Disusun oleh:
Syarah Mutia Dewi 1713020037
Pembimbing :
dr. Citta Adwitiya Arifiani
Disahkan oleh:
Dokter pembimbing
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
BAB II CASE BASED DISCUSSION................................................... 3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 30
BAB 1.
PENDAHULUAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Usia : 38 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sawangan 3/2
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Pasien datang pada tanggal 11 April 2019 ke
Puskesmas Ajibarang II mengatakan habis
melahirkan kurang lebih 1 bulan yang lalu dan
sekarang ingin mengecek IUD. (kontrol IUD)
dan merasa ada keputihan di area kemaluan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang pada tanggal 11 April 2019 ke Puskesmas Ajibarang II
mengatakan habis melahirkan kurang lebih 1 bulan yang lalu dan sekarang
ingin mengecek IUD. (kontrol IUD) dan merasa ada keputihan di area
kemaluan. Keputihan terasa gatal dan sudah dirasakan sejak 2 minggu
yang lalu. Menurut pasien keputihan tidak berbau dan warnanya normal.
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
- Hipertensi (-),
- DM (-),
- Asma (-),
- Alergi (-),
- Riwayat keganasan (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
- Hipertensi (-),
- DM (-),
- Asma (-),
- Alergi (-),
- Riwayat keganasan (-).
Riwayat Kebiasaan
Riwayat Menstruasi
Menarche usia 14 tahun, lama haid 5-7 hari, siklus haid 28 hari (teratur),
nyeri panggul (-)
Riwayat Pernikahan
Pasien masih dalam status pernikahan dengan suami yang pertama.
Riwayat Obstetri
N TAHU USIA PERSALINA PENOLON J. BB KEADAA
O N HAMI N G K L N
L
1 2014 38 spontan Bidan PKM L 280 hidup
minggu 0 gr
2 2018 38 spontan Bidan RS L 300 hidup
minggu 0 gr
Status Genitalia :
Anogenital:
Didapatkan mukosa vagina tampak hiperemis, tampak sisa sekret bewarna
putih keabu-abuan, agak berbau amis, tidak berbau busuk. Sekret tidak
tampak seperti busa. Vulva tampak oedem dan hiperemis, introitus vagina
dalam batas normal, serviks dalam batas normal.
Inspekulo : portio licin, kemerahan, ostium tertutup, fluor (+) banyak warna
putih kekuningan, fluxus (-), strawberry cervix (-)
Diagnosis
P2A0 dengan fluor albus et causa vaginalis bacteria
Diagnosis banding
- Fluor albus (Lekorhea) et causa Trichomonas vaginalis
Terapi
Medikamentosa
Alternatif lain:
Metronidazol 2 gr, oral, SD, atau
Klindamisin 300 mg, oral, 2x /hr, 7 hr
Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
b. Non Medikamentosa
Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup,
hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap
kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan
yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan
untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri
berkembang biak.
Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari
arah depan ke belakang.
Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu
sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada
daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas
kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu
penyakit melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang
berlebihan dan bukan merupakan darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks
menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel
vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga
disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Vagina
merupakan organ berbentuk yang panjangnya berkisar 8-10 cm, berdinding tipis dan
elastis yang ditutupi epitel gepeng berlapis pada permukaan dalamnya. Lapisan epitel
vagina tidak mempunyai kelenjar dan folikel rambut, dinding depan dan dinding
belakang saling bersentuhan.
Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh
sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret
vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika
mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat
darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina meliputiCorinebacterium,
Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella, Mobiluncuc,
Mycoplasma danCandida spp. Lingkungan dengan pH asam memberikan fungsi
perlindungan yang dihasilkan olehLactobacillus Doderlin.
Dapat dibedakan antara fluor albus yang fisiologik dan yang patologik. Fluor
albus fisiologik diproduksi oleh kelenjar pada leher rahim (serviks), dinding vagina
dan kelenjar bartholin dibibir kemaluan, menyatu dengan sel-sel dinding vagina yang
lepas serta bakteri normal didalam vagina, bersifat asam dan berperan penting dalam
menjamin fungsi yang optimal.
Penyebab paling penting dari fluor albus patologik ialah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau,
seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri
dapat menyebabkan fluor albus patologik, begitu pula pada adneksitis. Fluor albus
juga ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor tersebut sebagian
atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genital.
2.2 Epidemiologi
Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang wanita
mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal
tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial budaya, meskipun kasus ini lebih banyak
dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah.
Flour albus patologis sering disebabkan oleh infeksi, salah satunya Bakteri
Vaginosis (BV) adalah penyebab tersering (40-50% kasus terinfeksi vagina),
Vulvovaginal Candidiasis (VC) disebabkan oleh jamur candida species, 80-90% oleh
candida albicans, Trichomoniasis (TM) disebabkan oleh trichomoniasis vaginalis,
angka kejadiannya sekitar 5-20% dari kasus infeksi vagina.
2.3 Etiologi
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada
daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan
anterior vagina.
Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
a) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b) Menjelang atau setelah haid.
c) Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan
oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini berkaitan dengan
kesiapan vagina untuk menerima penetrasi pada senggama.
d) Ovulasi, sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
e) Kehamilan
f) Stres, kelelahan
g) Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
h) Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
b. Jamur
Candida albicans
Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih susu seperti susu
pecah atau seperti keju, dan sering disertai gatal, vagina tampak kemerahan akibat
proses peradangan. Dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) dan hifa semu
(pseudohifa).
2.4 Patogenesis
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina
bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan
penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa
perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal,
cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang
terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi,
kehamilan, penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang
dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen,
glikogen, dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen
peroksida yang toksik terhadap bakteri patogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel
vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang
menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan
oleh Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan
kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi
kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan
antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang
tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan
seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi.
Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat
kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi
oral menyebabkan perlekatanCandida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan
media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada
lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai
menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor
predisposisi kandidiasis vaginalis.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan
progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga
berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena
pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga
bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual,
stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu
pertumbuhan bakteri patogen.
Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan
jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga
terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma
hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini
menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan
menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya
bau pada fluor albus pada vaginosis bacterial.
Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita
tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada
perempuan dengan keadaan umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada
perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.
c) Perwarnaan Gram
Neisseria Gonorhoea memberikan gambaran adanya gonokokus intra dan ekstra
seluler.
Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-batang berukuran kecil
gram negative yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel dengan
kokobasil, tanpa ditemukan laktobasil.
d) Kultur
Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi
seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam penafsiran.
Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes Genitalis dan
Human Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.
Tes Pap Smear
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada serviks,
infeksi Human Papiloma Virus, peradangan, sitologi hormonal, dan evaluasi hasil
terapi. Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga
dari empat kriteria sebagai berikut, yaitu:
(1) Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah,
(2) Adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina,
(3) duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu,
(4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.
2.7 Penatalaksanaan
Preventif
Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai alat pelindung,
pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan pemeriksaan secara dini.
1) Alat pelindung
Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS dapat
dilakukan dengan menggunakan kondom. Kondom cukup efektif mencegah
terjadinya penularan PHS termasuk AIDS.
Kuratif
Fisiologis: Tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk
menghilangkan kecemasannya.
Patologis: Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya, antara
lain:
1. Bakteri
a. Gonorhoea
Tiamfenikol 3,5 gram oral
Ofloksasin 400 mg/oral
Kanamisin 2 gram im
Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau Amoksisiklin 3 gr IM
Ampisiillin 3,5 gram im atau Ditambah : Doksisiklin 2 x 100mg oral
selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
b. Klamidia trakomatis
Ceftriakson 125 mg SD IM
Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari
Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama
10 hari
c. Gardnerella vaginalis
Metronidazol 500mg, SD selama 7 hari
Klindamisin cream 2%, intra vaginal, 5 gr, selama 7 hr
Metronidazol gel 0,75 % intravag. 2 x sehari, 5 hr
Alternatif lain:
Metronidazol 2 gr, oral, SD, atau
Klindamisin 300 mg, oral, 2x /hr, 7 hr
Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
d. Treponema Pallidum
Diberikan Benzatin Penisillin G 2.4 juta Unit IM dosis tunggal atau
doksisiklin 2x200mg peroral selama 2 minggu.
2. Jamur
Pada infeksi candida albicans dapat diberikan
Sistemik :
Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
Itrakonazole 2x200mg peroral dosis sehari.
Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
Nimorazol 2 gram dosis tunggal
Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
Topikal :
Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
Mikonazol nitrat 2% 1 x sehari selama 7 – 14 hari
Mikostatin 10.000 unit intravaginal selama 14 hari.
Untuk mencegah timbulnya residif tablet vaginal mikostatin ini diberikan
seminggu sebelum haid selama beberapa bulan.
3. Parasit
Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan (Harus diberikan pd yg bergejala
maupun tidak)
Metronidazol 2 gr dosis tunggal, atau
Metronidazol 2x 500 mg, 7 hr.
Mitra seksual harus diobati: dosis multipel 7 hr
* Kehamilan: à Klotrimazole intravaginal dosis tunggal atau dosis terbagi
4. Virus
Virus herpes simpleks tipe 2
a. Lesi Primer
Simptomatis : analgesik, kompres NaCl 0.9%
Anti virus:
Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 7-10 hari
Valasiklovir 2×500 mg/hari selama 7-10 hari
Famciclovir 3×500 mg/hari selama 7-10 hari
b. Lesi rekuren
Simptomatis : analgesik
Anti virus:
Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
Asiklovir 3 x 400 mg oral selama 5 hari
Asiklovir 2 x 800 mg oral selama 5 hari
Valasiklovir 2×500 mg/hari selama 5 hari
Famciclovir 2×125 mg/hari selama 5 hari
Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi
sekunder.