Anda di halaman 1dari 13

1.

Jenis Kegiatan :  F5 –Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Menular dan Tidak Menular tanggal 06 Maret 2020
Dokter Pendamping      :  venny noviyersi
Judul Lap. Kegiatan    :  Posbinaan Terpadu (POSBINDU) Ikatan Adhyaksa
Dharmakarini Solok

PESERTA HADIR
  Peserta PIDI
  Masyarakat
  Lain-lain

LATAR BELAKANG
Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi isu strategis dalam agenda SDGs 2030
sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap negara. Penyebab kematian di dunia
sekitar 71 persen adalah penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun.
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam
pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. 73% kematian saat ini
disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan
pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena
diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya (data WHO, 2018).
Deteksi dini faktor risiko PTM di Posibindu adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM) yang dilaksanakan di pos pembinaan terpadu (Posbindu). Dasar Hukum dan Pedoman
pelaksanaan posbindu adalah instruksi Presiden No.1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat dan peraturan Menteri Kesehatan No. 1 Penyakit Tidak Menular. Posbindu PTM
merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara
mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat dipadukan dengan upaya
yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM, dapat sesegeranya dilakukan
pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan.
PERMASALAHAN
1.Banyak masyarakat yang belum memahami faktor risiko yang dapat menimbulkan dan
memperparah penyakit tidak menular
2. Adanyaanggapan masyarakat untuk berobat dan kontrol tekanan darah dan kadar gula darah
hanya pada saat adanya keluhan, sehingga terjadi ketidak patuhan minum obat dan berakibat
pada tidak terkontrolnya tekanan darah dan kadar guladarah dan meningkatnya risiko terhadap
komplikasi yang terjadi.
3. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi hipertensi, diabetes mellitus,
hiperuremia jika tidak terkontrol

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Program Posbindu ini dilakukan untuk mendata, mengontrol dan mencegah kejadian
Penyakit Tidak Menular di masayarakat sehingga angka penyakit tidak menular dapat dikurangi
dan ditatalaksana secara cepat.

PELAKSANAAN
Program Posbindu dilakukan pada hari Jumat, 6 Maret 2020. Jumlah peserta 45 orang
berusia antara 30-60 tahun. Kegiatan meliputi pencatatan dan pengukuran tekanan darah, kadar
gula darah sewaktu, kolestrol, asam urat. Kemudian diakhiri dengan sesi konseling dan edukasi.

MONITORING & EVALUASI


Jumlah peserta yang hadir cukup banyak. Peserta hadir dilakukan pemeriksaan pada
tekanan darah, gula darah dan kadar asam urat. Beberapa pasien memiliki riwayat hipertensi,
diabetes melitus dan asam urat. Pasien tampak antusias dalam menjalani setiap pemeriksaan
dan sangat kooperatif.
2. Jenis Kegiatan :  F5 –Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular dan Tidak Menular tanggal 06 Maret 2020
Dokter Pendamping      :  venny noviyersi
Judul Lap. Kegiatan    :  Posbinaan Terpadu (POSBINDU) Tanjung Paku

PESERTA HADIR
  Peserta PIDI
  Masyarakat
  Lain-lain

LATAR BELAKANG
Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi isu strategis dalam agenda SDGs 2030
sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap negara. Penyebab kematian di dunia
sekitar 71 persen adalah penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun.
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam
pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. 73% kematian saat ini
disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan
pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena
diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya (data WHO, 2018).
Deteksi dini faktor risiko PTM di Posibindu adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM) yang dilaksanakan di pos pembinaan terpadu (Posbindu). Dasar Hukum dan Pedoman
pelaksanaan posbindu adalah instruksi Presiden No.1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat dan peraturan Menteri Kesehatan No. 1 Penyakit Tidak Menular. Posbindu PTM
merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara
mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat dipadukan dengan upaya
yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM, dapat sesegeranya dilakukan
pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan.
PERMASALAHAN
1.Banyak masyarakat yang belum memahami faktor risiko yang dapat menimbulkan dan
memperparah penyakit tidak menular
2. Adanyaanggapan masyarakat untuk berobat dan kontrol tekanan darah dan kadar gula darah
hanya pada saat adanya keluhan, sehingga terjadi ketidak patuhan minum obat dan berakibat
pada tidak terkontrolnya tekanan darah dan kadar guladarah dan meningkatnya risiko terhadap
komplikasi yang terjadi.
3. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi hipertensi, diabetes mellitus,
hiperuremia jika tidak terkontrol

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Program Posbindu ini dilakukan untuk mendata, mengontrol dan mencegah kejadian
Penyakit Tidak Menular di masayarakat sehingga angka penyakit tidak menular dapat dikurangi
dan ditatalaksana secara cepat.

PELAKSANAAN
Program Posbindu dilakukan pada hari Jumat, 6 Maret 2020 Pukul 13.30 sampai dengan
selesai. Jumlah peserta 35 orang berusia antara 45-70 tahun. Kegiatan meliputi pencatatan dan
pengukuran tekanan darah, kadar gula darah sewaktu, kolestrol, asam urat. Kemudian diakhiri
dengan sesi konseling dan edukasi.

MONITORING & EVALUASI


Jumlah peserta yang hadir cukup banyak. Peserta hadir dilakukan pemeriksaan pada
tekanan darah, gula darah dan kadar asam urat. Beberapa pasien memiliki riwayat hipertensi,
diabetes melitus dan asam urat. Pasien tampak antusias terutama pada sesi konseling dan
edukasi , banyak peserta yang bertanya. Pasien kooperatif dalam menjalani setiap pemeriksaan.
3. Jenis Kegiatan :  F5 –Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular dan Tidak Menular tanggal 06 Maret 2020
Dokter Pendamping      :  venny noviyersi
Judul Lap. Kegiatan    :  Penyuluhan Infeksi Menular Seksual dan Konseling VCT
pada Kelompok Berisiko Kota Solok

PESERTA HADIR
  Peserta PIDI
  Masyarakat
  Lain-lain

LATAR BELAKANG
Lebih dari 30 jenis patogen dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan
manifestasi klinis bervariasi menurut jenis kelamin dan umur. Meskipun infeksi menular seksual
(IMS) terutama ditularkan melalui hubungan seksual, namun penularan dapat juga terjadi dari
ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah atau transfer
jaringan yang telah tercemar, kadangkadang dapat ditularkan melalui alat kesehatan. Dengan
perkembangan di bidang sosial, demografik, serta meningkatnya migrasi penduduk, populasi
berisiko tinggi tertular IMS akan meningkat pesat. Beban terbesar akan ditanggung negara
berkembang, namun negara maju pun dapat mengalami beban akibat meningkatnya IMS oleh
virus yang tidak dapat diobati, perilaku seksual berisiko serta perkembangan pariwisata. IMS
menempati peringkat 10 besar alasan berobat di banyak negara berkembang, dan biaya yang
dikeluarkan dapat mempengaruhi pendapatan rumah tangga. Pelayanan untuk komplikasi atau
sekuele IMS mengakibatkan beban biaya yang tidak sedikit, misalnya untuk skrining dan
pengobatan kanker serviks, penanganan penyakit jaringan hati, pemeriksaan infertilitas,
pelayanan morbiditas perinatal, kebutaan bayi, penyakit paru pada anakanak, serta nyeri panggul
kronis pada wanita. Beban sosial meliputi konflik dengan pasangan seksual dan dapat
mengakibatkan kekerasan dalam rumah tangga.
Pentingnya melakukan pemeriksaan dan konseling terutama pada kelompok yang
berisiko. Memberikan penjelasan mengenai penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat aktivitas
seksual berisiko yang dilakukan.
PERMASALAHAN
1.Banyak masyarakat yang belum memahami faktor risiko yang dapat menimbulkan dan
memperparah penyakit menular seksual
2. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi dari aktivitas seksual berisiko
3. masih kurangnya kesadaran dan pengetahuan bagaimana melakukan pencegahan penyakit
menular seksual

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Program dilakukan untuk memberikan edukasi pada kelompok berisiko mengenai infeksi
menular seksual, faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit tersebut, dan bagaimana cara
pencegahan penyakit maupun komplikasi dari penyakit. Pada kegiatan akan dilakukan edukasi,
konseling dan pemeriksaan HIV.

PELAKSANAAN
Program Posbindu dilakukan pada hari Sabtu, 14 Maret 2020 Pukul 19.00 sampai
dengan selesai. Jumlah peserta 20 orang berusia antara 20-40tahun. Kegiatan meliputi edukasi
dan pemaparan mengenai IMS, konseling dan pemeriksaan HIV.

MONITORING & EVALUASI


Jumlah peserta yang hadir cukup banyak. Peserta hadir mengikuti kegiatan dengan baik.
Pasien cukup kooperatif meski ada beberapa yang tidak terbuka saat konseling berlangsung.
4. JenisKegiatan :  F5 –Upaya Pencegahan dan PemberantasanPenyakitMenular
dan TidakMenular tanggal 18 Februari 2020
DokterPendamping      :  vennynoviyersi
Judul Lap. Kegiatan    :  Tanggap Bencana Banjir Kota Solok

PESERTA HADIR
  Peserta PIDI
  Masyarakat
  Lain-lain

LATAR BELAKANG
Meningkatnya kasus banjir di Indonesia dari tahun ke tahun telah menimbulkan
kecemasan. Dari tahun 1815 s.d. 2012 terjadi setidaknya 4000 kejadian banjir di Indonesia dan
80%-nya terjadi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Jumlah banjir di Pulau Jawa paling
banyak terjadi di Jawa Tengah (467 kejadian), di Jawa Timur (413 kejadian), dan Jawa Barat
(374 kejadian). Beberapa kota di antaranya Jakarta, Semarang, Medan, dan Pontianak. Banjir
memengaruhi berbagai sektor kehidupan. Dari sisi infrastruktur, banjir merusak sarana dan
prasarana pemukiman penduduk, perkantoran, dan fasilitas umum. Banjir mengganggu
perekonomian karena mengganggu produksi pertanian, merusak jalur transportasi, dan
menambah biaya distribusi. Banjir juga menimbulkan gangguan kegiatan pabrik karena mesin
produksi terendam air atau listrik dipadamkan, yang kemudian menjadi kendala di bidang
perekonomian. Setelah banjir biasanya muncul banyak penyakit. Bahaya bakteri e-coli dan
leptospira cenderung meningkat pascabanjir besar. Tidak hanya penyakit kulit yang mengancam
kesehatan para korban banjir, namun juga beberapa penyakit lainnya. Mengingat tingginya
frekuensi hujan dan potensi banjir di berbagai wilayah Indonesia, maka upaya preventif dan
kuratif untuk meminimalisir risiko kesehatan dan lingkungan akibat banjir perlu dilakukan.
Banjir membawa kotoran seperti sampah, air got, atau septik tank. Kondisi ini
menyebabkan nyamuk dan bibit kuman penyakit mudah berkembang biak. Tidak jarang banjir
juga menimbulkan Keadaan Luar Biasa (KLB).Kondisi basah juga tidak nyaman bagi tubuh
sehingga dapat menurunkan kondisi tubuh dan daya tahan terhadap stres karena terbatasnya
akses terhadap sandang, pangan, dan papan. Beberapa penyakit menular yang harus diwaspadai
sehubungan dengan banjir:
1. Diare. Penyakit Diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu (personal
hygiene). Pada saat banjir, sumber-sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air
minum dari sumur dangkal, akan ikut tercemar.
2. Demam berdarah. Saat musim hujan, terjadi peningkatan tempat perindukan nyamuk aedes
aegypti, karena banyak sampah seperti kaleng bekas, ban bekas, dan tempat-tempat
tertentu terisi air sehingga menimbulkan genangan, tempat berkembang biak nyamuk
tersebut.
3. Penyakit leptospirosis. Leptospirosis (demam banjir) disebabkan bakteri leptospira
menginfeksi manusia melalui kontak dengan air atau tanah masuk ke dalam tubuh melalui
selaput lendir mata atau luka lecet.Bakteri Leptospira ini bisa bertahan di dalam air selama
28 hari.Penyakit ini termasuk salah satu penyakit zoonosis karena ditularkan melalui
hewan. Di Indonesia, hewan penular terutama adalah tikus, melalui kotoran dan air
kencingnya yang bercampur dengan air banjir. Seseorang yang memiliki luka, kemudian
bermain atau terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran atau kencing tikus
yang mengandung bakteri lepstopira, berpotensi terinfeksi dan jatuh sakit.
4. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab ISPA dapat berupa bakteri, virus, dan
berbagai mikroba lainnya.Gejala utama dapat berupa batuk dan demam.Jika berat, maka
dapat atau mungkin disertai sesak napas, nyeri dada, dll.ISPA mudah menyebar di tempat
yang banyak orang, misalnya di tempat pengungsian korban banjir.
5. Penyakit kulit. Penyakit kulit dapat berupa infeksi, alergi, atau bentuk lain. Jika musim
banjir datang, maka masalah utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik.Seperti
juga pada ISPA, berkumpulnya banyak orang juga berperan dalam penularan infeksi kulit.
6. Penyakit saluran cerna lain, misalnya demam tifoid. Dalam hal ini, faktor kebersihan
makanan memegang peranan penting.
7. Memburuknya penyakit kronis yang mungkin memang sudah diderita. Hal ini terjadi
karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan, apalagi bila
banjir yang terjadi selama berhari-hari.
Banjir dapat pula menimbulkan KLB penyakit menular secara besar-besaran dan
meningkatkan potensi penularan penyakit.Risiko terjadinya KLB epidemik penyakit menular
sebanding dengan kepadatan dan kepindahan penduduk.Untuk itu menjadi penting untuk
melakukan kegiatan tanggap bencana dan posko pemeriksaan dan pengobatan pada wilayah
terdampak.

PERMASALAHAN
1.Banyak masyarakat yang belum memahami faktor risiko yang dapat menimbulkan dan
memperparah penyakit pasca banjir
2. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya penyakit pasca banjir
3. masih kurangnya kesadaran dan pengetahuan bagaimana melakukan pencegahan penyakit
pasca banjir

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Program dilakukan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan ke daerah terdampak banjir
dan memberikan edukasi kepada masyarakat yang datang berobat dan kepada tokoh masyarakat.

PELAKSANAAN
Program Posbindudilakukan pada hari Selasa, 18 Februari 2020 Pukul 09.00 sampai
dengan selesai. Jumlahpeserta 20 orang berusiaantara 6-70tahun. Kegiatan meliputi posko
pengobatan dan edukasi.

MONITORING & EVALUASI


Posko kesehatan berdampingan dengan dapur umum membuat situasi kurang kondusif,
ditambah masyarakat yang lalu lalang sambil merokok membuat pokso kesehatan menjadi
kurang baik untuk didatangi anak.Pasien yang berobat di posko pengobatan tidak ada yang sakit
parah.
5. JenisKegiatan :  F5 –Upaya Pencegahan dan PemberantasanPenyakitMenular
dan TidakMenular tanggal 02-10 Maret 2020
DokterPendamping      :  vennynoviyersi
Judul Lap. Kegiatan    :  Screening Calon Haji

PESERTA HADIR
  Peserta PIDI
  Masyarakat
  Lain-lain

LATAR BELAKANG
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji, Pemerintah wajib menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Haji
agar jemaah haji dapat menunaikan ibadah dengan baik sesuai ketentuan ajaran Islam.
Kementrian Kesehatan bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan haji
sejak sebelum keberangkatan ke Arab Saudi, di perjalanan pergi dan pulang, selama di Arab
Saudi dan setelah kembali ke Indonesia. Penyelenggaraan kesehatan haji bertujuan untuk
memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi Jemaah Haji
pada bidang kesehatan, sehingga Jemaah Haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan
ketentuan ajaran agama Islam. Tujuan tersebut dicapai melalui upaya-upaya peningkatkan
kondisi kesehatan sebelum keberangkatan, menjaga kondisi sehat selama menunaikan ibadah
sampai tiba kembali ke Indonesia, serta mencegah transmisi penyakit menular yang mungkin
terbawa keluar/masuk oleh jemaah haji.
Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi kesehatan yang memadai,
niscaya prosesi ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah haji
perlu menyiapkan diri agar memiliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya. Untuk
itu, upaya pertama yang perlu ditempuh adalah pemeriksaan kesehatan.
Pemeriksaan kesehatan merupakan upaya identifikasi status kesehatan sebagai landasan
karakterisasi, prediksi dan penentuan cara eliminasi faktor risiko kesehatan. Dengan demikian,
prosedur dan jenis-jenis pemeriksaan mesti ditatalaksana secara holistik
PERMASALAHAN
1.Banyak jamaah calon haji yang memiliki penyakit degenerative yang dapat mengganggu
perjalanan ibadah haji.
2. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi dari penyakit degenerative dan
dampaknya terhadap perjalanan ibadah haji
3. masih kurangnya kesadaran dan pengetahuan bagaimana melakukan pencegahan penyakit
degenerative dan bagaimana mengoptimalkan kesehatan menjelang pelaksanaan ibadah haji

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Program dilakukan untuk menyelenggarakan pemeriksaan, perawatan, dan pemeliharaan
kesehatan jamah haji sebelum keberangkatan. Pada program akan dilakukan general check up
meliputi pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lengkap, serta pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium, rontgen toraks, dan EKG.

PELAKSANAAN
Program Posbindudilakukan selama beberapa hari yakni 02-10 Maret 2020 Pukul 09.00
sampai dengan selesai di ruang pemeriksaan jamaah calon haji puskesmas. Jumlahpeserta
mencapat 60 orang berusiaantara 40tahun ke atas. Kegiatanmeliputi pemeriksaan kesehatan serta
edukasi mengenai kesehatan haji.

MONITORING & EVALUASI


Jumlahpeserta yang hadir cukup banyak.Peserta hadir mengikuti kegiatan dengan baik
karena memang menjadi syarat wajib untuk ibadah haji.Pasien cukup kooperatif.
6. JenisKegiatan :  F5 –Upaya Pencegahan dan PemberantasanPenyakitMenular
dan TidakMenular tanggal 17 Maret 2020
DokterPendamping      :  vennynoviyersi
Judul Lap. Kegiatan    :  Penyuluhan dan penjaringan TB anak PAUD Insan Kamil

PESERTA HADIR
  Peserta PIDI
  Masyarakat
  Lain-lain

LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Saat ini, TB
telah menjadi ancaman global oleh karena morbiditas dan mortalitas yang tinggi, terutama pada
negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Data WHO tahun 2007 menyatakan
bahwa Indonesia menempati posisi tiga di dunia setelah India dan China. Insiden tuberkulosis
sekitar 528 ribu kasus denganjumlah kematian sekitar 91.369 orang pertahun.1 Dari seluruh
prevalensi tuberkulosis, kejadian sakit tuberkulosis pada anak 15%. Data Dinas Kesehatan Kota
Semarang tahun 2010 menemukan 15% kasus sakit tuberkulosis anak dari semua kasus TB.
Anak yang terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit TB, 10%-15% yang terinfeksi TB
akan menjadi sakit TB. Pemberian terapi pencegahan pada anak infeksi TB mengurangi
kemungkinan berkembangnya sakit TB. Anak yang terinfeksi tuberkulosis dapat memperlihatkan
hasil uji tuberkulin positif tanpa ditemukan kelainan manifestasi klinis, radiologis, ataupun
laboratorium. Anak yang sudah terinfeksi TB harus dicegah untuk berkembang menjadi sakit
tuberkulosis. Faktor yang memengaruhi seseorang anak sakit TB adalah daya tahan tubuh yang
lemah, sosial dan ekonomi yang rendah, kemiskinan, perumahan yang kurang memenuhi syarat
kesehatan, kepadatan penduduk, besar keluarga, gizi kurang, serta kebersihan lingkungan.
Disamping itu, ada faktor lain, seperti sumber penularan penyakit, usia, tidak mendapat
imunisasi, virulensi serta jumlah kuman memegang peran penting dalam sakit TB paru. Pada
tahun 2010, di Semarang, tercatat cukup banyak kasus TB usia di bawah 5 tahun atau balita dan
mengalami peningkatan dari 4,7% dari tahun 2009 menjadi 8,7% pada tahun 2010. Diperkirakan
kasus TB pada anak di masyarakat masih cukup banyak dan perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut.
PERMASALAHAN
1.Banyak masyarakat yang belum memahami penyakit TB pada anak
2. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi dari TB pada anak
3. Masih kurangnya kesadaran dan pengetahuan bagaimana melakukan pencegahan dan
pengobatan penyakit TB pada anak.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Program dilakukan untuk melakukan penjaringan dan memberikan edukasi pada orangtua
dan anak tentang TB pada anak, faktor resiko yang dapat menyebbkannya, dan bagaimana cara
pencegahan dan alur pengobatannya.

PELAKSANAAN
Program Penjaringan TBdilakukan pada hari Selasa, 17 Maret 2020 Pukul 09.00 sampai
dengan selesai. Jumla hpeserta sekitar 15 yaitu anak PAUD berusia 4-6 tahun dan orangtua
siswa berusiaantara 20-40tahun. Kegiatanmeliputi edukasi dan pemaparan mengenai TB anak
dan pengisian kueioner.

MONITORING & EVALUASI


Jumlahpeserta yang hadir cukup banyak.Peserta hadir mengikuti kegiatan dengan
baik.Peserta cukup kooperatif meski ada beberapa yang tidak hadir orangtuanya sehingga dirasa
tidak mungkin anak sendiri saja tanpa orangtua dapat mengerti tentang edukasi TB ini.

Anda mungkin juga menyukai