Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
Disusun Oleh:
Enggar Widya Rahmawati
30101407177
Pembimbing:
dr. Hj. Durrotul Jannah, Sp.S
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 66 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : Demak
No. RM : 01-12-0***
Status Pasien : BPJS
Status Interna
Kepala : Normocephale
Status lokalis
- Nyeri radikuler di pinggang yang menjalar ke ujung kedua kaki.
Status Neurologi
Kesadaran : GCS E4V5M6 = 15
Rangsang Meningeal : Kaku Kuduk (-) Brudzinsky (-/-), Kernig (-)
Pemeriksaan N.Cranialis
N I (N. Olfactorius) : tidak dilakukan
N II (N. Opticus) :
- Tes ketajaman penglihatan tidak dilakukan
- Refleks Cahaya langsung +/+
- Refleks Cahaya Tidak langsung +/+
Pemeriksaan Motorik
• Kekuatan otot : Superior 5/5, Inferior 5/5
• Tonus : Superior N/N, Inferior N/N
• Laseque : (+ 60o/+ 20o)
• Patrick : (+/+)
• Contra Patrick : (+/+)
Pemeriksaan Sensorik
• Raba : Superior N/N, Inferior N/ N
• Nyeri : Superior N/N, inferior N/N
• Refleks Fisiologis
Biseps +1/+1, Triseps +1/+1
• Refleks Patologis
Hoffman (-/-) Tromner (-/-)
Babinski (-/-), Chaddok (-/-)
BAB Normal, BAK Normal, keringat normal
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
V. DIAGNOSA BANDING
- LBP e.c spondilolistesis
- LBP e.c spondilolisis
- LBP e.c HNP
VI. DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Klinis : nyeri pinggang (LBP)
Diagnosis Topis : Lumbal
Diagnosis Etiologi : spondilolistesis
VII. TERAPI
Mecobalamine 500 mcg 2x1
Ketorolac inj 1x1
Eperison 50 mg 2x1
Omeprazole caps 20 mg 2x1
Methylprednisolone 4 mg 2x1
VIII. EDUKASI
- Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit yang diderita
- Menjelaskan kepada penderita tentang pengobatan dan prognosis dari penyakit
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.2.Etiologi
Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu :
a. LBP Viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera didaerah pelvis, serta
tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak bertambah berat dengan aktivitas
tubuh, juga tidak berkurang dengan istirahat (berbaring). Penderita ini akan selalu
menggeliat untuk mengurangi nyeri ketika mengalami nyeri hebat.
b. LPB vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri punggung atau nyeri
menyerupai ischialgia. Insufisiensi arteria glutealis superior dapat menimbulkan nyeri di
daerah bokong, yang makin memberat saat jalan dan mereda saat berdiri. Nyeri dapat
menjalar ke bawah sehingga sangat mirip dengan ischialgia, tetapi rasa ini tidak
terpengaruh oleh presipitasi tertentu, misalnya: membungkuk, mengangkan bebab berat
yang mana dapat menimbulkan tekanan sepanjang kolumna vertebralis.
c. LBP neurogenik
a. Neoplasma
Nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan motorik, sensibilitas, dan vegetative.
Rasa nyeri sering timbul pada waktu sedang tidur sehingga membangunkan penderita.
Rasa nyeri berkurang bila penderita berjalan.
b. Araknoiditis
Pada keadaan ini terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri timbul bila terjadi
penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut.
c. Stenosis kanalis spinalis
Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi discus intervertebralis
dan biasanya disertai ligamentum flavum. Gejala klinis timbulnya gejala gejala
klaudicatio intermitten disertai rasa kesemutan dan nyeri tetap ada walaupun saat
istirahat.
d. LBP spondilogenik
Nyeri yang disebabkan karena berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang
terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan proses patologik di artikulatio
sacroiliaka.
e. LBP psikogenik
Biasanya karena ketegangan Jiwa atau keemasan dan depresi atau campuran
keduanya.
f. LBP osteogenik
Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebra dan spondilitis tuberculosa,
trauma yang menyebabkan fraktur maupun spondilolistetis, keganasan, congenital
seperti scoliosis lumbal, nyeri yang timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan
selaput artikulasi posterior satu sisi.
g. LBP diskogenik
a. Spondilosis
Proses degenerasi progresi pada discus intervertebralis, sehingga jarak antar vertebra
menyempit, menyebabkan timbulnya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan
foramen intervertebrale dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri disebabkan oleh
terjadinya osteoarthritis dan tertekannya radiks oleh kantong duramater yang
mengakibatka iskemi dan radang. Nyeri akan bertambah apabila tekanan LCS
dinaikkan dengan cara penderita disuruh mengejan (valsava) atau dengan menekan
kedua vena jegularis (Naffziger).
b. HNP (Hernia Nucleus Pulposus)
Keadaan dimana terjadi nucleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan
kearah kanalis spinalis melalui annulus fibrosus yang robek.Gejala pertama yang
timbul yaitu rasa nyeri di punggung bawah disertai nyeri otot-otot sekitar lesi dan
nyeri tekan ditempat tersebut.
c. Spondilitis ankilosa
h. LBP miogenik
a. Ketegangan otot
b. Spasme otot atau kejang otot
Nyeri yang berhubungan dengan spasme otot, walaupun tak jelas, biasanya dikaitkan
dengan banyak gangguan tulang belakang. Spasme otot biasanya dikaitkan dengan
postur abnormal, otot paraspinal yang teregang, dan rasa nyeri yang tumpul.
c. Defisiensi otot
d. Otot yang hipersensitif
b. Tulang belakang thorax; terdiri atas 12 tulang yang juga dikenal sebagai tulang dorsal.
Procesus spinosus pada tulang ini terhubung dengan tulang rusuk. Kemungkinan beberapa
gerakan memutar dapat terjadi pada tulang ini.
c. Tulang belakang lumbal; terdiri atas 5 tulang yang merupakan bagian paling tegap
konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang yanglainnya. Bagian ini
memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, danbeberapa gerakan rotasi dengan derajat
yang kecil.
d. Tulang sacrum; terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya bergabung dan tidak memiliki
celah atau intervertebral disc satu sama lainnya. Tulang ini menghubungkan antara bagian
punggung dengan bagian panggul.
e. Tulang belakang coccyx; terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung tanpa celah antara 1
dengan yang lainnya. Tulang coccyx dan sacrum tergabung menjadi satu kesatuan dan
membentuk tulang yang kuat.
Pada tulang belakang terdapat bantalan yaitu intervertebral disc yang terdapat di sepanjang
tulang belakang sebagai sambungan antar tulang dan berfungsi melindungi jalinan tulang
belakang. Bagian luar dari bantalan ini terdiri dari annulusfibrosus yang terbuat dari tulang
rawan dan nucleus pulposus yang berbentuk seperti jeli dan mengandung banyak air. Dengan
adanya bantalan ini memungkinkan terjadinya gerakan pada tulang belakang dan sebagai
penahan jika terjadi tekanan pada tulang belakang seperti dalam keadaan melompat. Jika
terjadi kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat menekan syaraf pada tulang belakang
sehingga menimbulkan kesakitan pada punggung bagian bawah dan kaki. Struktur tulang
belakang ini harus dipertahankan dalam kondisi yang baik agar tidak terjadi kerusakan yang
dapat menyebabkan injuri/ cidera.
1.5.Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastic yang tersusun atas banyak
unit rigid (vertebra) dan unit fleksibel (diskus intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh
kompleks sendi faset, berbagai ligament dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang
unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan
perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang
akan menyerap goncangan vertikal pada saat berlari dan melompat. Batang tubuh membantu
menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan thoraks sangat penting pada aktivitas
mengankat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini.
Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyamping menyebabkan otot tidak
mampu mempertahankan posisi tulang belakang thorakal dan lumbal, sehingga pada facet
joint lepas dan disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet
joint menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan
keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan
peregangan berlebihan pendukung tulang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebalis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang
muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matrik gelatinus. Pada lansia akan
menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling berat dan
perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan mengakibatkan penekanan pada akar
saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf
tersebut
2.1. Diagnosis
Anamnesis
Dalam anamnesis perlu diketahui:
1. Awitan
Penyebab mekanis nyeri punggung menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi
mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi
permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
2. Lama dan frekuensi serangan
Nyeri punggung akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan.
Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.
3. Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di daerah
lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya ditungkai bawah mengarah
ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ketungkai juga dapat disebabkan peradangan sendi
sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunyai pola penyebaran.
4. Faktor yang memperberat/ memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas. Pada
penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin atau manuver valsava
akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring .
5. Kualitas/intensitas
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya berhubungan
dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu NPB, namun sebagian besar episode herniasi
diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau memungut
barang yang enteng.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri
NPB, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau
berdiri, dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal
akan dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari bisa
merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung
seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi :
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan juga
bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai
hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada
stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini akan
menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai bila
ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu diskus protusio
sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan
pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke depan ke
lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri
pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.
Nyeri pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan kemungkinan
adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak patognomonik (10).
2. Palpasi :
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu keadaan
psikologis di bawahnya (psychological overlay).
Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada
ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus
sambil melihat respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-
rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan dengan jari jempol
pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.
Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada diagnosis
NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan, kecuali pada sindroma
kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan. Refleks patella terutama menunjukkan
adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari
S1.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang
menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks
ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.
3. Pemeriksaan motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi
untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan
miotom yang mempersarafinya.
Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar
kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan tanda laseque
kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang
terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP dan pada
hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus diketahui
bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada
penderita yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).
Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang
sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang
positif pada tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.
Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes
laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari
kaki.
Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul nyeri.
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED) dan
morfologi darah tepi (penting untuk mengidentifikasi infeksi atau myeloma), kalsium, fosfor,
asam urat, alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen spesifik prostat (jika ada kecurigaan
metastasis karsinoma prostat), elektroforesis protein serum (protein myeloma), dalam kasus
khusus, dapat diperisa tes tuberculin atau tes Brucella, tes faktor rheumatoid, dan
penggolongan HLA (jika curiga adanya ankylosing spondylitis) (7).
2. Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen (lebih bagus jika pasien dalam keadaan berdiri) pada posisi anteroposterior,
lateral, dan oblique sering dilakukan untuk pemeriksaan rutin nyeri pinggang dan sciatica.
Gambaran radiologis sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan ruang
diskus intervertebral, osteofit pada sendi facet dan penumpukan kalsium pada vertebrae,
pergeseran korpus vertebrae (spondilolistesis), infiltasi tulang oleh tumor. Penyempitan
ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan
melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan
suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena (10).
MRI sangat berguna bila: vertebra dan level neurologis belum jelas, kecurigaan kelainan
patologis pada medula spinal atau jaringan lunak, untuk menentukan kemungkinan herniasi
diskus post operasi, kecurigaan karena infeksi atau neoplasma.
Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat berharga
pada diagnosis NPB dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi untuk menentukan
lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan
mengeksklusi adanya suatu tumor.
3. Operasi
Penyulit : terutama pada LBP dengan tanda bahaya dan LBP dengan sindrom radikuler.
DAFTAR PUSTAKA
1. Protoatmodjo, L., Diagnosis Klinis Nyeri Punggung Bawah. Dalam Nyeri Punggung
Bawah. Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI, Jakarta.
2. Wibowo, S., Farmakoterapi Nyeri Punggung Bawah. Dalam Nyeri Punggung Bawah,
Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI, Jakarta.
3. Huldani., 2012, Nyeri Punggung, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
4. Sidharta, P., 2004, Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta.
5. Mardjono, Mahar, Sidharta, P., 2003, Klinis Dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta.
6. Snell, R., Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Buku Kedokteran, EGC.
7. Mansjoer, dkk., 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Aesculapius
Jakarta.