Anda di halaman 1dari 3

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR


TAHUN 2023

I. PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk, peningkatan rerata umur harapan hidup penduduk dunia,
dan Sebagian penurunan umur harapan hidup kelompok usia tertentu dan jenis kelamin
tertentu, menyebabkan terjadinya pergeseran penyebab kematian dari kasus penyakit
menular, maternal, neonatal, serta masalah gizi ke penyakit tidak menular. Pada tahun
2010 terjadi kematian 52,8 juta jiwa di dunia, sebanyak 65,3% disebabkan PTM dengan
penyebab utama penyakit jantung iskemik, stroke, penyakit paru obstruksi kronis
(PPOK), infeksi saluran pernapasan bawah, dan kanker paru. Kematian akibat PTM terus
meningkat selama tiga dekade, pada tahun 1990 jumlah kematian di dunia akibat PTM
kurang dari 8 juta jiwa, di tahun 2010 mencapai 34,5 juta jiwa, peningkatan terbanyak
disebabkan kasus jantung iskemik dan stroke yaitu 17% di tahun 1990 meningkat sampai
28% dari total kematian ditahun 2010. Gabungan penyakit menular, maternal, neonatal
dan masalah nutrisi menjadi penyebab 24,9% (13,1 juta) kematian dunia di tahun 2010
menurun 18% dari tahun 1990.
Berdasarkan penelitian World Economic Forum (WEF) disebutkan bahwa,
kerugian ekonomi secara global akibat lima penyakit tidak menular, yaitu kanker,
diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit kronis dan gangguan kejiwaan mencapai 47
triliun pada dua puluh tahun mendatang, apabila tidak ada langkah pencegahan yang
dilakukan. Kerugian tersebut, setara dengan 4% GDP tahunan selama dua puluh tahun
kedepan. Sebagai perbandingan gambaran rerata pertumbuhan GDP Indonesia pertahun
(2004 – 2012) hanya 5,62% (World Bank 2013). Untuk mengatasi masalah besar PTM di
dunia WHO mengalokasikan 5% dari total budget, sedangkan dukungan dari organisasi
pembangunan Kesehatan resmi dunia hanya 0,9 persen (MDG’s & NCD 2010). Sehingga
aliansi para pemerhati PTM dunia menyatakan penyakit tidak menular sebagai “The Next
Health Tsunami” bagi negara berkembang.
Untuk mengurangi dampak PTM pada individu dan masyarakat dilakukan dengan
pendekatan komprehensif yang mengharuskan keterkaitan semua sektor termasuk
Kesehatan, pembiayaan, Pendidikan, pertanian, perencanaan, termasuk dukungan dari
luar negeri dan penguatan system Kesehatan nasional. Upaya efektif dan efisien
dibutuhkan sehingga dampak PTM dapat diatasi. Upaya tersebut mencakup upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dan atau paliatif.
Ketidaktahuan dan ketidakpedulian masyarakat terhadap PTM, menjadi
permasalahan yang utama dengan mengakibatkan keterlambatan dalam penanganan
sehingga komplikasi dan kematian terjadi lebih dini. Permasalahan tersebut dapat
dikurangi bila masyarakat berperilaku hidup sehat melalui upaya pelayanan Kesehatan
yang berbasis promotive dan preventif. Oleh karena itu, agar upaya tersebut dapat
berjalan secara optimal, diperlukan pastisipasi masyarakat sehingga dikembangkanlah
suatu model pengendalian PTM yang berbasis masyarakat dikenal dengan nama Posbindu
PTM.
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini,
monitoring dan tindak lanjut faktor resiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan.
Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini masyarakat dalam
mengendalikan faktor resiko PTM karena pada umumnya faktor risiko PTM tidak
bergejala dan seringkali masyarakat datang ke fasilitas pelayanan Kesehatan dalam
keadaan komplikasi. Melalui kegiatan ini, diharapkan pencegahan faktor resiko PTM
dapat dilakukan sejak dini dan kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan. Oleh karena
itu, perlu dilakukan upaya yang lebih giat lagi dalam deteksi dini PTM di masyarakat agar
laju peningkatan prevalensi PTM dapat dicegah

II. TUJUAN
Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan cakupan deteksi dini penyakit tidak
menular (PTM) di masyarakat.

III. SASARAN
Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat usia 15 tahun keatas.
IV. METODE PELAKSANAAN
Deteksi Dini melalui beberapa pengukuran dan pemeriksaan, antara lain :
1. Anamnesa Riwayat PTM dan Faktor Resiko PTM
2. Pengukuran Tinggi Badan, Berat Badan dan Lingkar Perut
3. Pemeriksaan Tekanan darah, Gula Darah dan Kolesterol
4. Pengisian Kuisioner Kesehatan Jiwa
5. Pemeriksaan Gangguan Indera (Pendengaran dan Penglihatan)
6. Edukasi dan Konseling

V. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu kegiatan dilaksanakan setiap satu/dua kali dalam sebulan.

VI. TEMPAT PELAKSANAAN


Kegiatan dilaksanakan di lokasi yang berbeda beda sesuai dengan wilayah kerja
Puskesmas.

VII. BIAYA
Biaya Kegiatan dibebankan pada Anggaran Puskesmas Tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai