Umur : 39 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Puskesmas
• Pukul 16:30 pasien datang ke PKM karena kenceng dan keluar lender darah
• Pukul 17.30 pembukaan lengkap dan pasien dipimpin persalinan dan bayi lahir PP
SPT 2.300 gr
• Dilakukan manajemen kala III plasenta belum lahir
Rumah Sakit
• Pukul 19.30
• Plasenta belum lahir, disertai
perdarahan aktif pervagina, lemas
dan nyeri perut bagian bawah
RPD RPK Riw.Menstruasi
Riwayat Obstetri
• Anak I : lahir th 2001 Aterm PP SPT Lk 2600gr
• Anak II: lahir th 2009 Abortus
• Anak III : lahir th 2012 Aterm PP SPT Lk 2500 gr
• Anak IV : lahir th 20/3/2018 Preterm PP SPT Pr 2300 gr
Riwayat Kontrasepsi
•-
Riw. ANC Riw. Kebiasaan
- ANC 8 kali Pasien tidak
mengkonsumsi obat-
- TT 1 kali
obatan, alkohol, jamu
- USG belum pernah serta tidak merokok.
CM HR : 100 x/m
SpO2 : 98 %
Status Generalis
Kulit warna sawo matang, sianosis (-), ikterik (-)
normotia, sekret (-), darah (-), nyeri tarik helix (-), nyeri tekan
Telinga tragus (-)
Hidung bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-), edema mukosa (-)
bibir merah merah muda, basah, oral hygine baik, uvula di tengah, hiperemis (-),
Mulut
ukuran normal, dinding faring hiperemis (-), T1-T1 tenang
Leher pembesaran KGB (-), trakea di tengah, teraba kelenjar tiroid (-)
Thoraks
Palpasi
Perkusi
Supel, pembesaran organ (-),
nyeri tekan bagian Timpani seluruh lapang
bawah(+) abdomen
TFU setinggi pusat
Status Ginekologi
INSPEKULO-VT
Hemoglobin
*3,3 (L)
*9,3 (L)
juta/uL
g/dL
3.80 – 5.20
11.7 – 15.5
20 Maret 2018
Hematokrit *29 (L) % 35 – 47 j.20.53
MCV 88 fL 80 – 100
MCH 30 Pg 26 – 34
MCHC 34 g/dL 32 – 36
Diff count:
Golongan darah O
Rhesus +
Laboratorium
23 Maret 2018
Nama test Hasil Unit Nilai rujukan Post transfusi
Leukosit *13,9 (H) ribu/uL 3.6 – 11.0
Prognosis
Diagnosis
Tatalaksana
P3A1 berusia 39 Tahun O2 3 liter/menit Dubia ad Bonam
Post Partum Spontan IVFD RL (40 tpm) hingga
dengan Retensio perdarahan berhenti
Plasenta Transfuse PRC 3 kolf Ad Fungtionam :
Injeksi ceftriaxone 2gr/ 24 Dubia ad Bonam
jam
Akhir Injeksi ketorolac 30 mg/ 8
P3A1 berusia 39 Tahun jam Ad Sanationam :
Post Partum Spontan Injeksi kalnex 500 mg /8 jam Dubia ad Malam
Post Histerektomi dan Injeksi Adona 1 amp/8 jam
BSO (Bilateral •Non Medikamentosa
Salphingo Pengawasan keadaan umum,
Oophorectomy) a/i tanda vital, dan perdarahan
per vagina
Plasenta Akreta
Pasang DC
Melakukan tarikan tali pusat
terkendali
Tarikan tali pusat gagal maka
dilakukan plasenta manual
secara hati-hati
Manual plasenta dilakukan
namun masih ada sisa, maka
dilakukan kuretase
Kuretase dilakukan namun
masih ada perdarahan aktif,
maka dilakukan operasi
FOLLOW UP
Waktu S O A P
20/03/2018 Os mengeluh TD : 130/80 P3A1 ,39 th, - Pasang infus RL 40 tpm
19.30 belum lahirnya N : 100 x/menit PP SPT luar - Observasi KU, TTV
ari-ari setelah RR :20x/menit dengan - Memberikan O2 3 liter/menit
setengah jam bayi S : 36,80C Retensio - Kateterisasi kandung kemih
lahir, disertai TFU : setinggi Plasenta - Kolaborasi dg Sp.OG
perdarahan keluar pusat - Melakukan manual plasenta masih ada sisa
dari pervagina kuretase masih perdarahan aktifpro cito
histerektomi a/I plasenta akreta
20/3/2018 Os mengeluh TD : 130/80 P3A1, 39 - infus RL 20 tpm
22.35 kesakitan nyeri N : 80 x/menit tahun, PP SPT - memberikan O2 3 liter/menit
perut bagian RR :20x/menit luar dengan - transfuse darah PRC kolf I
bawah semakin S : 36,50C plasenta - Observasi KU, TTV
sakit Hb : 9,3 g/dL akreta pro
histerektomi
(CITO) a/I
plasenta
akreta
Waktu S O A P
20/3/2018 Os masuk TD: 135/86 P3A1, 39 tahun, PP SPT luar - Infus RL 20 tpm
00.30 ruang OK mmHg dengan plasenta akreta pro - Memberikan O2 3 liter / menit
ponek N: 110 x/menit histerektomi (CITO) a/I - Transfuse darah PRC kolf I
RR : 20x/menit plasenta akreta - Injeksi ceftriaxone 2 gr
S: 36 0C - Observ. KU,TTV
21/3/2018 Os keluar dari TD : 113/60 P3A1, 39 tahun, Pasca - Infus RL 20 tpm
01.30 OK ponek mmHg Histerektomi supracervical - O2 3 liter /menit
N : 95 x/menit dan Bilateral Salphingo - Transfuse darah PRC kolf I
RR : 18 x/menit Oophorectomy (BSO) a/I - Injeksi ketorolac 30 mg/8jam
S: 36 0C plasenta akreta - Injeksi kalnex 500 mg / 8 jam
SpO2 : 99 % - ADONA 1 amp/8 jam
- Observ. KU ,TTV,awasi perdarahan
21/3/2018 Os mengeluh TD : 120/80 P3A1,39 tahun, Pasca - Infus RL 20 tpm
07.00 nyeri luka mmHg Histerektomi supracervical - Tranfuse darah PRC kolf II
jahitan N : 80 x/menit dan Bilateral Salphingo - Observ. KU, TTV
(diruang HCU RR : 20 x/menit Oophorectomy (BSO) a/I
ponek) S : 36 0C plasenta akreta
SpO2 : 99 %
Waktu S O A P
21/3/2018 Os mengeluh nyeri luka TD : 130/80 mmHg P3A1,39 tahun, Pasca - Infus RL 20 tpm
10.00 jahitan N : 88 x/menit Histerektomi supracervical - Transfuse darah PRC kolf II
RR : 20 x/menit dan Bilateral Salphingo - Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
S : 36 0C Oophorectomy (BSO) a/I - Inj.kalnex 500 mg/8jam
Darah kolf II lancar plasenta akreta - ADONA 1 amp/8 jam
- Obser. KU,TTV
21/3/2018 Os mengeluh nyeri luka TD: 130/70 mmHg P3A1, 39 tahun, Pasca - Infus RL 20 tpm
11.30 jahitan N : 80 x/menit Histerektomi supracervical - Transfuse darah PRC kolf II
RR : 20 x/menit dan Bilateral Salphingo - Observ. KU,TTV
S: 36 0C Oophorectomy (BSO) a/I - Pasien pindah ke bangsal
DC : 1000 cc plasenta akreta
21/3/2018 Os mengeluh nyeri luka TD : 120/80 mmHg P3A1, 39 tahun, Pasca - Infus RL 20 tpm
18.00 jahitan N : 80 x/menit Histerektomi supracervical - Transfuse darah PRC kolf III
RR : 20 x/menit dan Bilateral Salphingo - Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
S : 36,5 0C Oophorectomy (BSO) a/I - Inj.kalnex 500 mg/8jam
Flatus (+) plasenta akreta - ADONA 1 amp/8 jam
BAB (-) - Obser. KU,TTV
BAK ( DC 300 cc/ 3
jam)
22/3/2018 Os mengeluh masih TD : 110/70 mmHg P3A1, 39 tahun, Pasca - Infus RL 20 tpm
02.00 merasakan nyeri luka N: 80 x/menit Histerektomi supracervical - Transfuse darah PRC kolf III
jahitan RR : 20 x/menit dan Bilateral Salphingo - Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
S : 36,5 0C Oophorectomy (BSO) a/I - Inj.kalnex 500 mg/8jam
Flatus (+) plasenta akreta - ADONA 1 amp/8 jam
BAB (-) - Obser. KU,TTV
BAK ( DC 150/ jam)
Waktu S O A P
22/3/2018 Os mengeluh masih TD : 110/70 mmHg P3A1, 39 tahun, Pasca - Infus RL 20 tpm
08.00 merasakan nyeri N: 80 x/menit Histerektomi supracervical - Cefadroxil tab 2x 500 mg
luka jahitan seperti RR : 20 x/menit dan Bilateral Salphingo - Asam mefenamat 3x 500 mg
teriris dan hilang S : 36,5 0C Oophorectomy (BSO) a/I - SF tab 2x1
timbul Hb : 9,8 g/dL plasenta akreta - Off DC
Flatus (+) - Observasi KU,TTV
BAB (+)
BAK ( DC: 150 cc/jam
warna kuning jernih )
22/3/2018 - TD : 120/80 mmHg P3A1, 39 tahun, Pasca - Infus RL 20 tpm
18.00 N: 84 x/menit Histerektomi supracervical - Cefadroxil tab 2x 500 mg
RR : 20 x/menit dan Bilateral Salphingo - Asam mefenamat 3x 500 mg
S : 36.5 0C Oophorectomy (BSO) a/I - SF tab 2x1
Hb : 9,8 g/dL plasenta akreta - Observasi KU,TTV
Flatus (+)
BAB (+)
BAK (+)
23/3/2018 - TD : 110/80 mmHg P3A1, 39 tahun, Pasca - BLPL
08.00 N: 84 x/menit Histerektomi supracervical - Infus RL 20 tpm
RR : 20 x/menit dan Bilateral Salphingo - Cefadroxil tab 2x 500 mg
S : 36.5 0C Oophorectomy (BSO) a/I - Asam mefenamat 3x 500 mg
Hb : 9,8 g/dL plasenta akreta - SF tab 2x1
Flatus (+) - Observasi KU,TTV
BAB (+)
BAK ( + )
Analisis kasus
Kasus Teori
Pasien Ny. XY P3 A1 39 tahun Post Partum Spontan luar dengan Retensio Diagnosis plasenta akreta ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
Plasenta dengan keluhan plasenta belum lahir dalam setengah jam setelah bayi penunjang yaitu dalam anamnesis ditemukan adanya gejala Perdarahan
lahir disertai keluar darah dari jalan lahir, lemas dan nyeri perut bagian bawah vaginal dan kram perut.. Nyeri akut abdomen dan hipotensi karena syok
sejak jam 19.30 WIB SMRS. hipovolemik dari ruptur uteri sekunder bisa karena plasenta perkreta.
Tanda – tanda vital: Skenario kritis ini dapat terjadi setiap saat selama kehamilan dari trimester
BP: 130/80 mmHg pertama hingga kehamilan aterm dengan tidak adanya tanda-tanda persalinan.
Faktor risiko plasenta akreta
HR: 100 x/menit - seksio sesarea berulang.
- usia maternal >35 tahun
T: 36,8° C - multiparitas
RR: 20 x/menit
- hipertensi dalam kehamilan
- plasenta previa
SpO2: 98% Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis pasti kasus ini yaitu :
USG
TB : 157 cm BB: 55 kg IMT : 22,31 kg/m2 (gizi normal) First Trimester
- Sebuah kantung kehamilan yang terletak di segmen bawah uterus
Inspekulo : - Beberapa ruang pembuluh darah tidak teratur pada placental bed
Vulva – vagina ampak tali pusat terklem di vulva - Implantasi gestational sac pada parut bekas luka sesar merupakan
Portio perdarahan (+) dari ostium uteri eksterna temuan penting.
Second and Third Trimester
Riwayat trauma (+) mengalami perdarahan pervagina sedikit dan berwarna - Ditemukan adanya vascular lacunae dalam plasenta telah memiliki
merah segar. Kemudian 1 minggu setelah kejadian tersebut pasien mengalami korelasi dengan sensitivitas yang tinggi (80% -90%)
perdarahan pervagina dengan darah cukup banyak dan berwarna merah segar - Kehilangan zona hipoekhoik retroplasenta yang normal, juga disebut
tidak dirasakan nyeri perut . sebagai hilangnya ruang yang jelas antara plasenta dan rahim, adalah
Riwayat hipertensi saat kehamilan anak pertama. salah satu penanda
MRI
Pemeriksaan fisik : konjungtiva anemis (+/+),, nyeri tekan perut bagian bawah
(+), TFU setinggi pusat, dan terlihat tali pusat di vulva. PA
Pemeriksaan laboratorium : 20 Maret 2018 jam 20.53, didapatkan leukosit
22,7x10 3 /uL (↑), hemoglobin 9,3 g/dL (↓), hematocrit 29 (↓),eosinofil 0.00
(↓), netrofil 90.70 (↑), limfosit 5,8 (↓), protein urine (-), HBsAg non reaktif.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Ny. XY termasuk kategori
retensio plasenta suspek plasenta akreta
Medikamentosa manajemen yang dilakukan dalam penatalaksanaan plasenta akreta yaitu :
- O2 3 liter/menit -Manajemen antepartum
- IVFD RL (40 tpm) hingga perdarahan berhenti Timing of delivery. dengan melakukan terminasi setelah paru janin matang
- Transfuse PRC 3 kolf yang dibuktikan dengan amniosentesis. Namun, hasil analisis keputusan baru-
- Injeksi ceftriaxone 2gr/ 24 jam baru ini menyarankan untuk mengkombinasikan outcome ibu dan bayi
- Injeksi ketorolac 30 mg/ 8 jam dioptimalkan pada pasien stabil dengan terminasi pada 34 minggu kehamilan
- Injeksi kalnex 500 mg /8 jam
tanpa amniosintesis.
- Injeksi Adona 1 amp/8 jam
Jika tidak ada perdarahan antepartum atau komplikasi lainnya, direncanakan
Non Medikamentosa
terminasi saat akhir prematur dapat diterima untuk mengurangi kemungkinan
- Pengawasan keadaan umum, tanda vital, dan perdarahan per
persalinan darurat yang terjadi dengan segala komplikasinya.
vagina
-Manajemen praoperatif
- Pasang DC
- Melakukan tarikan tali pusat terkendali Penilaian oleh anestesi harus dilakukan sedini mungkin sebelum operasi.
- Tarikan tali pusat gagal maka dilakukan plasenta manual Kedua teknik anestesi baik umum dan regional telah terbukti aman. Antibiotik
secara hati-hati profilaksis diberikan. Sebelum operasi, bank darah PRC harus dipersiapkan
- Manual plasenta sudah dilakukan namun masih ada sisa maka terhadap potensi perdarahan masif. USG dilakukan untuk menentukan letak
dilakukan kuretase plasenta
- Kuretase dilakukan namun perdarahan aktif, maka dilakukan -Manajemen operatif
operasi histerektomi a/I plasenta akreta Pada keterlibatan yang ekstensif akan terjadi perdarahan masif saat dilakukan.
Pada 25% perempuan yang ditatalaksana secara konservatif meninggal. Jadi
penatalaksanaan yang paling baik adalah dilakukan histerektomi
Tinjauan Pustaka
Definisi
Istilah plasenta akreta digunakan untuk menggambarkan tiap jenis implantasi yang melekat
terlalu erat secara abnormal kedinding uterus dan terbagi menjadi plasenta akreta, inkreta,
dan perkreta. Pada plasenta akreta, bagian dari desidua parietal yang berada di antara
miometrium dan plasenta tersebut hilang, dan terdapat kontak langsung antara sel-sel
trofoblas dengan miometrium
Klasifikasi
Patogenesis plasenta akreta tidak jelas; namun ada beberapa teori yang diusulkan.
Abnormal vaskularisasi yang dihasilkan dari proses jaringan parut setelah operasi
dengan sekunder hipoksia lokal yang mengarah ke rusaknya desidualisasi dan invasi
trofoblas yang berlebihan tampaknya menjadi hal yang paling menonjol, atau
setidaknya merupakan teori yang paling didukung sampai saat ini, menjelaskan
patogenesis plasenta akreta pada tahap ini
Faktor Resiko