OSTEOARTRITIS”
A. Latar Belakang
rawan sendi dan tulang subkondral dan menyebabkan nyeri pada sendi. Osteoarthritis
Osteoartritis diketahui dialami sepertiga populasi di atas usia 65 tahun dan merupakan
satu dari lima penyebab disabilitas utama pada populasi usia lanjut di Amerika Serikat.
Di Indonesia sendiri kasus osteoarthritis merupakan kasus penyakit reumatik yang paling
sering ditemui.
Penyakit ini bisa mengenai kedua jenis kelamin walau lebih sering pada wanita; dan
umumnya mengenai populasi usia lanjut. Dengan bertambahnya populasi usia lanjut di
berbagai negara di dunia tentu saja jumlah pasien yang menderita osteoarthritis akan
epidemiologisnya yang besar serta nyeri kronik yang ditimbulkannya dapat menurunkan
Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, menurut WHO pada tahun 2025
populasi usia lanjut di Indonesia akan meningkat 414% dibanding tahun 1990. Di
Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5% pada pria
B. Permasalahan di Masyarakat
Proses penyakitnya tidak hanya mengenai rawan sendi namun juga mengenai
seluruh sendi, termasuk tulang subkondral, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial
serta jaringan ikat periartikular. Pada stadium lanjut rawan sendi mengalami kerusakan
yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fissura dan ulserasi yang dalam pada permukaan
sendi.
Kegiatan yang dapat dilakukan guna mencapai pemahaman bagi warga mengenai
penyakit Osteoartritis adalah berupa penyuluhan dan sosialisasi interaktif dua arah.
Sasaran dalam penyuluhan kali ini adalah para peserta kegiatan PROLANIS dan Calon
Jemaah Haji yang sering melakukan kegiatan senam rutin di Puskesmas Baringeng
setiap hari selasa. Kegiatan senam ini dihadiri oleh hampir semua anggotanya sehingga
D. Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dan diskusi mengenai Osteoartritis pada kegiatan Senam rutin
memberikan pengetahuan bagi para peserta. Setelah pemaparan materi, peserta diberikan
ditanyakan terkait tentang bagaimana cara mencegah terjadinya Osteoartritis dan apa
menu makanan yang dapat ataupun tidak dapat dikonsumsi. Ada beberapa poin penting
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah aset yang paling berharga dalam hidup ini. Kekayaan, kekuasaan,
dan popularitas boleh saja dimiliki, tetapi semua itu tidak akan berarti apabila tidak
memikirkan kesehatan. Untuk hidup sehat yang harus diketahui pertama kali yaitu apa
yang menyebabkan timbulnya penyakit. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
kesehatan adalah gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Jika hal ini terus menerus
dialami akan menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan, salah satunya akan
menyebabkan dispepsia.
Dispepsia merupakan istilah yang digunakan dalam suatu sindrom atau kumpulan
gejala atau keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual,
muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitas, dan rasa panas yang
menjalar di dada.
Secara global terdapat sekitar 15-40% penderita dispepsia. Setiap tahun keluhan ini
adalah pasien yang keluhannya berkaitan dengan kasus dispepsia. Berdasarkan fenomena
diatas, dapat disimpulkan bahwa banyak yang mengalami sindroma dispepsia dan
B. Permasalahan di Masyarakat
Salah satu penyakit tidak menular yang mempunyai angka kejadian tinggi di dunia
adalah dispepsia. Dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemui
pada praktek sehari-hari. Diperkirakan hampir 30% kasus yang dijumpai pada praktek
Kekambuhan penyakit dispepsia merupakan masalah yang tidak fatal, tapi keluhan
penderita sangat mengganggu kegiatan sehari-hari. Lebih dari 50% pasien dispepsia
berada dalam masa pengobatan sepanjang waktu, pengeluaran biaya untuk pengobatan
tidak sedikit dan kira-kira 30% pasien dilaporkan mengambil libur dalam bekerja dan
sekolah akibat dari kekambuhan gejala penyakit, sehingga menurunkan kualitas hidup.
Stress psikologis merupakan salah satu faktor resiko yang sering menjadi pencetus
neurotisme.
sekresi asam lambung, kebiasaan makan, Infeksi bakteri Helicobacter pylori, tukak
peptikum dan psikologis. Konsumsi kebiasaan makanan beresiko seperti makanan pedas,
asam, bergaram tinggi dan minuman seperti kopi, alkohol merupakan faktor pemicu
penyakit ini.
Kegiatan yang dapat dilakukan guna mengurangi tingkat kekambuhan penyakit serta
penyuluhan dan sosialisasi interaktif dua arah. Sasaran dalam penyuluhan kali ini
adalah para peserta kegiatan PROLANIS dan Calon Jemaah Haji yang sering
melakukan kegiatan senam rutin di Puskesmas Baringeng setiap hari selasa. Kegiatan
senam ini dihadiri oleh hampir semua anggotanya sehingga diharapkan materi dapat
D. Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dan diskusi mengenai Dispepsia pada kegiatan Senam rutin
memberikan pengetahuan bagi para peserta. Setelah pemaparan materi, peserta diberikan
Dispepsia dan apa menu makanan yang dapat ataupun tidak dapat dikonsumsi. Ada
beberapa poin penting yang ditekankan pada peserta terkait Dispepsia, yaitu :
berlebihan
A. Latar Belakang
darah berada di atas 140/90 mmHg. Hipertensi dibedakan menjadi dua macam, yakni
hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi dipicu oleh beberapa
faktor risiko, seperti faktor genetik, obesitas, kelebihan asupan natrium, dislipidemia,
terendah di Papua (22,2%). Berdasarkan data tersebut dari 34,1% orang yang mengalami
hipertensi hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis. Data
menunjukkan hanya 1,17% orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi minum obat
Hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak
Setiap peningkatan 20 mmHg tekanan darah sistolik atau 10 mmHg tekanan darah
diastolik dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik dan strok.
kardiovaskular, strok, dan gagal jantung. Menjalankan pola hidup sehat setidaknya
selama 4–6 bulan terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan secara umum dapat
B. Permasalahan di Masyarakat
Dari sekian banyak masyarakat yang datang ke Puskesmas Baringeng masih banyak
pasien yang menderita hipertensi. Keadaan ini tentunya sudah tidak asing dijumpai
mengingat pola hidup masyarakat yang masih jauh dari pola hidup sehat seperti gizi
tidak seimbang (tinggi gula, garam dan lemak), berat badan berlebih, kurang olahraga,
minimnya tindakan pencegahan terhadap hipertensi. Selain itu, pada masyarakat yang
telah terdiagnosis hipertensi, kurangnya pengetahuan mengenai aturan minum obat
jangka panjang untuk mengontrol tekanan darah menyebabkan mereka tidak rutin
C. Pemilihan Intervensi
penyuluhan antara lain: definisi, gejala, faktor risiko, klasifikasi tekanan darah,
Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan ini adalah masyarakat yang datang
ke Puskesmas Keliling yang rutin dilaksanakan oleh pihak Puskesmas. Tujuan utama
Tujuan Khusus: Secara khusus, penyuluhan ini memiliki tujuan sebagai berikut:
darah.
D. Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan ini dirangkaikan dengan kegiatan Puskesmas Keliling yang rutin
rutin
E. Evaluasi
dengan sesi bertanya dan menjawab. Para peserta penyuluhan diberikan kesempatan
untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti terkait materi penyuluhan yang
dibawakan. Selain itu peserta penyuluhan diberi beberapa pertanyaan seputar materi
Dari sekian banyak masyarakat yang datang ke Puskesmas keliling Baringeng masih
banyak pasien yang menderita hipertensi. Keadaan ini tentunya sudah tidak asing
dijumpai mengingat pola hidup masyarakat yang masih jauh dari pola hidup sehat seperti
gizi tidak seimbang (tinggi gula, garam dan lemak), berat badan berlebih, kurang
minimnya tindakan pencegahan terhadap hipertensi. Selain itu, pada masyarakat yang
jangka panjang untuk mengontrol tekanan darah menyebabkan mereka tidak rutin minum
A. Latar Belakang
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai dengan
abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan. PGK
ditandai dengan satu atau lebih tanda kerusakan ginjal yaitu albuminuria, abnormalitas
Data yang didapat dari Indonesian Renal Registry (IRR) (2014), suatu program dari
peningkatan pada jumlah pasien, terutama pasien aktif selama tahun 2007 hingga 2014.
Dalam kurun waktu tersebut, terdapat peningkatan lebih dari 6 kali lipat dari jumlah
awalnya. Berdasarkan data Riskedas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013, pasien yang
Prevalensi gagal ginjal kronik (sekarang disebut PGK) di Indonesia pada pasien usia
lima belas tahun keatas di Indonesia yang didata berdasarkan jumlah kasus yang
didiagnosis dokter adalah sebesar 0,2%. Prevalensi gagal ginjal kronik meningkat seiring
bertambahnya usia, didapatkan meningkat tajam pada kelompok umur 25-44 tahun
(0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), umur 55-74 tahun (0,5%), dan tertinggi pada
kelompok umur ≥ 75 tahun (0,6%). Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari
perempuan (0,2%).
34%, ginjal polikistik 1%, nefropati asam urat 2%, nefropati obstruksi 8%, pielonefritis
kronik/PNC 6%, lain-lain 6%, dan tidak diketahui sebesar 1%. Penyebab terbanyak
jugapsikologis. Para pasien dengan CKD mengalami penyakit ini secara menahun.
Pasien mengalami gangguan berkemih, keletihan berlebihan, sulit tidur, nafsu makan
menurun, bengkak pada kaki, kram otot, maupun disfungsi ereksi. Walaupun demikian,
efek dari pengobatan yang bertahun-tahun tersebut tidak hanya menimbulkan banyak
B. Permasalahan di Masyarakat
Dari sekian banyak masyarakat yang datang ke Puskesmas Baringeng masih banyak
pasien yang menderita hipertensi yang pada keadaan lanjutannya dapat menderita CKD
(Gagal Ginjal Kronik). Keadaan ini tentunya sudah tidak asing dijumpai mengingat pola
hidup masyarakat yang masih jauh dari pola hidup sehat seperti gizi tidak seimbang
(tinggi gula, garam dan lemak), berat badan berlebih, kurang olahraga, merokok, serta
konsumsi alkohol.
menyebabkan minimnya tindakan pencegahan terhadap penyakit ini. Selain itu, pada
minum obat jangka panjang untuk mengontrol tekanan darah menyebabkan mereka tidak
Oleh karena itu diadakan penyuluhan mengenai Gagal Ginjal Kronik sehingga
dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya penyakit ini diharapkan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Baringeng dapat melakukan pencegahan dan
C. Pemilihan Intervensi
pokok materi penyuluhan antara lain: definisi, gejala, faktor risiko, klasifikasi Gagal
Ginjal Kronik, penatalaksanaan, komplikasi, konseling dan edukasi dari Gagal Ginjal
Kronik.
Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan ini adalah masyarakat yang datang
ke Senam PROLANIS yang rutin dilaksanakan oleh pihak Puskesmas. Tujuan utama
dari penyuluhan ini adalah memberikan pengetahuan mengenai penyakit Gagal Ginjal
Kronik.
Tujuan Khusus: Secara khusus, penyuluhan ini memiliki tujuan sebagai berikut:
D. Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan ini dirangkaikan dengan kegiatan Senam PROLANIS yang rutin
E. Evaluasi
dengan sesi bertanya dan menjawab. Para peserta penyuluhan diberikan kesempatan
untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti terkait materi penyuluhan yang
dibawakan.
Dari sekian banyak masyarakat yang datang ke Puskesmas Baringeng masih banyak
pasien yang menderita hipertensi yang keadaan lanjutannya dapat menjadi Gagal Ginjal
Kronik. Keadaan ini tentunya sudah tidak asing dijumpai mengingat pola hidup
masyarakat yang masih jauh dari pola hidup sehat seperti gizi tidak seimbang (tinggi
gula, garam dan lemak), berat badan berlebih, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi
alkohol.
menyebabkan minimnya tindakan pencegahan terhadap penyakit ini. Selain itu, pada
minum obat jangka panjang untuk mengontrol tekanan darah menyebabkan mereka tidak
dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan masyarakat
A. Latar Belakang
Promosi kesehatan merupakan salah satu basic six pelayanan dasar yang
mudah, karena menyangkut aspek perilaku yang erat kaitannya dengan sikap, kebiasaan,
Diabetes Melitus (DM) adalah merupakan penyakit Global endemik. Saat ini
diperkirakan 171 juta pasien menderita DM seluruh dunia dan diperkirakan tahun 2030
akan menjadi dua kali lipatnya. Penderita Diabetes Melitus (DM) di Indonesia secara
epidemiologi diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi mencapai 21,3 juta orang
atau merupakan negara urutan keempat dengan jumlah perkiraan penderita DM didunia.
prevalensi obesitas dan physical inactivity. Sehingga diperlukan suatu upaya promotif
dan preventif terhadap penyakit DM. Bagi pasien yang telah terkena DM maka
dengan menormalkan kadar gula darah dan dikatakan DM terkontrol, sehingga sama
B. Permasalahan di Masyarakat
Dari sekian banyak masyarakat yang datang ke Puskesmas Baringeng masih banyak
pasien yang menderita Diabetes mellitus. Keadaan ini tentunya sudah tidak asing
dijumpai mengingat pola hidup masyarakat yang masih jauh dari pola hidup sehat seperti
gizi tidak seimbang (tinggi gula, garam dan lemak), berat badan berlebih, kurang
mengenai aturan minum obat jangka panjang untuk mengontrol gula darah menyebabkan
Oleh karena itu diadakan penyuluhan mengenai Diabetes mellitus sehingga dengan
mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya Diabetes mellitus diharapkan masyarakat
C. Pemilihan Intervensi
Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaan (empowerment).
melalui penyuluhan yang dirangkaikan dalam kegiatan Puskesmas keliling yang rutin
diadakan. Pesan-pesan pokok materi penyuluhan antara lain: definisi, gejala, faktor
Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan ini adalah masyarakat yang datang
pada kegiatan Puskesmas keliling yang rutin dilaksanakan oleh pihak Puskesmas. Tujuan
utama dari penyuluhan ini adalah memberikan pengetahuan mengenai penyakit Diabetes
mellitus.
Tujuan Khusus: Secara khusus, penyuluhan ini memiliki tujuan sebagai berikut:
D. Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan ini dirangkaikan dengan kegiatan Puskesmas keliling yang rutin
rutin
E. Evaluasi
dengan sesi bertanya dan menjawab. Para peserta penyuluhan diberikan kesempatan
untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti terkait materi penyuluhan yang
dibawakan. Selain itu peserta penyuluhan diberi beberapa pertanyaan seputar materi
Diabetes mellitus untuk menguji pemahaman peserta terhadap materi yang dibawakan.
Dari sekian banyak masyarakat yang datang ke Puskesmas keliling Baringeng masih
banyak pasien yang menderita Diabetes mellitus. Keadaan ini tentunya sudah tidak asing
dijumpai mengingat pola hidup masyarakat yang masih jauh dari pola hidup sehat seperti
gizi tidak seimbang (tinggi gula, garam dan lemak), berat badan berlebih, kurang
minimnya tindakan pencegahan terhadap Diabetes mellitus. Selain itu, pada masyarakat
minum obat jangka panjang untuk mengontrol tekanan darah menyebabkan mereka tidak
Oleh karena itu diadakan penyuluhan mengenai Diabetes mellitus sehingga dengan