PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia pada saat ini menghadapi pergeseran pola penyakit dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular (PTM). Prevalensi beberapa PTM utama
meningkat, sementara penyakit menular masih tinggi, lebih diperparah lagi oleh
munculnya penyakit baru dan penyakit lama yang muncul kembali.
Gambar 1. dikutip dari Global Atlas on Cardiovascular Diseases Prevention
and Control 2011l). PTM mengakibatkan 36 juta kematian di dunia antara lain:
penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) 48% (17,3 juta), kanker 21%
(7,5 juta), penyakit saluran pernapasan kronis 12% (4,3 juta), penyakit diabetes
melitus 3% (1 juta)
Gambar 2. dikutip dari Global Atlas on Cardiovascular Diseases Prevention
and Control 2011l). Hampir 80% kematian akibat PTM terjadi di negara-negara
berpenghasilan rendah dan sedang. Sekitar 17 juta kematian akibat penyakit
kardiovaskular (penyakit jantung, stroke dan penyakit pembuluh darah perifer), 3 juta
diantaranya terjadi pada usia dibawah 60 tahun.
Page 1
bawah 5,1%.
Riskesdas 2007 juga menyebutkan bahwa, prevalensi hipertensi umur >18
tahun di Indonesia mencapai 31,7%, namun hanya 23,9% kasus saja yang
terdiagnosis/minum obat. Prevalensi diabetes mellitus adalah 5,7%, sudah
terdiagnosis 1,5%, sedangkan 4,2% baru terdiagnosis saat penelitian dilakukan.
WHO pada tahun 2008 memprediksikan bahwa di Indonesia, 63% (sekitar 1
juta) kematian diakibatkan oleh PTM, 9% kematian akibat cedera dan 28% akibat
Page 2
penyakit menular, maternal, perinatal dan malnutrisi (gambar 3. dikutip dari Noncommunicable Diseases Country Profiles 2011).
Gambar 3.
Prediksi penyebab kematian tahun 2011 di
Indonesia
menurut
WHO.
Penyakit
kardiovaskular 30%, kanker 13%, penyakit
respirasi 7%, diabetes 3%, PTM lain 10%.
Cedera 9% dan penyakit menular, maternal,
perinatal dan malnutrisi 28%.
ini
ikut
berperan
terhadap
pergeseran
pola
penyakit
(transisi
Page 3
Page 4
Dari penjelasan fungsi puskesmas ini, jelaslah bahwa puskesmas bukan saja
berperan menjalankan teknis medis, tetapi juga mengorganisasikan modal sosial
yang ada di masyarakat, agar terlibat dalam penyelenggaraan kesehatan secara
mandiri, sehingga pelayanan yang dilaksanakan oleh puskesmas dapat memberikan
hasil yang lebih baik karena mampu menjangkau masyarakat luas dengan biaya
lebih rendah.
Kombinasi antara teknologi mengelola PTM yang sudah tersedia dengan
personil yang terlatih dan sistem rujukan yang terorganisir, memungkinkan
kebanyakan kasus PTM dapat ditangani dan dikelola di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar.
Berdasarkan hal tersebut perlu disusun petunjuk teknis PPTM sebagai acuan
dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan di puskesmas
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum :
Tersusunnya petunjuk tehnis (juknis) pelayanan pengendalian Penyakit Tidak
Menular di puskesmas
1.1.2 Tujuan Khusus :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
1.2 Sasaran
1) Dinas Kesehatan Propinsi
2) Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
3) Puskesmas dan Jaringannya (Puskemas Pembantu dan Puskesmas Keliling)
Page 5
2)
3)
4)
5)
Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini (skrining) faktor risiko PTM
Meningkatkan tata kelola pelayanan PTM sesuai standar.
Meningkatkan monitoring pelaksanaan kegiatan pengendalian PTM.
Meningkatkan dan memperkuat manajemen, pemerataan, dan kualitas peralatan
deteksi
dini
faktor
risiko
PTM
dengan
merencanakan,
menyediakan
dan
6)
7)
risiko PTM
Meningkatkan advokasi dan sosialisasi (kepada camat, lurah/kepala desa, tokoh
agama, tokoh pemuda, tokoh perempuan, Lembaga ketahanan masyarakat
8)
9)
10)
11)
Page 6
BAB II
UPAYA PELAYANAN PPTM DI PUSKESMAS
Puskesmas sebagai penanggung jawab upaya kesehatan terdepan mempunyai tiga
fungsi yaitu 1) sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan, 2) Pusat
pemberdayaan keluarga dan masyarakat, 3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Dalam rangka penyelenggaraan pengendalian PTM, puskesmas melakukan
upaya
Page 7
penanganan respon cepat menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat
penyakit tidak menular dapat tercegah dengan baik.
Tatalaksana kasus dan respon cepat terhadap kondisi kegawatan PTM harus dapat
dilakukan oleh setiap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar.
Penanganan pra rujukan yang memadai menjadi tolak ukur keberhasilan setiap pelayanan
kesehatan yang diberikan di fasilitas layanan kesehatan dasar terhadap kasus yang
memerlukan penanganan lebih lanjut di rumah sakit.
Pengendalian PTM di fokuskan terhadap faktor risiko PTM, jika sudah menderita
PTM maka akan sulit
kecacatan dan kematian. Disamping itu, PTM memerlukan perawatan dan pengobatan yang
memakan waktu cukup lama dengan biaya yang tidak sedikit.
2.1 Upaya Promotif
Upaya promosi kesehatan di Puskesmas dilakukan agar masyarakat mampu
berprilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), upaya promosi kesehatan dilakukan melalui
sosialisasi,
penyuluhan,
komunikasi,
diseminasi-informasi
dan
edukasi,
dengan
Page 8
Pengendalian faktor risiko PTM dilakukan melalui gaya hidup sehat seperti tidak
merokok, cukup aktivitas fisik, diet sehat (gizi seimbang, rendah garam, rendah gula dan
rendah lemak), tidak mengkonsumsi alkohol serta tata kelola stres.
Promosi kesehatan mengajak masyarakat untuk CERDIK menuju masa muda
sehat dan hari tua nikmat tanpa PTM, yang secara harfiah adalah:
C : Cek kesehatan dengan deteksi dini secara rutin dan teratur
E : Enyahkan asap rokok dan polusi udara lainnya
R : Rajin aktifitas fisik, olah raga, dan seni
D : Diet sehat dengan kalori seimbang berupa rendah lemak, garam,
gula dan tinggi serat
I : Istirahat yang cukup
K : Kendalikan stress
Pemberdayaan perorangan, keluarga, dan masyarakat di komunitas melalui
posbindu PTM, UKBM, Posdaya, Poslansia, dan Posyandu
dimana masyarakat
ini dilakukan
melalui
rujukan untuk kasus yang memerlukan penanganan atau tindak lanjut selain dokter keluarga
dan klinik swasta.
Dalam hal kasus sudah ditangani dan sudah mendapat pengobatan, puskesmas
dapat mengajurkan agar kasus dimonitor melalui kegiatan posbindu PTM, selanjutnya
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PPTM di Puskesmas
Page 9
Hasil
wawncara dan
pemeriksaan
FR PTM:
-Hipertensi
-Dislipidemia
-Hiperglikemia
-Obesitas
-dan lain-lain
DIAGNOSIS:
- Pemeriksaan
-Pemeriksaan
Penunjang
PUSKESMAS
PENYAKIT
TIDAK
MENULAR:
- PJK-PD
-Stok
-Diabetes Melitus
-Kanker
-PPOK dan Asma
-Gakti
-dan lain-lain
POSBINDU
PTM
TATALAKSANA DINI
-Respon cepat
-Pengobatan dini
KONSELING
RUJUKAN:
RUMAH SAKIT
-Berhenti merokok
-Konsumsi
makanan
sehat
-Berhenti
minum
alcohol
-Lakukan aktifitas fisik
secara teratur
-Kendalikan stres
-Taat
terhadap
pengobatan
KIE
cerdik
C
e
r
d
Puskesmas sebagai pembina Posbindu dan rujukan Posbindu, berperan memberikan
i
penanganan penyakit serta memberikan pendidikan kesehatan dan konseling.
k
Pendidikan kesehatan dan konseling ini merupakan tatalaksana dini untuk pengendalian
faktor risiko maupun pengendalian penyakit di posbindu maupun di puskemas
Berikut ini adalah panduan dalam memberikan pendidikan kesehatan maupun
konseling kepada masyarakat untuk pencegahan PTM dengan melakukan pengendalian
faktor risiko (lihat Alur-2)
Page 10
Teratur
berolah
raga
Makan
makan
an
sehat
Manajeme
n stress
Periksa
kesehat
an
berkala
Berhenti
merokok
BERHENTI MEROKOK
Mendorong semua bukan perokok untuk tidak mulai merokok
Menganjurkan keras semua perokok untuk berhenti merokok dan membantu upaya
mereka untuk berhenti merokok
KONSUMSI
MAKANAN
Individu yang menggunakan bentuk lain
dari tembakau
harus SEHAT
disarankan untuk berhenti
Garam (natrium klorida) dengan cara: membatasi sampai < 6 gram (1 sendok teh) per hari,
Kurangi garam saat memasak, dan membatasi makanan olahan dan cepat saji
Konsumsi Buah-buahan dan sayuran : Lima porsi (400-500 gram) buah-buahan dan
sayuran per hari (satu porsi setara dengan 1 buah jeruk, apel,mangga, pisang atau 3
sendok makan sayuran dimasak
Hindari Makanan berlemak dengan cara:membatasi daging berlemak, lemak susu dan
minyak goreng (< dua sendok makan perhari), ganti minyak sawit menjadi minyak kelapa
dengan zaitun, kedelai, jagung, lobak atau minyak sun flower, dan ganti daging lainnya
dengan ayam (tanpa kulit)
Mengkonsumsi Ikan: Makan ikan sedikitnya tiga kali per minggu, utamakan ikan berminyak
seperti tuna,makarel, salmon,
danAKTIFITAS
kurangi konsumsi
gula, dengan
anjuran konsumsi gula
LAKUKAN
FISIK SECARA
TERATUR
tidak melebihi delapan sendok teh per hari
Tingkatkan aktivitas fisik secara progresif untuk mencapai tingkat moderat (seperti jalan
cepat), sedikitnya 30 menit per-hari ( lima hari dalam seminggu)
Kontrol berat badan dan hindari kelebihan berat badan dengan mengurangi makanan
berkalori tinggi dan melakukan aktivitas fisik yang cukup
Page 11
Bila pasien diberi resep obat, maka ajarkan: cara minum obat dirumah, jelaskan
perbedaan antara obat-obatan yang harus diminum untuk jangka panjang (misalnya
obat hipertensi) dan pemakaian jangka pendek menghilangkan gejala (misalnya pelega
untuk mengatasi mengi)
Jelaskan cara kerja tiap-tiap obat, jelaskan dosis yang digunakan untuk tiap obat dan
berapa kali minum sehari, bungkus masing-masing tablet dan berikan label
Periksa pemahaman pasien sebelum meninggalkan praktek anda
Jelaskan pentingnya untuk menjaga kecukupan pasokan obat-obatan.
Keharusan minum obat secara teratur seperti yang disarankan , meskipun tidak ada
gejala
Page 12
Apakah anda
merokok?
TIDA
K
Ingatkan
kembali
bahwa
merokok
meningkatkan risiko penyakit jantung
YA
A2. Advice
(nasihatkan)
"Tembakau meningkatkan risiko serangan jantung, strok, kanker paru, penyakit respirasi.
Berhenti
merokok merupakan hal terpenting yang perlu anda lakukan untuk melindungi jantung
dan kesehatan anda, stop merokok sekarang.
A3: ASSESS
(kajian)
Ya
A4: ASSIST
(memberikan
dukungan)
A5:
ARRANGE
(Mengatur)
Tidak
Menyediakan
Bantu
mempersiapkan
rencana
Informasi kesehatan
berhenti merokok :
tentang bahaya
Tetapkan tanggal berhenti
merokok dan
Informasikan kepada keluarga
memberikan leafletdan teman
leaflet terkait
Meminta dukungan mereka
kepada pasien
Buang jauh-jauh rokok / tembakau
Singkirkan benda-benda / artikel
yang menimbulkan keinginan
merokok
kunjungan tindak
Pada tindakMengatur
lanjut kunjungan
lanjut*
Ucapkan selamat sukses berhenti merokok dan beri semangat
Jika pasien kambuh merokok, pertimbangkan tindak lanjut lebih
intensif
dan dukungan dari keluarga
Idealnya kunjungan follow-up kedua dianjurkan dalam bulan yang sama, kemudian setiap bulan sesudahnya selama empat
2.2 Upaya
Deteksi
bulan Penapisan
dan evaluasidan
setelah
satu Dini
tahun. Jika tidak memungkinkan,lakukan konseling setiap kali pasien datang untuk
pemeriksaan
tekanan darah
.
Dalam perjalanan
penyakit
tidak menular selain faktor risiko perilaku, faktor risiko antara
atau
Faktor risiko PTM bisa dikendalikan karena itu perlu dideteksi dan diintervensi secara
Page 13
dini agar tidak berlanjut menjadi fase akhir terjadinya Penyakit Jantung Koroner, Stroke, Diabetes
Mellitus, Ginjal Kronik, Kanker, PPOK yang akan memberikan beban biaya kesehatan sangat
mahal.
Faktor risiko PTM ada yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat di modifikasi. Faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi yaitu riwayat penyakit dalam keluarga, kelahiran prematur, usia, dan
jenis kelamin. Faktor risko yang dapat dimodifikasi antara lain adalah : kurang aktivitas fisik, pola
makan yang tidak sehat dan seimbang (termasuk sering mengkonsumsi makanan asin, berlemak,
makanan/minuman manis), gaya hidup tidak sehat {merokok, mengkonsumsi alkohol, kurang
sayur buah, berat badan lebih, dan obesitas (obesitas umum dan obesitas sentral), stress,
dislipidemia (metabolism lemak yang abnormal), hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) }, dan
perilaku yang berkaitan dengan kecelakaan dan cedera, seperti perilaku berlalu lintas yang tidak
benar.
Semakin
dini
penyakit
tidak
menular
ditemukan
akan
semakin
baik
dalam
Page 14
Normal/IVA
negatif
IVA Postif
Curiga
Kanker
lesi luas*
ya
Tidak
Sarankan
Krioterapi
Konseling
Setuju
Menola
k
Ada servisitis?
Iya
Obati
Langsung
Krioterapi
T
i
krioterapid
a
k2
Tunggu
Rujuk
minggu untuk
krioterapi
Ibu
memilih
dirujuk
bulan
pasca
Evaluasi
-Apakah sudah bisa
melakukan hubungan
- Lesi sudah sembuh
Acetowhite
atau
lesi prakanker
(+)
** 6 bulan
ke-I
*** 6
ke-II
bulan
Page 15
Skrining kanker payudara dapat juga dilakukan secara terintegrasi dengan leher
rahim pada kelompok umur yang sama, dengan menggunakan alur di bawah ini (lihat Alur4b)
Alur 4b Skrining Pencegahan Kanker Payudara
Mengajak ibu - ibu dalam kelompok usia 30-50 tahun untuk melakukan penapisan kanker payudara
Melakukan konseling tentang kanker payudara, faktor risiko dan pengendaliannya
Menyusui?
Tingkat
Komunitas
Tidak
Ya
Kosongkan ASI
Tingkat
Primer
Ya
Yankes
Tidak
Ajarkan
SADARI
Ada benjolan
lainnya ?
Tida
k
kelainan
Ya
Tingkat
Sekunder
Yankes
RUJUK
<
>
35
tahun
35
tahun
USG
Mammografi
Ada Kelainan
Normal
Radiolo
g
Normal
Dokter Bedah Umum / Onkologi
Keterangan:
RS yang belum memiliki fasilitas mammografi, cukup dilakukan USG oleh Radiolog
Page 16
Asam
asetat),
kanker
payudara
(mengajarkan
SADARI
dan
dan
Penyakit
PENGUKURAN FR DM
Berat Badan
Tinggi Badan
Indeks Massa
Tubuh
Lingkar Perut
Tekanan Darah
PEMERIKSAAN
EKG
Page 17
d. Hipotiroid (melalui pemeriksaan TSH pada WUS, wanita hamil, dan neonatus)
e. Osteoporosis adanya faktor risiko PTM, riwayat patah tulang secara tiba-tiba karena
trauma ringan atau tanpa trauma, tubuh makin pendek dan bongkok, skrining dengan
tes 1 menit
f. Gagal Ginjal Kronik
g. Thalasemia dengan adanya riwayat thalasemia dalam keluarga, sering anemia tanpa
perdarahan, pemeriksaan darah tepi ditemukan anemia mikro
h. Systemic Lupus Eritematous SLE dengan periksa SLE sendiri SALURI
i. PPOK dan Asma, dengan tanda utama adanya keluhan batuk/sesak, untuk PPOK usia
diatas 40 tahun dengan riwayat merokok disertai gangguan pernapasan berupa batuk
kronik yang berulang dan bersifat progresif disertai perubahan warna sputum, Asma
dengan tanda utama sesak disertai mengi, gejala episodik, dengan riwayat alergi.
PPOK dan Asma dapat dideteksi dengan pemeriksaan arus puncak ekspirasi (APE)
menggunakan peak flow rate meter dan dilanjutkan dengan pemeriksaan spirometri.
Page 18
Deteksi dini PPOK dan asma secara terintegrasi dapat juga dilakukan di puskesmas dan
jajarannya dengan memperhatikan alur di bawah ini (Lihat Alur-6)
Subjek Perokok/
Bekas perokok,
dengan
Usia = 35 tahun
Datang dengan
infeksi pernapasan
akut/ berulang
Mempunyai = 1
Gejala pernapasan
Pemeriksaan APE
Jika ada
fasilitas
Nilai APE
< nilai
prediksi
Jika
ada
fasili
tas
Nilai
APE
normal
Pemeriksaan Spirometri
dan Uji bronkodilator jika
ada obstruksi sal. Napas
Catatan :
Perokok adalah subjek yang telah merokok minimal 100 batang rokok dan sampai
dengan penilaian.dilakukan
, masih merokok
Bekas perokok adalah perokok yang telah berhenti merokok minimal satu bulan
sebelum penilaian dilakukan.
j. Faktor risiko kecelakaan pada pengemudi (melalui pemeriksaan tekanan darah, kadar
gula darah, alkohol, amphetamin) dan tindak kekerasan dalam rumah tangga (melalui
pengenalan cedera tidak wajar yang mengarah pada kekerasan dan pembuatan visum).
Berikut diberikan contoh alur pemeriksaan faktor risiko kecelakaan pada pengemudi
dimana pelaksanaannya melibatkan lintas sektor terkait yaitu Perhubungan dan
Kepolisian.
Page 19
Pada pengendalian faktor risiko kecelakaan dan tindak kekerasan di jalan raya
dengan menggunakan alur di bawah ini (Lihat Alur-7)
masyarakat melalui kegiatan di luar gedung /outreach activities) dan secara pasif
(dengan melakukan kegiatan deteksi dini pada Masyarakat Khusus / Kelompok
Khusus bahkan pada suatu event atau kegiatan tertentu dimana berkumpul banyak
orang seperti rapat kerja, seminar, workshop, menunggu kunjungan masyarakat ke
puskesmas.
2.3. Upaya Penatalaksanaan PTM
2.3.1 Pengendalian faktor risiko PTM terintegrasi
Faktor risiko umum common risk faktor yaitu pola konsumsi makanan yang
tidak sehat (tinggi gula dan garam, tinggi lemak, dan rendah serat), kurangnya
aktivitas fisik (tidak cukup dan tidak teratur), merokok dan konsumsi alkohol, jika
tidak dicegah dapat memicu timbulnya faktor risiko antara yaitu hipertensi,
dislipidemia, kadar gula darah tinggi, dan kegemukan/obesitas. Jika faktor risiko
dapat diketahui lebih dini, maka intervensi yang tepat dapat dilakukan sehingga
PTM dapat dicegah atau paling tidak mengurangi komplikasi penyakit. Berikut
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PPTM di Puskesmas
Page 20
adalah gambaran faktor risiko penyakit dan kemungkinan penyakit tidak menular
yang mungkin terjadi berdasarkan faktor risiko tersebut. (Lihat Gambar-2)
Gambar- 2 Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular secara terintegrasi
PENYAKIT JANTUNG
DAN
PEMBULUH
DARAH
KANKER
DIET
DIABETES
AKTIVITAS
FISIK
PENYAKIT
PERNAFASAN
KRONIK
ALKOHOL
OSTEOPOROSIS
penyakit tidak
menular berdasarkan faktor risiko utama ditambah dengan keterangan mengenai keluhan
dan gejala yang ada, digunakan alur berikut sebagai pengendalian faktor risiko terintegrasi
(Lihat Lampiran-1 Pendekatan Faktor risiko dan gejala PTM)
2.3.2 Tatalaksana
Tatalaksana pengobatan dilakukan oleh dokter berdasarkan temuan-temuan yang
diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung
keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan
intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan risiko sekecil mungkin bagi
pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional.
Walaupun pengendalian PTM lebih difokuskan pada faktor risiko perilaku dan
penyakit antara, namun fase akhir penyakit tetap menjadi perhatian penanggulangan.
Tatalaksana penderita PTM (kuratif-rehabilitatif) yang efektif dan efisien, yang didukung
kecukupan obat, ketenagaan, sarana/prasarana, sistem rujukan, jaminan pembiayaan dan
regulasi memadai, untuk menjamin akses penderita PTM dan faktor risiko terhadap
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PPTM di Puskesmas
Page 21
Penyakit Metabolik, Kanker dan Penyakit Kronis dan penyakit degeneratif lainnya ditambah
dengan gangguan cedera dan tindak kekerasan.
Tatalaksana PTM di puskesmas dapat dilaksanakan secara terintegrasi mulai saat
ditemukan faktor risiko sampai pada penatalaksanaannya, merokok sebagai suatu faktor
risiko bersama PTM dapat menyebabkan PTM, maka jika pasien dengan riwayat
merokok/bekas perokok datang ke puskesmas dengan gejala pernapasan (Asma,
PPOK,curiga kanker paru) maka dokter juga harus memikirkan kemungkinan-kemungkinan
apakah pasien tersebut juga memiliki penyakit jantung/kardiovaskular atau metabolik (DM)
atau kemungkinan PTM yang lainnya. Denikian pula jika datang dengan riwayat merokok
dengan gejala sering makan, sering minum, sering kencing, gemuk karena penyakit
metabolik maka dokter juga harus memikirkan apakah pasien juga memiliki kemungkinan
PTM lainnya seperti penyakit jantung, Apabila klien datang dengan riwayat merokok
dengan gejala sering makan, sering minum, sering kencing, gemuk karena penyakit
metabolik maka dokter juga harus memikirkan apakah pasien juga memiliki kemungkinan
PTM lainnya seperti penyakit jantung, PPOK atau penyakit tidak menular lainnya (Gambar
3).
Page 22
MEROKOK
BA
TU
PERNAPASA
K
PPOK
N
KR
ON
ASMA
IS
SE
CURIG
A
SA
KANKE
K
R
PR
PARU
HIPERTE
OD
ANGIN
NSI
UK
A,
JANTUNG
SESAK
SI
INFARK
NYERI
SP
DAN
MIOCA
DADA
UT
RD
PEMBULUH
HIPERKO
UM
DARAH
LESTERO
2.3.2.1 Tatalaksana Hipertensi
dan Diabetes Terintegrasi
L
SAKIT
OBESIT
KEPALA
AS
Alur tatalaksana hipertensi dan diabetes METABOLI
terintegrasi dipergunakanDIABET
pada kondisi
SERING
ES
berikut : Usia > 40 tahun,MAKAN
perokok, obesitas, hipertensi,
K
diabetes, riwayat
MELITU penyakit
SERING
Kardiovaskuler prematur pada orang tua/ saudara kandung, riwayat diabetes S
atau penyakit
MINUM
ginjal pada orang tua/ saudara
kandung
SERING
KENCIN
G
Tatalaksana hipertensi dan diabetes dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan
U
MEROKOK
Page 23
14 Sub regional WHO. Indonesia menggunakan carta sub regional B (SEAR B) seperti
dibawah ini :
Nama :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Umur :. . . . . .tahun
Hijau <10%
Kuning 10% s/d <20%,
Orange 20% s/d <30%,
Merah 30% s/d <40%,
Merah tua > 40%
Page 24
Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Umur : . . . . . . tahun
LAKI - LAKI
Us
BukanPerokok
Perokok
PEREMPUAN
Bukan Perokok
Perokok
(ta
Hijau <10%
Kuning 10% s/d <20%,
Orange 20% s/d <30%,
Merah 30% s/d <40%,
Merah tua > 40%
Page 25
Penilaian berdasarkan tingkat risiko ini dilanjutkan dengan talaksana yang harus
dilakukan sesuai dengan tingkat, lihat alur 8 di bawah ini:
Alur-8
Tatalaksana hipertensi dan diabetes terintegrasi pencegahan serangan
jantung, strok dan ginjal yang terintegrasi dengan hipertensi, diabetes dan rokok
sebagai faktor risiko sebagai pendekatan awal (entery point)
Langkah 1.Tanyakan tentang :
Lingkar perut*
Berolah raga teratur minimal 30 menit sehari 5 hari
saudara kandung
Tekanan darah
Gula darah3.puasa
dan sewaktu
( DM
puasasemua
> 7 mmol/L
(126 mg/dl):atau sewaktu > (200 mg/dl
Langkah
Kriteria
rujukan
untuk
kunjungan
Tekanan darah systole > 140 atau diastole > 90 mmHg pada subyek usia < 40 tahun
Proteinuria
Diketahui
menderita
hipertensi,
TIA, dorsalis
DM, penyakit
ginjal ( pada
untukDM
penilaian bila mana diperlukan )
Test
sensasi
(rasa) pada
tungkaistrok,
dan nadi
pedis/tibialis
hipertensi sekunder)
Lipid(untuk
darah menyingkirkan
(bila dimungkinkan)
DMuntuk
yang baru
mengalami
perburukan
penglihatan atau tidak dilakukan pemeriksaan mata
usia <saja
40 tahun
pilih kolom
40 tahun
dalam 2 tahun terakhir.
Page 26
Page 27
N
N
Langkah 5.
Obati
sebagaimana
Tercantum
disamping:
U
U
Nasihat
pasien
keluarganya:
Ukurbagi
kadar
guladan
darah,
tekanan darah dan periksa urin anda secara
teratur
NASIHAT KHUSUS BAGI PENDERITA DIABETES.
Bila anda dalam terapi
diabetes
yang
dapat mengakibatkan
hipoglikemik, bawalah selalu gula atau gula-gula, Bila memungkinkan
periksakan mata teratur setiap tahun
Jangan berjalan tanpa alas kaki atau kaos kaki, cuci kaki dengan air
hangat dan jaga agar selalu kering terutama di sela-sela jari kaki
Jangan potong atau bubuhi bahan kimia pada callus atau corns
Periksa kaki anda setiap hari dan bila bermasalah atau ada luka segera
temui dokter anda Langkah tambahan untuk DM : Bila dengan diet
diabetes kadar gula puasa tetap di atas normal, berikan Obat
hipoglikemik oral (metformin, sulfonilurea, glinid), Titrasi metformin
hingga kadar gula mencapai target yang diinginkan (dosis maksimal 2
g/hari)
2.3.1.2 Tatalaksana berdasarkan gejala dan Tanda
Nasehatkan cara memelihara kaki: Check teratur tiap 3 bulan, bila
Gambaran
dan tanda
yangstatin
munculbagi
dapatsubyek
menjadiusia
dasar
dalam
menentukan
saranagejala
tersedia,
berikan
>40
tahun
meskipun
kemungkinan
diagnosis
suatu
penyakit
penyakit,
khususnya
pada
penyakit
kanker
risiko kardiovaskuler rendah
Ulangi langkah
2,3,4.
Ikuti kriteria rujukan
untuk semua
kunjungan (sesuai
langkah-3)
Tatalaksana sebagai
berikut
seringnya tanpa gejala, bila sudah timbul gejala kemungkinan sudah menderita stadium
Rujuk untuk pemeriksaan mata setiap dua tahun
lanjut, untuk itu sangat diperlukan pengetahuan yang benar terhadap dr.umum yang ada di
puskesmas untuk mengerti tanda dan gejala, dapat dilihat seperti dibawah ini (Lihat Alur-9)
Page 28
GEJALA
YANG
DIDUGA
prostat)
Menilai kemungkinan Kanker
Nilai
keluhan
dan
perkembangannya
gejala:
riwayat,
intensitas,
durasi,
KUAT
DIPERKIRAKAN
payudara teraba DAPAT
nodul, leher rahim : Lesi DIDUGA
putih , timbul ulserasi
pada mulut
DITANGANI
DI
PELAYANAN
KANKER
rahim)
KESEHATAN PRIMER
Obati bila memungkinkan Anjurkan kontrol
, prostat)
Saat Kontrol : Evaluasi keluhan/gejala, lakukan pemeriksaan klinis
Page 29
Untuk mengetahui gejala dan tanda pada kanker tertentu dapat merujuk pada Alur di
bawah ini (Lihat Alur-10)
ALUR 10
GEJALA KANKER TERTENTU YANG PROGNOSISNYA BAIK JIKA DILAKUKAN
DETEKSI DINI
Tanyakan
Tanyakan A
A :: Dipahami
Dipahami oleh
oleh pasien
pasien
B:
B: dipahami
dipahami oleh
oleh tenaga
tenaga kesehatan
kesehatan profesional
profesional
Page 30
Kemungkinan
Kanker di Organ
Dilakukan oleh
Dokter
Non Dokter
Paru
Jika memungkinkan
lakukan Pemeriksaan
Rontgen Thorax,
Rujuk ke Pelayanan
Kesehatan sekunder
Rujuk ke
Pelayanan
Kesehatan
sekunder
Payudara
Rujuk ke Pelayanan
Kesehatan sekunder
Rujuk ke
Pelayanan
Kesehatan
sekunder
A: Pendarahan per-vaginam
(postcoital, intermenstrual, post
menopausa)
Cervix
Singkirkan
kemungkinan infeksi
Rujuk ke dokter
Ovarium
USG, Rujuk ke
Pelayanan Kesehatan
sekunder
Rujuk ke
Pelayanan
Kesehatan
sekunder
Endometrium
Singkirkan
kemungkinan infeksi,
curetage
Rujuk ke dokter
Colorectal
Adakah anemia
defisiensi zat besi,
Singkirkan infeksi dan
haemorrhoid FOBT
Rujuk ke dokter
Oral
Rujuk ke
Pelayanan
Kesehatan
sekunder
Larynx
Nasopharynx
Kaposi sarcoma
-Rujuk ke Pelayanan
Kesehatan
sekunder
Rujuk ke Pelayanan
Kesehatan
sekunder
Rujuk ke
Pelayanan
Kesehatan
sekunder
Pemeriksaan Rektal
Rujuk ke dokter
Kulit
Prostat
Retinoblastoma,
A,B :Bintik putih di pupil,convergent
Rujuk ke Pelayanan
strabismus pada anak-anak,
Kesehatan
hilangnya
sekunder
visus, penonjolan
bola mata.
Petunjuk
Teknis Penyelenggaraan
PPTM di Puskesmas
Testis
A,B :Pembengkakan pada satu testis
Rujuk ke Pelayanan
Kesehatan
sekunder
A,B :Kencing berdarah, tidak nyeri,
strangury
Kandung kencing
Singkirkan infeksi
Rujuk ke
Pelayanan
Kesehatan
sekunder
Page 31
Rujuk ke
Pelayanan
Kesehatan
sekunder
Rujuk ke dokter
Terdapat bebe
Terdapat beberapa penyakit pada paru yang menimbulkan gejala yang sama,
seperti sesak dan batuk sehingga membutuhkan pemeriksaan lanjutan, alur di bawah ini
(lihat Alur-11) dapat membantu untuk mendiagnosis suatu penyakit
Page 32
Saturasi O2 (oximetry<90%)
APE >80%
Asma /PPOK
eksaserbasi
ringan
APE 50-80%
Asma
/PPOK
eksaserbasi
sedang
Alur tatalaksana
Asma/PPOK
-Mengi
ada/tidak
sama
sekali
(silent
chest),
-ronki
kering
Asma /PPOK
eksaserbasi
berat
-Suhu > 38 C
- dengan/tanpa
nyeri
-dahak berwarna
Infeksi saluran
napas bagian bawah
Sesuai alur
tatalaksana infeksi
saluran napas
Edema
kedua
tungkai
(pitting
oedem) #
Kemungkinan
Gagal jantung
Sesuai
alur
gagal jantung
Pemeriksaan lanjutan
untuk TB atau Kanker
paru
Curiga
Foto thorax
danKanker paru
sputum BTA
Sesuai
tatalaksana
kanker paru
Sputum
Jika TB,
Sesuai
tatalaksana
TB
Page 33
Bila ditemukan edema pada kedua tungkai (pitting oedem)#, maka dr.umum di
puskesmas perlu memikirkan beberapa kemungkinan penyakit yang diduga oleh penderita,
untuk memudahkan beberapa kemungkinan penyakit dapat dilihat pada alur di bawah ini
(Lihat alur-12)
ALUR 12
PEMBENGKAKAN TUNGKAI
TANYAKAN
PERIKSA
Sesak,
orthopnea,
penyakitjantung,
DM, hipertensi
Peminum alkohol,
Ronkhi basah di
basal paru, Tekanan
darah meningkat,
Takhikardia,CVP
meningkat, Bising
DIDUGA
TEST
TERAPI
GagalJantung
Batasi konsumsi
garam
Furosemide 40-80
mg
ACE dosis rendah
RUJUK
Ikterik, CVP
meningkat, perut
membuncit,
Ascites,
hepatomegali
DM
Batasi konsumsi
garam dan air
Wajah bengkak,CVP
meningkat, Ronkhi
basah di basal paru,
peningkatanTD,
pucat, infeksi kulit
Gagal Hati
Albumin dalamUrin
Serum creatinin
(jika
memungkinkan)
Gagal Ginjal
Batasi konsumsi
garam
Furosemide 40-80 mg,
ACE dosis rendah
Hipertensi, Paru
(ronkhi basah),
Pemeriksaan
pelvis,
Ukuran uterus
Pre - eklampsi
Albumin dalam
Urin
Elevasikan tungkai,
stocking, Batasi
konsumsi garam
Page 34
Bila ditemukan terjadi penurunan berat badan pada penderita > 10% dari berat
badan sebelumnya dan hal ini terjadi secara berturut-turut dalam enam bulan terakhir,
maka dokter umum di puskesmas perlu memikirkan kearah diagnosis penyakit tidak
menular dengan membandingkan dengan diagnosis penyakit lainnya, seperti pada Alur 13
di bawah ini
ALUR 13
PENURUNAN BERAT BADAN
TANYAKAN
Batuk
Sputum berdarah
Berkeringat
malam
Pembesaran kelenjar
tanpa disertai rasa nyeri
PERIKSA
DIDUGA
Kencing
berlebihan
Haus berlebihan
TUBERKULOSIS
KANKER
HIV/AIDS
TEST
Berkeringat
banyak
Tremor
Takikardia
DIABETES
THYROTOXICOSIS
Gula darah
RUJUK RUMAH SAKIT UNTUK KONFIRMASI DIAGNOSIS (subyek dengan diabetes lebih mudah
terjangkit TB)
RUJUK
Page 35
ALUR 14
ANGINA STABIL, RIWAYAT INFARK MIOKARD
Carta 3
ANGINA STABIL
Sesuaikan
opioids
dosis
Berikan Isosorbid Dinitrat 5mg sublingual untuk mengatasi nyeri dada (jika tidak ada kontraindikasi)
Codein oral:
Naikkan dosis harian
Aspirin (yang dapat larut/soluble) 80 - 160 mg per hari
total
Opioid hingga 30%; bila
Atenolol 50 100 mg/hari atau Bisoprolol 5 mg/hari, terapi lini pertama untuk mengatasi gejala
(jikamaksimum telah
dosis
tidak ada kontraindikasi)
dicapai ganti dengan
morfhin
pasien
intoleran terhadap -blocker atau tidak dapat dikontrol dengan -blocker, tatalaksana
RIWAYATJika
INFARK
MIOKARD
dengan Ca-channel Blockers (contoh : Amlodipine 5-10mg/hari)
Morfin oral:
Lakukan konseling dan edukasi kesehatan
Naikkan dosis harian
Berikan Simvastatin 10-40 mg/hari
total
Berikan Aspirin (yang dapat larut/soluble) 75-150 mg per hari
hingga 30%.
Penghambat (-blocker) setidaknya selama 1 tahun (Atenolol 50 100 mg/hari atau Bisoprolol
5 mg/hari) (jika tidak ada kontraindikasi)
ACE-inhibitor jika gagal jantung atau infark luas (contoh : Enalapril 10-20mg/hari)
Simvastatin 10-40mg/hari
Isosorbid Dinitrat 5 mg sublingual untuk mengatasi nyeri dada (jika tidak ada kontraindikasi)
PASIEN YANG
MEMILIKI
INFARKANGINA
MIOKARD
(DALAM
30 HARI)
HARUS
DILAKUKAN
KRITERIA
RUJUKAN
UNTUKRIWAYAT
PASIEN DENGAN
STABIL
DAN RIWAYAT
INFARK
MIOKARD
FOLLOW-UP SETIAP 1-2 MINGGU
- Nyeri yang persisten sehingga membatasi aktivitas sehari-hari pada pasien angina stabil atau riwayat infark
miokard
- Nyeri (angina) pada pasien dengan riwayat infark miokard
- Gagal jantung
PERHATIAN/KONTRAINDIKASI
- Aritmia
Aspirin : riwayat
tukaklanjutan
lambung,
pendarahan
serebri,
- Tidak tersedianya
pemeriksaan
untuk
menilai faktor
risiko alergi dan trauma mayor
Atenolol : asma, penyakit paru obstruktif kronik, gagal jantung, blok jantung atau bradikardia
(nadi < 50x/menit)
Penghambat pompa kalsium (ca-channel blockers) : gagal jantung
Penghambat pompa angiotensin (ace-i) : alergi, hamil, intoleransi terhadap batuk
Page 36
Pada kasus gagal jantung kronik, seorang dr.umum di puskesmas harus cermat
dalam melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan memperhatikan alur 15 di
bawah ini.
ALUR 15
GAGAL JANTUNG KRONIK
TANYAKAN TENTANG
Penurunan
aktifitas fisik
kemampuan
Sesak nafas
Riwayat penyakit jantung
PEMERIKSAAN
TD, denyut dan ritme jantung
Edema tungkai, ascites
Frekuensi nafas, ronkhi
Pembesaran, konsistensi lunak hepar
Darah rutin
Ureum-kreatinin,
EKG,
RUJUK RS SECEPAT MUNGKIN, UNTUK DILAKUKAN :
Rontgen
Thorax
(jika Echokardiogram
memungkinkan) atau natriuretic peptide darah (pilih salah
EKG, rontgen
dada,
satu)
Tes darah : Hb, hitung darah lengkap, Gula Darah Puasa, Na+, K+, urea,
kreatinin,
Tidak Gagal Jantung
Gagal Jantung
glikosa,
tiroid, lipid,
hati.
Cari
penyebab
lain enzim
dari gejala
Lakukan Tatalaksana
klinis
Albumin urine
TATALAKSANA
Page 37
Alur 16a
Tatalaksana Asma dan PPOK
Follow-up untuk kasus Asma terkontrol dan PPOK stabil
Tanyak
an :
PERTIMBANGKAN ASMA jika:
Sebelumnya
Asma
telah
didiagnosis
rhinitis,
progresif
seiring
Gejala
bersifat
variabilitas
Gejala terus menerus tidak terkait
(memburuk pada waktu tertentu
waktu
yaitu malam / dini hari, dicetuskan
Pemeriksaan fisikRiwayat merokok biasanya perokok
dengan pemicu)
berat ( >20 batang/hari untuk lebih
Gejala
bersifat
reversible
dari 15 tahun)
Pemeriksaan
spirometri
(
VEP1,KVP,
APE)
(perbaikan atau respons dengan
Riwayat 400
polusi
udara
di dalam
Jika ada obstruksi
bronkodilator
ug, IDT
dengan
spacer) atau
bronkodilator
kerja berikan
singkat
/pelega) inhalasi (Salbutamol
Nilai reversibilitas (selisih % VEP1 sebelum dandiluar
sesudahruang
pemberian
bronkodilator),
Nilai
(asap
rokok, asap
VEP1/KVP setelah bronkodilator
dapur, polutan di lingk kerja)
Pemeriksaan foto toraks untuk menyingkirkan penyakit
paru lainnya
ASMA
PPOK
BUKAN
ASMA/PPOK
Page 38
anamnesis
tentang keluhan penyakit, pemeriksaan fisis, riwayat pemakaian obat, dan menilai kontrol
asma dengan jelas apakah dia termasuk asma yang terkontrol, terkontrol sebagian atau
tidak terkontrol, dengan memperhatikan alur 16b di bawah ini
Page 39
1. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering asma anda mengganggu anda untuk
melakukan pekerjaan sehari-hari di kantor, di sekolah atau di rumah ?
Nilai
Selalu
(1)
Sering
(2)
Kadangkadang
(3)
Jarang
(4)
Tidak
pernah
(5)
1 x/ hari
(2)
3-6 x/
mgg
(3)
1-2 x/
mgg
(4)
Tidak
pernah
(5)
3. Dalam 4 minggu terakhir seberapa sering gejala asma (bengek, batuk-batuk, sesak
napas, nyeri dada atau rasa tertekan di dada) menyebabkan anda terbangun di malam
hari atau lebih awal dari biasanya ?
4 x/
mgg
(1)
2-3x/
mgg
(2)
1 x/ mgg
(3)
1 -2 x/
bln
(4)
Tidak
pernah
(5)
1-2 x/
hari
(2)
2-3x/
mgg
(3)
1x/
mgg
(4)
Tidak
pernah
(5)
Kurang
terkontrol
(2)
Cukup
Terkontrol
(3)
Terkontrol
baik (4)
Terkontrol
Total
/sangat
baik (5)
Page 40
Artinya
19
Tidak
terkontrol
20-24
Terkontrol
Sebagian
25
Terkontrol
total
Strategi pelaksanaan
Cari faktor penyebab tidak terkontrol:
pengobatan yang digunakan
cara menggunakan obat inhalasi
kepatuhan
menggunakan
obat
pengontrol
kendala bila ada Penyakit penyerta
Upayakan
mencapai
terkontrol
dengan mengatasi masalah di atas
Tingkatkan tahapan pengobatan
Upayakan
mencapai
terkontrol
total
atau paling tidak
pertahankan
tetap terkontrol
Pertahankan
Dokter umum di Puskesmas Pelayanan PTM, harus melakukan penilaian kontrol asma
kepada pasien yang menderita asma agar dapat melakukan tatalaksana sesuai dengan
memperhatikan Alur 16c di bawah ini:
Page 41
Tatalaks
ana
Terkontrol
20-25)
(ACT
Ruju
k
Sudah mendapatkan
pengontrol :
Tingkatkan dosis
kortikosteroid inhalasi
(budesonid) sesuai
tahapan pengobatan,bila
mungkin gunakan
kombinasi inhalasi
kortikosteroid dan agonis
2 kerja lama
Bronkodilator (Salbutamol),
JIKA PERLU
Page 42
WAKTU BERKUNJUNG
BAHAN EDUKASI
DEMONSTRASI
Kunjungan
awal
Kunjungan
pertama (First
follow-up)
Kunjungan ke
dua (second
follow-up)
Identifikasi
menunjukkan
cara
pencetus
menggunakan obat inhalasi/ spacer,
koreksi oleh dokter bila perlu
Penilaian kontrol asma
(dengan ACT)
Monitor asma & tindakan apa yang
Pengobatan
yang
dapat dilakukan (idem di atas)
digunakan (bagaimana &
kapan, adakah masalah
dengan pengobatan tsb.)
Penanganan
serangan
asma di rumah
&
mengontrol
pencetus Penilaian kontrol
rumah
Pengobatan
Monitor asma
Setiap
kunjungan
berikut
(gejala
&
pemeriksaan APE)
Strategi mengontrol pencetus
Penilaian kontrol asma (dengan
ACT)
Pengobatan
Monitoring asma (gejala &
pemeriksaan APE)
Obat inhalasi
Pengukuran APE dengan Peak flow meter
Alur 16d
NASEHAT KEPADA PASIEN ASMA DAN KELUARGANYA
Pada pasien dengan PPOK yang stabil perlu dilakukan tatalaksana sesuai
dengan tanda dan
gejala, derajat PPOK, spirometri dengan memperhatikan alur 16-e ini:
Alur 16-e
TATALAKSANA PPOK STABIL
DERAJAT
KLINIS
FAAL PARU
REKOMENDASI PENGOBATAN
EDUKASI
Berhenti merokok
Hindari faktor pencetus
SEMUA
DERAJAT
Derajat I:
PPOK Ringan
Derajat II:
PPOK Sedang
Simptomatik (SABA)
2. Rehabilitasi paru (edukasi, nutrisi,
latihan, dukungan psikososial)
Bronkodilator
kerja
singkat
(SABA,
Antikolinergik
kerja
cepat, Santin) bila perlu
Page 44
Derajat III:
PPOK Berat
Derajat IV:
PPOK
Berat
Gejala
di
atas
ditambah tanda-tanda
Sangat
gagal napas atau gagal
jantung kanan dan
ketergantungan
oksigen. Pada derajat
ini kulitas hidup pasien
memburuk dan jika
eksaserbasi
dapat
mengancam jiwa
Simptomatik
Page 45
Selain 4 (empat) penyakit tidak menular seperti jantung dan pembuluh darah, DM,
Kanker pada orang dewasa, dan penyakit kronis pada orang dewasa, Program pengendalian
Alur 17a
Pucat, Demam tanpa sebab yang jelas, Perdarahan kulit, Nyeri tulang, Lesu,
berat badan turun
PEMERIKSAAN FISIS
Pucat, Epitaksis/petekie/ekimosis,
Hepatomegali, Splenomegali
Pembesaran
kelenjar
getah
bening,
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PUSKESMAS
Darah rutin dan hitung jenis
(perhatikan kadar haemoglobin
dan trombosit yang rendah,
kadar leukosit yang rendah atau
meningkat > 100.000/l, ada
tidaknya sel blast, dan hitung
jenis limfositer) 2 dari 3 kel
darah tepi
RS Tipe C dan B
Darah rutin dan
hitung jenis
Foto toraks AP dan
lateral
Aspirasi sumsum
tulang
Pungsi lumbal
RS Tipe A
Darah rutin dan hitung
jenis
Foto toraks AP dan
lateral
Aspirasi sumsum tulang
Pungsi lumbal
Sitokimia
sumsum
tulang
Imunofenotiping
Sitogenetik
Sitokimia sumsum
tulang
Page 46
Alur 17b
DIAGNOSIS RETINOBLASTOMA PADA ANAK
ANAMNESIS
Tampak bintik putih pada bagian hitam bola mata
Tampak mata seperti mata kucing
PEMERIKSAAN FISIS (pemeriksaan bola mata eksternal, segmen anterior, dan funduskopi)
Leukokoria/white pupil, cats eye
Mata juling (strabismus)
Proptosis/bola mata menonjol : Tanda stadium lanjut!!
Red reflex fundus (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RS Tipe C dan B
Darah lengkap
CT-scan
Aspirasi sumsum tulang
Pungsi lumbal
RS Tipe A
Darah lengkap
Biopsi-histopatologi
CT-scan/MRI
USG mata
Aspirasi sumsum tulang
Pungsi lumbal
Page 47
PUSKESMAS
Foto tulang yang
terkena,
ada
kelainan rujuk
Laboratoriu
m
DPL,
BUN/Creat,
alk
phosphatas
e,
GOT/
GPT,
bilirubin,LD
H.
Laboratoriu
m
DPL,
BUN/Creat,
alk
phosphatas
e,
GOT/
GPT,
bilirubin,LD
H.
RS Tipe C dan B
Darah rutin, Laju
Endap
Darah
(LED)
Laktat
dehidrogenase
(LDH) dan alkali
fosfatase
RS Tipe A
Darah rutin, LED
Laktat dehidrogenase dan
alkali fosfatase
Foto tulang yang terkena dan
toraks (metastase)
Biopsi-histopatologi
CT-scan tulang
Darah rutin
Page 48
Page 49
goscopy,esophagosc
opy, bronchoscopy)
dan
nasopharyngoscopy
Biopsy : endoskopi
/FNA
Alur 17e
Patologi
DIAGNOSIS LIMFOMA MALIGNUM PADA ANAK
Anatomi/immunohist
okimia
ANAMNESIS
Benjolan (>2cm) tanpa rasa nyeri dan cepat membesar, Sesak nafas, Demam,
Serologi
IgA lesu,
anti dan
EA nafsu makan berkurang
Keringat malam,
Lemah,
& IgA anti VCA
CXR
CT
PEMERIKSAAN
MRI **FISIS
Panendoscopy(laryn
Pembengkakan
kelenjar getah bening yang sulit digerakkan di
goscopy,esophagosc
leher
supraklavikula), ketiak, pangkal paha, tanpa rasa
opy,(spesifik:
bronchoscopy)
dan
nyeri.
nasopharyngoscopy
Biopsy : endoskopi
Pembengkakan
kelenjar tunggal atau multiple pada 1 atau
/FNA
beberapa
Patologi tempat
Anatomi/immunohist
Gejala
okimiasesak nafas dan sindrom vena cava superior yang
Obstruksi
(pada
limfoma di abdominal)
Serologi saluran
IgA anti pencernaan
EA
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
& IgA anti VCA
RS Tipe
C dan B
RS Tipelemah,
A
CXR
Sistemik:
demam, keringat malam,
lesu, nafsu makan
Darah
rutin,
LDH,
Foto
Darah
rutin,
CT
berkurang (berat badan turun secara progresif) LDH
toraks,
MRI **
Foto: toraks dan abdomen
Panendoscopy(laryn
Foto
abdomen , biopsi
Biopsi
goscopy,esophagosc
Aspirasi
sumsum tulang
Aspirasi sumsum tulang
opy,
bronchoscopy)
USG
abdomen
USG abdomen
dan
CT-Scan
CT-Scan
nasopharyngoscopy
Patologi
anatomi
Patologi anatomi
Biopsy : endoskopi
Imunohistokimia
/FNA
MRI
Patologi
Anatomi/immunohist
Serologi
IgA anti EA & IgA
okimia
anti
VCA
TAMBAHKAN
ALUR
NASOFARING
Serologi
IgACA
anti
EA & IgA !!!
anti VCA
CXR
CT
MRI **
Panendoscopy(laryngoscopy,
esophagoscopy,
bronchoscopy)
dan
nasopharyngoscopy
Biopsy : endoskopi /FNA
Patologi
Anatomi/immunohistokimia
Serologi IgA anti EA & IgA
anti VCA
CXR
CT
MRI **
Panendoscopy(laryngoscopy,
esophagoscopy,
Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan PPTM
bronchoscopy)
dan di Puskesmas
nasopharyngoscopy
Biopsy : endoskopi /FNA
Patologi
Anatomi/immunohistokimia
Serologi IgA anti EA & IgA
Page 50
CXR
CT
MRI **
Panendoscopy(laryngoscopy,
esophagoscopy,
bronchoscopy)
dan
Alur 17f
nasopharyngoscopy
Systemic
Lupus
Eritematous (SLE)
Biopsy : endoskopi /FNA
Patologi
Anatomi/immunohistokimia
Alur deteksi dini pada pasien SLE dapat dilakukan dengan mengingat 11 kriteria
berupa pertanyaan, yang terangkum di dalam SALURI (Periksa Lupus Sendiri):
Serologi IgA anti EA & IgA
1. Apakah
Persendian anda sering terasa sakit, nyeri atau bengkak lebih dari tiga
anti VCA
CXR
bulan?
CT
2. Apakah
jari tangan dan atau jari kaki pucat, kaku atau tidak nyaman di saat dingin?
MRI **
Panendoscopy(laryngoscopy,
3. Apakah
anda pernah menderita sariawan lebih dari dua minggu?
esophagoscopy,
bronchoscopy)
dan
4. Apakah
anda mengalami kelainan
darah seperti : anemia, leukositopenia, atau
nasopharyngoscopy
trombositopenia?
Biopsy : endoskopi /FNA
Patologi
5. Pernahkah
pada wajah anda terdapat ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu yang
Anatomi/immunohistokimia
nafas?
CT
MRI **
Panendoscopy(laryngoscopy,
esophagoscopy,
beristirahat?
bronchoscopy)
dan
9. Apakah
kulit anda hipersensitif terhadap sinar matahari?
nasopharyngoscopy
Biopsy
: endoskopi
10. Apakah
terdapat
protein/FNA
pada pemeriksaan urine anda?
Patologi
11. Pernahkah
anda mengalami serangan kejang?
Anatomi/immunohistokimia
8. Apakah anda sering merasa sangat lelah dan sangat lemas, bahkan setelah cukup
Page 51
Alur 17g
Rujukan systemic Lupus Eritematous (SLE)
DOKTER UMUM
PUSAT PEL. KES
PRIMER
KECURIGAAN SLE
Reumatologis/Inter
nist
Penegakan diagnosis
Kajian Aktivitas dan
derajat penyakit
Perencanaan
pengobatan
Pemantauan aktivitas
penyakit secara
teratur /terprogram
SLE derajat
ringan
SLE dengan
komplikasi/aktivi
tas meningkat
Alur
17h
Thalasemia
ANAMNESIS
Adanya riwayat thalasemia
dalam keluarga, riwayat
anemia berulang tanpa
pendarahan
PEMERIKSAAN FISIS:
Pucat
Infeksi berulang
Jantung berdebar-debar
Tidak nafsu makan
Ikterus
Bentuk muka mongoloid
Terdapat gangguan pertumbuhan
Perut membesar karena hepatomegali
/splenomegali
PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
Skrining anemia mikrositik hipokrom
Rujuk
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PPTM di Puskesmas RS
ke
Page 52
Page 53
memberikan
pertolongan pertama atau mengelolaan pada keadaan darurat PTM harus dapat dilakukan
oleh petugas kesehatan di puskesmas, yang meliputi (1) sesak napas, (2) nyeri dada, (3)
penurunan kesadaran, dan (4) trauma.
Alurdi18-a
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PPTM
Puskesmas
Penanganan Eksaserbasi Asma/ PPOK
Page 54
Eksaserbasi Berat
Kondisi:
Kondisi:
Sesak napas berat (sesak saat
mengi
atau
dada
istirahat atau saat berjalan)
terasa berat, dahak
Frekuensi napas: >30 per menit
banyak
Gelisah
Frekuensi napas 20Nilai
respon
terhadap
pengobatan
Menggunakan otot bantu napas
Frekuensi napas 2030x/menit,
30x/menit
(otot leher & perut)
menggunakan
otot
bantu napas
APE: < 50%
Riwayat kekambuhan
Saturasi Oksigen < 90%
Riwayat kekambuhan
Gejala kronis
RESPON BAIK
RESPON BURUK
Berikan:
APE >80%
Gejala kronis
1 jam setelah penanganan,
Respon Buruk : Jika APE menurun, atau kesadaran
Berikan:
kondisi pasien:
Berikan
oksigen
APE 50 - 80%
menurun
(bingung/gelisah),
atau 4liter/menit
sesak nafas yang
Stabil
(30%)
melalui
nasal
kanul, dan
O2 kanula
hidung
memberat : RUJUK segera
Tidak sesak Berikan:
dimonitor
dengan sat
Tidak ada
respon : sampai
setelah pengobatan
awal
Salbutamol
APE perbaikan, frekuensi
O2inhalasi
diatas
(salbutamol
3x 90%
dalam sejam, kortikosteroid
nafas
berkurang
(normal
inhalasi
, dapat
O2
kanula: hidung 3- dengan Salbutamol RUJUK
diulang
setiap
20
<20x/menit)
menunggu
Pasangtransport
infuse
(iv line)
ke tempat
rujukan:
4
liter/menit Sambil
menit Kondisi
(3x dalam
1
pasien
stabil
Pasang
infus
(iv
line)
monitor saturasi >
jam)
Pasang oksigen
(30% masker 2,5
atau ug
4 liter/menit
nasal
Salbutamol
kombinasi
90%
kanul)
untuk
menjaga
saturasi
>90%
jika
memungkinkan
Pasien
diperbolehkan
pulang
dengan Ipratropium Bromida
Salbutamol
Nebulisasi 2,5 ug
Lanjutkaninhalasi
salbutamol solution
inhalasi 3x dalam
1 jam
dengan terapi: Pastikan
pasien
10-20
tetes
nebulisasi
2,5ug
atau alternatif IDT
Berikan aminofilin bolus (5-6 mg/kg BB atau setengah
menggunakan Salbutamol
oral
diulang setiap 20 menit
dapat
diulang dosis jikadapat
dengan spacer 400
12 jam sebelumnya menggunakan
2mg/kali
,metilprednisolon
20-30
(3
x
dalam
sejam)
setiap 20 menit (3 x aminofilin),dilanjutkan dengan
ug
aminofilin drip (0,5-0,7
mg/hari, prednisone oral
40
mg,
dalam sejam), Dapat mg/kgbb/jam
lima-tujuh
sekali/hari,
Jika suhu > selama
38
Jika
temperatur
> 38C
dikombinasi
dengan
(golongan
kuinolon respirasi)
amoksilin
hari,
bila
perlu, bromida Antibiotikdan/atau
dan/atau mukolitik
sputum
ipratropium
sputum
yang
dengan asam klavulanat atau ofloxacin
atau purulen
antibiotik
jika ada infeksi
Nilai
yang
purulen
inhalasi solution 10- levofloxacin
: Berikan Eritromisin (250-500
berikan
eritromisin
ulang
dalam
seminggu 20 tetes/ satu kali
mg/6jam) atau Amoksisilin
atau amoksilin
nebulisasi
dengan asam klavulanat (250
Berikan
500mg/8jam)
FOLLOW UP SETELAH SEMINGGU :
kortikosteroid
Nilai gejala (sesak nafas dan mengi) dan tanda (frekuensi nafas,
pemeriksaan
dan pulse
Nilai
ulangparu,
respon
terhadap
sistemik : injeksi
oximetry)
(iv) tatalaksana
1 mg/kg
pengobatan
sejam
Jika TIDAK ada perubahan,
sebagaiBB
eksaserbasi sedang/berat
(lihat didalam
atas).
Jika tidak ada responmetilprednisolon
terhadap pengobatan, RUJUK.
atau
analognya
Jika respon baik, lanjutkan
pengobatan
jangkapanjang
RUJUK dan follow-up
5(gunakan alur )dexamethasone
10mg/
kali
NASEHAT UNTUK PASIEN DAN KELUARGA
pemberian,
prednisone
oral
Rokok dan polusi udara di dalam
dan luar ruang adalah
risiko mayor untuk PPOK
1mg/kgBB,
5 adalah: berhenti merokok, menghindari
Hal penting untuk penderita
PPOK harus selama
bdiperhatikan
hari
debu, asap rokok, dan asap apapun
Eksaserbasi Ringan
Eksaserbasi Sedang
Kondisi:
mengi
atau
dada
terasa berat, dahak
banyak
Kondisikan
dari proses memasak
dapat
melalui jendela atau pintu
Petunjuk
Teknisasap
Penyelenggaraan
PPTM
di keluar
Puskesmas
Page 55
Serangan
Ringan
Asma
Pengobatan awal
Oksigenasi dengan kanul nasal
Inhalasi agonis beta-2 kerja singkat (nebulisasi),
setiap 20 menit dalam satu jam) atau agonis beta2 injeksi (Terbutalin
0,5 ml subkutan atau Adrenalin 1/1000 0,3 ml
subkutan)
Kortikosteroid sistemik :
- serangan asma berat
- Tidak ada respon dengan pengobatan bronkodilator
- Dalam kortikosteroid oral
- Tidak ada respons segera dengan pengobatan
bronkodilator
Penilaian
Ulang setelah
1 jam
dalam
kortikosteroid
oral
Pem.fisis, saturasi O2
dengan
pulsoxymetri
Respons baik
Respons baik
dan stabil
dalam 60 menit
Pem.fisis
normal
APE > 70%
prediksi/ nilai
terbaik
Saturasi O2 >
90%
Respons tidak
sempurna
Dirawat
Pulang
Pengobatan
dilanjutkan dengan
inhalasi agonis
beta-2
Membutuhkan
kortikosteroid oral
Edukasi penderita
Memakai obat yang
benar
Ikuti rencana
pengobatan
selanjutnya
RUJUK RUMAH
SAKIT
Risiko tinggi
distres
Pem.fisis :
berat, gelisah
dan kesadaran
menurun
APE < 30%
RUJUK RS
Pulang
Bila APE > 60% prediksi /
terbaik.
Tetap
berikan
pengobatan oral
atau
inhalasi
Perbaikan
Kontrol
puskesmas
Page 56
PPOK
Eksaserbasi
Ringan
(terdapat
1
gejala disertai
keluhan
lain
mis demam)
Eksaserbasi
terdapat 2
diatas)
Sedang (jika
dari 3 gejala
Dapat
diberikan
obat
sistemik (injeksi) kemudian
dilanjutkan dengan oral
Eksaserbasi
(memiliki
3
diatas)
Berat
gejala
Sifat nyeri: lokasi, menjalar, berat, kapan mulai dirasakan, berapa lama, apakah
berhubungan dengan aktifitas, apa gejala yang mengikuti (mual, muntah,
berkeringat, palpitasi, pusing)
Gambaran angina stabil kronik
2) NYERI DADA
Tanyakan
KEMUNGKINAN
PENYEBABNYA:
Pleuritis,
Pericarditis,
Tromboemboli paru,
Gastritis Akut, Serangan
panik dan lain-lain
RIWAYAT PENYAKIT
Rujuk ke RS
dengan
fasilitas
!!!!!
3) PENURUNAN
KESADARAN
epilepsi,
hipertensi, pengobatan untuk Diabetes,
Konvulsi/kejang
Jika konvulsi/kejang pada kehamilan, berikan Magnesium
Sulfat (MgSO4) i.v, selama 5-15 menit. Jika tidak hamil,
berikan Diazepam 10 mg i.v atau rektal, rujuk ke RS (kecuali
diketahui Epilepsi)
Suspek anafilaksis dengan TD sistolik <90
Posisikan secara supine dan masukkan alat bantu jalan nafas
Berikan adrenalin i.m (paha samping) 0.01 mg/kg, dosis
maksimal 0.5 mg
Berikan NaCl 0.9% i.v (20 ml/kgBB, ulangi hingga total
50ml/kgBB selama 1/2 jam pertama)
Jika tidak ada respon, ulangi adrenalin setiap 5 menit
Hidrokortison i.v 100-300mg
Keton
urin
+3
dan/atau
Glukosa darah 250 mg/dl
-
Suspek
keracunan
herbesida/pestisida
Jika agen diketahui, masukkan antidot
jika tersedia sebelum rujuk ke RS
Paralisis
Jaga jalan nafas, rujuk ke RS
Page 60
Alur
18e Transient Ischemic Attack
(TIA) dan stroke
Gunakan alur berikut jika pasien mengalami secara
tiba-tiba :
Kelemahan atau kehilangan sensori pada satu sisi tubuh
atau anggota gerak
Kesulitan berbicara atau pemahaman
Gangguan penglihatan
Sakit kepala hebat atau yang tidak biasa
Gangguan keseimbangan
Tanyakan :
-Kapan hal itu terjadi? Sedang berada dimana?
Apa yang sedang dilakukan?
- Apakah mengalami kelemahan atau baal?
- Dapatkah berbicara seperti biasa?
- Apakah dapat melihat seperti biasa?
- Apakah mengalami sakit kepala?
- Apakah gejala masih terasa, atau sudah
menghilang?
- Apakah pernah TIA atau stroke sebelumnya?
- Apakah ada riwayat Hipertensi, Diabetes,
Penyakit jantung?
- Apakah merokok? Jika tidak, apakah sebelumnya
pernah merokok?
- Apakah mengkonsumsi alkohol?
- Apakah ada diagnosis lain?
- Apakah pernah ada riwayat jatuh atau trauma
sebelumnya?
PEMERIKSAAN
Derajat kesadaran
Defisit
neurologi
:
kelemahan
atau
kehilangan sensori wajah, tangan, kaki,
hemianopia, afasia, disfagia, dan lain-lain.
Auskultasi dari jantung dan leher
TD dan nadi
Gula darah
Jika pasien
memiliki defisit
neurologi yang
persisten >24
jam
RUJUK segera
ke level
berikutnya
GAMBARAN SINDROMA KORONER AKUT :
sebelumnya
INGAT :
SEGERA KE RS
SE : Senyum asimetris
Page 61
RA : Suara pelo
KE : Kebas/ baal
R : Rabun
S : Sempoyongan/ terhuyung-huyung
Page 62
Tatalaksana :
Aspirin (dosis pertama : 300500 mg, kemudian 75 -150
mg per hari)
Antihipertensif jika TD 140/95
mmHg atau lebih
Simvastatin (10-40 mg per
hari)
Rujuk untuk pemeriksaan lebih
lanjut :
untuk CT Scan, Ultrasound untuk
ateri karotis, ECG dan pemeriksaan
jantung jika dibutuhkan
Tindakan : Tatalaksana :
- Berikan Oksigen 2-4 liter per menit dengan nasal kanul
- Aspirin tanpa salut gula (dikunyah) 160 300 mg , berikan secepatnya
- Isosorbide dinitrate (ISDN) sublingual 5 mg dapat diulangi 2-3 kali selama
-
Page 63
4) TRAUMA
Pada klien yang mengalami trauma, baik kecelakaan lalu lintas, jatuh, tenggelam, dan
terbakar memerlukan tatalaksana
Alur 18g
TATALAKSANA TRAUMA (KLL, JATUH, TENGGELAM, DAN TERBAKAR)
Page 64
Keterangan Pemberian:
A. Kompresi Jantung Luar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
B.
Tehnik chin lift adalah meletakkan dua jari dibawah dagu kemudian hati hati angkat ke atas hingga rahang bawah terangkat kedepan.selama
tindakan ini perhatikan leher jangan sampai menengadah berlebihan.
Tehnik chin lift adalah meletakkan dua jari dibawah dagu kemudian hati hati angkat ke atas hingga rahang bawah terangkat kedepan.selama
tindakan ini perhatikan leher jangan sampai menengadah berlebihan.
Tehnik Jaw trust doronglah sudut rahang bawah ke depan hingga rahang
bawah terdorong ke depan.
Pemberian napas :
trauma,
tahapan
Page 65
Page 66
Alur 19
UPAYA REHABILITATIF PERAWATAN KAKI
DIABETES UNTUK PENDERITA DM NON ULKUS
ANAMNESIS
Identifikasi faktor risiko kaki diabetik (kalus, tinea pedis, deformitas jari, fisura, dan lain-lain
SEPATU
Pemakaian
alas kaki yg
sesuai
DEFORMITAS
Deformitas
jari
Pes cavus
Charcot
foot
Hallus
vagus
Hallus
rigidus
LESI KULIT
-Kalus,korn
-Deformitas kuku
-Tinea pedis
-Fisura, lepuh
-Edema, bengkak
NEUROPATI
-Refleks tendon achiles
-Persepsi vibrasi
-Persepsi tekanan
KELAINAN VASCULAR
Pulsasi arteri
pedis
Perawatan kaki
Perawatan
kaki
non-ulkus
Edukasi
perawatan kaki
Edukasi
dan
penggunaan alas
kaki yang sesuai
Risiko
Renda
h
Edukasi
perawatan kaki
Inspeksi kaki
setiap enam
bulan
Page 67
2.2
berjenjang, mulai dari posbindu PTM, Puskesmas, Puskesmas PTM, sampai ke Rumah sakit,
sebagai rujukan, lihat alur 20
Page 68
Rujukan masyarakat
Perorangan
Rujukan
Posbindu
Puskesmas pengembangan
pelayanan PTM
Pemeriksaan Fisik
dan Penunjang
Tindakan/Yankes
Sesuai SOP & Bimbingan Kemandirian Klg
Dirujuk ke RS Rujukan
Terdekat yang mempunyai
fasilitas memadai sesuai
dengan Kebutuhan /TPKB
Spesialis yg datang ke
Puskesmas
Hasil tindakan /
Yankes di RS baik,
Pasien dikembalikan
ke Puskesmas
Page 69
BAB III
SARANA DAN PRASARANA
Untuk terlaksananya upaya pengendalian PTM di puskesmas, sewajarnya diperlukan
pentahapan penerapan kriteria, baik menyangkut sumber daya (tenaga, anggaran/biaya,
metode/SPO, peralatan medis), obat essensial PTM.
Sesuai dengan target yang telah ditetapkan pada pedoman pengembangan pengendalian
PTM di Puskesmas bahwa pada tahun 2014 terdapat minimal satu Kabupaten/Kota
memiliki satu puskesmas pelayanan PTM yang dapat dilaksanakan di puskesmas
perawatan maupun non perawatan, tergantung pada sumber daya, sarana-prasarana yang
dimiliki. Adapun standar yang ditetapkan dimiliki oleh puskesmas untuk pelayanan PTM
adalah:
3.1 Sumber Daya Manusia
Beberapa contoh peralatan dasar tersedia dalam jumlahnya cukup, antara lain:
Sarana penyuluhan PTM untuk berhenti merokok, gizi sehat, aktivitas fisik
yang terdiri dari media cetak (flipchart, lembar balik), media elektronika (CD,
kaset,sound system, monitor), media wawan muka (diskusi kelompok
terarah, wawancara dan bermain peran/rolplay ,konseling)
Sarana deteksi dini : Tensimeter merkuri, alat pengukur: TB, BB, LP,
stetoskop, EKG, Rontgen paru, peak flow meter, IVA kit, glukometer, tes
albumin urin, tes cholesterol, amphetamine test, alcohol test
Page 70
Metformin
Sulfonilurea (glibenclamide,
Glimepirid,Glikazid,
Glikuidon)
Statin(lovastatin/simvastatin)
Hydrochlorothiazide
Isosorbide dinitrate
Enalapril
CCB (nifedipine R,
amlodipine)
Glukosa Injeksi
Metotrexate
Tamoxifen
Phenoxymethyl penicillin
Paracetamol
Prednisolone
Hydrocortisone (injection)
Salbutamol injectable
Insulin basal (NPH, Glargine,
Detemir)
Promethazine injection
Glucose injectable solution
Sodium chloride infusion
Sulfas Atropin
Heparin
Povidon Iodine
Page 71
Beberapa daftar obat kemoterapi yang sering dipakai oleh orang dengan kanker
harus diketahui oleh dokter yang bertugas di puskesmas pelayanan PTM, mengenai efek
samping obat seperti dibawah ini:
Fluoro Uracil
MTX
Obat essensial ini harus ada di puskesmas sehubungan dengan pengendalian PTM
di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Dalam hal lama pemberian obat, karena PTM
membutuhkan pengobatan dalam waktu lama, maka obat-obatan diberikan paling sedikit
untuk waktu 1 (satu) bulan sebagaimana pedoman masing-masing penyakit dan jika tidak
ada keluhan lain yang mendesak dan perlu penanganan lebih lanjut. Dalam hal
perhitungan dan manajemen obat di puskesmas dapat dilihat pedoman dan petunjuk teknis
yang ada terkait pengadaan dan manajemen obat di puskesmas.
Page 72
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN PPTM
4.1. Pencatatan
Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan pengendalian PTM menjadi bagian
penting dari pencatatan di puskesmas dan jajarannya, dengan penambahan kolom untuk
beberapa format pencatatan yang diperlukan seperti jumlah skrining maupun deteksi dini,
jumlah kasus yang ditangani, jumlah pasien yang dirujuk, secara detail mengenai
pencatatan dapat merujuk pada pedoman pengendalian yang tersedia. Disarankan untuk
tidak membuat format baru, mengingat bahwa format pencatatan kegiatan puskesmas
untuk data penyusunan profil kesehatan Kabupaten/Kota, masih tetap dibuat puskesmas.
Laporan kegiatan puskesmas, merupakan bagian dari laporan kegiatan pelayanan
puskesmas secara keseluruhan. Hasil evaluasi/penilaian kinerja pelayanan puskesmas
akan menjadi bagian dari hasil kinerja pelayanan puskesmas induknya. Bersama dengan
hasil kinerja pelayanan lainnya, akan menjadi hasil kinerja puskesmas. Pengiriman laporan
dan umpan-balik analisis hasil evaluasi kinerja pelayanan di setiap fasilitas pelayanan PTM
akan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
4.2. Pelaporan
Pelaporan pengendalian PTM di Puskesmas disesuaikan dengan format pelaporan
yang ada di Puskesmas setempat. Bila memungkinkan dalam pengembangannya dapat
ditambahkan jenis penyakit PTM lainnya. Pencatatan penyakit tidak menular di puskesmas
untuk pencatatan berdasarkan individu maupun kasus
Page 73
BAB VII
PENUTUP
Page 74