Anda di halaman 1dari 28

PEDOMAN

PENGEMBANGAN PELAYANAN
PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR ( PTM )
DI PUSKESMAS

A. Definisi Operasional.

1. Puskesmas Pengendalian Penyakit Tidak Menular

Adalah Puskesmas yang mampu menyelenggarakan pengendalian PTM

secara komprehensif mulai dari promotif, preventif, kuratif dan Rehabilitatif

pada ke-empat penyakit tidak menular beserta faktor resikonya, yaitu :

Penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, penyakit kronis dan

degeneratif lainnya, DM dan penyakit metabolik, gangguan akibat kecelakaan

dan tindak kekerasan sebagai upaya merevitalisasi puskesmas.

2. Penyakit Tidak Menular ( PTM )

Adalah Penyakit yang bukan disebabkan oleh proses Infeksi (tidak infeksius).

3. Puskesmas Rujukan Pelayanan PTM

Adalah puskesmas yang mampu menerima dan menundaklanjuti rujukan PTM

dari puskesmas puskesmas sekitarnya, dimana puskesmas pelayanan PTM

yang ditunjang oleh SDM terlatih dan mempunyai sarana dan prasarana yang

memadai.

4. Posbindu PTM

Adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor resiko PTM terintegrasi

(penyakit jantung dan pembuluh darah , Diabetes, Penyakit paru obstruktif

kronik dan kanker) serta gangguan cedera dan tindakan kekerasan dalam

Rumah Tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu.

Pedoman PTM Page 1


5. Faktor Resiko PTM

Adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya dan dapat memicu

terjadinya penyakit pada seseorang atau kelompok tertentu, diantaranya ;

Perilaku hidup, kelainan yang disebabkan faktor biologis, kimia, radiasi, fisik,

psikis, alam, dan lingkungan yang telah terbukti secara ilmiah dapat

menyebabkan terjadinya PTM.

6. Deteksi Dini

Adalah Usaha untuk mengidentifikasi penyakit lebih awal atau dengan kata

lain menemukan adanya kelainan sejak dini sehingga memudahkan dalam

penatalaksanaannya untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas),

kematian (mortalitas) dan kecacatan (disabilitas).

7. Sistem Rujukan

Adalah Suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan

pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus

penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang

berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal

dalam arti pada unit yang setingkat akan tetapi berbeda kemampuannya

(antar puskesmas).

Pedoman PTM Page 2


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia pada saat ini menghadapi pergeseran pola penyakit dari penyakit

menular menjadi penyakit tidak menular ( PTM ). Prevalensi beberapa Penyakit

Tidak Menular utama meningkat, sementara penyakit menular masih tinggi, lebih

diperparah lagi oleh munculnya penyakit baru dan penyakit lama yang muncul

kembali. Oleh karena adanya pergeseran penyakit tersebut maka Indonesia

menghadapi Triple Burden of diseases.

Secara demokgrafi struktur umur penduduk indonesia bergerak kearah

struktur penduduk yang semakin menua ( Ageing Population ) yang akan

berdampak pada pergeseran pola penyakit ( transisi Epidemiologi ) dimasyarakat

dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Penyakit Tidak Menular membunuh

36 juta orang setiap tahunnya di seluruh dunia. Sebesar 25% dari kematian

tersebut atau 9,1 juta kematian terjadi pada usia produktif dibawah usia 60 tahun

Pada tahun 2030, PTM diperkirakan akan menjadi penyebab lebih dari 75%

kematian diseluruh dunia, yang sebagian besar berada dinegara berkembang

termasuk Indonesia (WHO 2011).

Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO,2008), di Indonesia

proporsi penderita penyakit jantung & pembuluh darah sebesar 48% dari total

kematian akibat PTM ( sekitar 17 juta jiwa),Penyakit pernafasan kronik dan

penyakit kronik lainnya sebesar 4,2 juta jiwa, kanker sebesar 7,6 juta jiwa atau

21% dari total kematian akibat penyakit tidak menular,dan Diabetes Melitus 1,3

juta jiwa. Sekitar 5,8 juta orang pertahun meninggal dunia akibat cedera.

Pedoman PTM Page 3


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengembangkan berbagai

inovasi strategi guna meningkatkan pelayanan kesehatan yang efektif, efisisen,

dan terpadu. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan terdepan sangat

berperan terhadap upaya pembangunan kesehatan serta mempunyai

kewenangan yang besar dalam menciptakan inovasi model pelayanan

pengendalian penyakit tidak menular ditingkat dasar. Saat ini keberhasilannya

dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi,

serta meningkatnya umur harapan hidup.

Puskesmas berupaya memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah,

dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,

keluarga, dan masyarakat pengunjung, yang bertempat tinggal diwilayah

kerjanya, tanpa membedakan dari pasien, keluarga, dan masyarakat beserta

lingkungannya.

Pelayanan yang dilaksanakan oleh puskesmas dapat memberikan hasil

kesehatan yang lebih baik dengan kebutuhan biaya lebih rendah. Kombinasi

antara teknologi yang ada untuk mengolah PTM dengan personil terlatih dan

sistem rujukan yang terorganisir, memungkinkan kebanyakan kasus PTM utama

dapat ditangani dan dikelola di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti

puskesmas. Pada saat ini sebagian besar pelayanan PTM masih kearah

pengobatan (kuratif) yang mayoritas dilaksanakan diRS, sehingga rumah sakit

sering disebut sebagai puskesmas raksasa, yang sebenarnya masyarakat

sangat membutuhkan pelayanan penyakit tidak menular untuk dapat

dilaksanakan ditingkat pelayanan Primer.

Puskesmas mempunyai 3 Fungsih utama, yaitu :

1. Sebagai Pusat Penggerak Pembangunan berwawasan Kesehatan

Pedoman PTM Page 4


2. Sebagai Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga dalam

pembanguan Kesehatan

3. Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama.

Memperhatikan fungsih puskesmas ini tampak bahwa peran puskesmas

bukan saja menagani persoalan tekhnis medis tetapi juga menyiapkan

bagaiamana keterampilan sumber daya manusia yang ada mampu

mengorganisasi modal sosial yang ada di masyarakat.

Dibutuhkan komitmen dan kemauan untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas pelayanan kesehatan dengan melakukan :

1. Revitalisasi sistem kesehatan dasar dengan memperluas jaringan yang

efektif dan efisien dipuskesmas,

2. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan,

3. Pembentukan standar pelayanan kesehatan minimum untuk kinerja sistem

kesehatan yang komprehensif

4. Serta memperbaiki sistem informasih pada semua tingkatan.

Revitalisasi puskesmas untuk pengendalian PTM dilakukan dengan :

1. Meningkatkan sumberdaya tenaga kesehatan yang profesional dan

kompeten dalam upaya pengendalian PTM khususnya tatalaksana PTM di

fasilitas pelayanan kesehatan dasar,

2. Meningkatkan manajemen pelayanan pengendalian PTM secara

komprehensif terutama promotif dan preventif) dan holistik.

3. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana promotiv-preventif,

maupun sarana prasarana diagnostik dan pengobatan.

Secara umum tujuan penyelenggaraan PTM dipuskesmas adalah ; Untuk

mewujudkan puskesmas yang mampu melaksanakan pengendalian PTM dan

Pedoman PTM Page 5


mampu menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang efisien, efektif, ,merata,

bermutu, terjangkau dan memenuhi kebutuhan mesyarakat diwilayah kerjanya.

Dari penjelasan penjelasan tersebut diatas, maka perlu ada pelayanan

pencegahan dan pengendalian PTM dipuskesmas. Untuk itu diperlukan buku

Pedoman Pengembangan Penyakit Tidak Menular di Puskesmas , sebagai

acuan dalam pelaksanaan pelayanan pengendalian PTM puskesmas diselurruh

Indonesia.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum :

Memberikan acuan dalam pelayanan pengendalian PTM yang dilaksanakan

secara berjenjang mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota dan

puskesmas, serta jajarannya.

2. Tujuan Khusus :

Dengan tersusunnya buku pedoman ini, diharapkan :

a. Terselenggaranya pelayanan PTM di puskesmas secara efektif dan

efisien.

b. Terkendalinya faktor resiko dan PTM di masyarakat.

C. Sasaran

1. Dinas Kesehatan Propinsi

2. Dinas Kesehatan Kabupaten/kota

3. Puskesmas dan jaringannya (Puskesmas pembantu dan puskesmas

keliling).

D. Ruang Lingkup

Upaya pengendalian PTM di Puskesmas Bulili meliputi : Penyakit Jantung

dan pembuluh darah, Kanker, Penyakit Kronik dan degeneratif lainnya, DM dan

Pedoman PTM Page 6


penyakit metabolik, gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan dengan

sasaran pada masyarakat yang masih sehat (well being), Masyarakat beresiko

(at risk), Masyarakat yang berpenyakit (Deseased population) dan masyarakat

yang menderita kecacatan dan memerlukan rehabilitasi (Rehabilitated

population).

E. Batasan Operasional

Strategi untuk mencapai sasaran Posbindu PTM adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan dan memperkuat kegiatan pencegahan dan

penanggulangan faktor resiko PTM berbasis masyarakat.

2. Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini (skrining) faktor

resiko PTM

3. Meningkatkan tata kelola PTM sesuai standar.

4. Meningkatkan monitoring pelaksanaan kegiatan pengendalian PTM.

5. Meningkatkan Advokasi dan sosialisasi (kepada camat, lurah,toko agama,

toko pemuda, toko perempuan, lembaga ketahanan masyarakat dewan

kelurahan, lembaga sosial masyarakat) pengendalian PTM.

6. Memperkuat surveilans PPTM

7. Mengembangkan dan memperkuat sistem informasi pengendalian PTM

8. Merencanakan dan menyepakati pembiayaan pengendalian PTM

9. Mengembangkan dan memperkuat jejaring kerja pengendalian PTM.

10. Melakukan pemeriksaan CERDIK

F. Landasan Hukum.

1. Undangundang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara.

Pedoman PTM Page 7


2. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. (Lembaran

Negara RI tahun 2009 No.144, tambahan lembaran Negara RI No. 5063)

pada pasal 158 sampai 161 tentang PTM.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan

Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan

daerah Republik Indonesia No.5 tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RP JMN) tahun 2010-2014.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan

Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah daerah provinsi dan Pemerintah

daerah Kabupaten/Kota (Lembaga Negara RI tahun 2007 No.82, tambahan

lembaran Negara RI No.4737)

6. Kepmenkes Nomor.128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

8. Kepmenkes Nomor. 828/Menkes/SK/IX/2008/tentang Petunjuk Tekhnis

Standar Pelayanan Minimal

9. Kepmenkes Nomor 1022/Menkes.SK/XI/2008 tentang Pengendalian

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

10. Kepmenkes Nomor 1023/Menkes/SK/XI/2008 tentang Pedoman

Pengendalian Penyakit Asma

11. Kepmenkes Nomor 1142/Menkes/SK/XI/2008 tentang Pengendalian

Osteoporosis.

12. Peraturan Walikota No. 18 tahun 2012 tentang kawasan tanpa rokok.

Pedoman PTM Page 8


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

161/MENKES/PER/1/2010 terutama registrasi tenaga pengobatan yang cepat

dan tepat, sesuai standar minimal ketenagaan puskesmas pelayanan kesehatan

Program Penyakit Tidak Menular (PTM). Dilakukan oleh tenaga perawat maupun

tenaga trampil yang mempunyai Registrasi (STR) yang masih berlaku.

Kompetensi/Pelatihan :

1. Fungsional tenaga perawat terampil termasuk dalam penanganan Program

Penyakit Tidak Menular (PTM).

2. Pemegang Program Penyakit Tidak Menular (PTM) bertanggung jawab

dalam membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan, dan

berkolaborasi dengan tenaga bidan dan tenaga kesehatan lain di

Puskesmas.

B. Distribusi Ketenagaan

Distribusi tenaga di Puskesmas Bulili :

No. Jenis Tenaga Jumlah

1. Perawat Pelaksana (Koordinator) 1 (Orang)

C. Jadwal Kegiatan

Jadwal pelaksanaan kegiatan pemeriksaan Program Penyakit Tidak Menular

disesuaikan dengan jadwal pelayanan di Poliklinik umum setiap hari kerja.

Pedoman PTM Page 9


BAB III
Pedoman Pelaksanaan Program Penyakit Tidak Menular (PTM)

A. Pedoman Pencegahan

Upaya pencegahan PTM di Puskesmas meliputi pencegahan yang

dilaksanakan melalui kegiatan pencegahan primer, sekunder, dan tertier.

1. Pencegahan Primer

Pelayanan kesehatan primer ditingkat puskesmas utamanya

menekankan pada upaya-upaya promosi kesehatan dan pencegahan untuk

meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat khususnya dalam

pengendalian PTM agar masyarakat tidak jatuh sakit dan masyarakat yang

sehat dapat memelihara kesehatan dan kebugarannya secara optimal.

Strategi pencegahan primer adalah melibatkan masyarakat secara aktif

dalam proses pemecahan masalah PTM yang dihadapi dan meningkatkan

pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan masyarakat serta lingkungannya

dalam pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM. Diharapkan

masyarakat dapat merubah perilakunya dan mampu memelihara

kesehatannya secara mandiri untuk mencapai hidup sehat dan berpartisipasi

secara total dalam pencegahan dan penanganan kegawatdaruratan ysng

sederhana. Oleh karena itu puskesmas wajib memberdayakan perorangan,

keluarga, masyarakat agar berperan serta dalam penyelenggaraan setiap

upaya pengendalian PTM.

Upaya promosi kesehatan merupakan salah satu kegiatan puskesmas

yang dilakukan agar masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.

Promosi kesehatan dilakukan melalui kegiatan sosialisasi, penyuluhan,

Pedoman PTM Page 10


komunikasi, diseminasi-informasi, dan edukasi. Inti kegiatannya adalah

pemberdayaan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Oleh

karena itu dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah

pendekatan edukatif yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat

untuk menjalani proses pembelajaran berupa proses pemecahan masalah-

masalah kesehatan yang dihadapinya sebagai penanggung jawab

penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

Pencegahan faktor risiko PTM merupakan suatu kegiatan untuk menjaga

dan/atau mengembalikan kondisi faktor risiko PTM kepada kondisi

normal/tidak berisiko. Pada individu yang sudah mempunyai faktor risiko

PTM, pengendalian dimaksudkan untuk mencegah terjadinya PTM dan pada

individu yang sudah mengalami PTM, pengendalian faktir prognosis yang

berutujuan mencegah komplikasi.

Promosi kesehatan diarahkan untuk mengajak masyarakat menuju masa

muda sehat dan hari tua nikmat tanpa PTM, secara CERDIK yang secara

harfiah dapat diinterprestasikan sebagai berikut:

C : Cek kesehatan dengan detaksi dini secara rutin dan teratur

E : Enyahkan asap rokok dan populasi udara lainnya

R : Rajin aktifitas fisik, olah raga, dan seni

D : Diet sehat dengan kalori seimbang berupa rendah lemak, garam, gula

dan tinggi serat

I : Istirahat yang cukup dan utamakan keselamatan

K : Kendalikan stress

Pedoman PTM Page 11


Promosi PTM dilakukan melalui sosialisasi, penyuluhan, komunikasi,

informasi, dan edukasi, kampanye massal pengendalian penyakit tidak

menular pada

{ hari-hari besar PTM (Hari Kanker Sedunia, Hari Tanpa Tembakau

Sedunia, Hari Diabetes Sedunia), pengendalian perilaku merokok melalui

Kawasan Tanpa Rokok (KTR), gangguan cedera dan tindakan kekerasan,

serta pekan keselamatan di jalan dalam rangka Decade Of Action (DOA)}.

Melalui promosi peningkatan perilaku kesehatan di jalan khususnya bagi

pengendara sepeda motor agar memakai alat pelindung diri (pemakaian

helm berstandar SNI untuk mengurangi fatalitas cidera kepala saat terjadi

benturan).

Upaya promosi pengendalian faktor risiko PTM dilakukan melalui

seminar/workshop yang mengenalkan gaya hidup sehat dan mencegah

timbulnya faktor risiko utama seperti tidak merokok, cukup aktivitas fisik

untuk mencegah berat badan lebih dan obesitas (obesitas umum dan

sentral), diet sehat (gizi seimbang, rendah garam, rendah gula, rendah

lemak, cukup sayur dan buah), tidak mengkonsumsi alkohol, dan tata kelola

stress, mencegah dislipidemia (metabolism lemak yang abnormal),

hiperglikemia (kadar gula darah tinggi).

Puskesmas juga perlu untuk meningkatkan peran aktif tenaga promosi

kesehatan di dalam upaya penanggulangan PTM secara komprehensif baik

dalam upaya promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif di puskesmas.

Puskesmas wajib meningkatkan kapasitas tenaga profesional bidang

promosi kesehatan khususnya dalam pencegahan dan pengendalian PTM

Pedoman PTM Page 12


secara seperti pemakaian sarung tangan saat melakukan pemeriksaan IVA,

pemeriksaan darah, dan pemberian obat suntikan.

Puskesmas perlu mengembangkan daerah kajian teknologi promosi

kesehatan tepat guna dalam pengendalian PTM. Semakin dini penyakit tidak

menular ditemukan akan semakin baik dalam penatalaksanaannya dan

mengurangi terjadinya komplikasi yang bersifat fatal.

Promosi dan pengendalian PTM juga dikembangkan melalui upaya-

upaya yang mendorong dan memfasilitasi terbitnya kebijakan publik

berwawasan kesehatan yang mendukung upaya pencegahan dan

penanggulangan PTM, mendorong dan memfasilitasi berfungsinya jaringan

kerjasama antar institusi penyelenggaraan promosi dan mitra potensial

dalam upaya pengendalian PTM.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu :

secara skrining/uji tapis/penapisan dan deteksi dini.

a. Skrining/ uji tapis/ penapisan

Skrining/Uji Tapis adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu

populasi untuk mendeteksi faktor risiko atau penyakit pada individu

dengan atau tanpa tanda dan gejala. Skrining/uji tapis bukan untuk

diagnosis tetapi untuk menjaring dan menentukan apakah yang

bersangkutan memang sakit atau tidak. Skrining/uji tapis bukan juga

merupakan uji diagnosis, oleh karena memerlukan tindak lanjut yang

cepat dan pengobatan yang tepat pula.

Dasar pemikiran pentingnya dilakukan skrining adalah :

Pedoman PTM Page 13


1) Selama ini diketahui gambaran spektrum penyakit hanya sebagian

kecil saja sehingga dapat diumpamakan sebagai puncak gunung es

sedangkan sebagian besar masih tersamar

2) Diagnosis bila dilakukan secara dini dan pengobatan secara tuntas

memudahkan kesembuhan

3) Mencegah kejadian penderita baru datang ke pelayanan kesehatan

setelah timbul gejala atau penyakit pada stadium lanjut sehingga

pengobatan menjadi sulit atau bahkan tidak dapat disembuhkan

4) Mendapatkan penderita sedini mungkin untuk segera memperoleh

pengobatan

5) Mendidik masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin

b. Deteksi Dini

Kegiatan deteksi dini faktor risiko ini dapat dilakukan melalui

Posbindu PTM, fasilitas pelayanan kesehatan, dan

masyarakat/kelompok khusus. Kegiatan deteksi dini ditujukan pada

penyakit tanpa gejala atau gejala tidak khas, terdapat pada orang yang

kelihatannya sehat tapi sebenarnya telah menderita penyakit. Dengan

ditemukannya penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan

secara tuntas hingga mudah disembuhkan dan tidak membahayakan

dirinya maupun lingkungannya.

Melalui kegiatan deteksi dini faktor risiko PTM di posbindu PTM dan

puskesmas, diharapkan kasus PTM yang ada di masyarakat segera

dirujuk dan dapat dilakukan penanganannya sesegera mungkin,

sehingga prevalensi faktor risiko tersebut, angka kesakitan, kecacatan,

dan kematian akibat penyakit tidak menular dapat diturunkan serendah

Pedoman PTM Page 14


mungkin. Deteksi dini PTM dan faktor risikonya dapat mencegah

komplikasi yang memiliki konsekuensi sosial dan ekonomi karena untuk

pengobatan tentu akan lebih mahal, misalnya miokard infark, stroke,

gagal ginjal, amputasi, dan gangguan penglihatan.

Deteksi dini PTM dilakukan terhadap faktor risiko dan mengenali

tanda dan gejala, seperti pada :

a. Penyakit Kanker, dapat dilaksanakan pada beberapa jenis kanker,

dengan cara yang lebih mudah dan dapat dilakukan oleh petugas

kesehatan di tingkat dasar sekalipun, yaitu: pada kanker leher rahim

menggunakan metode IVA (Inveksi Visual dengan menggunakan

Asam asetat) untuk mendeteksi lesi pra-kanker leher rahim dan

kanker payudara (mengajarkan SADARI dan melaksanakan metode

CBE=Clinical Breast Examination)

b. Retinoblastoma, melalui pemeriksaan bintik mata putih

c. Leukimia, melalui pemeriksaan sel darah tepi

d. Penyakit Hipertensi, dapat dilakukan pemeriksaan tensi

darah/tekanan darah

e. Penyakit Jantung, kurang dari 50% tidak akan memberikan kelainan

pada gambar EKG maupun pemeriksaan treadmill exercise test, jadi

tanda utamanya adalah adanya keluhan sakit dada yang khas

disertai peningkatan enzim-enzim jatung seperti CPK-CKMB-

troponinte, bila POSITIF jelas terjadi suatu penyumbatan koroner

f. Penyakit DM, dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar gula darah

sewaktu dan puasa

Pedoman PTM Page 15


g. Obesitas, dapat dilakukan melalui pemeriksaan IMT dan lingkar

perut

h. Hipotoroid, melalui pemeriksaan TSH pada WUS, wanita hamil, dan

neonatus

i. PPOK dan Asma, melalui pemeriksaan peak flow meter dan

Spirometri

j. Osteoporosis, melalui pemeriksaan test satu menit osteoporosis dan

bone densitometri

k. Gagal Ginjal Kronik, melalui pemeriksaan albuminuria

l. Leukimia dan Thalasemia, melalui pemeriksaa darah tepi

m. Pemeriksaan pada pengemudi, melalui pemeriksaan alkohol dan

amphetamin

n. Tindak kekerasan dalam rumah tangga, melalui pemeriksaan visum

Kegiatan pemeriksaan deteksi dini faktor risiko, dapat dilaksanakan

dengan aktif dengan melakukan kegiatan deteksi dini pada Masyarakat

Khusus/Kelompok Khusus bahkan suatu event atau kegiatan tertentu

dimana berkumpul banyak orang seperti rapat kerja, seminar, workshop,

dan secara pasif menunggu kunjungan masyarakat ke puskesmas.

3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan tertier merupakan upaya yang dilaksanakan pada pada

penderita sesegera mungkin agar terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut

untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan

hidup. Pencegahan tertier dapat dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan

tata laksana kasus termasuk penanganan respon cepat menjadi hal yang

Pedoman PTM Page 16


utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit tidak menular dapat

tercegah dengan baik.

Tatalaksana kasus dan respon cepat terhadap kondisi kegawata

penyakit tidak menular harus dapat dilakukan oleh setiap petugas kesehatan

di fasilitasi pelayanan kesehatan dasar. Penanganan pra rujukan yang

memadai menjadi tolak ukur keberhasilan setiap pelayanan kesehatan yang

diberikan di fasilitasi layanan kesehatan dasar terhadap kasus yang

memerlukan penanganan lebih lanjut di rumah sakit.

B. Pedoman Pelayanan

1. Pelayanan skrining PTM di Puskesmas dilaksanakan dengan dua cara :

a. Pelayanan aktif/luar gedung

Dilaksanakan melalui penyaringan massal (mass screening) saat

kegiatan yang melibatkan masyarakat banyak seperti seminar/workshop,

peringatan hari-hari besar nasional, keagamaan, dan lain-lain

b. Pelayanan pasif/dalam gedung

Kegiatan skrining dapat dilakukan di Puskesmas yang terlatih PTM

secara terintegrasi, misalnya: dalam pemeriksaan TB, BB, TD, LP, IMT,

agar disertai pemeriksaan GDS, kolestrol, albuminurin, peakflow meter,

IVA).

Kegiatan PTM dapat juga dilaksanakan secara terintegrasi dengan program

lain, misalnya pemeriksaan TD, GDS dan darah rutin untuk ibu hamil;

pemeriksaan IVA dan CBE bersama dengan kontrol KB, ANC; pemeriksaan

mata pada penderita DM.

Pedoman PTM Page 17


2. Puskesmas berkewajiban menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat

pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinanmbungan. Pelayanan

PTM di Puskesmas menggunakan dua (2) pendekatan, yaitu :

a. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat

pribadi (private goods) dengan tujuan utama mengendalikan penyakit,

tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

komplikasi penyakit. Bentuk pelayanan kesehatan perorangan antara

lain: praktek swasta, klinik, dan lain-lain. Kegiatan terkait PTM yang

dilakukan di institusi ini, harus dilaporkan ke puskesmas setempat.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat

publik (public goods) dengan tujuan mengendalikan faktor risiko dan

PTM tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan masyarakat dan

pencegahan komplikasi penyakit pada masyarakat. Pelayanan

kesehatan masyarakat bisa berbentuk rawat jalan dan rawat inap di

puskesmas setempat.

C. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pengendalian PTM meliputi beberapa hal yang

penting untuk diperhatikan yaitu :

1. Persiapan pelaksanaan kegiatan

2. Kesiapan tenaga terlatih (dokter, perawat, dan bidan), untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan yang telah dirancang baik, sebagai tenaga teknis maupun

manajerial dalam pelayanan pengendalian PTM di puskesmas

Pedoman PTM Page 18


3. Tahapan Kegiatan POSBINDU PTM :

a. Meja 1 : Pendaftaran, Pencatatan

b. Meja 2 : Tekhnik wawancara terarah

c. Meja 3 : Pengukuran TB, BB, IMT, Lingkar Perut dan analisa lemak

tubuh

d. Meja 4 : Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan glukosa darah,

kolesterol darah, pemeriksaan klinis payudarah, uji fungsih

paru sederhana, IVA, kadar alkohol pernafasan dan tes

amfetamin urine.

e. Meja 5 : Konseling, Edukasi dan Tindak lanjut lainnya.

4. Terintegrasi dengan unit lain di dalam maupun luar gedung puskesmas,

antara lain dengan:

a. Unit pelayanan pengendalian PTM swasta, LSM, dalam hal ini

puskesmas sebagai penanggung jawab sekaligus pelaksana di wilayah

kerjanya

b. Unit surveilans epidemiologi puskesmas, khususnya ketika

ditemukannya kasus PTM yang meningkat perlu

penelusuran/pengamatan ke lapangan serta tindak-lanjutnya

c. Administrasi, sebagai pintu keluar kemana pasien akan dikirimkan,

apakah akan:

1) Dikirim kembali kepada institusi yang semula merujuk,

2) Dirujuk ke fasilitas rujukan terdekat untuk mendapatkan pelayananan

lebih lanjut,

Pedoman PTM Page 19


3) Dikembangkan kepada perawat/bidan yang merujuk dan sebagai

penanggung-jawab daerah-binaan dalam wilayah kerja

puskesmasnya, untuk di tindak-lanjuti dengan asuhan keperawatan

perorangan dalam konteks keluarganya.

d. Unit pencatatan dan pelaporan puskesmas, untuk dokumentasi

pelayanan pengendalian PTM di puskesmas.

Tahapan ini mempunyai arti penting, untuk tercapainya tujuan

penyelenggaraan pelayanan pengendalian PTM di puskesmas, yaitu :

1. Berfungsinya puskesmas sebagai pusat rujukan-antara atau pusat rujukan

spesialistik terbatas, sebagai unsur pendamping dan pembina pos-pos

pelayanan PTM di masyarakat wilayah kerja puskesmas.

2. Terbangunnya sistem rujukan medik yang berfungsi di kabupaten/kota.

3. Mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi atas pelayanan yang diberikan,

misalnya: angka kesembuhan/keberhasilan atas penanganan dan atau

tindakan medis, cukup tinggi dan pasien yang tidak dapat ditangani, dirujuk

dalam kondisi stabil dan tepat waktu sehingga berhasil ditangani di fasilitas

rujukan medik terdekat.

Pelaksanaan kegiatan yang direncanakan dalam Plan of Action (POA)

terpantau dengan baik, teridentifikasi masalah dan hambatan yang dialami dan

dirumuskan bersama upaya-upaya pemecahannya, dalam lingkup:

1. Internal lintas program di puskesmas, setiap bulan dalam forum Lokakarya

Mini Bulanan di Puskesmas

2. Eksternal bersama lintas sector terkait tingkat kecamatan, dibawah

koordinasi camat, setiap triwulan, dalam forum Lokakarya Mini Triwulan di

Kecamatan, yang dikoordinasi oleh Camat sebagai kepala wilayah

Pedoman PTM Page 20


3. Ekstrnal dengan institusi penyelenggara pelayanan kesehatan perorangan

tingkat pertama pemerintah dan swasta di puskesmas dan dengan

puskesmas-puskesmas disekitarnya, difasilitasi oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota

D. Peralatan Yang Digunakan untuk Pelayanan Penyakit Tidak Menular

Beberapa contoh peralatan dasar tersedia dalam jumlahnya cukup, antara lain :

1. sarana penyuluhan PTM untuk berhenti merokok, gizi sehat, aktivitas fisik

yang terdiri dari media cetak (flipchart, lembar balik), media eletronika (CD,

kaset, sound system, monitor)

2. sarana deteksi dini : Tensimeter merkuri, alat pengukur; TB,BB, LP,

Stetoskop, EKG, Rontgen Paru, peak flow meter, IVA kit, glukometer, tes

albumin urin, tes cholestrol, amphetamine test, alcohol test

3. sarana penetalaksanaan kegawatdaruratan PTM : tabung oksigen, tabung

N2O/CO2, monitor 4 parameter, nebulizer, trauma kit, spirometer

4. sarana pendukung seperti kreatin, keton urine, dan troponit test, thiroid

check, HbA1C, CKMB, Mioglobin

E. Pedoman Manajemen Pelayanan Penyakit Tidak Menular di Puskesmas

Manajemen pelayanan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) di

puskesmas, merupakan bagian dari manajemen puskesmas secara umum, yang

memerlukan perhatian khusus dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya

sebagai satu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik, untuk

menghasilkan iuran puskesmas secara efektif dan efisien.

Manajemen puskesmas yang diterapkan menggunakan metode P1-P2-P3

yang mencakup: (1)Perencanaan, (2)Pergerakan dan Penatalaksanaan,

(3)Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian sebagai bagian dari tugas dan

Pedoman PTM Page 21


tanggung jawab puskesmas. Seluruh kegiatan di atas merupakan satu kesatuan

yang saling terkait dan berkesinambungan.

Program pengendalian PTM di puskesmas dilaksanakan baik secara

langsung maupun tidak langsung oleh Tim PPTM di puskesmas dengan

pembagian tugas dan tanggung jawab disusun lebih rinci dalam struktur

organisasi fungsional di setiap bagian di puskesmas.

F. Pengawasan dan Pengendalian

Tujuan pengawasan dan pengendalian adalah tercapainya target kegiatan

pada waktu yang ditetapkan, sesuai dengan tahapan-tahapan kegiatannya.

Pelaksanaannya terintegrasi dengan proses pengawasan dan pengendalian

kegiatan puskesmas, bilamana dipandang perlu dapat ditindak-lanjuti untuk

masalah-masalah tertentu yang dijumpai dalam penyelanggaraan pelayanan di

fasilitasi rawat inap puskesmas perawataan

Fungsi pengawasan dan pengendalian, menjadi tanggung jawab kepala

puskesmas, mencakup dalam lingkup kegiatannya, pemanfaatan sumberdaya

dan pembiaayaannya, dikaitkan dengan pencapaian target output kegiatannya

Pengawasan dan pengendalian, dilakukan dalam upaya memposisikan

kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam plan of action, tetap dalam garis

pelaksanaannya sesuai rencana yang disusun.

G. Penilaian

Kegiatan penilaian hasil kinerja pelayanan pengendalian PTM di puskesmas

merupakan bagian dari satu rangkaian kegiatan manajemen di puskesmas,

dimana pengendalian merupakan salah satunya. Dalam tahapan manajemen

puskesmas ini, hasil-hasil kegiatan yang dilaksanakan dinilai untuk satu tahun

Pedoman PTM Page 22


periode pelaksanaan kegiatan, dinilai keberhasilannya, dan dibandingkan

terhadap rencana kegiatan yang disusun yang didokumentasikan di dalam PRK.

Hasil pencapaian kegiatan pengendalian PTM akan dinilai terhadap tujuan

pengendalian PTM yang telah dirumuskan dan disepakati, yaitu berfungsinya

puskesmas sebagai unit pelaksana sekaligus manajer pengendalian PTM di

wilayah kerja puskesmas tersebut.

1. Tingkat kesadaran masyarakat, yang dinilai dari presentasi keterlibatan

masyarakat dari jumlah Posbindu PTM. Jumlah kader terlatih yang aktif

dalam pengendalian PTM

2. Tingkat pemanfaatan puskesmas sebagai pusat pelayan pengendalian PTM

di masyarakat dan pusat rujukan-antara/rujukan medik spesialistik terbatas

antar puskesmas, yang dinilai dari presentasi orang berisiko yang dilakukan

skrining atau deteksi dini faktor risiko PTM, presentasi klien yang ditangani

karena berisiko, presentasi kasus PTM yang ditangan di puskesmas dan

yang dirujuk ke RS rujukan khususnya yang mempunyai fasilitas pelayanan

PTM yang memadai

3. Tingkat kemampuannya menangani kasus emergensi/ komplikasi, dalam

batas kewenangan yang boleh dilakukan oleh Tim Inter-profesi terlatih

sesuai fungsinya sebagai pusat rujukan-antara atau terlatih khusus, sesuai

fungsinya sebagai pusat rujukan medik spesialistik terbatas

4. Mendapatkan data dan informasi untuk perencanaan tahun yang akan

datang

5. Pemanfaatan data dan informasi yang dihasilkan

Berdasarkan hasil kinerja pelayanan pengendalian PTM di puskesmas

tersebut, data dianalisis dan selanjutnya disimpulkan, sehingga dapat diketahui:

Pedoman PTM Page 23


1. Kesenjangan hasil, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari target

sasaran yang diharapkan

2. Berdasarkan kesenjangan yang ada, dilakukan identifikasi faktor-faktor

penyebabnya

3. Menetapkan urutan masalah yang menjadi prioritas untuk ditangani, yang

selanjutnya diusulkan dalam perencanaan tahun berikutnya

4. Antara kegiatan evaluasi/penilaian dengan perencanaan, dua tahap kegiatan

dalam manajemen puskesmas termasuk pengendalian PTM di dalamnya

yang satu dengan lainnya merupakan kegiatan yang berjalan secara

berurutan, berkesinambungan dan terkait satu dengan lainnya

Pedoman PTM Page 24


H. Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan

Sebagaimana telah dijelaskan, pencatatan dan pelaporan merupakan

kegiatan hasil kegiatan pelayanan menjadi bagian dari pencatatan di puskesmas

induk dan jajarannya, dengan penambahan kolom untuk beberapa format

pencatatan yang diperlukan seperti jumlah skrining pada masyarakat maupun

deteksi dini pada yang berisiko, jumlah kasus yang ditangani, jumlah pasien

yang dirujuk, secara detail mengenai pencatatan dapat merujuk pada petunjuk

teknis pengendalian penyakit tidak menular yang telah tersedia. Disarankan

untuk dapat melaksanakan pencatatan dan pelaporan dari setiap kegiatan

pelayanan yang dilaksanakan setiap harinya di puskesmas dan jajarannya

Laporan kegiatan puskesmas, merupakan bagian dari laporan kegiatan

pelayanan puskesmas secara keseluruhan. Hasil evaluasi/penilaian kinerja

pelayanan puskesmas akan menjadi bagian dari hasil kinerja pelayanan lainnya,

akan menjadi hasil kinerja puskesmas. Pengiriman laporan dan umpan-balik

analisis hasil kinerja pelayanan di setiap fasilitas pelayanan PTM akan

dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat

Hasil evaluasi kinerja pelayanan pada pasien yang dirawat di fasilitasi

pelayanan PTM, akan diumpan-balikkan kepada pihak-pihak berkepentingan

dalam penyelenggaraan pelayanan, seperti:

1. Penanggung jawab kegiatan pelayanan di fasilitasi pelayanan PTM untuk

menyebarluaskan dan mendiskusikan bersama staff lainnya yang tidak

bertugas di bagian pelayanan di puskesmas

2. Kepala puskesmas dari puskesmas-puskesmas disekitarnya, yang merujuk

kasusnya ke fasilitas puskesmas pelayanan PTM dengan melibatkan Lintas

Sektor terkait, Camat, dan Pemda Kabupaten/Kota

Pedoman PTM Page 25


I. ALUR, MEKANISME, DAN PEMANFAATAN LAPORAN.

1. Laporan rutin bulanan berikut analisisnya, disampaikan kepada kepala

puskesmas, yang akan menjadi bagian laporan kinerja puskesmas

2. Hasil analisis laporan bulanan akan didiskusikan dalam rapat bulanan di

puskesmas dalam minilok, sedangkan hasil analisis tiga bulanan digunakan

dalam rapat triwulanan dengan Lintas Sektor

3. Laporan kasus penyakit tidak menular, yang langsung ditangani di

puskesmas dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas, juga kasus yang

dirujuk ke rumah sakit akan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setiap bulan

4. Rekapitulasi laporan tahunan, akan menjadi bahan evaluasi hasil kinerja

puskesmas, sekaligus bahan untuk penyusunan rencana kegiatan tahun

mendatang

Pedoman PTM Page 26


BAB IV
PENUTUP

Pedoman Pengembangan penyakit Tidak Menular di Puskesmas merupakan upaya

dalam mengakomodasi berbagai perkembangan dibidang kesehatan maupun sektor

lain yang berdampak pada derajat kesehatan.

Dukungan yang optimal dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta,

maupun LSM, organisasi profesi, akademisi, sangat dibutuhkan pada penerapan

kebijakan pengendalian penyakit tidak menular di puskesmas.

Buku pedeoman pengembangan pelayanan Penyakit Tidak Menular di

puskesmas sebagai acuan bagi Lintas Program, Lintas Sektor, Dinas Kesehatan

Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas dalam mengembangkan

kebijakan operasional dan penyelenggaraan Puskesmas, disesuaikan dengan

kondisi dan situasi daerah.

Pengendalian PTM secara terintegrasi dipuskesmas merupakan kunci

keberhasilan dalam upaya pengendalian penyakit tidak menular dipuskesmas

pelayanan PTM.

Pedoman PTM Page 27


DAFTAR PUSTAKA

1. Asaria P, Chisholm D, Mhaters C, Ezzati M, Beaglehole R, 2007. Chronic

disease prevention: Health Effects and financial costs of strategies to reduce

salt intake and control tobacco use. Lacet, 370:2044-2053.

2. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2008. Riset Kesehatan dasar 2007.

3. Depkes RI 2010. Rencana Opersional Promosi Kesehatan dalam

pengendalian penyakit tidak menular, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

4. Ministri of Health, 2008. National list of essential medicines, Jakarta the

Republic of Indonesia.

5. WHO, 2010. Package of Essential Non Communicable Disease intervention

for primary Healt Care in Low resouese settings, geneva, wold Heald

Organization.

Pedoman PTM Page 28

Anda mungkin juga menyukai