Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS DOKTER INTERNSIP

SEORANG WANITA 64 TAHUN DENGAN


COMBUSTIO BERAT GRADE II A

Disusun oleh:
dr. De’yang Wangi Prawiro Pinundhi

Pembimbing:
dr. Anang Ma’ruf, Sp.B, FINACS
dr. Sylviana Christanty Harsoyo
dr. Andina Fitriana Manggarwati

ILMU KESEHATAN BEDAH


RSUD PANDANARANG BOYOLALI
2017
Kasus
IDENTITAS PASIEN

 Nama / No.CM : Ny. S / 15505872


 Umur : 64 th
 Alamat : Kwarangan, Boyolali
 Status : Menikah
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Tanggal Masuk : 9 Januari 2017
 Tanggal Periksa : 9 Januari 2017
ANAMNESIS (autoanamnesis)
Keluhan utama : Nyeri & panas di kedua kaki

RPS :
 nyeri & panas di kedua kaki
 setelah terkena ledakan tabung gas LPG
 sekitar jam 15.00 (6 jam SMRS)
 ledakan tabung gas hanya mengenai kedua kaki
 saat ini: kaki nyeri, sesak napas (-), batuk dahak
warna hitam (-), mual (-), muntah (-), jantung
berdebar (+), kadang dada terasa ampeg
 Pasien dibawa ke Puskesmas Musuk II, tiba 15.30
 Terapi puskesmas:
 inf RL 1 botol
 cefixim tab 2x1
 asam mefenamat tab 3x1
 salep burnazin
 medikasi & kompres kasa NaCl/2-3 jam.
 Kemudian pasien dirujuk ke IGD RSPA
 RPD:
 OAT/DM/HTAlergi/Asma/Mondok:-
 Jantung: (+) jantung bengkak sejak 4 bulan, kontrol teratur di
SpPD, terakhir kontrol 4 Januari 2017
 RPK:
 Sesak napas/jantung/ HT/DM/asma/alergi obat atau makanan :
disangkal

 Riw. Kebiasaan & Gizi:


 Merokok aktif/pasif/alkohol : disangkal
 Olahraga : jarang
 Makan buah & sayur : (+)
 Riw. Sosial Ekonomi
 Ibu rumah tangga dg BPJS
PEMERIKSAAN FISIK
Primary Survey

 KU : Sakit sedang, gizi kesan kurang.


 Kesadaran : CM, E4V5M6
 A : Bebas, bulu hidung & alis tidak
terbakar, tidak tampak luka bakar di wajah & leher
 B : Spontan, frekuensi nafas
24x/menit, reguler, kedalaman cukup
 C : Akral hangat, CRT < 2”, N
64x/menit, isi & tegangan cukup, ireguler, afebris.
I: IC tidak tampak
P: tidak kuat angkat
P: konfigurasi
jantung kesan
melebar
Secondary Survey A: BJ I-III int N,
ireguler, bising (-)
 TD: 150/100
mmHg I: simetris,
 GDS: 96 dinding dada
kanan = kiri,
 BB: 40 kg pengembangan
dada kanan = kiri
I: dinding perut // P: fremitus raba
dinding dada kanan = kiri
A: BU (+) N P: sonor/sonor
P: timpani A: SDV (+/+), wz
P: supel, nyeri (-/-), RBH (-/-)
tekan (-), hepar &
lien tidak teraba
Status Lokalis

 Reg cruris
anterior dextra
+ pedis dextra
= 9%
 Reg cruris
anterior
sinistra + pedis
sinistra = 9 %
 Luka bakar
derajat II A
 Luka bakar
berat
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Lab darah (9 Januari 2017)


 EKG : Kesan sinus aritmia, HR 56 ireguler, normoaxis
 RO Thorax
 Proyeksi AP.
 Cor : Membesar CTR > 50%
 Pulmo : Tampak corakan vaskuler meningkat
dan mengabur di kedua lapang paru. Sinus
costophrenicus kanan kiri lancip.
 Hemidiafragma kanan kiri normal.
 Kesan : Gambaran kardiomegali dengan
udem pulmo.
Diagnosis

 Combustio berat, derajat II A regio cruris


anterior bilateral 18%
 CHF
TERAPI

 Oksigen 3 lpm
 Inf. RL 0,9% 25 tpm
 Inj. Ketorolak / 8 jam
 Inj. Ranitidin/ 12 jam
 Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
 Inj ATS 1500 IU
 Pasang DC, monitor balans cairan
 MRS Bedah raber Interna
PROGNOSIS

 Ad vitam : bonam
 Ad sanam : dubia ad bonam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam
Studi Pustaka
Definisi & Epidemiologi
 Definisi luka bakar:
 bentuk kerusakan / kehilangan jaringan
 disebabkan kontak sumber panas (api, air panas, bahan kimia,
listrik & radiasi).
 Morbiditas, mortalitas & biaya tinggi.

 Epidemiologi:
 Angka kejadian luka bakar di AS 250.000/tahun (112.000
membutuhkan tindakan emergensi, 210 penderita meninggal).
 DepKes RI (2008) menyebutkan prevalensi luka bakar di
Indonesia 2,2 %. Dengan bertambahnya jumlah penduduk &
industri, angka luka bakar semakin meningkat.1

Klasifikasi
 Penyebab:
 Api
 Flame
 Kontak benda panas
 Scalds / air panas
 Bahan kimia
 Asam kuat
 Basa kuat
 Listrik
 Radiasi
 Suhu rendah
 Frostnip
 Frostbite
 Nonfreezing injury
 Luas
 Rumus 9
 Rumus 10-15-20
 Rumus 10
 Derajat
 Berat
Patofisiologi
 Respon lokal
(Jackson’s thermal wound theory)

 Respon sistemik
(luas >30%)
Diagnosis
 Anamnesis riwayat terpajan penyebab luka bakar
 Pemeriksaan fisik menilai luas, derajat & berat luka bakar.

 Pemeriksaan penunjang untuk membantu tatalaksana: lab


darah perifer lengkap, metabolik dasar, AGD, kadar
mioglobin, urinalisis, fungsi ginjal, elektrolit, profil faktor
pembekuan, rontgen thorax.4,6
Tatalaksana (konservatif)
 Prehospital
Segera hentikan sumber luka bakar

 Hospital
 Primary survey
 A : adakah trauma inhalasi?
 Trauma inhalasi  udem  obstruksi  airway
compromise.
 Klinis trauma inhalasi: luka bakar di wajah & leher, bulu
hidung & alis yang terbakar, jelaga di saluran napas atas,
takipnea, stridor, suara parau, dahak gelap akibat jelaga,
mengi, riwayat penurunan kesadaran / kejadian di tempat
tertutup, ledakan dengan luka bakar di kepala & torso,
karboksihemoglobin level > 10%.
 B : adakah hipoksia? keracunan CO? smoke
inhalation injury?
 Hipoksia karena trauma inhalasi, ventilasi tidak
adekuat (eskaratomi bila perlu)  segera diberi
oksigen
 Keracunan CO  segera diberi oksigen aliran tinggi dg
NRM
 smoke inhalation injury: ET & ventilasi mekanik
 C : evaluasi volum sirkulasi darah (monitoring balans
cairan)
 Bila syok  resusitasi syok
 Luka bakar > 20% perlu resusitasi cairan
 Secondary survey
 PF : derajat, dalam luka bakar, trauma lain?, BB
 Dokumentasi penanganan, hasil pemeriksaan, dll
sejak tiba di IGD
 Cek status dasar sesuai indikasi: DL, gol. darah &
crossmatch, AGD dg HbCO, serum glukosa, elektrolit,
tes kehamilan pada WUS. RO thorax pada pasien yang
diintubasi / suspek smoke inhalation injury.
 Penilaian Sirkulasi perifer Pada Luka Bakar Melingkar
Di Extremitas  mengeksklusi sindrom kompartemen
(pain, pallor, pulseless, parestesi, paralisis). Lepas
perhiasan di extremitas, penilaian sirkulasi distal,
eskaratomi dan fasciotomi bila perlu.
 Pemasangan gastric tube  menghindari muntah &
aspirasi pada pasien dengan mual, muntah, distensi
abdomen, / luka bakar > 20%.
 Analgesik narkotik sedatif, bila pasien gelisah karena
hipoksemia / hipovolemia. Diberikan dosis kecil,
berulang, secara iv, setelah hipoksemi dan hipovolemi
teratasi
 Perawatan luka: Silver sulfadiazine, Mafenide acetate,
silver nitrat, mebo, neomisin / polimixin B / bacitracin
 Injeksi antibiotik, setelah terjadi infeksi (bukan
profilaksis)
 Injeksi anti tetanus, karena luka bakar termasuk
tetanus-prone wound
 Nutrisi
Dukungan nutrisi adekuat untuk mengatasi
respon hipermetabolik luka bakar yang bisa
menaikkan BMR sampai 200%, sehingga tidak
menghambat pemulihan. Pemberian nutrisi dini
enteral pada pasien luka bakar > 20% sebaiknya
dilakukan. Jika perlu pasang NGT.
Tatalaksana (pembedahan)
 Pasien stabil hemodinamik  eksisi luka (sebaiknya segera
dilakukan dalam beberapa hari pertama).
 Eksisi dilakukan dengan potongan tangensial berulang
dengan Watson / Goulian blade sampai viable, perdarahan
difus pada jaringan.
 Eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan > 10% luas
permukaan tubuh.
 Kemudian ditutup skin graft untuk mencegah keloid &
sikatrik hipertrofik. Skin graft dilakukan sebelum hari ke-10.
Tatalaksana (rehabilitasi)
 Rehabilitasi segera diinisiasi saat pasien mondok.
 Pasien yang tidak bisa aktif bergerak, dilakukan ROM
pasif min. 2x sehari. Pasien aktif diajarkan latihan ROM
aktif sendiri
 Pasien luka bakar di kaki & extremitas dimotivasi
berjalan tanpa bantuan alat
 Elevasi extremitas yang terkena luka bakar
 Jika dilakukan skin graft  sering dievaluasisehingga
bisa segera latihan aktif
 Terapi bekas luka bakar hipertrofi: compression garments,
silicone gel sheeting, massage, physical therapy,
kortikosteroid, bedah eksisi , scar revision, & laser.
 Rehabilitasi psikologi
Komplikasi
 Infeksi
 kulit mati media pertumbuhan bakteri
 Infeksi ini sulit dicapai pembuluh darah yang trombosis
 infeksi awal dari bakteri gram positif, kemudian bisa
diinvasi gram negatif (misalnya Pseudomonas aeruginosa)
 Infeksi noninvasif: keropeng mudah terlepas & pus banyak
 infeksi invasif : keropeng kering dengan perubahan jaringan
di tepi menjadi nekrotik  memperparah derajat luka
 vaskulitis & trombosis

 Gangguan kosmetik
 Kontraktur
Luka bakar derajat 3 bila dibiarkan sembuh sendiri bisa
menjadi kontraktur. Kontraktur di sendi mengganggu
fungsi sendi

 Tukak Curling / Stress Ulcer


Stres & hipoperfusi daerah splangnikus pada penderita luka
bakar berat  tukak lambung atau duodenum, dengan
klinis hematemesis maupun melena.

 Gangguan Jalan Nafas


Karena trauma inhalasi, termasuk inhalasi partikel-partikel
proses kebakaran  udem (obstruksi) & defek difusi
oksigen (hipoksia)  meningkatkan risiko pneumonia.
 Cardiac Disritmia
Akibat hipoksia & elektrolit / abnormalitas asam-basa 
perlu EKG

 Gangguan asam-basa darah


Diakibatkan inhalasi sianida / gas lain yang beracun

 Sindrom kompartemen abdominal


Dengan resusitasi cairan agresif, bisa muncul sindrom
kompartemen pada abdomen, dengan klinis naiknya
tekanan jalan napas dengan hipoventilasi, & berkurangnya
urine output dan hemodynamic compromise.
Daftar Pustaka
1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
EGC. Jakarta. Hal. 66-88.
2. IDI. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Failitas Kesehatan Primer
Edisi Revisi. Luka bakar derajat I dan II. Hal. 511-515.
3. Werner SL. 2012. Chapter 125: Thermal and Cemical Burns dalam Tintinalli’s
Emergency Medicine Manual 7th Edition. McGraw-Hill. hal. 604-610.
4. Dewi R. 2014. Tata Laksana Luka Bakar pada Anak dalam Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan LXVIII: Current Evidences in Pediatric
Emergencies Management. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Departemen Ilmu Kesehatan Anak. http://fk.ui.ac.id/wp-
content/uploads/2016/01/Buku-PKB-68.pdf - Diakses Januari 2017.
5. Hettiaratchy S, Dziewulski P. ABC of burns: pathophysiology and types of
burns. BMJ. 2004;328:1427-9.
6. American College of Surgeons. 2012. Chapter 9: Thermal Injury dalam
Advanced Trauma Life Support (ATLS): Student Course Manual. American
College of Surgeons. Hal. 230-244.
7. Friedstat J, Endorf FW, Gibran NS. 2010. Chapter 8: Buns dalam Schwartz’s
Principle of Surgery Tenth Edition. McGraw-Hill. Hal.227-239.
8. Jewo PI et al. 2009. A Comparative Study Of The Wound Healing Properties
Of Moist Exposed Burn Ointment And Silver Sulphadiazine. Ann. Of Burns
and Fire Disasters vol. XXII n.2.

Anda mungkin juga menyukai