Anda di halaman 1dari 35

HALAMAN JUDUL

MINI PROJECT
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN IMPLEMENTASINYA
PADA PENDERITA HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KETAWANG

Oleh :
dr. Imam Muttaqin
Pendamping :
dr. Wahyu Widiyanti
Pusat Kesehatan Masyarakat Ketawang
Malang

LEMBAR PENGESAHAN

MINI PROJECT
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN IMPLEMENTASINYA
PADA PENDERITA HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KETAWANG
Laporan Mini Project ini diajukan dalam rangka
memenuhi tugas internsip di Puskesmas

Malang, 24 Maret 2016


Dokter Pendamping Internsip,

dr. Imam Muttaqin

dr. Wahyu Widiyanti

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan mini project dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.

Laporan mini project yang berjudul Gambaran Pengetahuan dan Implementasinya


Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ketawang berguna untuk mengetahui
gambaran tingkat pengetahuan masyarakat mengenai Hipertensi. Sehingga dari hasil yang
diperoleh upaya promosi kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan lebih baik lagi.
Tidak lupa ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan mini project. Ucapan terimakasih terutama kepada:
1. dr. Wahyu Widiyanti sebagai pembimbing, yang telah meluangkan waktunya untuk
membantu menyelesaikan mini project ini.
2. Drg. Wiwin sebagai Kepala Puskesmas Ketawang yang telah memberi kesempatan
untuk melakukan mini project ini di Puskesmas Ketawang.
3. Dr. Raudhatul Jannah sebagai dokter fungsional Puskesmas Ketawang yang telah
membantu kelancaran mini project ini
4. Pihak Puskesmas Ketawang yang telah membantu memberikan gambaran masalah
kesehatan yang ada.
5. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ketawang atas kesediaanya menjadi
responden dalam mini project ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka untuk menerima kritik dan saran sehingga dapat menjadi
bahan perbaikan laporan mini project ini kedepannya.

Malang, 24 Maret 2016

PENULIS

DAFTAR IS

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Pernyataan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................3
D. Manfaat...........................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5
A. Definisi............................................................................................................................5
B. Etiologi............................................................................................................................5
C. Gejala Tuberkulosis Paru................................................................................................6
D. Penemuan Kasus Tuberkulosis Paru...............................................................................6
E. Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien Tuberkulosis Paru................................................7
BAB III METODE.....................................................................................................................9
A. Rancangan Mini Project..................................................................................................9
B. Lokasi dan Waktu Mni Project........................................................................................9
C. Populasi Mini Project......................................................................................................9
D. Subyek Mini Project........................................................................................................9
BAB IV HASIL........................................................................................................................10
A. Profil Komunitas Umum...............................................................................................10
B. Data Geografis..............................................................................................................10
C. Data Demografik...........................................................................................................10
D. Sumber Daya Kesehatan yang Ada...............................................................................11
E. Sarana Pelayanan Kesehatan yang Ada.........................................................................11
F.

Data Kesehatan Masyarakat..........................................................................................13

BAB V DISKUSI.....................................................................................................................14
A. Karakteristik Responden...............................................................................................14
B. Data Pretest dan Posttest..............................................................................................16
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................18
A. Kesimpulan...................................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................v
Lampiran 1 Formulir Persetujuan Menjadi Responden............................................................vi
Lampiran 2 Kuesioner Mini Project........................................................................................vii
Lampiran 3 Leaflet Hipertensi................................................................................................viii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian
karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara
berkembang. Menurut survey yang dilakukan oleh Word Health Organization (WHO)
pada tahun 2000, jumlah penduduk dunia yang menderita hipertensi untuk pria sekitar
26,6% dan wanita sekitar 26,1% dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan
meningkat menjadi 29,2% (Apriany, 2012).
Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia terus terjadi peningkatan. Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 sebesar 21% menjadi 26,4% dan
27,5% pada tahun 2001 dan 2004. Selanjutnya, diperkirakan meningkat lagi menjadi 37%
pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada tahun 2025. Menurut data Kementrian Kesehatan
RI tahun 2009 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat
menjadi 34,1% tahun 2010. Data Dinas Kesehatan kota Semarang tahun 2009
menyebutkan prevalensi hipertensi sebesar 12,85 % dengan jumlah kasus sebanyak 2063
(Apriany, 2012)
WHO menetapkan Hipertensi sebagai faktor risiko nomor tiga penyebab kematian
didunia dan bertanggung jawab terhadap 62% timbulnya kasus stroke 49% timbulnya
serangan jantung dan tujuh juta kematian premature tiap tahunnya.
Di dunia, hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita
Hipertensi.Tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang bisa merusak organ
tubuh manusia. Setiap tahun darah tinggi menjadi penyebab 1 dari 7 kematian (7 juta
pertahun) di samping menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak dan ginjal. (Depkes RI,
2007).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari 70% penderita
Hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang
diobati dengan baik (adequately treated cases) diperkirakan sampai tahun 2025 tingkat
terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%, dan akan mempengaruhi 1,56 milyar
penduduk di seluruh dunia.. (Depkes RI, 2007).
Menurut AHA (American Heart Assosiation) di Amerika tekanan darah tinggi
ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 285 atau 59 juta orang
mengidap Hipertensi. Semua orang yang mengidap Hipertensi hanya satu pertiganya yang

mengetahui keadaanya dan hanya 61% medikasi, dari penderita yang mendapat medikasi
hanya satu pertiga mencapai target darah yang optimal/normal.
Berdasarkan hasil laporan kunjungan Puskesmas Ketawang, tercatat hipertensi
sebagai penyakit terbanyak ketiga selama tahun 2015. Apabila ditinjau berdasarkan rekam
medis pasien, sebagian besar penderita diketahui tidak rajin mengontrolkan dirinya ke
Puskesmas. Hal ini diduga karena pengaruh pengetahuan pasien yang kurang, adanya
keterbatasan biaya sehingga tidak mampu membeli obat hipertensi yang harus dikonsumsi
setiap hari dan adanya kendala biaya transportasi untuk control ke puskesmas. Mayoritas
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ketawang adalah ras Madura dan tingkat
pendidikan rendah sehingga sangat mempengaruhi pola hidup yang memicu hipertensi.
B. Pernyataan Masalah
Bagaimanakah gambaran pengetahuan penderita Hipertensi di Puskesmas
Ketawang tentang penyakit Hipertensi sebelum diberikan penjelasan mengenai penyakit
Hipertensi dan bagaimana implementasi pengetahuan pada pola hidup setelah diberikan
penjelasan tentang hipertensi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang gejala Hipertensi
serta implementasi terhadap pola hidupnya setelah pemberian informasi
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Hipertensi
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya komplikasi penyakit
Hipertensi
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk rajin kontrol dan berobat apabila
menderita Hipertensi
D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk mensosialisasikan kepada
masyarakat tentang penyakit Hipertensi dan pentingnya kepatuhan pengobatan.
2. Bagi Puskesmas
Dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi Puskesmas untuk meningkatkan
CDR di Wilayah kerja puskesmas Ketawang.
3. Bagi Penulis

Dapat digunakan sebagai prasyarat yang harus dipenuhi dalam tugas internsip di
puskesmas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo, Notoadmodjo
2003).
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui
berkenaan dengan hal (mata pelajaran) (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2002).
2. Tingkat Pengetahuan
Benjamin Bloom (1956), seorang ahli pendidikan, membuat klasifikasi (taxonomy)
pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai untuk merangsang proses berfikir pada
manusia. Menurut Bloom kecakapan berfikir pada manusia dapat dibagi dalam 6 kategori
yaitu:

Pengetahuan (knowledge)
Mencakup ketrampilan mengingat kembali faktor-faktor yang pernah dipelajari.

Pemahaman (comprehension)
Meliputi pemahaman terhadap informasi yang ada.

Penerapan (application)
Mencakup ketrampilan menerapkan informasi atau pengetahuan yang telah dipelajari ke
dalam situasi yang baru.

Analisis (analysis)
Meliputi pemilahan informasi menjadi bagian-bagian atau meneliti dan mencoba
memahami struktur informasi.

Sintesis (synthesis)
Mencakup menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah ada untuk
menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola yang tidak ada sebelumnya.

Evaluasi (evaluation)

Meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan berdasarkan kriteria-kriteria yang


ada biasanya pertanyaan memakai kata: pertimbangkanlah, bagaimana kesimpulannya.
(http://anakdankeluarga.blog.com)
B. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah. Hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah secara menetap 140/90 mmHg (Dharmeizar, 2012).
Menurut JNC VII (2006), terdapat empat kategori tekanan darah, normal, prehipertensi,
hipertensi tahap I dan hipertensi tahap II.
Menurut kabo (2010) hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis di mana
tekanan darah meningkat di atas tekanan darah yang disepakati normal.
Hipertensi adalah faktor penyebab utama kematian karena stroke dan factor yang
memperberat infark miokard(serangan jantung). Kondisi tersebut merupakan gangguan
yang paling umum pada tekanan darah. Hiper merupakan gangguan asimptomatik yang
sering terjadi dengan peningkatan tekanan darah secra persisten.diagnosa hipertensi pada
orang dewasa dibuat saat bacaan diastolic rata-rata dua atau lebih,paling sedikit dua
kunjungan berikut adalah 90mmHg atau lebih tinggi atau bila tekanan darah multiple
sistolik rerata pada dua atau lebih kunjungan berikutnya secara konsisten lebih tinggi dari
140mmHg. (Potter & Perry, 2005).
2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut The Eigth Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC8) klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok prehipertensi, hipertensi derajat 1
dan derajat 2 seperti yang terlihat pada gambar dibawah (Bell, K et al.2015).

Gambar 2.1 Klasifikasi hipertensi


3. Penyebab Penyakit Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui (essensial atau hipertensi
primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. kelompok
lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab khusus, dikenal sebagai
hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen.
Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentiikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini
dapat disembuhkan secara potensial (Anonima , 2006).

a. Hipertensi Primer (Essensial)


Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti
genetik, lingkungan, hiperaktivasi susunan saraf simpatis, sistem reninangiotensin,
efek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Cl intraseluler, dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder dapat diketahui penyebab spesifiknya, dan digolongkan
dalam 4 kategori :
a. Hipertensi Kardiovaskuler biasanya berkaitan dengan peningkata kronik resistensi
perifer total yang disebabkan oleh ateroslerosis.
b. Hipertensi renal (ginjal) dapat terjadi akibat dua defek ginjal : oklusi parsial arteri
renalis atau penyakit jaringan ginjal itu sendiri.
1). Lesi aterosklerotik yang menonjol ke dalam lumen arteri renalis atau kompresi
eksternal pembuluh oleh suatu tumor dapat mengurangi aliran darah ke ginjal.
Ginjal berespons dengan mengaktifkan jalur hormonal yang melibatkan
angiotensin II. Jalur ini meningkatkan retensi garam dan air selama
pembentukan urin, sehingga volume darah meningkat untuk mengkompensasi
penurunan aliran darah ginjal. Ingatlah bahwa angiotensin II juga merupakan
vasokontriktor kuat. Walaupun kedua efek tersebut (peningkatan volume darah
dan vasokontriksi akibat angiotensin) merupakan mekanisme kompensasi untuk
memperbaiki aliran darah ke arteri renalis yang menyempit, keduanya juga
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri keseluruhan.
2). Hipertensi renal juga terjadi jika ginjal sakit dan tidak mampu mengeleminasi
beban garam normal. Terjadi retensi garam yang menginduksi retensi air,
sehingga volume plasma bertambah dan timbul hipertensi.

c. Hipertensi endokrin terjadi akibat sedikitnya dua gangguan endokrin dan sindrom
cronn
1). Feokromositoma adalah suatu tumor medula adrenal yang mengeluarkan
epinefrin dan norepinefrin dalam jumlah yang berlebihan. Peningkatan
abnormal kadar kedua hormon ini mencetuskan peningkatan curah jantung dan
vasokontriksi umum, keduanya menimbulkan hipertensi yang khas untuk
penyakit ini.
2). Sindrom conn berkaitan dengan peningkatan pembentukan oleh korteks adrenal.
Hormon ini adalah bagian dari jalur hormonal yang menyebabkan retensi garam
dan air oleh ginjal. beban garam dan air yang berlebihan di dalam tubuh akibat
peningkatan kadar aldosteron menyebabkan tekanan darah meningkat.
d. Hipertensi neurogenik terjadi akibat lesi saraf
1). Masalahnya mungkin adalah kesalahan kontrol tekanan darah akibat defek di
pusat kontrol kardiovaskuler atau di baroreseptor.
2). Hipertensi neurogenik juga dapat terjadi sebagai respon kompensasi terhadap
penurunan aliran darah otak. Sebagai respon terhadap ganguan ini, muncullah
suatu refleks yang meningkatkan tekanan darah sebagai usaha untuk
mengalirkan darah kaya oksigen ke jaringan otak secara adekuat (Sherwood,
2001).
4. Gejala Penyakit Hipertensi
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menunjukkan gejala sampai
bertahun-tahun. Oleh karena itulah hipertensi dikenal sebagai silent killer. Pada
pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi
dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti pendarahan, eksudat (kumpulan
cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat akan mengalami edema pupil.
Corwin, (2000), menyebutkan bahwa sebahagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun (Rohaendi, 2008) : a. Nyeri kepala saat terjaga,
kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial b.
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi. c. Ayunan langkah yang tidak
mantap akibat susunan saraf pusat telah rusak d. Nokturia karena peningkatan aliran darah
ginjal dan filtrasi glomerolus e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan
tekanan kapiler Gejala lainnya yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu
pusing, muka merah, sakit kepala, keluarnya darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk
terasa pegal dan lain-lain.

5. Patosifisiologi
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam
millimetermerkuri(mmHg). Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah
sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama kontraksi
jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi. Banyak faktor
yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial dalam terbentuknya
hipertensi, faktor-faktor tersebut adalah (Anonima, 2006).
Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi
diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respon terhadap stress psikososial,
produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor, asupan natrium
(garam) berlebihan, tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium, meningkatnya sekresi
renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II dan aldosteron,
defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrogen oksida (NO), dan peptide natriuretik,
abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah kecil di
ginjal, diabetes mellitus,resistensi insulin, obesitas, perubahan reseptor adrenergik yang
mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular,
dan berubahnya transpor ion dalam sel.
6. Penatalaksaan
a. Terapi Non Farmakologis
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah
tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan
hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan
perubahan gaya hidup Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien
dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan
darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi (Anonima,
2006).
Pengobatan

non-farmakologik

yang

utama

terhadap

hipertensi

adalah

pembatasan garam dalam makanan, pengawasan berat badan, dan membatasi


minuman alkohol. Intervensi terhadap faktor di atas dapat digunakan sendirisendiri
atau dalam kombinasi. Pengobatan ini mungkin benar-benar berguna bila tekanan
darah diastolik antara 90-95 pada penderita dengan usia < 50 tahun yang tidak
mempunyai faktor-faktor resiko kardiovaskuler lainnya seperti: hiperkolesterolemia,
diabetes mellitus, laki-laki, kulit hitam, riwayat keluarga, atau bukti-bukti adanya

kerusakan organ target. Pengobatan non farmakologis diberikan sebagai tambahan


pada penderita-penderita yang mendapat terapi dengan obat-obat (Tagor, 1996).

1. Pembatasan Garam Dalam Makanan Pada beberapa orang dengan hipertensi ada
yang peka terhadap garam ( salt-sensitive ) dan ada yang resisten terhadap garam.
Penderita penderita yang peka terhadap garam cenderung menahan natrium,
barat badan bertambah dan menimbulkan hipertensi pada diet yang tinggi garam.
Sebaliknya, penderita yang resisten terhadap garam cenderung tidak ada
perubahan dalam berat badan atau tekanan darah pada diet garam rendah atau
tinggi. Reaksi terhadap garam ini menerangkan mengapa beberapa orang yang
mempunyai panurunan tekanan darah yang tidak sesuai pembatasan garam dalam
makanan, sedang pada orang lain tekanan darah tetap tidak berubah. Dari
penelitian diketahui bahwa diet yang mengandung 1600-2300 mg natrium/ hari,
dapat menurunkan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 9-15 mmHg dan
tekanan diastolik sebesar 7-16 mmHg. Pembatasan garam sekitar 2000 mg
natrium/ hari dianjurkan untuk pengelolaan diet pada kebanyakan penderita
hipertensi.

2. Mengurangi Berat Badan


Insiden hipertensi meningkat 54 sampai 142 % pada penderita-penderita yang
gemuk. Penerunun berat badan dalam waktu yang pendek dalam jumlah yang
cukup besar biasanya disertai dengan penurunan tekanan darah. Beberapa peneliti
menghitung rata-rata penurunan tekanan darah sebesar 20,7 sampai 12,7 mmHg
dapat mencapai penurunan berat badan rata-rata sebesar 11,7 Kg. terdadapat
hubungan yang erat antara perubahan berat badan dan perubahan tekanan darah
dengan ramalan tekanan darah sebesar 25/15 mmHg setiap kilogram penurunan
berat badan.

3. Pembatasan Alkohol
Orang-orang yang minum 3 atau lebih minuman alkohol per hari mempunyai
tingkat tekanan darah yang tinggi. Sekarang diperkirakan bahwa hipertensi yang
berhubungan dengan alkohol mungkin merupakan salah satu penyebab sekunder
paling banyak dari hipertensi, kira-kira sebanayak 5-12% dari kasus mengurangi
minum alkohol dapat menurunkan tekanan darah ( Tagor, 1996).
Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti
rasionalitas intervensi diet (Anonima , 2006):

a. Hipertensi 2 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan
berat badan ideal
b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight)
c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan
tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk
d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor
dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe
2.
e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat menurunkan
tekanan darah pada individu dengan hipertensi.
f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam,
kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan
pembatasan natrium.
b. Terapi Farmakologis

Gambar 2.2 Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi


Berdasarkan JNC 8, penatalaksanaan hipertensi dibedakan secara umum yaitu
berdasarkan ada atau tidak adanya penyakit penyerta yaitu diabetes dan gagal ginjal
kronis. Untuk pasien hipertensi tanpa penyakit penyerta dibedakan berdasarkan usia
(>60 tahun atau <60 tahun) dan ras kulit hitam atau non kulit hitam.
Tahap awal terapi diawali dengan lifestyle modification dan dilanjutkan dengan
obat-obatan sesuai kondisi pasien. Terapi awal yang diberikan adalah monoterapi,
apabila tidak ada respon baik maka diberikan terapi kombinasi 2/ lebih obat.

Gambar 2.3. Obat Antihipertensi

Terapi

farmakologi

terdapat

golongan

yaitu

Diuretik

(Furosemide,

Hidroclorothiazide), Angiotensin Converting Enzime Inhibitor/ACEInhibitor (Captopril),


Beta bloker (Bisoprolol, propranolol), Calcium Chanel Blocker (verapamil), Vasodilator
(terazosin, hydralazine), dan Centrally-acting Agents (clonidine, methyldopa).
Tabel 2.1. Efek samping Obat Anti Hipertensi
Golongan obat

Efek samping

Thiazide/diuretic menyerupai -

Kadar kalium dalam darah rendah (dideteksi

thiaziae misalnya aprinox

dengan pemeriksaan darah)


-

Toleransi glukosa terganggu (kadar glukosa darah


diatas normal) terutama jika dikombinasi dengan
beta blocker (dideteksi pemeriksaan darah)

Peningkatan kadar kolesterol LDL, trigliserida dan


asam urat (cek darah dan urine).

Disfungsi ereksi (impotensi pada pria)

Gout (radang pada persendian akibat


peningkatan kadar gula)

Alfa blocker

Inkontinensia

(misalnya cardura)
Beta-blocker

Rasa melayang pada saat berdiri


Kadar glukosa tidak terkontrol

Latargi (lesu)

Gangguan memori dan kosentrasi

Gejala penyakit arteri perifer memburuk, sirkulasi

yang buruk pada tungkai.


Batuk

Fungsi ginjal memburuk

Hipotensi (akut, penurunan tekanan darah tiba-

(misalnya cardicor)

Inhibitor ACE
(misalnya capoten)

tiba)
Blocker kenal kalsium

golongan nondihydropyridine misalnya

Ruam
Edema perifer (akumulasi cairan dan
pembengkakan di mata kaki)

Pembesaran gusi dan konstipasi

ticdiem

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi bertujuan
menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau mencari penyebab
hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah, (kalium,
natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG. (Arif
Mansjoer dkk, 2001).
8. Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali pengukuran hanya
dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda,
kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis pengukuran tekanan darah
dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar setelah beristirahat selama 5 menit
dengan ukurang pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan) tensimeter
dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukuran yang terbaik.
Anamnesis dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat
dan gejala penyakit, penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal
jantung, penyakit serebrovaskuler. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga,
gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktifitas/kebiasaan
(merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obat bebas, hasil dan efek samping terapi
antihipertensi sebelumnya bila ada dan faktor psikososial lingkungan (keluarga,
pekerjaan ).

Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih
dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral dikaji
perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan funduskopi
untuk mengetahui adanya retio hipertensif, pemeriksaan leher untuk mencari bising
carotid, pembesaran vena, atau kelenjara tiroid. (Arif Mansjoer dkk, 2001).
9. Komplikasi
Pemakaian obat dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai komplikasi
seperti terganggunya fungsi atau terjadi kerusakan organ otak, ginjal, jantung dan
mata.Kerusakan pada otak terjadi pembesaran otot jantung bagian kiri yang berakhir pada
kegagalan jantung.Kejadian ini biasanya ditandai dengan bengkak pada kaki, kelopak
mata, kelelahan dan sesak nafas.
Kerusakan pada ginjal akibat hipertensi bisa menurunkan ginjal sebagai penyaring
racun dalam tubuh sekaligus sebagai produsen hormone yang dibutuhkan tubuh, penderita
yang mengalami komplikasi ginjal harus cuci darah setiap minggu dengan biaya yang
mahal sementara itu gangguan pada mata sering tidak disadari sebagai akibat tekanan
darah tinggi, kerusakan pada mata buta menyebabkan kebutaan atau gangguan
penglihatan.
Kerusakan pada otak ditandai dengan nyeri kepala hebat, berubahnya kesadaran
kejang dengan deficit neurology fokal ozotermia, mual dan muntah.Ensefalopati dapat
terjadi terutama pada hipertensi maligna, tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang
intertisium diseluruh susunan saraf pusat. (Corwin, 2000).
Menurut Notoatmodjo (2007:143) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia.Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior).Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru didalam diri
orang tersebut terjadi proses yang beruntun yaitu:
a.

Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari


dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b.

Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus


atau objek tersebut disini sikap subjek sudah mulai timbul.

c.

Evaluation

(menimbang-nimbang

baik

dan

tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
d.

Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu


sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e.

Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai


dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. (Roger, 1974).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi
bertujuan menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau mencari
penyebab Hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah,
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan
EKG. (Arif Mansjoer dkk, 2001).
8. Diagnosis
Diagnosis Hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali pengukuran hanya
dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda,
kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis pengukuran tekanan
darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar setelah beristirahat selama 5
menit dengan ukurang pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan)
tensimeter dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukuran yang terbaik.
Anamnesis dilakukan meliputi tingkat Hipertensi dan lama menderitanya,
riwayat dan gejala penyakit, penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner,
gagal jantung, penyakit serebrovaskuler. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam
keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab Hipertensi, perubahan
aktifitas/kebiasaan (merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obat bebas, hasil dan
efek samping terapi antiHipertensi sebelumnya bila ada dan faktor psikososial
lingkungan (keluarga, pekerjaan dll).

Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau
lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral dikaji
perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan
funduskopi untuk mengetahui adanya retio Hipertensif, pemeriksaan leher untuk
mencari bising carotid, pembesaran vena, atau kelenjara tiroid. (Arif Mansjoer dkk,
2001).
9. Komplikasi
Pemakaian obat dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai komplikasi
seperti terganggunya fungsi atau terjadi kerusakan organ otak, ginjal, jantung dan
mata.Kerusakan pada otak terjadi pembesaran otot jantung bagian kiri yang berakhir
pada kegagalan jantung.Kejadian ini biasanya ditandai dengan bengkak pada kaki,
kelopak mata, kelelahan dan sesak nafas.
Kerusakan pada ginjal akibat Hipertensi bisa menurunkan ginjal sebagai
penyaring racun dalam tubuh sekaligus sebagai produsen hormone yang dibutuhkan
tubuh, penderita yang mengalami komplikasi ginjal harus cuci darah setiap minggu
dengan biaya yang mahal sementara itu gangguan pada mata sering tidak disadari
sebagai akibat tekanan darah tinggi, kerusakan pada mata buta menyebabkan kebutaan
atau gangguan penglihatan.
Kerusakan pada otak ditandai dengan nyeri kepala hebat, berubahnya kesadaran
kejang dengan deficit neurology fokal ozotermia, mual dan muntah.Ensefalopati dapat
terjadi terutama pada Hipertensi maligna, tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang
intertisium diseluruh susunan saraf pusat. (Corwin, 2000)

BAB III
METODE
A. Rancangan Mini Project
Kuesioner dibagikan pada penderita Hipertensi di Puskesmas Ketawang yang
telah bersedia menjadi responden dalam mini project. Penderita diperiksa tekanan
darahnya kemudian diminta untuk mengisi kuesioner. Setelah itu, penderita diberikan
leaflet dan penjelasan tentang hipertensi dan bagaimana pola hidup yang sehat untuk
mendukung pengobatan hipertensi agar tekanan darah terkontrol. Kemudian penderita
diikuti selama dua minggu untuk diamati perubahan pola hidupnya yang terlihat dari
datangnya penderita untuk kontrol rutin ke balai pengobatan dan tekanan darah
penderita. Implementasi pengetahuan responden diketahui melalui riwayat control
yang tercatat pada rekam medis responden sebelum dan setelah diberikan penjelasan
tentang hipertensi.
B. Lokasi dan Waktu Mni Project
Mini project ini dilaksanakan pada bulan Maret 2016 di Puskesmas Ketawang.
C. Populasi Mini Project
Populasi mini project adalah masyarakat yang berada dalam wilayah kerja
Puskesmas Ketawang.
D. Subyek Mini Project
Subjek mini project diambil dari masyarakat yang berada dalam wilayah kerja
Puskesmas Ketawang diambil secara acak yang datang untuk berobat yang merupakan
pasien lama. Subyek penelitian sebanyak 20 orang dengan hipertensi tanpa penyakit
penyerta.

BAB IV
HASIL
A. Profil Komunitas Umum
Puskesmas Ketawang merupakan puskesmas rawat inap dengan kapasitas 14
tempat tidur. Puskesmas Ketawang berada di wilayah administratif Kecamatan
Gondanglegi, tepatnya terletak di desa Ketawang dengan jarak tempuh 5 km dari ibu
kota kecamatan Gondanglegi, sedangkan dari ibu kota Kabupaten Malang dengan
jarak tempuh + 11 km dengan waktu lebih kurang 20 menit dengan kendaraan
bermotor.
B. Data Geografis
Luas wilayah kerja Puskesmas Ketawang

( 3054 Ha ), yang terdiri dari wilayah

daratan yang subur dan meliputi 7 desa yaitu :


No.

Desa

Jml.Pendud

Jml.KK

Jml.Posyd

1.

Putat Lor

6088

1620

Urek Urek

6499

1689

Ketawang

4541

1157

Putukrejo

3857

1039

Sumberjaya

2439

706

Bulupitu

3808

1141

Ganjaran

8589

2030

10

uk

C. Data Demografik Kecamatan Ketawang 2014


Jumlah penduduk

: Laki laki
Perempuan

= 17.515 jiwa
= 18.306 jiwa

Total Jumlah penduduk

= 35.821 jiwa

Jumlah bayi ( 0 12 bl )

= 569

Jumlah anak balita ( 1 4th )

= 2.867 jiwa

Jumlah anak prasekolah ( 5 6th )

= 1.193 jiwa

Jumlah Bumil

= 640 IH

Jumlah Ibu bersalin

= 611 bulin

Jumlah Buteki

= 2855

Jumlah Remaja ( laki + Perempuan )

= 3980

Jumlah Wanita Usia Subur ( 10 49th)

= 13.094

bayi

Jumlah PUS

= 6.770.

Batas batas wilayah desa adalah sebagai berikut

Sebelah Utara

: Desa Gading Kec. Bululawang

Sebelas Timur

: Desa Panjer Kec.Turen

Sebelah Barat

: Desa Kedung Pendaringan Kec.Kepanjen

Sebelah Selatan : Desa Gondanglegi


D. Sarana Pelayanan Kesehatan yang Ada di Kecamatan Ketawang
Puskesmas Induk

: 1 buah

Puskesmas Pembantu

: 1.buah

Polindes

: 6 buah Polindes (4 bidan desa)

Posyandu

: 45 buah Posyandu

Ponkesdes

: 7 Ponkesdes (7 perawat ponkesdes)

Pengobatan Tradisional

: 13 orang Batra (Pengobat Tradisional)

Sarana Penunjang kesehatan : 3 Buah Toko / warung jamu

E. Sumber Daya Kesehatan yang Ada di Puskesmas Ketawang


No.
1.

Uraian
Dr.Umum

Jumlah
1 orang

2.

Dokter gigi

3.

Bidan

: di Puskesmas Induk

2
14 org

Bidan desa

Bidan Pustu

4.

Perawat di Pusk.Induk

5.

Perawat Ponkesdes

6.

Perawat Gigi

7.

Petugas Promkes

8.

Petugas gizi

Tenaga administrasi

9.

Sopir

Pesuruh
Jumlah
F. Jenis pelayanan di Puskesmas Ketawang
3.1.

Unit Rawat Jalan :


URJ Umum
URJ. KIA

1
41

Keterangan
Dokter fungsional
Kapus

dan

fungsional
Bidan Magang: 7

3.2.

3.3.
3.4.

3.5.

3.6.

3.7.

URJ Gigi dan Mulut


URJ. Keluraga Berencana
URJ. Pojok Gizi
URJ. Konseling P2M / Kesling
URJ. IMS
Unit Rawat Inap
Kamar Bersalin
RITP (Rawat Inap Tingkat Pertama)
Unit Gawat Darurat (UGD 24 Jam)
Unit Penunjang Medis :
Laboratorium Sederhana
Apotik
Gudang Farmasi
Ambulance 24 Jam
Unit Penunjang Non Medis :
Loket
Logistik
Dapur
Program Pokok :
Promosi Kesehatan
Kesejahteraan Ibu dan Anak
Keluarga Berencana
Upaya Perbaikan Gizi
P2M
Penyehatan Kesehatan Lingkungan
Program Pengembangan :
Gilut/ UKGMD/ UKGS
UKS / KRR
MATRA
Pengobat Tradisional
Usaha Kesehatan Mata
Usaha Kesehatan Kerja
Usaha Kesehatan Olah Raga
Usaha Kesehatan Usila
Usaha Kesehatan Jiwa
Perkesmas
BPJS
Desa P4K
Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita

G. Data Kesehatan Masyarakat


Berdasarkan data yang masuk ke Puskesmas Ketawang pada tahun 2014,
jumlah kasus Hipertensi dengan rincian seperti tabel berikut ini :
Tabel 5. Jumlah Kasus Hipertensi di Puskesmas Ketawang
NO

JENIS PENYAKIT

KASUS PENYAKIT PADA GOLONGAN UMUR

JUML

<1

1-4

5-14

15-44

45 - 64

>70

AH

460

896

1226

1471

924

95

5072

280

1138

243

1661

228

759

530

48

1565

121

490

412

1063

275

678

104

1057

ISPA

HT

GASTRITIS

PENY. GUSI DAN


JAR. PERIODENTAL

PENY. OTOT DAN


JAR. PENGIKAT LAIN

DIARE

73

218

215

267

134

916

PENYAKIT LAIN
PADA
SAL.PERBAFASAN
BAG.ATAS

73

89

116

129

73

487

SCABIES

37

162

159

69

432

ATOPIC DERMATITIS

10

66

92

143

81

18

410

10

CONJUCTIVITIS

11

28

77

163

84

369

11

ASMA

47

110

113

283

12

MIGRAIN

38

137

80

264

13

TYPUS PERUT
PENYAKIT KONTAK
ALERGI

14
15

37

22

87

103

26

242

22

37

39

22

128

11

33

54

100

2457

4558

4418

560

14049

HIPOTENSI

JUMLAH

636

1420

BAB V
DISKUSI
Karakteristik Responden
Tabel 5.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
JENIS KELAMIN RESPONDEN
Laki laki
Perempuan
JUMLAH

JUMLAH
10
10
20

PERSEN (%)
50%
50%
100

Dari tabel diatas, diketahui bahwa dari 20 responden didapatka 10 responden (50%)
yang berjenis kelamin perempuan sedangkan 10 responden (50%) berjenis kelamin laki laki.
Tabel 5.2. Karakteristik Responden berdasarkan Usia

USIA
(TAHUN)
0 10
11 20
21 30
31 40
41 50
51 60
61 70
71 80
JUMLAH

RESPONDEN
JUMLAH
PERSEN ( % )
0
0
0
0
0
0
0
0
2
10
6
30
9
45
3
15
20
100

Dari tabel diatas, diketahui bahwa responden terbanyak pada urutan pertama pada
rentang usia 61-70 tahun dengan persentase 45%, urutan kedua pada rentang umur 51-60
tahun dengan persentase 30%, urutan ketiga 71-80 tahun sebanyak 15 % dan terakhir pada
rentang usia 41-50 tahun dengan persentase 10%.

Tabel 5.3. Data Hasil Observasi Responden


Angka Kunjungan
RESPONDEN

NILAI

setiap minggu (kali)

PRETEST

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jumlah
Rata-Rata

9
8
15
6
12
15
18
19
10
10
8
16
19
20
6
8
7
7
10
8
231
11,55

I
1
1
1
1
2
1
1
1
2
-

B
II
1
2
1
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
1

I
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
1
2

Tekanan

Tekanan

Darah Awal
(mmHg)

Darah Akhir

180/100
170/100
150/100
190/110
190/100
180/100
120/8 0
170/100
180/110
180/110
190/110
160/100
150/90
130/90
170/90
180/100
190/110
190/110
150/90
160/90

130/90
130/90
120/80
140/90
130/80
120/80
120/80
130/90
130/80
130/80
120/70
120/70
120/80
120/80
140/90
150/90
130/90
130/90
120/80
120/70

II
2
1
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2

(mmHg)

Catatan:
Angka kunjungan responden didapatkan berdasarkan riwayat control
responden yang tercatat pada rekam medis responden. Pada tabel diatas, A
menunjukkan dua minggu sebelum dilakukan intervensi (penjelasan tentang
hipertensi) dan B menunjukkan dua minggu setelah intervensi.
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata responden
menjawab benar 50% soal pada kuesioner. Hal ini menandakan tingkat pengetahuan
responden tentang hipertensi masih kurang.

Untuk melihat kepatuhan responden

dalam berobat dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Tekanan darah awal


200
190
180
170
160
150
140
130
120
110

Tekanan darah Awal

Tekanan darah akhir

Apabila ditinjau lebih lanjut, berdasarkan data yang ditampilkan pada diagram
A menunjukkan bahwa responden yang melakukan kontrol rutin hanya 2 orang. Untuk
dapat dikatakan rutin maka responden harus melakukan kunjungan 2x dalam satu
minggu karena obat yang diberikan oleh puskesmas hanya untuk tiga hari. Pada
diagram B dapat diketahui peningkatan yang cukup terlihat yaitu 12 orang yang
melakukan kontrol rutin.
Tabel TD 20 orang .. Tabel 5.4
Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel 5.4 maka dapat diketahui
bahwa terdapat penurunan tekanan darah pada seluruh responden terutama pada
responden yang telah melakukan kontrol rutin.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari mini project ini adalah :
1. Tingkat pengetahuan responden mengenai Hipertensi masih sangat minimal.
2. Setelah pemberian materi terdapat peningkatan penilaian tingkat pengetahuan pada
masing-masing responden dengan indeks gain yang dicapai antara sedang-tinggi.
3. Setelah penjelasan materi, tingkat kesadaran responden terhadap keberhasilan terapi
hipertensi semakin meningkat.
B. Saran
Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Hipertensi masih sangat minimal
sehingga perlu dilakukan peningkatan upaya promosi kesehatan serta peninjauan langsung
ke masyarakat. Upaya promosi kesehatan diharapkan memiliki sasaran usia produktif
sehingga berperan optimal dalam pencegahan hipertensi pada saat usia lanjut karena
faktor degeneratif. Promosi kesehatan dapat dilakukan tidak hanya dalam forum resmi
oleh petugas kesehatan karena keberhasilannya bergantung pada kehadiran peserta.
Apabila petugas kesehatan dapat mengoptimalkan peran masyarakat yaitu dengan
melakukan pembelajaran pada masyarakat sehingga pada saat acara-acara non formal
yang melibatkan masyarakat maka dapat diselingi dengan pemberian informasi tentang
hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Arora. 2008. 5 langkah mencegah dan mengobati tekanan darah tinggi. Jakarta : Bhauana
Ilmu Populer.
Data Puskesmas Ketawang 2015
Gunawan Lany. 2000.Hipertensi Tekanan darah tinggi. Yogjakarta : Kanisus
http/www depkes. Go.id/index diakses 15 Juni 2015
Kumar et al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC.
Macnair, Trisha. 2001. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga
Mansjoer, A. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius.
Notoatmodjo, Soekidjo. 1993.Ilmu Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan edisi pertama. Yogjakarta : Andi Offset
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Sarwono Warpadzi, Soeparman,dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam jilid VI. Jakarta : Balai
Penerbitan FKUI.
Suddarth & Brunner. 2002. Keterampilan Medikal Bedah vol. 2. Jakarta : EGC
Wilson, Lorraine McCarty. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta: EGC.

Lampiran 1. LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama

Umur

Alamat

Sebagai responden penelitian


Nama

SIP

Judul

: Gambaran Pengetahuan dan Implementasinya Pada Penderita


Hipertensi Di Puskesmas Ketawang Tahun 2016

Menyatakan tidak keberatan dan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian
yang dilakukan oleh tersebut diatas, saya bersedia berperan dalam penelitian ini dan
menandatangani lembar persetujuan sebagai responden peneliti.

Peneliti

Responden

Lampiran 2. KUESIONER PENELITIAN

Gambaran Pengetahuan Penderita Hipertensi


Di Puskesmas Ketawang Tahun 2016

A. Identitas
a. Tanggal pengisian kuesioner
b. Nama
c. Umur
d. Pendidikan
e. Pekerjaan
f. Alamat

:
:
:
:
:
:

g. Riwayat Hipertensi

: Diri Sendiri
Orang tua
Tidak Ada
h. Mendapat Informasi Tantang Hipertensi : Keluarga
Pelayanan Kesehatan
Media Massa TV
Lain lain
Tidak pernah
B. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah terlebih dahulu semua pernyataan dan tanyakan kepada peneliti apabila ada
yang kurang dimengerti.
2. Isilah pertanyaan dengan mengisi pada kolom yang tersedia.
3. Berilah tanda check list () pada kolom yang sesuai dengan jawaban anda.
Contoh
No
1

Pernyataan
Hipertensi merupakan
pembunuh diam - diam

Benar

Salah

4. Bila ingin memperbaiki jawaban beri tanda silang (X) pada jawaban yang salah,
kemudian beri tanda check list () pada kolom yang sesuai dengan jawaban anda.
Contoh
No
1

Pernyataan
Hipertensi merupakan
pembunuh diam - diam

Benar

Salah

C.

Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)


No
1
2

Pernyataan
Penyakit Hipertensi merupakan nama lain
dari tekanan darah tinggi
Tekanan darah normal adalah 120/80
mmHg
Hipertensi merupakan suatu penyakit

dimana tekanan darah mencapai lebih


dari sama dengan 140/90 mmHg.

4
5

Hipertensi bukan penyakit yang


berbahaya
Hipertensi dapat disembuhkan
Gejala yang ditemui pada penderita

Hipertensi adalah sakit kepala, rasa berat


di tengkuk,kadang mimisan,pandangan
berkunang-kunang dan mudah marah

7
8
9
10
11
12

Hipertensi hanya terjadi pada orang


tua/lanjut usia saja
Orang tanpa faktor resiko bisa juga
terkena Hipertensi
Hipertensi dapat disebabkan oleh
keturunan.
Mengkonsumsi garam berlebihan akan
menyebabkan tekanan darah meningkat
Konsumsi alkohol dan kopi yang berlebih
dapat menyebabkan Hipertensi.
Merokok merupakan salah satu faktor
penyebab Hipertensi
Kurang istirahat dan banyak beban

13

pikiran(stress) dapat menyebabkan


tekanan darah meningkat
Penderita kolesterol tinggi

14

(hiperkolesterol) dan obesitas beresiko


menderita tekanan darah tinggi

Benar

Salah

15
16
17

Hipertensi tidak menimbulkan komplikasi


pada organ tubuh yang yang lain.
Hipertensi dapat menyebabkan stroke
Hipertensi dapat mempengaruhi fungsi
mata jantung dan ginjal.
Makan buah, sayur,susu rendah lemak

18

dan makanan rendah kolesterol


merupakan makanan yang dianjurkan
pada penderita Hipertensi
Aktifitas fisik seperti jalan

19

cepat,bersepeda atau jogging secara rutin


setiap hari baik untuk penderita
Meminum obat anti Hipertensi secara

20

teratur dan mengontrol pola makan


adalah usaha mencegah kekambuhan
penyakit tekanan darah tinggi
Menjaga berat badan dalam kisaran

21

normal bisa mengurangi risiko terjadinya


penyakit Hipertensi
Penderita Hipertensi tidak perlu kontrol

22

memeriksakan tekanan darah jika sudah


tidak ada keluhan

Anda mungkin juga menyukai