melaksanakan kegiatan home
visit, penjaringan kasus TB, penyuluhan terhadap masyarakat, pemantauan dan
pelatihan PMO.
Kelemahan lain yang menjadi penyebab tidak tercapainya target SPM
angka penemuan kasus baru BTA positif dengan screening TB Paru pada
keluarga maupun lingkungan masyarakat yang kontak secara erat dengan pasien
TB Paru BTA positif masih belum optimal.
B. Alternatif Pemecahan Masalah
Dalam peningkatan P2M TB ini membutuhkan peran serta masyarakat,
maka diperlukan strategi utama dan strategi alternatif untuk mengatasi masalah
ini. Strategi utama yang sangat tepat dilakukan adalah pemberian penyuluhan
secara intensif dan berkesinambungan bagi masyarakat tentang perilaku hidup
bersih dan sehat, etika batuk, ciri rumah sehat, dan gizi seimbang, serta
mengenai penyakit TB . Upaya tersebut dapat dilakukan oleh kader-kader
kesehatan yang sebelumnya sudah mendapat pelatihan dari Dinas Kesehatan
Banyumas. Penyuluhan juga terutama dilakukan kepada keluarga dan
lingkungan sekitar penderita yang telah didiagnosis TB dalam rangka mencegah
penularan, ketidakpatuhan minum obat, dan kejadian komplikasi karena TB.
26

Selain itu, diharapkan masyarakat sekitar ikut berperan aktif dalam penemuan
kasus TB.
Strategi alternatif yang mungkin dapat dilakukan adalah dapat dilakukan
upaya-upaya sebagai berikut:
1. Meningkatkan frekuensi penyuluhan pada kader TB agar lebih fokus dalam
mengawasi pemberantasan penyakit TB, edukasi terhadap masyarakat
terkait penyakit TB, serta melakukan kegiatan home visit dalam pelacakan
kasus TB dan pengawasan pengobatan.
2. Menambah jumlah kader TB pada masing-masing desa serta tidak
merangakap sebagai kader lainnya sehingga lebih fokus terhadap penemuan
kasus baru TB.
3. Meningkatkan frekuensi penyuluhan mengenai penyakit TB kepada
masyarakat, dan pentingnya pencegahan serta pengendalian TB sebagai
upaya pemberdayaan masyarakat dan pasien TB, sehingga masyarakat juga
dapat berperan aktif dalam penemuan TB kasus baru.
4. Mempersiapkan calon pemegang program dengan baik, seperti mengikuti
pelatihan DOTS, melakukan supervisi terhadap petugas, dan rutin
melakukan evaluasi program untuk memaksimalkan kerja di setiap aspek
pengelolaan TB.
5. Meningkatkan pencatatan dan pendataan penemuan dan pengobatan kasus
TB melalui kerja sama dengan layanan kesehatan lain seperti praktek dokter
mandiri dan klinik-klinik swasta di wilayah kerja Puskesmas Wangon I.
27

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Target nasional penemuan kasus baru TB BTA positif tahun 2018 sebesar
70% dan target Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 100%. Jumlah pasien
baru TB paru BTA positif yang ditemukan di Wilayah Puskesmas Wangon I
tahun 2018 sebesar 38%. Dengan demikian CDR pada tahun 2018 masih belum
mencapai target.
Program penemuan dan penanganan kasus baru TB BTA positif di
Puskesmas Wangon I masih memeliki masalah-masalah diantaranya adalah
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB, kurangnya jumlah kader TB
pada masing-masing desa, belum adanya pelatihan resmi pada pemegang
program, serta pencatatan penemuan kasus TB yang masih kurang efektif.
Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan penemuan dan penanganan
kasus baru TB BTA positif di Puskesmas Wangon I adalah dengan
meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang penyakit TB pada kader TB dan
28

masyarakat pada umumnya, menambah jumlah kader TB pada masing-masing


desa serta tidak merangakap sebagai kader lainnya sehingga lebih fokus
terhadap penemuan kasus baru TB, memberikan pelatihan pada pemegang
program TB, dan meningkatkan pencatatan dan pendataan penemuan dan
pengobatan kasus TB melalui kerja sama dengan layanan kesehatan lain seperti
praktek dokter mandiri dan klinik-klinik swasta di Wilayah kerja Puskesmas
Wangon I.
B. Saran
1. Puskesmas lebih dapat meningkatkan penjaringan pasien TB BTA positif/
case finding secara lebih aktif dari rumah ke rumah dalam rangka
meningkatkan program pemberantasan dan pengelolaan tuberkulosis di
wilayah kerja Puskesmas Wangon I, terutama pada keluarga atau
lingkungan yang kontak erat dengan penderita TB BTA positif dan
kelompok rentan.
2. Puskesmas dapat mengoptimalkan tenaga kesehatan yang sudah tersedia,
mempersiapkan pemegang program dengan baik, dan evaluasi rutin
terhadap pelaksanaan program P2M TB.
3. Puskesmas lebih meningkatkan frekuensi penyuluhan mengenai TB, PHBS
dan rumah sehat, gizi seimbang, dan etika batuk. Hal tersebut diharapkan
sebagai upaya menambah pengetahuan dan pemahaman masyarakat
tentang penyakit TB, faktor risiko, pencegahannya, serta meningkatkan
peran masyarakat dalam penemuan dan pemberantasan penyakit TB.
4. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam
penemuan dan pemberantasan TB.
29

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. 2018. Profil Kesehatan Kabupaten


Banyumas. Purwokerto: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.


Jakarta : Kemernterian Kesehatan RI.

Puskesmas Wangon I. 2018. Profil Kesehatan Puskesmas Wangon I Tahun 2018.


Wangon: Puskesmas Wangon I.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2011. Tuberkulosis : Pedoman


Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia

WHO. 2018. Global Tuberculosis Report. Geneva: WHO.


Kemenkes RI. 2019. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penemuan Kasus TBC dalam
Rangka Hari TBC Sedunia 2019. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPPL).
Kemenkes RI , 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomo 44 tahun 2016 tentang
Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai