Oleh:
Dr. Miftahul Jannah
Pendamping:
Dr. Veri Ismiyati
PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA
MINI PROJECT
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
o Hipertensi merupakan kondisi yang paling sering ditemukan di pelayanan primer
yang dapat memicu terjadinya penyakit kardiovaskuler, infark miokard, stroke, gagal
ginjal, atau kematian apabila tidak dideteksi dini dan tidak diterapi dengan tepat.
o Hipertensi terjadi bila terjadi peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau
diastolik ≥ 90 mmHg.
o Menurut data Riskesdas tahun 2007, hipertensi banyak terjadi pada kelompok usia
45-54 tahun sejumlah 49.226 jiwa, diikuti oleh kelompok usia 35-44 tahun sejumlah
47.224 jiwa. Namun bila dilihat secara keseluruhan, prevalensi hipertensi terbesar, yai
tu 70,2% terjadi pada kelompok usia 65 tahun ke atas.
o Pengendalian hipertensi hingga kini belum memuaskan, bahkan di negara maju. Di b
anyak negara, pengendalian hipertensi baru mencapai 8% karena berbagai kendala
mulai dari faktor penderita, hingga sarana pelayanan yang tersedia
Bagaimana Gambaran Faktor Risiko Gaya Hidup Penderita hipertensi pada pasien
Usia Lanjut di posyandu lansia dan poli klinik lansia Puskesmas Katobu periode
Bulan Desember 2018-Februari 2019
Sumber: (i) “Bagaimana menggunakan obat-obat kardiovaskular secara rasional”, Prof. Peter Kabo Phd, MD, (2014)
(ii) “Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular”, PERKI, (2015)
Sumber: “JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa”, Muhadi, (2016)
Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Kerusakan endotel
Hiperkoagulasi
Disfungsi Diastolik
Anti-adrenergik • Central acting (Reserpin, Klonodin, Metildopa) Simpatolitik; menghambat aktivitas sistem saraf
• α1- blockers (Prazosin, Doxazosin) simpatis
• β-blockers(Propanolol, Atenolol, Bisoprolol, Metoprolol, Carvedilol)
Vasodilator • Hidralazin Saat ini jarang dipakai lagi sebagai obat antihipertensi, karena pada penggunaan yang lama dilaporkan
• Minoksidil efektivitasnya berkurang dan banyak efek samping.
Hal ini disebabkan karena pada waktu TD turun akibat vasodilatasi, maka tubuh akan mengadakan suatu
refleks kompensasi yang diregulasi oleh baroreseptor, dimana reaksi-reaksi kompensasi ini kesemuanya
akan kembali meningkatkan TD.
Calcium Chan • Dihidropiridin i. Memblokade kanal Ca2+ pada membran sehingga menghambat Ca2+ masuk ke
nel Blockers (Nifedipine, Amlodipine) dalam sel → memiliki efek vasodilatasi, memperlambat laju jantung, menurunkan
• Non-Dihidropiridin kontraktilitas miokard.
Fenilalkilamin (Verapamil) ii. CCB termasuk sebagai salah satu intercelluar messenger bagi RAAS; menurunkan
Bensotiazepin (Diltiazem) produksi Ang-II melalui mekanisme penghambatan aktivitas ACE; menghambat
vasokonstriksi, hiperplasi dan hipertrofi pembuluh darah yang diinduksi oleh
Ang-II.
iii. CCB juga mampu meningkatkan arterial compliace
Penghambat • ACE-inhibitor (cth: Kaptopril, Lisinopril, Ramipril, Fosinopril) Menghambat berbagai jalur dalam
RAAS • Angiotensin receptor blockers (cth: Losartan, Telmisartan, Renin-Angiotensin-Aldosteron System
Valsartan)
• Direct renin inhibitor (Aliskiren)
Algoritme tatalaksana hipertensi
yang direkomendasikan berbagai
guidelines memiliki persamaan
prinsip, disampi ini adalah
algoritme tatalaksana hipertensi
secara umum, yang disadur dari:
OBESITAS
MEROKOK
AKTIFITAS FISI
K
ALKOHOL
Sesuai pernyataan masalah yang dikemukakan pada Bab Pendahuluan, maka topik
masalah dalam mini-project ini adalah“Gambaran Faktor Risiko Gaya Hidup Pende
rita Hipertensi pada pasien Usia Lanjut diposyandu lansia dan poli klinik lansia Pu
skesmas Katobu periode Bulan Desember 2018-Februari 2019”
Metode Pengumpulan
Pengumpulan data secara primer saat melakukan pelayanan primer di Poli klinik
Lansia, Posyandu Lansia dan peserta senam Prolanis Puskesmas Katobu.
Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dari hasil pelayanan primer
di Poli Klinik Lansia, Posyandu lansia dan peserta senam Prolanis serta wawancara d
imana hubungan sebab-akibat dianalisa berdasarkan tinjauan pustaka dan dideskri
psikan secara naratif.
Jumlah penduduk