Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSIP

PUSKESMAS BARINGENG KABUPATEN WATANSOPPENG

PERIODE NOVEMBER 2019 – NOVEMBER 2020

F1. PROMOSI KESEHATAN

”PENYULUHAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DEGENERATIF

OSTEOARTRITIS”

A. Latar Belakang

Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang ditandai dengan kerusakan

rawan sendi dan tulang subkondral dan menyebabkan nyeri pada sendi. Osteoarthritis

merupakan masalah kesehatan yang sering ditemui dalam praktik sehari-hari.

Osteoartritis diketahui dialami sepertiga populasi di atas usia 65 tahun dan merupakan

satu dari lima penyebab disabilitas utama pada populasi usia lanjut di Amerika Serikat.

Di Indonesia sendiri kasus osteoarthritis merupakan kasus penyakit reumatik yang paling

sering ditemui.

Penyakit ini bisa mengenai kedua jenis kelamin walau lebih sering pada wanita; dan

umumnya mengenai populasi usia lanjut. Dengan bertambahnya populasi usia lanjut di

berbagai negara di dunia tentu saja jumlah pasien yang menderita osteoarthritis akan

makin banyak. Osteoartritis dapat menimbulkan nyeri kronik dan menimbulkan

disabilitas serta dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Mengingat beban

epidemiologisnya yang besar serta nyeri kronik yang ditimbulkannya dapat menurunkan

kualitas hidup maka diperlukan perhatian terhadap penyakit reumatik tersebut.

Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, menurut WHO pada tahun 2025

populasi usia lanjut di Indonesia akan meningkat 414% dibanding tahun 1990. Di
Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5% pada pria

dan 12,7% pada wanita yang berumur antara 40-60 tahun.

B. Permasalahan di Masyarakat

Osteoartritis (OA) merupakan bentuk artritis yang paling sering ditemukan di

masyarakat, bersifat kronis, berdampak besar dalam masalah kesehatan masyarakat.

Osteoartritis dapat terjadi dengan etiologi yang berbeda-beda, namun mengakibatkan

kelainan bilologis, morfologis dan keluaran klinis yang sama.

Proses penyakitnya tidak hanya mengenai rawan sendi namun juga mengenai

seluruh sendi, termasuk tulang subkondral, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial

serta jaringan ikat periartikular. Pada stadium lanjut rawan sendi mengalami kerusakan

yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fissura dan ulserasi yang dalam pada permukaan

sendi.

Kurangnya pemahaman pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Baringeng

terhadap penyakit Osteoarthritis menyebabkan banyaknya masyarakat terutama wanita

yang berusia lanjut terkena penyakit ini.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Kegiatan yang dapat dilakukan guna mencapai pemahaman bagi warga mengenai

penyakit Osteoartritis adalah berupa penyuluhan dan sosialisasi interaktif dua arah.

Sasaran dalam penyuluhan kali ini adalah para peserta kegiatan PROLANIS dan Calon

Jemaah Haji yang sering melakukan kegiatan senam rutin di Puskesmas Baringeng
setiap hari selasa. Kegiatan senam ini dihadiri oleh hampir semua anggotanya sehingga

diharapkan materi dapat tersampaikan dengan tepat.

D. Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dan diskusi mengenai Osteoartritis pada kegiatan Senam rutin

Prolanis telah dilaksanakan pada:

Hari/ Tanggal : Selasa, 25 Februari 2020

Waktu : 09.30 WITA

Tempat : Ruang pertemuan Puskesmas Baringeng

Kegiatan : Penyuluhan dan diskusi dua arah mengenai Osteoartritis

E. Monitoring dan Evaluasi

Penyuluhan dibuka dengan sesi pemaparan materi mengenai Osteoartritis untuk

memberikan pengetahuan bagi para peserta. Setelah pemaparan materi, peserta diberikan

kesempatan untuk memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah diberikan.

Selama dilakukan penyuluhan, antusiasme peserta terlihat tinggi. Beberapa kali

peserta mengajukan pertanyaan ketika dilakukan penyuluhan. Pertanyaan yang

ditanyakan terkait tentang bagaimana cara mencegah terjadinya Osteoartritis dan apa

menu makanan yang dapat ataupun tidak dapat dikonsumsi. Ada beberapa poin penting

yang ditekankan pada peserta terkait Osteoartritis, yaitu :

1. Menurunkan berat badan bagi mereka dengan berat badan berlebih

2. Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi

3. Tidak menggunakan sendi secara berlebihan

4. Olahraga yang disarankan ialah bersepeda dan berenang


5. Konsultasikan ke dokter bila menemukan gejala Osteoartritis

LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSIP

PUSKESMAS BARINGENG KABUPATEN WATANSOPPENG

PERIODE NOVEMBER 2019 – NOVEMBER 2020

F1. PROMOSI KESEHATAN

” PENYULUHAN PENCEGAHAN DAN EDUKASI PASIEN DYSPEPSIA”

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah aset yang paling berharga dalam hidup ini. Kekayaan, kekuasaan,

dan popularitas boleh saja dimiliki, tetapi semua itu tidak akan berarti apabila tidak

memikirkan kesehatan. Untuk hidup sehat yang harus diketahui pertama kali yaitu apa

yang menyebabkan timbulnya penyakit. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

kesehatan adalah gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Jika hal ini terus menerus

dialami akan menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan, salah satunya akan

menyebabkan dispepsia.

Dispepsia merupakan istilah yang digunakan dalam suatu sindrom atau kumpulan

gejala atau keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual,

muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitas, dan rasa panas yang

menjalar di dada.

Secara global terdapat sekitar 15-40% penderita dispepsia. Setiap tahun keluhan ini

mengenai 25% populasi dunia. Di Asia prevalensi dispepsia berkisar 8-30%. Di


Indonesia diperkirakan hampir 30% pasien dispepsia yang datang ke praktik umum

adalah pasien yang keluhannya berkaitan dengan kasus dispepsia. Berdasarkan fenomena

diatas, dapat disimpulkan bahwa banyak yang mengalami sindroma dispepsia dan

kurangnya pengetahuan pasien tentang sindroma dispepsia.

B. Permasalahan di Masyarakat

Salah satu penyakit tidak menular yang mempunyai angka kejadian tinggi di dunia

adalah dispepsia. Dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemui

pada praktek sehari-hari. Diperkirakan hampir 30% kasus yang dijumpai pada praktek

umum dan 60% pada praktek gastroenterologi merupakan dispepsia.

Kekambuhan penyakit dispepsia merupakan masalah yang tidak fatal, tapi keluhan

penderita sangat mengganggu kegiatan sehari-hari. Lebih dari 50% pasien dispepsia

berada dalam masa pengobatan sepanjang waktu, pengeluaran biaya untuk pengobatan

tidak sedikit dan kira-kira 30% pasien dilaporkan mengambil libur dalam bekerja dan

sekolah akibat dari kekambuhan gejala penyakit, sehingga menurunkan kualitas hidup.

Stress psikologis merupakan salah satu faktor resiko yang sering menjadi pencetus

kekambuhan dispepsia, termasuk didalamnya kecemasan, hipersensitivitas dan

neurotisme.

Banyak faktor yang memicu timbulnya keluhan sindroma dispepsia, diantaranya

sekresi asam lambung, kebiasaan makan, Infeksi bakteri Helicobacter pylori, tukak

peptikum dan psikologis. Konsumsi kebiasaan makanan beresiko seperti makanan pedas,

asam, bergaram tinggi dan minuman seperti kopi, alkohol merupakan faktor pemicu

timbulnya gejala dispepsia


Tingginya tingkat kekambuhan dikarenakan berbagai faktor serta minimnya

pemahaman pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Baringeng terhadap penyakit

Dispepsia menyebabkan banyaknya masyarakat dari segala kalangan umur menderita

penyakit ini.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Kegiatan yang dapat dilakukan guna mengurangi tingkat kekambuhan penyakit serta

meningkatkan pemahaman bagi warga mengenai penyakit Dispepsia adalah berupa

penyuluhan dan sosialisasi interaktif dua arah. Sasaran dalam penyuluhan kali ini

adalah para peserta kegiatan PROLANIS dan Calon Jemaah Haji yang sering

melakukan kegiatan senam rutin di Puskesmas Baringeng setiap hari selasa. Kegiatan

senam ini dihadiri oleh hampir semua anggotanya sehingga diharapkan materi dapat

tersampaikan dengan tepat.

D. Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dan diskusi mengenai Dispepsia pada kegiatan Senam rutin

Prolanis telah dilaksanakan pada:

Hari/ Tanggal : Selasa, 25 Februari 2020

Waktu : 09.30 WITA

Tempat : Ruang pertemuan Puskesmas Baringeng

Kegiatan : Penyuluhan dan diskusi dua arah mengenai Dispepsia

E. Monitoring dan Evaluasi


Penyuluhan dibuka dengan sesi pemaparan materi mengenai Dispepsia untuk

memberikan pengetahuan bagi para peserta. Setelah pemaparan materi, peserta diberikan

kesempatan untuk memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah diberikan.

Selama dilakukan penyuluhan, antusiasme peserta terlihat tinggi. Beberapa kali

peserta mengajukan pertanyaan ketika dilakukan penyuluhan. Pertanyaan yang

ditanyakan terkait tentang bagaimana cara mengurangi tingkat kekambuhan penyakit

Dispepsia dan apa menu makanan yang dapat ataupun tidak dapat dikonsumsi. Ada

beberapa poin penting yang ditekankan pada peserta terkait Dispepsia, yaitu :

1. Membatasi makanan yang dapat memicu produksi asam lambung

berlebihan

2. Membatasi konsumsi teh dan kopi

3. Membiasakan diri mengonsumsi makanan dengan porsi kecil tapi sering

4. Membiasakan diri untuk makan secara teratur dan tepat waktu

5. Konsultasikan ke dokter bila menemukan gejala Dispepsia


LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSIP

PUSKESMAS BARINGENG KABUPATEN WATANSOPPENG

PERIODE NOVEMBER 2019 – NOVEMBER 2020

F1. UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

“PENYULUHAN PENCEGAHAN PENYAKIT HIPERTENSI DENGAN

PERBAIKAN POLA HIDUP SEHARI-HARI”

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah

secara menetap. Umumnya, seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan

darah berada di atas 140/90 mmHg. Hipertensi dibedakan menjadi dua macam, yakni

hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi dipicu oleh beberapa

faktor risiko, seperti faktor genetik, obesitas, kelebihan asupan natrium, dislipidemia,

kurangnya aktivitas fisik, dan defisiensi vitamin D.


Prevalensi Hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2018 meningkat sebesar

34,1% (Riskesdas 2013: 25,8%), tertinggi di Kalimantan Selatan (44,1%), sedangkan

terendah di Papua (22,2%). Berdasarkan data tersebut dari 34,1% orang yang mengalami

hipertensi hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis. Data

menunjukkan hanya 1,17% orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi minum obat

Hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak

menyadari menderita hipertensi ataupun mendapatkan pengobatan.

Penyakit hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular.

Setiap peningkatan 20 mmHg tekanan darah sistolik atau 10 mmHg tekanan darah

diastolik dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik dan strok.

Terkontrolnya tekanan darah sistolik dapat menurunkan risiko kematian, penyakit

kardiovaskular, strok, dan gagal jantung. Menjalankan pola hidup sehat setidaknya

selama 4–6 bulan terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan secara umum dapat

menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Beberapa pola hidup sehat yang

dianjurkan di antaranya penurunan berat badan, mengurangi asupan garam, olahraga,

mengurangi konsumsi alkohol, dan berhenti merokok.

B. Permasalahan di Masyarakat

Dari sekian banyak masyarakat yang datang ke Puskesmas Baringeng masih banyak

pasien yang menderita hipertensi. Keadaan ini tentunya sudah tidak asing dijumpai

mengingat pola hidup masyarakat yang masih jauh dari pola hidup sehat seperti gizi

tidak seimbang (tinggi gula, garam dan lemak), berat badan berlebih, kurang olahraga,

merokok, serta konsumsi alkohol.

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko hipertensi menyebabkan

minimnya tindakan pencegahan terhadap hipertensi. Selain itu, pada masyarakat yang
telah terdiagnosis hipertensi, kurangnya pengetahuan mengenai aturan minum obat

jangka panjang untuk mengontrol tekanan darah menyebabkan mereka tidak rutin

minum obat sehingga rentan mengalami komplikasi.

Oleh karena itu diadakan penyuluhan mengenai hipertensi sehingga dengan

mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas Baringeng khususnya di Desa Masing dapat melakukan

pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan

sehingga komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan.

C. Pemilihan Intervensi

Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaan (empowerment).

Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan kemampuan kepada individu (sasaran)

melalui penyuluhan yang dirangkaikan dengan kegiatan Puskesmas Keliling dan

Penjaringan pasien Hipertensi dan Diabetes Mellitus. Pesan-pesan pokok materi

penyuluhan antara lain: definisi, gejala, faktor risiko, klasifikasi tekanan darah,

penatalaksanaan, komplikasi, konseling dan edukasi dari hipertensi.

Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan ini adalah masyarakat yang datang

ke Puskesmas Keliling yang rutin dilaksanakan oleh pihak Puskesmas. Tujuan utama

dari penyuluhan ini adalah memberikan pengetahuan mengenai penyakit hipertensi.

Tujuan Khusus: Secara khusus, penyuluhan ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan pengetahuan tentang definisi hipertensi dan angka normal tekanan

darah.

2. Memberikan pengetahuan tentang gejala hipertensi.

3. Memberikan pengetahuan tentang faktor risiko hipertensi

4. Memberikan pengetahuan tentang klasifikasi tekanan darah


5. Memberikan pengetahuan tentang penatalaksanaan hipertensi

6. Memberikan pengetahuan tentang komplikasi hipertensi

7. Memberikan konseling dan edukasi terhadap pasien hipertensi

D. Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan ini dirangkaikan dengan kegiatan Puskesmas Keliling yang rutin

dilaksana telah dilaksanakan pada:

Hari/ Tanggal : Sabtu, 29 Februari 2020

Waktu : 10.00 WITA

Tempat : Rumah Warga Desa Masing

Kegiatan : Penyuluhan yang dirangkaikan dalam kegiatan Puskesmas Keliling

rutin

E. Evaluasi

Selama proses penyuluhan antusiasme masyarakat cukup baik untuk mendengarkan

materi penyuluhan yang disampaikan. Setelah materi penyuluhan selesai, dilanjutkan

dengan sesi bertanya dan menjawab. Para peserta penyuluhan diberikan kesempatan

untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti terkait materi penyuluhan yang

dibawakan. Selain itu peserta penyuluhan diberi beberapa pertanyaan seputar materi

hipertensi untuk menguji pemahaman peserta terhadap materi yang dibawakan.

Dari sekian banyak masyarakat yang datang ke Puskesmas keliling Baringeng masih

banyak pasien yang menderita hipertensi. Keadaan ini tentunya sudah tidak asing

dijumpai mengingat pola hidup masyarakat yang masih jauh dari pola hidup sehat seperti

gizi tidak seimbang (tinggi gula, garam dan lemak), berat badan berlebih, kurang

olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol.


Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko hipertensi menyebabkan

minimnya tindakan pencegahan terhadap hipertensi. Selain itu, pada masyarakat yang

telah terdiagnosis hipertensi, kurangnya pengetahuan mengenai aturan minum obat

jangka panjang untuk mengontrol tekanan darah menyebabkan mereka tidak rutin minum

obat sehingga rentan mengalami komplikasi.

Oleh karena itu diadakan penyuluhan mengenai hipertensi sehingga dengan

mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas Baringeng khususnya di Desa Masing dapat melakukan

pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-

obatan sehingga komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan.


LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSIP

PUSKESMAS BARINGENG KABUPATEN WATANSOPPENG


PERIODE NOVEMBER 2019 – NOVEMBER 2020

F1. UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

“PENYULUHAN PENCEGAHAN GAGAL GINJAL KRONIK”

A. Latar Belakang

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai dengan

abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan. PGK

ditandai dengan satu atau lebih tanda kerusakan ginjal yaitu albuminuria, abnormalitas

sedimen urin, elektrolit, histologi, struktur ginjal,ataupun adanya riwayat transplantasi

ginjal, juga disertai penurunan laju filtrasi glomerulus.

Data yang didapat dari Indonesian Renal Registry (IRR) (2014), suatu program dari

Perkumpulan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), menunjukkan bahwa adanya

peningkatan pada jumlah pasien, terutama pasien aktif selama tahun 2007 hingga 2014.

Dalam kurun waktu tersebut, terdapat peningkatan lebih dari 6 kali lipat dari jumlah

awalnya. Berdasarkan data Riskedas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013, pasien yang

memiliki CKDdi Indonesia sebesar 0,2%.

Prevalensi gagal ginjal kronik (sekarang disebut PGK) di Indonesia pada pasien usia

lima belas tahun keatas di Indonesia yang didata berdasarkan jumlah kasus yang

didiagnosis dokter adalah sebesar 0,2%. Prevalensi gagal ginjal kronik meningkat seiring

bertambahnya usia, didapatkan meningkat tajam pada kelompok umur 25-44 tahun

(0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), umur 55-74 tahun (0,5%), dan tertinggi pada

kelompok umur ≥ 75 tahun (0,6%). Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari

perempuan (0,2%).

Penyebab kerusakan ginjal pada PGK adalah multifaktorial dan kerusakannya

bersifat ireversibel. Penyebab PGK pada pasien di Indonesia adalah glomerulopati


primer 14%, nefropati diabetika 27%, nefropati lupus/SLE 1%, penyakit ginjal hipertensi

34%, ginjal polikistik 1%, nefropati asam urat 2%, nefropati obstruksi 8%, pielonefritis

kronik/PNC 6%, lain-lain 6%, dan tidak diketahui sebesar 1%. Penyebab terbanyak

adalah penyakit ginjal hipertensi dengan persentase 34 %.

Pasien dengan CKD tidak hanya mengalami masalah fisik, melainkan

jugapsikologis. Para pasien dengan CKD mengalami penyakit ini secara menahun.

Pasien mengalami gangguan berkemih, keletihan berlebihan, sulit tidur, nafsu makan

menurun, bengkak pada kaki, kram otot, maupun disfungsi ereksi. Walaupun demikian,

efek dari pengobatan yang bertahun-tahun tersebut tidak hanya menimbulkan banyak

efek fisik namun juga psikologis.

B. Permasalahan di Masyarakat

Dari sekian banyak masyarakat yang datang ke Puskesmas Baringeng masih banyak

pasien yang menderita hipertensi yang pada keadaan lanjutannya dapat menderita CKD

(Gagal Ginjal Kronik). Keadaan ini tentunya sudah tidak asing dijumpai mengingat pola

hidup masyarakat yang masih jauh dari pola hidup sehat seperti gizi tidak seimbang

(tinggi gula, garam dan lemak), berat badan berlebih, kurang olahraga, merokok, serta

konsumsi alkohol.

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko Gagal Ginjal Kronik

menyebabkan minimnya tindakan pencegahan terhadap penyakit ini. Selain itu, pada

masyarakat yang telah terdiagnosis hipertensi, kurangnya pengetahuan mengenai aturan

minum obat jangka panjang untuk mengontrol tekanan darah menyebabkan mereka tidak

rutin minum obat sehingga rentan mengalami komplikasi.

Oleh karena itu diadakan penyuluhan mengenai Gagal Ginjal Kronik sehingga

dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya penyakit ini diharapkan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Baringeng dapat melakukan pencegahan dan

penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga

komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan.

C. Pemilihan Intervensi

Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaan (empowerment).

Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan kemampuan kepada individu (sasaran)

melalui penyuluhan yang dirangkaikan dalam kegiatan Senam PROLANIS. Pesan-pesan

pokok materi penyuluhan antara lain: definisi, gejala, faktor risiko, klasifikasi Gagal

Ginjal Kronik, penatalaksanaan, komplikasi, konseling dan edukasi dari Gagal Ginjal

Kronik.

Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan ini adalah masyarakat yang datang

ke Senam PROLANIS yang rutin dilaksanakan oleh pihak Puskesmas. Tujuan utama

dari penyuluhan ini adalah memberikan pengetahuan mengenai penyakit Gagal Ginjal

Kronik.

Tujuan Khusus: Secara khusus, penyuluhan ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan pengetahuan tentang definisi Gagal Ginjal Kronik

2. Memberikan pengetahuan tentang gejala Gagal Ginjal Kronik

3. Memberikan pengetahuan tentang faktor risiko Gagal Ginjal Kronik

4. Memberikan pengetahuan tentang klasifikasi Gagal Ginjal Kronik

5. Memberikan pengetahuan tentang penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik

6. Memberikan pengetahuan tentang komplikasi Gagal Ginjal Kronik

7. Memberikan konseling dan edukasi terhadap pasien Gagal Ginjal Kronik

D. Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan ini dirangkaikan dengan kegiatan Senam PROLANIS yang rutin

dilaksana telah dilaksanakan pada:

Hari/ Tanggal : Selasa, 10 Desember 2019

Waktu : 10.00 WITA

Tempat : Ruang Pertemuan Puskesmas Baringeng

Kegiatan : Penyuluhan yang dirangkaikan dalam kegiatan Senam Prolanis

E. Evaluasi

Selama proses penyuluhan antusiasme masyarakat cukup baik untuk mendengarkan

materi penyuluhan yang disampaikan. Setelah materi penyuluhan selesai, dilanjutkan

dengan sesi bertanya dan menjawab. Para peserta penyuluhan diberikan kesempatan

untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti terkait materi penyuluhan yang

dibawakan.

Dari sekian banyak masyarakat yang datang ke Puskesmas Baringeng masih banyak

pasien yang menderita hipertensi yang keadaan lanjutannya dapat menjadi Gagal Ginjal

Kronik. Keadaan ini tentunya sudah tidak asing dijumpai mengingat pola hidup

masyarakat yang masih jauh dari pola hidup sehat seperti gizi tidak seimbang (tinggi

gula, garam dan lemak), berat badan berlebih, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi

alkohol.

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko Gagal Ginjal Kronik

menyebabkan minimnya tindakan pencegahan terhadap penyakit ini. Selain itu, pada

masyarakat yang telah terdiagnosis hipertensi, kurangnya pengetahuan mengenai aturan

minum obat jangka panjang untuk mengontrol tekanan darah menyebabkan mereka tidak

rutin minum obat sehingga rentan mengalami komplikasi.


Oleh karena itu diadakan penyuluhan mengenai Gagal Ginjal Kronik sehingga

dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan masyarakat

di wilayah kerja Puskesmas Baringeng dapat melakukan pencegahan dan

penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga

komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan.


LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSIP

PUSKESMAS BARINGENG KABUPATEN WATANSOPPENG

PERIODE NOVEMBER 2019 – NOVEMBER 2020

F1. UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

“PENYULUHAN MENGENAL LEBIH JAUH DIABETES MELLITUS”

A. Latar Belakang

Promosi kesehatan merupakan salah satu basic six pelayanan dasar yang

dilaksanakan di puskesmas. Promosi kesehatan adalah upaya untuk memampukan atau

memberdayakan masyarakat agar dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatannya (WHO). Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan bukanlah pekerjaan yang

mudah, karena menyangkut aspek perilaku yang erat kaitannya dengan sikap, kebiasaan,

kemampuan, potensi dan faktor budaya pada umumnya.

Diabetes Melitus (DM) adalah merupakan penyakit Global endemik. Saat ini

diperkirakan 171 juta pasien menderita DM seluruh dunia dan diperkirakan tahun 2030

akan menjadi dua kali lipatnya. Penderita Diabetes Melitus (DM) di Indonesia secara

epidemiologi diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi mencapai 21,3 juta orang

atau merupakan negara urutan keempat dengan jumlah perkiraan penderita DM didunia.

Semua pasien tersebut beresiko mengalami komplikasi baik mikrovaskular maupun

makrovaskular yang dapat menyebabkan tingginya biaya perawatan dan pengobatan.

Bertambahnya jumlah penderita DM yang meningkat terus menerus ini dipengaruhi

oleh pertumbuhan penduduk, proses penuaan, urbanisasi dan pertambanhan jumlah

prevalensi obesitas dan physical inactivity. Sehingga diperlukan suatu upaya promotif
dan preventif terhadap penyakit DM. Bagi pasien yang telah terkena DM maka

manajemen DM yang baik diharapkan dapat menurunkan resiko komplikasi. Tujuan

penatalaksanaan DM meliputi . Mencegah komplikasi, meningkatkan kualitas hidup,

dengan menormalkan kadar gula darah dan dikatakan DM terkontrol, sehingga sama

dengan orang normal.

B. Permasalahan di Masyarakat

Dari sekian banyak masyarakat yang datang ke Puskesmas Baringeng masih banyak

pasien yang menderita Diabetes mellitus. Keadaan ini tentunya sudah tidak asing

dijumpai mengingat pola hidup masyarakat yang masih jauh dari pola hidup sehat seperti

gizi tidak seimbang (tinggi gula, garam dan lemak), berat badan berlebih, kurang

olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol.

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko Diabetes mellitus

menyebabkan minimnya tindakan pencegahan terhadap Diabetes mellitus. Selain itu,

pada masyarakat yang telah terdiagnosis Diabetes mellitus, kurangnya pengetahuan

mengenai aturan minum obat jangka panjang untuk mengontrol gula darah menyebabkan

mereka tidak rutin minum obat sehingga rentan mengalami komplikasi.

Oleh karena itu diadakan penyuluhan mengenai Diabetes mellitus sehingga dengan

mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya Diabetes mellitus diharapkan masyarakat

di wilayah kerja Puskesmas Baringeng khususnya di Desa Kebo dapat melakukan

pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan

sehingga komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan.

C. Pemilihan Intervensi
Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaan (empowerment).

Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan kemampuan kepada individu (sasaran)

melalui penyuluhan yang dirangkaikan dalam kegiatan Puskesmas keliling yang rutin

diadakan. Pesan-pesan pokok materi penyuluhan antara lain: definisi, gejala, faktor

risiko, klasifikasi Diabetes mellitus, penatalaksanaan, komplikasi, konseling dan edukasi

dari Diabetes mellitus.

Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan ini adalah masyarakat yang datang

pada kegiatan Puskesmas keliling yang rutin dilaksanakan oleh pihak Puskesmas. Tujuan

utama dari penyuluhan ini adalah memberikan pengetahuan mengenai penyakit Diabetes

mellitus.

Tujuan Khusus: Secara khusus, penyuluhan ini memiliki tujuan sebagai berikut:

- Memberikan pengetahuan tentang definisi Diabetes mellitus

- Memberikan pengetahuan tentang gejala Diabetes mellitus

- Memberikan pengetahuan tentang faktor risiko Diabetes mellitus

- Memberikan pengetahuan tentang klasifikasi Diabetes mellitus

- Memberikan pengetahuan tentang penatalaksanaan Diabetes mellitus

- Memberikan pengetahuan tentang komplikasi Diabetes mellitus

- Memberikan konseling dan edukasi terhadap pasien Diabetes mellitus

D. Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan ini dirangkaikan dengan kegiatan Puskesmas keliling yang rutin

dilaksana telah dilaksanakan pada:

Hari/ Tanggal : Kamis, 13 Februari 2020

Waktu : 10.00 WITA

Tempat : Kantor Desa Kebo


Kegiatan : Penyuluhan yang dirangkaikan dalam kegiatan Puskesmas Keliling

rutin

E. Evaluasi

Selama proses penyuluhan antusiasme masyarakat cukup baik untuk mendengarkan

materi penyuluhan yang disampaikan. Setelah materi penyuluhan selesai, dilanjutkan

dengan sesi bertanya dan menjawab. Para peserta penyuluhan diberikan kesempatan

untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti terkait materi penyuluhan yang

dibawakan. Selain itu peserta penyuluhan diberi beberapa pertanyaan seputar materi

Diabetes mellitus untuk menguji pemahaman peserta terhadap materi yang dibawakan.

Dari sekian banyak masyarakat yang datang ke Puskesmas keliling Baringeng masih

banyak pasien yang menderita Diabetes mellitus. Keadaan ini tentunya sudah tidak asing

dijumpai mengingat pola hidup masyarakat yang masih jauh dari pola hidup sehat seperti

gizi tidak seimbang (tinggi gula, garam dan lemak), berat badan berlebih, kurang

olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol.

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko hipertensi menyebabkan

minimnya tindakan pencegahan terhadap Diabetes mellitus. Selain itu, pada masyarakat

yang telah terdiagnosis Diabetes mellitus, kurangnya pengetahuan mengenai aturan

minum obat jangka panjang untuk mengontrol tekanan darah menyebabkan mereka tidak

rutin minum obat sehingga rentan mengalami komplikasi.

Oleh karena itu diadakan penyuluhan mengenai Diabetes mellitus sehingga dengan

mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas Baringeng khususnya di Desa Kebo dapat melakukan

pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan

sehingga komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan.

Anda mungkin juga menyukai