Anda di halaman 1dari 29

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


PERIODE 22 JANUARI 2018 – 31 MARET 2018

LAPORAN KASUS UJIAN


P3A1 berusia 39 Tahun Post Partum Spontan dengan
Plasenta Akreta

SYARAH MUTIA DEWI


1713020037
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. XY

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 39 tahun

Suku bangsa : Jawa

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kalibakung RT.02 RW.02 ,Kec. balapulang, Kab. Tegal

Tanggal masuk RS : 20 Maret 2018

Tanggal keluar RS : 22 Maret 2018


ANAMNESIS
KELUHAN KELUHAN
UTAMA TAMBAHAN

plasenta belum lahir dalam Lemas (+) , nyeri perut bagian


setengah jam setelah bayi lahir. bawah (+),dan perdarahan
pervagina (+)
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Seorang wanita berusia 39 tahun datang ke RS dr. Soeselo rujukan dari
Puskesmas Kalibakung dengan diagnosis P3A1 Post Partum Spontan dengan
Retensio Plasenta

Puskesmas
• Pukul 16:30 pasien datang ke PKM karena kenceng dan keluar lender darah
• Pukul 17.30 pembukaan lengkap dan pasien dipimpin persalinan dan bayi lahir PP
SPT 2.300 gr
• Dilakukan manajemen kala III plasenta belum lahir

Rumah Sakit
• Pukul 19.30
• Plasenta belum lahir, disertai
perdarahan aktif pervagina, lemas
dan nyeri perut bagian bawah
RPD RPK Riw.Menstruasi

• Riw. Adanya trauma • Riwayat hipertensi, • Menarche usia 13


pada tgl 5 Maret preeklamsia, tahun, lama 7 hari,
2018. eklamsia, DM, asma, teratur, siklus 28-30
• Riw. Perdarahan TB, jantung, dan hari, disminorhea
alergi dalam keluarga (+).
pervagina tanpa pasien disangkal. • HPHT 6 Agustus
adanya rasa nyeri • Riwayat keluhan 2018
perut. yang serupa juga
• Riwayat hipertensi disangkal.
sebelum hamil (+)
• DM, Asma, TB,
Jantung, Ginjal,
Liver, Alergi,
Trauma, ISK,
Ginekolog disangkal.
Riwayat Pernikahan
• Pasien menikah pertama kali pada usia 20 tahun.
• Pernikahan pertama, dengan usia pernikahan 12 tahun
• Pernikahan kedua , dengan usia pernikahan 1,5 tahun

Riwayat Obstetri
• Anak I : lahir th 2001 Aterm PP SPT Lk 2600gr
• Anak II: lahir th 2009 Abortus
• Anak III : lahir th 2012 Aterm PP SPT Lk 2500 gr
• Anak IV : lahir th 20/3/2018 Preterm PP SPT Pr 2300 gr

Riwayat Kontrasepsi
•-
Riw. ANC Riw. Kebiasaan
- ANC 8 kali Pasien tidak
mengkonsumsi obat-
- TT 1 kali
obatan, alkohol, jamu
- USG belum pernah serta tidak merokok.

Riw. Sosial Ekonomi


Riw. Dirawat dan
Pasien tinggal serumah Operasi
dengan suami dan orang
Pasien tidak pernah
tua. Suami pasien
dirawat maupun operasi
bekerja sebagai
di Rumah Sakit.
woraswasta.
Keadaan Umum Tanda Vital
Tampak kesakitan TD : 130/80

CM HR : 100 x/m

GCS E4M6V5 RR : 20 x/m

Gizi normal weight T : 36,8ᵒc

SpO2 : 98 %
Status Generalis
Kulit warna sawo matang, sianosis (-), ikterik (-)

Kepala normosephali, rambut hitam dengan distribusi merata

konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor,


Mata gerakan normal, refleks cahaya (+/+)

normotia, sekret (-), darah (-), nyeri tarik helix (-), nyeri tekan
Telinga tragus (-)

Hidung bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-), edema mukosa (-)

bibir merah merah muda, basah, oral hygine baik, uvula di tengah, hiperemis (-),
Mulut
ukuran normal, dinding faring hiperemis (-), T1-T1 tenang

Leher pembesaran KGB (-), trakea di tengah, teraba kelenjar tiroid (-)
Thoraks

Inspeksi Palpasi Auskultasi Perkusi


Bentuk normal Vocal fremitus Suara napas Paru sonor pada
simetris vesikuler (+/+) kedua lapang paru

Pernapasan torakal Wheezing (-/-)


abdominal Ronkii (-/-)
Murmur (-/-)

Retraksi sela iga (-)

Ictus cordis tidak


terlihat
Abdomen Ekstremitas
• Akral dingin pada ke 4
Inspeksi
Auskultasi ekstremitas
• Edema (-)
Dinding perut tegang, bekas
luka operasi (-),
Striae gravidarum (+) Bising usus normal 3x/menit

Palpasi
Perkusi
Supel, pembesaran organ (-),
nyeri tekan bagian Timpani seluruh lapang
bawah(+) abdomen
TFU setinggi pusat
Status Ginekologi

INSPEKULO-VT

• Vulva – vagina  tampak tali pusat terklem di vulva


• Portio perdarahan (+) dari ostium uteri eksterna
• Adneksa Parametria tidak ada kelainan
• Cavum doughlas tidak ada kelainan
Nama test Hasil Unit Nilai rujukan

Leukosit *22,7 (H) ribu/uL 3.6 – 11.0 Laboratorium


Eritrosit

Hemoglobin
*3,3 (L)

*9,3 (L)
juta/uL

g/dL
3.80 – 5.20

11.7 – 15.5
20 Maret 2018
Hematokrit *29 (L) % 35 – 47 j.20.53
MCV 88 fL 80 – 100

MCH 30 Pg 26 – 34

MCHC 34 g/dL 32 – 36

Trombosit 331 ribu/uL 150 – 400

Diff count:      

Eosinofil 0.00 (L) % 2.00 – 4.00

Basofil 0.10 % 0–1

Netrofil *90.70 (H) % 50 – 70

Limfosit *5.80 (L) % 25 – 40

Monosit 3.40 % 2–8

MPV 10,5 fL 7.2 – 11.1

RDW-SD 43.8 fL 35.1 – 43.9

RDW-CV 13.7 % 11.5 – 14.5

Golongan darah O    

Rhesus +    
Laboratorium
23 Maret 2018
Nama test Hasil Unit Nilai rujukan Post transfusi
Leukosit *13,9 (H) ribu/uL 3.6 – 11.0

Eritrosit *3,1 (L) juta/uL 3.80 – 5.20

Hemoglobin *9,8 (L) g/dL 11.7 – 15.5

Hematokrit *28 (L) % 35 – 47

Trombosit 278 ribu/uL 150 – 400


Awal Medikamentosa Ad Vitam :

Prognosis
Diagnosis

Tatalaksana
P3A1 berusia 39 Tahun O2 3 liter/menit Dubia ad Bonam
Post Partum Spontan IVFD RL (40 tpm) hingga
dengan Retensio perdarahan berhenti
Plasenta Transfuse PRC 3 kolf Ad Fungtionam :
Injeksi ceftriaxone 2gr/ 24 Dubia ad Bonam
jam
Akhir Injeksi ketorolac 30 mg/ 8
P3A1 berusia 39 Tahun jam Ad Sanationam :
Post Partum Spontan Injeksi kalnex 500 mg /8 jam Dubia ad Malam
Post Histerektomi dan Injeksi Adona 1 amp/8 jam
BSO (Bilateral •Non Medikamentosa
Salphingo Pengawasan keadaan umum,
Oophorectomy) a/i tanda vital, dan perdarahan
per vagina
Plasenta Akreta
Pasang DC
Melakukan tarikan tali pusat
terkendali
Tarikan tali pusat gagal maka
dilakukan plasenta manual
secara hati-hati
Manual plasenta dilakukan
namun masih ada sisa, maka
dilakukan kuretase
Kuretase dilakukan namun
masih ada perdarahan aktif,
maka dilakukan operasi
FOLLOW UP
Waktu S O A P
20/03/2018 Os mengeluh TD : 130/80 P3A1 ,39 th, - Pasang infus RL 40 tpm
19.30 belum lahirnya N : 100 x/menit PP SPT luar - Observasi KU, TTV
  ari-ari setelah RR :20x/menit dengan - Memberikan O­2 3 liter/menit
  setengah jam bayi S : 36,80C Retensio - Kateterisasi kandung kemih
  lahir, disertai TFU : setinggi Plasenta - Kolaborasi dg Sp.OG
  perdarahan keluar pusat   - Melakukan manual plasenta masih ada sisa
  dari pervagina   kuretase masih perdarahan aktifpro cito
    histerektomi a/I plasenta akreta
         
20/3/2018 Os mengeluh TD : 130/80 P3A1, 39 - infus RL 20 tpm
22.35 kesakitan nyeri N : 80 x/menit tahun, PP SPT - memberikan O2 3 liter/menit
perut bagian RR :20x/menit luar dengan - transfuse darah PRC kolf I
bawah semakin S : 36,50C plasenta - Observasi KU, TTV
sakit Hb : 9,3 g/dL akreta pro
  histerektomi
  (CITO) a/I
  plasenta
akreta
Waktu S O A P
20/3/2018 Os masuk TD: 135/86 P3A1, 39 tahun, PP SPT luar - Infus RL 20 tpm
00.30 ruang OK mmHg dengan plasenta akreta pro - Memberikan O2 3 liter / menit
ponek N: 110 x/menit histerektomi (CITO) a/I - Transfuse darah PRC kolf I
RR : 20x/menit plasenta akreta - Injeksi ceftriaxone 2 gr
S: 36 0C - Observ. KU,TTV
 
21/3/2018 Os keluar dari TD : 113/60 P3A1, 39 tahun, Pasca - Infus RL 20 tpm
01.30 OK ponek mmHg Histerektomi supracervical - O2 3 liter /menit
N : 95 x/menit dan Bilateral Salphingo - Transfuse darah PRC kolf I
RR : 18 x/menit Oophorectomy (BSO) a/I - Injeksi ketorolac 30 mg/8jam
S: 36 0C plasenta akreta - Injeksi kalnex 500 mg / 8 jam
SpO2 : 99 % - ADONA 1 amp/8 jam
- Observ. KU ,TTV,awasi perdarahan
21/3/2018 Os mengeluh TD : 120/80 P3A1,39 tahun, Pasca - Infus RL 20 tpm
07.00 nyeri luka mmHg Histerektomi supracervical - Tranfuse darah PRC kolf II
jahitan N : 80 x/menit dan Bilateral Salphingo - Observ. KU, TTV
(diruang HCU RR : 20 x/menit Oophorectomy (BSO) a/I  
ponek) S : 36 0C plasenta akreta
SpO2 : 99 %
Waktu S O A P

21/3/2018 Os mengeluh nyeri luka TD : 130/80 mmHg P3A1,39 tahun, Pasca - Infus RL 20 tpm
10.00 jahitan N : 88 x/menit Histerektomi supracervical - Transfuse darah PRC kolf II
RR : 20 x/menit dan Bilateral Salphingo - Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
S : 36 0C Oophorectomy (BSO) a/I - Inj.kalnex 500 mg/8jam
Darah kolf II lancar plasenta akreta - ADONA 1 amp/8 jam
- Obser. KU,TTV
 
21/3/2018 Os mengeluh nyeri luka TD: 130/70 mmHg P3A1, 39 tahun, Pasca - Infus RL 20 tpm
11.30 jahitan N : 80 x/menit Histerektomi supracervical - Transfuse darah PRC kolf II
RR : 20 x/menit dan Bilateral Salphingo - Observ. KU,TTV
S: 36 0C Oophorectomy (BSO) a/I - Pasien pindah ke bangsal
DC : 1000 cc plasenta akreta
 
 
21/3/2018 Os mengeluh nyeri luka TD : 120/80 mmHg P3A1, 39 tahun, Pasca - Infus RL 20 tpm
18.00 jahitan N : 80 x/menit Histerektomi supracervical - Transfuse darah PRC kolf III
RR : 20 x/menit dan Bilateral Salphingo - Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
S : 36,5 0C Oophorectomy (BSO) a/I - Inj.kalnex 500 mg/8jam
Flatus (+) plasenta akreta - ADONA 1 amp/8 jam
BAB (-) - Obser. KU,TTV
BAK ( DC 300 cc/ 3  
jam)

22/3/2018 Os mengeluh masih TD : 110/70 mmHg P3A1, 39 tahun, Pasca - Infus RL 20 tpm
02.00 merasakan nyeri luka N: 80 x/menit Histerektomi supracervical - Transfuse darah PRC kolf III
jahitan RR : 20 x/menit dan Bilateral Salphingo - Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
S : 36,5 0C Oophorectomy (BSO) a/I - Inj.kalnex 500 mg/8jam
Flatus (+) plasenta akreta - ADONA 1 amp/8 jam
BAB (-) - Obser. KU,TTV
BAK ( DC 150/ jam)  
Waktu S O A P
22/3/2018 Os mengeluh masih TD : 110/70 mmHg P3A1, 39 tahun, Pasca - Infus RL 20 tpm
08.00 merasakan nyeri N: 80 x/menit Histerektomi supracervical - Cefadroxil tab 2x 500 mg
luka jahitan seperti RR : 20 x/menit dan Bilateral Salphingo - Asam mefenamat 3x 500 mg
teriris dan hilang S : 36,5 0C Oophorectomy (BSO) a/I - SF tab 2x1
timbul Hb : 9,8 g/dL plasenta akreta - Off DC
Flatus (+) - Observasi KU,TTV
BAB (+)
BAK ( DC: 150 cc/jam
warna kuning jernih )
22/3/2018 - TD : 120/80 mmHg P3A1, 39 tahun, Pasca - Infus RL 20 tpm
18.00 N: 84 x/menit Histerektomi supracervical - Cefadroxil tab 2x 500 mg
RR : 20 x/menit dan Bilateral Salphingo - Asam mefenamat 3x 500 mg
S : 36.5 0C Oophorectomy (BSO) a/I - SF tab 2x1
Hb : 9,8 g/dL plasenta akreta - Observasi KU,TTV
Flatus (+)
BAB (+)
BAK (+)
23/3/2018 - TD : 110/80 mmHg P3A1, 39 tahun, Pasca - BLPL
08.00 N: 84 x/menit Histerektomi supracervical - Infus RL 20 tpm
RR : 20 x/menit dan Bilateral Salphingo - Cefadroxil tab 2x 500 mg
S : 36.5 0C Oophorectomy (BSO) a/I - Asam mefenamat 3x 500 mg
Hb : 9,8 g/dL plasenta akreta - SF tab 2x1
Flatus (+) - Observasi KU,TTV
BAB (+)
BAK ( + )
Analisis kasus
Kasus Teori
Pasien Ny. XY P3 A1 39 tahun Post Partum Spontan luar dengan Retensio Diagnosis plasenta akreta ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
Plasenta dengan keluhan plasenta belum lahir dalam setengah jam setelah bayi penunjang yaitu dalam anamnesis ditemukan adanya gejala Perdarahan
lahir disertai keluar darah dari jalan lahir, lemas dan nyeri perut bagian bawah vaginal dan kram perut.. Nyeri akut abdomen dan hipotensi karena syok
sejak jam 19.30 WIB SMRS. hipovolemik dari ruptur uteri sekunder bisa karena plasenta perkreta.
Tanda – tanda vital: Skenario kritis ini dapat terjadi setiap saat selama kehamilan dari trimester
BP: 130/80 mmHg pertama hingga kehamilan aterm dengan tidak adanya tanda-tanda persalinan.
Faktor risiko plasenta akreta
HR: 100 x/menit - seksio sesarea berulang.
- usia maternal >35 tahun
T: 36,8° C - multiparitas
RR: 20 x/menit
- hipertensi dalam kehamilan
- plasenta previa
SpO2: 98% Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis pasti kasus ini yaitu :
USG
TB : 157 cm BB: 55 kg IMT : 22,31 kg/m2 (gizi normal) First Trimester
- Sebuah kantung kehamilan yang terletak di segmen bawah uterus
Inspekulo : - Beberapa ruang pembuluh darah tidak teratur pada placental bed
Vulva – vagina ampak tali pusat terklem di vulva - Implantasi gestational sac pada parut bekas luka sesar merupakan
Portio perdarahan (+) dari ostium uteri eksterna temuan penting.
Second and Third Trimester
Riwayat trauma (+) mengalami perdarahan pervagina sedikit dan berwarna - Ditemukan adanya vascular lacunae dalam plasenta telah memiliki
merah segar. Kemudian 1 minggu setelah kejadian tersebut pasien mengalami korelasi dengan sensitivitas yang tinggi (80% -90%)
perdarahan pervagina dengan darah cukup banyak dan berwarna merah segar - Kehilangan zona hipoekhoik retroplasenta yang normal, juga disebut
tidak dirasakan nyeri perut . sebagai hilangnya ruang yang jelas antara plasenta dan rahim, adalah
Riwayat hipertensi saat kehamilan anak pertama. salah satu penanda
MRI
Pemeriksaan fisik : konjungtiva anemis (+/+),, nyeri tekan perut bagian bawah  
(+), TFU setinggi pusat, dan terlihat tali pusat di vulva. PA
Pemeriksaan laboratorium : 20 Maret 2018 jam 20.53, didapatkan leukosit
22,7x10 3 /uL (↑), hemoglobin 9,3 g/dL (↓), hematocrit 29 (↓),eosinofil 0.00
(↓), netrofil 90.70 (↑), limfosit 5,8 (↓), protein urine (-), HBsAg non reaktif.
 
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Ny. XY termasuk kategori
retensio plasenta suspek plasenta akreta
Medikamentosa manajemen yang dilakukan dalam penatalaksanaan plasenta akreta yaitu :
- O2 3 liter/menit -Manajemen antepartum
- IVFD RL (40 tpm) hingga perdarahan berhenti Timing of delivery. dengan melakukan terminasi setelah paru janin matang
- Transfuse PRC 3 kolf yang dibuktikan dengan amniosentesis. Namun, hasil analisis keputusan baru-
- Injeksi ceftriaxone 2gr/ 24 jam baru ini menyarankan untuk mengkombinasikan outcome ibu dan bayi
- Injeksi ketorolac 30 mg/ 8 jam dioptimalkan pada pasien stabil dengan terminasi pada 34 minggu kehamilan
- Injeksi kalnex 500 mg /8 jam
tanpa amniosintesis.
- Injeksi Adona 1 amp/8 jam
Jika tidak ada perdarahan antepartum atau komplikasi lainnya, direncanakan
Non Medikamentosa
terminasi saat akhir prematur dapat diterima untuk mengurangi kemungkinan
- Pengawasan keadaan umum, tanda vital, dan perdarahan per
persalinan darurat yang terjadi dengan segala komplikasinya.
vagina
-Manajemen praoperatif
- Pasang DC
- Melakukan tarikan tali pusat terkendali Penilaian oleh anestesi harus dilakukan sedini mungkin sebelum operasi.
- Tarikan tali pusat gagal maka dilakukan plasenta manual Kedua teknik anestesi baik umum dan regional telah terbukti aman. Antibiotik
secara hati-hati profilaksis diberikan. Sebelum operasi, bank darah PRC harus dipersiapkan
- Manual plasenta sudah dilakukan namun masih ada sisa maka terhadap potensi perdarahan masif. USG dilakukan untuk menentukan letak
dilakukan kuretase plasenta
- Kuretase dilakukan namun perdarahan aktif, maka dilakukan -Manajemen operatif
operasi histerektomi a/I plasenta akreta Pada keterlibatan yang ekstensif akan terjadi perdarahan masif saat dilakukan.
Pada 25% perempuan yang ditatalaksana secara konservatif meninggal. Jadi
penatalaksanaan yang paling baik adalah dilakukan histerektomi
 
Tinjauan Pustaka
Definisi

Istilah plasenta akreta digunakan untuk menggambarkan tiap jenis implantasi yang melekat
terlalu erat secara abnormal kedinding uterus dan terbagi menjadi plasenta akreta, inkreta,
dan perkreta. Pada plasenta akreta, bagian dari desidua parietal yang berada di antara
miometrium dan plasenta tersebut hilang, dan terdapat kontak langsung antara sel-sel
trofoblas dengan miometrium
Klasifikasi

Patogenesis plasenta akreta tidak jelas; namun ada beberapa teori yang diusulkan.
Abnormal vaskularisasi yang dihasilkan dari proses jaringan parut setelah operasi
dengan sekunder hipoksia lokal yang mengarah ke rusaknya desidualisasi dan invasi
trofoblas yang berlebihan tampaknya menjadi hal yang paling menonjol, atau
setidaknya merupakan teori yang paling didukung sampai saat ini, menjelaskan
patogenesis plasenta akreta pada tahap ini
Faktor Resiko

•kerusakan miometrium akibat seksio • riwayat miomektomi


sesarea, • ablasi endometrium
•plasenta previa terletak anterior ataupun • Asherman syndrome
posterior pada luka bekas operasi. • Leiomyoma
•Usia maternal >35 tahun dan multiparitas • anomali Rahim
•bedah rahim lain sebelumnya • hipertensi dalam kehamilan
•kuretase uterus sebelumnya • dan merokok.
Penegakan Diagnosis
ANAMNESIS PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis plasenta akreta ditegakan Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis pasti kasus ini yaitu :
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan USG
penunjang yaitu dalam anamnesis First Trimester
ditemukan adanya gejala Perdarahan - Sebuah kantung kehamilan yang terletak di segmen bawah
vaginal dan kram perut.. Nyeri akut uterus
abdomen dan hipotensi karena syok - Beberapa ruang pembuluh darah tidak teratur pada
hipovolemik dari ruptur uteri sekunder bisa placental bed
karena plasenta perkreta. Skenario kritis ini - Implantasi gestational sac pada parut bekas luka sesar
dapat terjadi setiap saat selama kehamilan merupakan temuan penting.
dari trimester pertama hingga kehamilan Second and Third Trimester
aterm dengan tidak adanya tanda-tanda - Ditemukan adanya vascular lacunae dalam plasenta telah
persalinan. memiliki korelasi dengan sensitivitas yang tinggi (80%
Faktor risiko plasenta akreta -90%)
- seksio sesarea berulang. - Kehilangan zona hipoekhoik retroplasenta yang normal,
- usia maternal >35 tahun juga disebut sebagai hilangnya ruang yang jelas antara
- multiparitas plasenta dan rahim, adalah salah satu penanda
- hipertensi dalam kehamilan MRI  uterine bulging,intensitas sinyal heterogen dalam
- plasenta previa plasenta,dark intraplacental bands pada pencitraan
 
PA
PENATALAKSANA
AN
manajemen yang dilakukan dalam penatalaksanaan plasenta akreta yaitu :
-Manajemen antepartum
Timing of delivery. dengan melakukan terminasi setelah paru janin matang yang dibuktikan dengan amniosentesis.
Namun, hasil analisis keputusan baru-baru ini menyarankan untuk mengkombinasikan outcome ibu dan bayi dioptimalkan
pada pasien stabil dengan terminasi pada 34 minggu kehamilan tanpa amniosintesis.
Jika tidak ada perdarahan antepartum atau komplikasi lainnya, direncanakan terminasi saat akhir prematur dapat diterima
untuk mengurangi kemungkinan persalinan darurat yang terjadi dengan segala komplikasinya.
-Manajemen praoperatif
Penilaian oleh anestesi harus dilakukan sedini mungkin sebelum operasi. Kedua teknik anestesi baik umum dan regional
telah terbukti aman. Antibiotik profilaksis diberikan. Sebelum operasi, bank darah PRC harus dipersiapkan terhadap
potensi perdarahan masif. USG dilakukan untuk menentukan letak plasenta
-Manajemen operatif
Pada keterlibatan yang ekstensif akan terjadi perdarahan masif saat dilakukan. Pada 25% perempuan yang ditatalaksana
secara konservatif meninggal. Jadi penatalaksanaan yang paling baik adalah dilakukan histerektomi

Anda mungkin juga menyukai