PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
jatuh dari
peristiwa tersebut bekerja suatu gaya penekanan dan gaya potong yang
mengakibatkan terjadinya luka maupun cedera.1
Trauma tumpul terkadang tidak memberikan kelainan yang jelas
pada permukaan tubuh, tetapi mengakibatkan kontusi atau laserasi
jaringan atau organ di bawahnya.4
a. Penekanan (compression)
Pada peristiwa benturan, pukulan, dan ledakan, gaya yang
terjadi berupa gaya kompresi atau penekanan. Bila penderita
terlempar, selain gaya kompresi dapat juga timbul gaya akselerasi
9
akibat
gaya
deselerasi
sering
terjadi
pada
Luka Tusuk
Luka tusuk menyebabkan cedera pada jaringan yang secara
langsung dilewati oleh benda tajam tersebut. Lokasi anatomi, jumlah, tipe,
ukuran dan arah tusukan sangat penting untuk memprediksi kemungkinan
organ yang terkena dan beratnya cedera. Organ tersering yang terkena
10
trauma tembus benda tajam adalah intestinum tenue (29%), hepar (28%),
dan colon (23%).1,8
Luka Tembak
Cedera organ pada luka tembak berbeda dengan cedera akibat luka
11
disebabkan pergeseran
organ
akan
menentukan
gejala
yang
muncul.
pembuluh darah aorta abdominalis dan vena cava inferior beserta cabang cabangnya.1
Bila vena yang terkena maka jaringan sekitar sering menjadi
tampon. Bila ruptur parsial dinding arteri perdarahan akan terus menerus.
Sementara ruptur total arteri perdarahan sering berhenti sendiri.1
Kompensasi
utama
berupa
peningkatan
aktivitas
simpatis,
Rehidrasi
Kristaloid
kristaloid
kristaloid
darah
3:1
lethargic
kristaloid
darah
3:1
Injury Description
Subcapsular, non expanding, <10% surface area
Capsular tear, nonbleeding, <1 cm parenchymal depth
Subcapsular, nonexpanding, <2 cm in diameter
Capsular tear, active bleeding, 1-3 cm parenchymal depth
which does not involve a trabecular vessels
Subcapsular, >50% surface area or expanding; ruptured
subcapsular
hematoma
with
active
bleeding;
intraparenchymal hematoma <2 cm or expanding
Ruptured intraparenchymal hematoma with active bleeding
Major devascularization (>25% of spleen)
Completely shaterred spleen
Hilar vasculary injury which devascularizies spleen
Injury Description
Subcapsular, non expanding, <10% surface area
14
Hematoma
Laceration
II
Hematoma
Laceration
III
Hematoma
Laceration
IV
Hematoma
Laceration
V
Laceration
Vascular
VI
Vascular
Ginjal terletak di rongga retroperitoneum dan terlindung oleh otototot punggung disebelah posterior dan oleh organ-organ intraperitoneal di
sebelah anteriornya, karena itu cedera ginjal tak jarang diikuti oleh cedera
organ-organ yang mengitarinya. Trauma ginjal merupakan trauma
terbanyak pada sistem urogenitalia. Sekitar 10 % dari trauma pada
abdomen mencederai ginjal.
Cedera ginjal dapat dipermudah jika sebelumnya sudah ada
kelainan pada ginjal, antara lain hidronefrosis, kista ginjal, atau tumor
ginjal. Trauma ginjal pada anak mudah terjadi dibandingkan dengan orang
dewasa oleh karena proteksi daerah sekitar ginjal tidak sebaik pada orang
dewasa dan ukuran ginjal relatif lebih besar. Laki-laki lebih sering
dibanding wanita.
Jenis cedera yang mengenai ginjal dapat merupakan trauma
tumpul, luka tusuk, atau luka tembak. Cedera ginjal dapat terjadi secara
langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang dan secara tidak
langsung yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal
secara tiba-tiba di dalam rongga retroperitoneum.
Goncangan ginjal di dalam rongga peritoneum menyebabkan
regangan pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika intima
arteri renalis. Robekan ini akan memacu terbentuknya bekuan-bekuan
darah yang selanjutnya dapat menimbukan trombosis arteri renalis beserta
cabangnya. Ginjal yang relatif mobile dapat bergerak mengenai costae atau
corpus vertebrae, baik karena trauma langsung ataupun tidak langsung
akibat deselerasi. Trauma yang demikian dapat menyebabkan peningkatan
tekanan subcortical dan intracaliceal yang cepat sehingga mengakibatkan
terjadinya ruptur.
16
ginjal.
Patut dicurigai adanya cedera pada ginjal jika terdapat :
1. Trauma di daerah pinggang, punggung, dada disebelah bawah, dan
perut dibagian atas dengan disertai nyeri atau didapatkan jejas pada
daerah itu.
2. Hematuria
3. Fraktur kosta sebelah bawah (T8-12) atau fraktur prosesus spinosus
vertebra
4. Trauma tembuh pada daerah abdomen dan pinggang
5. Cedera deselerasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau
17
Cedera minor
2.
Cedera major
3.
18
Jenis kerusakan
Derajat I
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
Derajat V
b.5.
Pada trauma tembus peritoneum kemungkinan cidera organ mencapai lebih dari
90%. Trauma tembus abdomen depan mudah diperiksa, sementara trauma tembus
regio flank/back sulit dievaluasi apakah tembus peritoneum karena tebalnya
jaringan antara kulit dan peritoneum. 1
Hal pertama yang dilakukan saat menghadapi pasien trauma dengan sebab
apapun ialah melakukan primary survey dalam rangka menyelamatkan pasien dari
ancaman jiwa segera. Semua tindakan pemeriksaan dilakukan sesederhana
19
riwayat
penyakit
sebelumnya
(past
medical
history),
Indikasi :
Trauma tumpul abdomen
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
Luka Tusuk
i.
Luka Tembak
i.
Kontra indikasi :
i.
ii.
Kehamilan.
iii.
Riwayat laparotomi.
iv.
v.
c. Rontgen Foto
Pada kecurigaan adanya perforasi usus atau peritonitis dapat dibuat
foto BOF untuk melihat adanya udara bebas dibawah diafragma. BOF juga
dapat dibuat untuk menentukan jalan peluru pada trauma tembak.
Pemeriksaan foto cervical, thorax, dan pelvis adalah pemeriksaan yang
22
2.
3.
(ekskavasio
rektouterina)
24
pada
wanita
dan
ekskavasio
CT
scan
merupakan
25
pemeriksaan
non-invasif.
Hemodinamik
harus
stabil
dan memerlukan
transport
ke tempat
Penatalaksanaan
1. Hal pertama yang dilakukan saat menghadapi pasien trauma dengan sebab
apapun ialah melakukan primary survey dalam rangka menyelamatkan pasien
dari ancaman jiwa segera. Semua tindakan pemeriksaan dilakukan
sesederhana mungkin dalam memastikan kondisi airway, breathing, dan
circulation (ABC). (1)
2. Pemasangan gastric tube untuk mengurangi dilatasi gastric yang akut,
dekompresi abdomen, sebelum melakukan diagnostic peritoneal lavage dan
mengeluarkan isi abdomen sehingga mengurangi resiko aspirasi. (3)
3. Pemasangan kateter kandung kencing untuk mengatasi retensi urin,
dekompresi kandung kemih sebelum melakukan DPL dan pemantauan
produksi urin sebagai indeks perfusi jaringan. Hati-hati pada keadaan patah
panggul yang tidak stabil, darah pada meatus, hematom pada skrotum,
diskolorisasi pada perineum atau prostat yang tinggi pada pemeriksaan rectal,
harus dilakukan uretrogram terlebih dahulu untuk memastikan uretra yang
utuh sebelum pemasangan kateter. (3) (5)
4. Bila jelas diketahui ada perdarahan di dalam abdomen yang didapat dalam
pemeriksaan umum (anemia shock gelisah, ada cairan bebas dalam cavum
abdomen) maka tindakannya adalah resusitasi cairan, tranfusi dan melakukan
26
massa dipinggang
membesar
HB turun, Urine > pekat
27
Segera eksplorasi
merupakan tanda
drainase
Duodenal hematome
Bila ditemukan pada saat explorasi, mobilisasi duodenum,
evacuasi hematome, lakukan hemostasis, carilah perforasi
mucosa.
Trauma duodenum
28
ii.
Darah > 5 cc
RBC>100.000/mm3(blunt),>10.000/mm3 (penetrating)
WBC >500/mm3
Fecal contamination
Amylase > serum amylase
Lavage, fluid of chest tube atau bladder catheher
2.7.
iii.
Ruptur diapragma
iv.
Komplikasi
Komplikasi bedah yang terjadi antara lain:
1. Perdarahan lokal yang membutuhkan evakuasi
2. Perdarahan dalam yang membutuhkan reeksplorasi
3. Infeksi paru-paru dengan bukti kultur sputum positif dengan atau tanpa
pireksi atau perubahan gambaran foto rongten paru;
29
Prognosis
Mortalitas dipengaruhi besar cidera, organ yang terkena dan penanganan
yang diberikan. Pada trauma hepar mortalitas akibat trauma tumpul 2530 %,
trauma tembakan 9% dan trauma tusuk 6%. Trauma hepar disertai reseksi hepar
mortalitasnya sampai 57%, bila disertai cidera vena hepatika lebih dari 70%
sedang isolated liver injury hanya 5%. Sementara mortalitas peritonitis bilus
karena trauma hepar 85%. Cidera lien tanpa penanganan pembedahan
mengakibatkan mortalitas sampai 80%, sedang bila dilakukan pembedahan
mortalitasnya hanya 1%. Keterlambatan diagnosis atau delayed ruptur
meningkatkan mortalitas 10%. Sedang mortalitas karena overwheelming post
spleenectomy infection (OPSI) pada anak hanya 2 % sedang pada dewasa 1%. 1
Cidera kolon mempunyai mortalitas sampai 10%, sedang survival cidera
ileum/jejunum sangat bagus (excelent). Cidera pada duodenum bila dilakukan
penanganan kurang 24 jam mortalitasnya 5%, tetapi bila lewat 24 jam 65%.
Cidera pankreas akibat trauma tajam mortalitasnya 25%, sedang akibat trauma
tumpul 50%. Keterlambatan diagnosis mortalitasnya 75%. Penanganan sebelum
12 jam mortalitasnya di bawah 10%.1
Mortalitas akibat ruptur aorta mencapai 7590%, ruptur vena kava 25%,
vena hepatika mencapai 80% dan vena porta 67%. Mortalitas akibat cidera ginjal
30
BAB III
RESPONSI ILMU BEDAH
RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Pembimbing
Oleh
I.
(201320401011088)
Nama
Umur
: 9 Tahun 11 Bulan
Berat badan
: 25 kg
Tinggi badan
: 140 cm
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Pekerjaan
: Siswa
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
II.
MRS
No.Registrasi
: 684256
ANAMNESA
1. Keluhan Utama : Nyeri perut
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD dengan keluhan nyeri perut. Nyeri dirasakan
sejak tanggal 22 januari 2014 sewaktu pulang dari sekolah. Nyeri
dirasakan terus menerus di semua bagian perut. Saat ditanya oleh kedua
orang tuanya, pasien mengaku habis jatuh saat bermain disekolah.
Keesokan harinya tepat tanggal 23 januari 2013 jam 07.00 pagi orang
tua pasien diberitahu oleh teman pasien kalau pasien kemarin pada
waktu pulang sekolah terjatuh dari sepeda pancal, saat terjatuh perut
pasien mengenai bagian setir sepada. Pasien saat itu dalam kondisi sadar
namun mengeluh kesakitan didaerah perut. lalu sekitar jam 10.00 pasien
dibawa kedua orang tua ke UGD RSU Haji Surabaya, pasien nampak
pucat setelah ditanya oleh petugas yang ada di ugd pasien hanya
mengaku nyeri pada seluruh bagian perut, mual (+), muntah (+)
sebanyak 2x saat malam dan pagi hari muntah berupa cairan, darah (-),
muntah sebanyak setengah gelas kecil, bab (-), terakhir kali bab sebelum
jatuh (-), Kentut (-), nafsu makan/minum menurun.
32
: lemas
: 150x/menit
RR : 40x/menit
Tax : 37,8C
Status Generalis
Kepala/wajah
: A/I/C/D +/-/-/-
Leher
Thorax
Abdomen
I : simetris
P : supel, nyeri tekan (+) di seluruh abdomen, H/L/R
ttb
P : pekak R. Hipogastrica
A : BU (+) meningkat , Defans Muscular (+),
Ekstremitas
Status Lokalis:
- I : simetris
- P : supel, nyeri tekan (+) diseluruh regio abdomen, H/L/R ttb
- P : pekak R. Hipogastrica
- A : BU (+) meningkat
IV. DIAGNOSIS :
33
V.
PENATALAKSANAAN
Tx : pro operasi Laparotomi dengan resiko tinggi (tanggal 24 januari 2014)
VII. PLANNING
Dx :
- DL
- UL
- RFT
- GDP, GD2JPP
- BOF
- USG urologi + prostat
Tx :
- MRS
- Infus DS NS 100ml/24 jam
- Kalbamin 250 ml/24 jam
Antrain 4x250mg iv
Ondancetron 2x2 mg iv ampul
Neurosanbe 1x1/2 ampul drip
- Pro Laparotomi
Monitoring :
- Keluhan
- Vital sign (setiap 15 menit)
- Produksi urin
Edukasi :
- menjelaskan tentang penyakit dan prognosanya
- puasa
- NGT terbuka
- menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasi yang mungkin terjadi setelah op.
- aktifitas post op, tidak boleh terlalu keras
VI. KOMPLIKASI
Pada kasus ini tidak didapatkan komplikasi.
VII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
34
VIII. LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Simeone AA, Frankel HL, Velmahos G. Abdominal Injury. In: Peitzman AB,
Rhodes M, Schwab CW, Yealy DM, Fabian TC. Third Edition, The Trauma
Manual: Trauma And Acute Care Surgery. Philadelphia. Lippincott Williams &
Wilkins; 2008:243-271.
2. Oetomo, Koernia S. Bedah Gawat Darurat. Surabaya, Rumah Sakit Umum Haji.
2009:25-34.
3. Mansjoer, arif dkk. Trauma Abdomen. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga,
jilid 2.Media Aesculapius FKUI. Jakarta .2000. hal 313-317
35
dari
http://zagirmim.blogspot.com/2009/11/trauma-
2009.
Asta.
2009.
http://astaqauliyah.com/2010/03/referat-
kedokteran-pemilihan-cairan-pengganti-pada-perdarahan-akut/.
Diakses tanggal 10 Juli 2011
10. Wyatt, Jonathon; Illingworth, RN. Graham, CA. Clancy, MJ. Robertson,
CE (2006). Oxford Handbook of Emergency Medicine. Oxford University
Press. p. 346. ISBN 978-0-19-920607-0.
11. Jong, Wim De, dkk. 2005. Trauma dan Bencana Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi 2. Jakarta: EGC.
12. Mattox L,Kenneth. Trauma Sixth Edition, 2008, Department of Surgery
Baylor College of Medicine Chief of Staff Chief of Surgery Ben Taub
General Hospital Houston, Texas
Pasien Trauma
Yogjakarta.
http://puspasca.ugm.ac.id/files/(2634-H-2004).pdf
14. Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
37