PENDERITA HIPERTENSI
PADA USIA LANJUT DI POSYANDU LANSIA DAN POLI
KLINIK LANSIA
PUSKESMAS KATOBU PERIODE BULAN DESEMBER
2018 – FEBRUARI 2019
Oleh:
Dr. Miftahul Jannah
Pendamping:
Dr. Veri Ismiyati
PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA
MINI PROJECT
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
o Hipertensi merupakan kondisi yang paling sering ditemukan di pelayanan primer
yang dapat memicu terjadinya penyakit kardiovaskuler, infark miokard, stroke, gagal
ginjal, atau kematian apabila tidak dideteksi dini dan tidak diterapi dengan tepat.
o Hipertensi terjadi bila terjadi peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau
diastolik ≥ 90 mmHg.
o Menurut data Riskesdas tahun 2007, hipertensi banyak terjadi pada kelompok usia
45-54 tahun sejumlah 49.226 jiwa, diikuti oleh kelompok usia 35-44 tahun sejumlah
47.224 jiwa. Namun bila dilihat secara keseluruhan, prevalensi hipertensi terbesar, ya
itu 70,2% terjadi pada kelompok usia 65 tahun ke atas.
o Pengendalian hipertensi hingga kini belum memuaskan, bahkan di negara maju. Di
banyak negara, pengendalian hipertensi baru mencapai 8% karena berbagai kendala
mulai dari faktor penderita, hingga sarana pelayanan yang tersedia
Bagaimana Gambaran Faktor Risiko Gaya Hidup Penderita hipertensi pada pasien
Usia Lanjut di posyandu lansia dan poli klinik lansia Puskesmas Katobu periode
Bulan Desember 2018-Februari 2019
Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis di mana tekanan darah m
eningkat di atas tekanan darah yang disepakati normal. Hampir semua
konsensus/ pedoman utama baik dari dalam walaupun luar negeri, menyatak
an bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah s
istolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pe
meriksaan yang berulang.
Sumber: (i) “Bagaimana menggunakan obat-obat kardiovaskular secara rasional”, Prof. Peter Kabo Phd, MD, (2014)
(ii) “Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular”, PERKI, (2015)
Sumber: “JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa”, Muhadi, (2016)
Kerusakan endotel
Hiperkoagulasi
Disfungsi Diastolik
Anti-adrenergik • Central acting (Reserpin, Klonodin, Metildopa) Simpatolitik; menghambat aktivitas sistem saraf
• α1- blockers (Prazosin, Doxazosin) simpatis
• β-blockers(Propanolol, Atenolol, Bisoprolol, Metoprolol, Carvedilol)
Vasodilator • Hidralazin Saat ini jarang dipakai lagi sebagai obat antihipertensi, karena pada penggunaan yang lama dilaporkan
• Minoksidil efektivitasnya berkurang dan banyak efek samping.
Hal ini disebabkan karena pada waktu TD turun akibat vasodilatasi, maka tubuh akan mengadakan
suatu refleks kompensasi yang diregulasi oleh baroreseptor, dimana reaksi-reaksi kompensasi ini
kesemuanya akan kembali meningkatkan TD.
Calcium • Dihidropiridin i. Memblokade kanal Ca2+ pada membran sehingga menghambat Ca2+ masuk ke
Channel (Nifedipine, Amlodipine) dalam sel → memiliki efek vasodilatasi, memperlambat laju jantung, menurunkan
Blockers • Non-Dihidropiridin kontraktilitas miokard.
Fenilalkilamin (Verapamil) ii. CCB termasuk sebagai salah satu intercelluar messenger bagi RAAS; menurunkan
Bensotiazepin (Diltiazem) produksi Ang-II melalui mekanisme penghambatan aktivitas ACE; menghambat
vasokonstriksi, hiperplasi dan hipertrofi pembuluh darah yang diinduksi oleh
Ang-II.
iii. CCB juga mampu meningkatkan arterial compliace
Penghambat • ACE-inhibitor (cth: Kaptopril, Lisinopril, Ramipril, Fosinopril) Menghambat berbagai jalur dalam
RAAS • Angiotensin receptor blockers (cth: Losartan, Telmisartan, Renin-Angiotensin-Aldosteron System
Valsartan)
• Direct renin inhibitor (Aliskiren)
Algoritme tatalaksana hipertensi
yang direkomendasikan berbagai
guidelines memiliki persamaan
prinsip, disampi ini adalah
algoritme tatalaksana hipertensi
secara umum, yang disadur dari:
Stroke
Gagal Jantung
Infark Miokard Ensefalopati
Gagal Ginjal
OBESITAS
MEROKOK
AKTIFITAS
FISIK
ALKOHOL
Sesuai pernyataan masalah yang dikemukakan pada Bab Pendahuluan, maka topi
k masalah dalam mini-project ini adalah“Gambaran Faktor Risiko Gaya Hidup Pen
derita Hipertensi pada pasien Usia Lanjut diposyandu lansia dan poli klinik lansia
Puskesmas Katobu periode Bulan Desember 2018-Februari 2019”
Metode Pengumpulan
Pengumpulan data secara primer saat melakukan pelayanan primer di Poli klinik
Lansia, Posyandu Lansia dan peserta senam Prolanis Puskesmas Katobu.
Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dari hasil pelayanan primer di Pol
i Klinik Lansia, Posyandu lansia dan peserta senam Prolanis serta wawancara diman
a hubungan sebab-akibat dianalisa berdasarkan tinjauan pustaka dan dideskripsika
n secara naratif.
Penderita yang melakukan kunjungan di Poli Klinik Lansia akan dilakukan anam
nesis dan pemeriksaan fisis secara sistematis. Diagnosis penderita hipertensi ditegakk
an dari beberapa gejala dan pemeriksaan yang dilakukan. Ada pun penderita hiperte
nsi terdiri dari% obesitas, % merokok, % makan sayur dan buah, % aktivitas fisik, dan
% alcohol.
Saat pasien telah didiagnosis maka perlu diberikan pengetahuan mulai dari fakt
or yang mempengaruhi terjadinya hipertensi seperti umur, jenis kelamin, ekonomi, lif
estyle, pendidikan dan lingkungan serta penanganan baik non farmakologi maupun f
armakologi
Jumlah penduduk
2 Penyakit akut lain dari saluran pernapasan bagian atas 1252 104 13,22
Melakukan
Kepada Pihak Dinas kesehatan Kabupaten Muna
» deteksi dini terhadap penyakit hipertensi dan faktor resikonya
serta pencatatan dan pelaporan.
» Meningkatkan fasilitas program Posbindu (pos pembinaan terpadu) yang
telah tersedia untuk para lansia sehingga dapat dimanfaatkan sebagai te
mpat melakukan cek kesehatan secara rutin maupun penyuluhan-penyulu
han pelayanan kesehatan.
» Meningkatkan upaya kuratif untuk kelompok yang beresiko tinggi terhad
ap hipertensi, terutama pada mereka yang kurang mampu dengan tujuan
mencegah terjadinya komplikasi dari hipertensi itu sendiri.
Katobu
Kepada Masyarakat Penderita Hipertensi Wilayah Kerja Puskesmas